Anda di halaman 1dari 4

BAB VII

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Post Conference


Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dibutuhkan
komunikasi yang efektif. Kegiatan komunikasi yang kurang efektif
menyebabkan menurunnya intensitas dan durasi pemberian pelayanan kepada
pasien. Sehingga pemberian pelayanan menjadi monoton dan tidak holistik.
(Sugiharto, Keliat, Sri, 2012).
Kemampuan berkomunikasi dapat dilihat dari kualitas post conference dan
operan setiap pergantian sif. Post conference merupakan kegiatan diskusi
yang dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana mengenai kegiatan
selama sif sebelum dilakukan operan sif berikutnya. Kegiatan post conference
sangat diperlukan dalam pemberian pelayanan keperawatan karena ketua tim
dan anggotanya harus mampu mendiskusikan pengalaman klinik yang baru
dilakukan, menganalisis, mengklarifikasi keterkaitan antara masalah dengan
situasi yang ada, mengidentifikasi masalah, menyampaikan dan membangun
system pendukung antar perawat, dalam bentuk diskusi formal dan
professional. Proses diskusi pada post conference dapat menghasilkan strategi
yang efektif dan mengasah kemampuan berfikir kritis untuk merencanakan
kegiatan pada pelayanan keperawatan selanjutnya agar dapat
berkesinambungan (Keliat, 2012).
Hasil penelitian Chaboyer, Mc Murray, dan Wallis (2007) di Australia dan
sejumlah Negara lain menunjukkan bahwa kurang lebih 30% aktivitas
keperawatan bergantung dari komunikasi. Apabila komