Anda di halaman 1dari 7

5/5/2018 alipoetry: PENGERTIAAN, DASAR HUKUM DAN SYARAT HADHANAH (Hak Asuh Anak)

A L I P O E T RY
"KEINDAHAN ADALAH DISAAT KITA MAMPU MERASAKAN DAN MEMAHAMI SEMUA RASA YANG
TERTULIS DALAM PEMIKIRAN KITA YANG LUAS DAN YANG TAK MAMPU TERBAYAR OLEH
SEGUNUNG EMAS, SETUMPUK INTAN PERMATA YANG ADA DI DASAR JURANG ATAU BERJUTA
BERLIAN YANG TERHAMPAR DI LAUTAN DAN SAMUDERA". (HAMBALI IBNU RANIM)-HE_D

Senin, 30 April 2012 Total


Tayanga
PENGERTIAAN, DASAR HUKUM n
DAN SYARAT HADHANAH (Hak Halaman
Asuh Anak) Click to enable Adobe
Click to enable Adobe Flash Player
Flash Player Diposting oleh alipoetry, hukum sebagai petunjuk hidup saya... anda... dan
mereka,,,, 1,143,12
2
Archive
Beranda
BUDAYA ► 2014 (1)
KESEHATAN ► 2013 (32)
HUKUM ▼ 2012 (117)
PENDIDIKAN
► Desember (5)
SOSIAL
► November (1)
POLITIK
EKONOMI ► Oktober (7)
AGAMA ► September (6)
PUISI CINTA ► Agustus (10)
CERITA CINTA ► Juli (10)
► Mei (14)
HAMBALI IBNU ▼ April (21)
RANIM AKRABKAN ANAK DENGAN
BUKU
H Harum Seni dan Penderitaan
A Amanah TAKLIK TALAK DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
M Mesra Proses Memutuskan Perkara

B Bijaksana Penantian Puluhan Tahun


Seorang Gadis
A Alim PENGERTIAAN, DASAR
HUKUM DAN SYARAT
L Lemah-lembut PENGERTIAAN, DASAR HUKUM DAN SYARAT HADHANAH (Hak ...
Pengangkatan Anak
I Ikhlas HADHANAH (Hak Asuh Anak)
Hukum Dagang
I Idealistik Pengertian hadhanah DISPENSASI NIKAH
B Berdikari Kata hadhanah adalah bentuk mashdar dari kata hadhnu BUDIDAYA BELUT
ash-shabiy, atau mengasuh atau memelihara anak. Mengasuh (MONOPTERUS ALBUS)
N Naif BEBERAPA ALASAN
(hadhn) dalam pengertian ini tidak dimaksudkan dengan MENGINGINKAH NIKAH
U Untung MUDA
menggendongnya dibagian samping dan dada atau lengan.
R Ramah BATASAN
Secara terminologis, hadhanah adalah menjaga anak yang
Ayat Hukum Keluarga
A Abadi belum bisa mengatur dan merawat dirinya sendiri, serta belum
Agile Process
N Naif mampu menjaga dirinya dari hal-hal yang dapat membahayakan ALASAN UNTUK TIDAK
dirinya. Hukum hadhanah inihanya dilaksanakan ketika pasangan MELAKUKAN ZINA
I Intuitif
suami istri bercerai dan memiliki anak yang belum cukup umur Aku Ingin Menjadi Lentera
M Menawan Memohon Nafkah
untuk berpisah dari ibunya. Hal ini diseabkan karena sianak masih
Keabadian Untuk-Mu
Apa ada pada perlu penjagaan, pengasuhan, pendidikan, perawatan dan
nama? Foto 4 x 6 di Saku Bajumu
melakukan berbagai hal demi kemaslahatannya. Inilah yang Nak…
dimaksu dengan perwalian (wilayah). TUJUAN PERNIKAHAN
STATUS ANAK HASIL
HUBUNGAN DI LUAR
Hukum Hadhanah NIKAH
Hadhanah (pengasuhan anak) hukumnya wajib, karena ► Maret (17)
anak yang masih memerlukan pengasuhan ini akan mendapatkan ► Februari (11)
bahaya jika tidak mendapatkan pengasuhan dan perawatan, ► Januari (15)

http://aliranim.blogspot.co.id/2012/04/pengertiaan-dasar-hukum-dan-syarat.html 1/7
5/5/2018 alipoetry: PENGERTIAAN, DASAR HUKUM DAN SYARAT HADHANAH (Hak Asuh Anak)

sehingga anak harus dijaga agar tidak sampai membahayakan. ► 2011 (113)
► 2010 (88)
Selain itu ia juga harus tetap diberi nafkah dan diselamatkan dari
► 2009 (45)
segala hal yang dapat merusaknya.
► 2008 (4)
Hadhanah sangat terkait dengan tiga hak:

1. Hak wanita yang mengasuh. About


2. Hak anak yang diasuh. ALIPOETRY,
HUKUM
3. Hak ayah atau orang yang menempati posisinya.
SEBAGAI
PETUNJUK
Jika masing-masing hak ini dapat disatukan, maka itulah HIDUP
SAYA...
jalan yang terbaik dan harus ditempuh. Jika masing-masing hak ANDA... DAN MEREKA,,,,
saling bertentangan, maka hak anak harus didahulukan daripada PANDEGLANG, BANTEN,
INDONESIA
yang lainnya. Terkait dengan hal ini ada beberapa hal yang perlu tie panimbang. ada ketika aku
diperhatikan. berfikir... hehehe...
L I H AT P R O F I L L E N G K A P K U
pertama, pihak ibu terpaksa harus mengasuh anak jika
kondisinya memang memaksa demikian karena tidak ada orang
Pengikut
lain selain dirinya yang dipandang pantas untuk menasuh anak.
kedua, si ibu tidak boleh dipaksa mengasuh anak jika
kondisinya memang tidak mengharuskan demikian. sebab
mengasuh anak itu adalah haknya dan tidak ada mudharat yang
dimungkinkan akan menimpa sianak karena adanya mahram lain
selain ibunya.
ketiga, seorang ayah tidak berhak merampas anak dari
orang yang lebih berhak mengasuhnya (baca: ibu) lalu
memberikannya kepada wanita lain kecuali ada alsan syar’i yang
memperbolehkannya.
keempat, jika ada wanita yang bersedia menyusui selain
ibu si anak, maka ia harus menyusui bersama (tinggal serumah)
dengan si ibu hingga tidak kehilangan haknya mengasuh anak.

Urutan Orang yang Berhak Mengasuh Anak.


Mengingat bahwa wanita lebih memahami dan lebih
mampu mendidik, disamping lebih sabar, lebih lembut, lebih
leluasa dan lebih sering berada bersama anak, maka ia lebih
berhak mendidik dan mengasuh anak dibandingkan laki-laki. Hal
ini berlangsung hanya pada usia-usia tertentu, namun pada fase-
fase berikutnya laki-laki yang lebih mampu mendidik dan
mengasuh anak dibandingkan wanita.

Ibu adalah wanita yang paling berhak mengasuh anak


Jika wanita lebih berhak mendidik dan mengasuh anak
daripada laki-laki, maka -sesuai ijma ulama- ibu kandung sianak
tentu lebih berhak mengasuh anaknya setelah terjadi perpisahan
(antara suami dan istrinya), baik karena talak, meninggalnya suami
atau suami menikah dengan wanita lain, karena ibu jauh memiliki
kelembutan dan kasih sayang, kecuali jika ada penghalang yang
menghapuskan hak si ibu untuk mengasuh anak.
Diriwayatkan dari Amr bin Syu’aib dengan menukil dari
ayahnya, dari kakeknya bahwa ada seorang wanita yang mengadu
kepada Rasulullah : “Wahai RAsulullah, anak ini dulu pernah
menjadikan perutku sebagai wadahnya, payudaraku sebagai
sumber minumnya dan kamarku sebagai rumahnya. Kini ayahnya
telah menceraikanku dan ingin merampasnya dariku.” Rasulullah
bersabda kepada wanita ini “Kamu lebih berhak terhadapnya
selama kamu belum menikah lagi“. (hasan HR Abu Daud,
Ahmad dan Al-Baihaqi)

Urutan orang yang berhak mengasuh anak setelah ibu


kandung
Ulama berbeda pendapat siapa yang paling berhak
mengasuh anak setelah ibu kandung atau urutan hak asuh anak jika
http://aliranim.blogspot.co.id/2012/04/pengertiaan-dasar-hukum-dan-syarat.html 2/7
5/5/2018 alipoetry: PENGERTIAAN, DASAR HUKUM DAN SYARAT HADHANAH (Hak Asuh Anak)

ternyata ada penyebab yang menghalangi ibu kandung untuk


mendapatkan hak asuhnya. Perbedaan pendapat ini disebabkan
tidak adanya dalil qath’i yang secara tegas membahas masalah ini.
Hanya saja ke-empat imam madzhab lebih mendahulukan
kalangan kerabat dari pihak ibu dibandingkan dari kalangan
kerabat dari pihak ayah dalam tingkat kerabatan yang sama
(misalnya mendahulukan nenek dari pihak ibu dari pada nenek
pihak ayah).
Kalangan Madzhab Hanafi berpendapat bahwa orang
yang palin berhak mengasuh anak adalah:
1. Ibu kandungnya sendiri
2. Nenek dari pihak ibu
3. nenek dari pihak ayah
4. saudara perempuan (kakak perempuan)
5. bibi dari pihak ibu
6. anak perempuan saudara perempuan
7. anak perempuan saudara laki-laki
8. bibi dari pihak ayah
Kalangan Madzhab Maliki berpendapat bahwa urutan
hak anak asuh dimulai dari:

1. Ibu kandung

2. nenek dari pihak ibu

3. bibi dari pihak ibu

4. nenek dari pihak ayah

5. saudara perempuan

6. bibi dari pihak ayah

7. anak perempuan dari saudara laki-laki

8. penerima wasiat

9. dan kerabat lain (ashabah) yang lebih utama

Kalangan Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa hak anak


asuh dimulai dari:

1. Ibu kandung

2. nenek dari pihak ibu

3. nenek dari pihak ayah

4. saudara perempuan

5. bibi dari pihak ibu

6. anak perempuan dari saudara laki-laki

7. anak perempuan dari saudara perempuan

8. bibi dari pihak ayah

9. dan kerabat yang masih menjadi mahram bagi


sianak yang mendapatkan bagian warisan ashabah
sesuai dengan urutan pembagian harta warisan.
Pendapat Madzhab Syafi’i sama dengan pendapat
madzhab Hanafi.

Kalangan Madzhab Hanbali


1. ibu kandung
2. nenek dari pihak ibu
3. kakek dan ibu kakek
4. bibi dari kedua orang tua
5. saudara perempuan se ibu
6. saudara perempuan seayah

http://aliranim.blogspot.co.id/2012/04/pengertiaan-dasar-hukum-dan-syarat.html 3/7
5/5/2018 alipoetry: PENGERTIAAN, DASAR HUKUM DAN SYARAT HADHANAH (Hak Asuh Anak)

7. bibi dari ibu kedua orangtua


8. bibinya ibu
9. bibinya ayah
10. bibinya ibu dari jalur ibu
11. bibinya ayah dari jalur ibu
12. bibinya ayah dari pihak ayah
13. anak perempuan dari saudara laki-laki
14. anak perempuan dari paman ayah dari pihak ayah
15. kemudian kalangan kerabat dari urutan yang paling
dekat.

SYARAT MENDAPATKAN HAK ASUH


ANAK (HADHANAH)
Kalangan ahli fiqih menyebutkan sejumlah syarat untuk
mendapatkan hak asuh anak yang harus dipenuhi. Jika syarat ini
tidak terpenuhi, maka hak asuh anak hilang, syarat-syarat tersebut
adalah:
Syarat pertama dan kedua, berakal dan telah baligh, sebab
kelompok ini masih memerlukan orang yang dapat menjadi wali
atau bahkan mengasuh mereka. Jika mereka masih membutuhkan
wali dan membutuhkan pengasuha, maka merekpun tidak pantas
untuk menjadi pengasuh untuk orang lain.
Syarat kedua, Agama yang mengasuh haruslah sama
dengan agama anak yang diasuh, sehingga orang kafir tidak
berhak mengasuh anak Muslim. Hal ini didasarkan pada dua hal:

1. Orang yang mengasuh pasti sangat ingin anak yang


diasuhnya sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. dan
ini adalah bahaya terbesar yang dialami sianak. Dan telah
dijelaskan dalam sabda Rasulullah :“Setiap anak lahir
dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orangtuanyalah
yang menjadikan dia sebagai Yahudi, Nashrani atau
Majusi.” (HR Bukhari dan Muslim) Hadits ini menunjukkan
bahwa agama anak tidak aman jika diasuh oleh orang kafir.
2. Hak asuh anak itu sama dengan perwalian. Allah
berfirman :
“dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada
orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang
beriman.” (QS Ani-Nisaa’:141)

Syarat ke empat, mampu mendidik, sehingga orang yang


buta, sakit, terbelenggu dan hal-hal lain yang dapat
membahayakan atau anak disia-siakan maka tidak berhak
mengasuh anak.
Syarat kelima, ibu kandung belum menikah lagi dengan
lelaki yang lain, berdasarkan sabda Nabi : “Kamu lebih berhak
dengannya selama kamu belum menikah lagi” (hasan. ditakhrij
oleh Abud Dawud 2244 dan An-Nasa’i 3495)

Berakhirnya Masa Pengasuhan dan Konsekuensinya.


Jika si anak sudah tidak lagi memerlukan bantuan orang
lain untuk memenuhi kebutuhan pribadinya sehari-hari, telah
mencapai usia mumayyiz dan sudah dapat memenuhi
kebutuhandasarnya seperti makan, minum memakai pakaian dan
lain-lainnya, maka masa pengasuhan telah selesai.
Manakala masa pengasuhan ini telah berakhir, apakah yang
harus dilakukan si anak ? Jika kedua orang tua sepakat untuk
mengikutkan anak tinggal bersama salah seorang dari kedua orang
tua, maka kesepakatan ini dapat dilaksanakan. tetapi jika kedua

http://aliranim.blogspot.co.id/2012/04/pengertiaan-dasar-hukum-dan-syarat.html 4/7
5/5/2018 alipoetry: PENGERTIAAN, DASAR HUKUM DAN SYARAT HADHANAH (Hak Asuh Anak)

orangtua masih berselisih, maka ada duahal yang harus


diperhatikan:
Pertama, anak yang diasuh adalah laki-laki. Terkait dengan
anak laki-laki yang telah selesai masa pengasuhannya, muncul tiga
pendapat dikalangan ulama:

1. Madzhab Hanafi, Ayah lebih berhak mengasuh si anak.


dengan alasan bahwa jika seorang anak laki-laki sudah bisa
memnuhi kebutuhan dasarnya, maka yang ia butuhkan
adalah pendidikan dan perilaku seorang laki-laki. Dalam hal
ini si ayah lebih mampu dan lebih tepat.
2. Madzhab Maliki, Ibu lebih berhak selama si anak belum
baligh.
3. Madzhab Asy-syafi’i dan Ahmad, Anak diberi kesempatan
untuk memilih salah satu diantara keduanya, berdasrkan
hadits Abu Hurairah: Seorang perempuan datang
menghadap Nabi dan berkata, “Wahai Rasulullah.
suamiku ingin membawaserta anakku dan anakku telah
meminumiku dari sumur Abu Inabah serta memberi manfaat
padaku.” Rasulullah bersabda: “Berundilah kalian berdua
untuknya.” Si suami menukas “Siapa yang lebih berhak
daripada aku terhadap anakku?” Nabi bersabda pada
sianak agar memilih, “Ini ayahmu dan ini Ibumu. Ambillah
tangan salah satu dari keduanya yang kamu suka” Ia meraih
tangan ibunya, dan lantas si ibupun pergi dan mebawanya.
(Haduts shahih, ditakhrij oleh Abu Dawud 2277, An-Nasa’i
3496 dan At-Tirmidzi 1357). Dari hadits diatas diketahui
bahwa konsep pengundian (qur’ah) harus didahulukan
daripada memberikan kesempatan memilih. Akan tetapi
dengan melihat apa yang dilakukan oleh para khalifah,
memberikan kesempatan memilih lebih didhalukan daripada
cara pengundian. Diriwayatkan bahwa ada orang yang
mengadukan perselisihan masalah anak kepada Umar . Ia
menjawab, “Ia sebaiknya tinggal bersama ibunya sampai ia
pandai berbicara, kemudian ia diberi kesempatan untuk
memilih.“(Sanad shahih, ditakhrij oleh Abdurrazaq 12606
dan Sa’id bin Manshur 2263).

Diriwayatkan juga dari Imarah bin Ru’aibah bahwasannya


Ali telah memberikan kesempatan kepadanya untuk
memilih antara (ikut) dengan ibunya atau pamannya.
Imarah lebih memilih ikut ibunya. Ali berkata “Kamu
dapat hidup bersama ibumu. Nanti jika saudaramu
(baca:adikmu) telah mencapai usia seperti usiamu saat ini,
maka berikanlah kesempatan kepadanya untuk memilih
seperti yang kau lakukan ini.” Imarah berkata, “Ketika itu
saya sudah beranjak remaja (ghulam).” (Sanadnya Dha’if
ditakhrij oleh Abdurrazaq 12609, Sa’id bin Manshur 2265
dan al-Baihaqi 8/4).
Ibnu Qayyim menyebutkan bahwa memberi kesempatan
memilih dan mengundi hanya dapat dilakukan apabila
kedua cara ini memberikan kemaslahatan bagi si anak.
Kalau memang ibu dipandang lebih dapat melindungi anak
dan lebih bermanfaat dibanding ayahnya, maka dalam
kasus ini merawat anak harus didahulukan tanpa harus
mempertimbangkan cara mengundi dan memilih.
Kedua, anak yang diasuh adalah anak perempuan. Para
Ulama berbeda pendapat, Kalangan Madzhab Maliki
berpendapat bahwa anak tetaptinggal bersama ibunya hingga
anaka perempuan tersebut menikah dan telah berhubungan intim

http://aliranim.blogspot.co.id/2012/04/pengertiaan-dasar-hukum-dan-syarat.html 5/7
5/5/2018 alipoetry: PENGERTIAAN, DASAR HUKUM DAN SYARAT HADHANAH (Hak Asuh Anak)

dengan suaminya. Dengan mengacu padapendapat Imam Ahmad,


kalangan madzhab Hanafi berpendapat bahwa manakala telah
mengalami menstruasi anak perempuan diserahkan kepada
ayahnya. Kalangan Madzhab Hanbali berpendapat bahwa anak
diserahkan kepada ayahnya apabila telah mencapai usia 7 tahun.
Ketiga Imam madzhab sepakat bahwa anak ini tidak diberi
kesempatan untuk menentukan pilihan. Sementara itu Syafi’i
berpendapat bahwa perempuan diberi kesempatan menentukan
pilihan seperti anak laki-laki dan dia berhak untuk hidup bersama
orang yang menjadi pilihannya (ayahnya atau ibunya).
Ibnu Taimiyyah lebih memilih berpendapat bahwa anak
perempuan tidak diberi kesempatan memilih. Ia bisa hidup
bersama salah satu dari keduanya apabila orangtua yang ia ikuti
ini taat kepada Allah dalam mendidik anak. (Majmu Fatawa Ibnu
Taimiyyah) (Dalam abiyazid.wordpres: syarat mendapatkan hak
asuh anak hadhanah)

4 KOMENTAR:

WenCen mengatakan...

saya setuju dgn kata2 tersebut....


akan tetapi, jikalau ibu nya lari tanpa ada usaha buat membawa anaknya
dari suaminya, apa DIA juga pantas dpt HAK ASUH???
uang yg di berikan buat imunisasi anak nya sendiri di pake buat
kepentingan sang ibu nya sendiri tanpa memikirkan anak nya, apakah itu
juga pantas di kasih HAK ASUH???
tolong di jawab...

Selasa, Mei 01, 2012 3:25:00 AM

WenCen mengatakan...

jujur saja, sebenarnya saya bingung dgn hukum dan agama yg udah
menetapkan peraturan2 hak asuh...
memang benar SURGA ada di telapak kaki ibu...
saya setuju degan itu...
karena bagaimanapun juga saya mencintai ibu saya...
tapi ingat, apa semua SURGA ditelapak kaki ibu???

Selasa, Mei 01, 2012 3:28:00 AM

WenCen mengatakan...

saya setuju dgn kata2 tersebut....


akan tetapi, jikalau ibu nya lari tanpa ada usaha buat membawa anaknya
dari suaminya, apa DIA juga pantas dpt HAK ASUH???
uang yg di berikan buat imunisasi anak nya sendiri di pake buat
kepentingan sang ibu nya sendiri tanpa memikirkan anak nya, apakah itu
juga pantas di kasih HAK ASUH???
tolong di jawab...

Selasa, Mei 01, 2012 3:28:00 AM

alipoetry, hukum sebagai petunjuk hidup saya... anda... dan


mereka,,,, mengatakan...

semua pengetahuan hanya milik Allah...

Terlepaas syurga itu ada di bawah telapak kaki ibu atau bukan, yang perlu
kita pahami adalah kewajiban kita sebagai seorang anak kepada orang tua
adalah harus tetap menghormatinya.
http://aliranim.blogspot.com/2008/10/aku-sayang-pada-ayahanda-dan-
ibundaku_25.html
“Hormatilah Kedua Orang Tuamu
Niscaya Engkau Terhindar Dari Marabahaya”. (Ali Bin Abi Thalib RA).
baik aataupun kurang baik orang tua kita, tetap saja ia adalah orang tua
kita yang perlu kita hormati.

dan jika membahas tentang hadhanah bagi seorang ibu yg kurang baik
jelas ada aturannya pula, Agama Islam membuat aturan tidak tanpa
alasan, Pasti ada tujuan diturunkan syariat itu. bAGI SEORAng anak yg
blm dewasa maka hak asuh anak ada pd ibunya krn memang pada seorang

http://aliranim.blogspot.co.id/2012/04/pengertiaan-dasar-hukum-dan-syarat.html 6/7
5/5/2018 alipoetry: PENGERTIAAN, DASAR HUKUM DAN SYARAT HADHANAH (Hak Asuh Anak)
ibu itu lbh dominan diperlukan ksih syang seorang ibu untuk anak,jika
memang ibu itu seorang yg baik dan mampu memelihara anaknya dgn
baik.
namun ketika sudah mumayyiz maka seorang anak boleh memilih antara
ayah atau ibu, namun ada hal lain jika terjadi ada seorang ibu yg kurang
baik sifatnya sehingga dapat merusak perkembangan si anak baik secara
psikis atau pun hal lainnya yg membahayakan anak maka hak asuh anak
diserahkan kpd ayah nya yg baik dan mampu memelihara anaknya dengan
baik.

wallahu a'lamu bissawab...

Selasa, Mei 01, 2012 9:04:00 AM

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Beranda Posting Lama

Langganan: Posting Komentar (Atom)

informasi music

Gratisan Musik

alipoetry © 2008 Por *Templates para Você*

http://aliranim.blogspot.co.id/2012/04/pengertiaan-dasar-hukum-dan-syarat.html 7/7

Anda mungkin juga menyukai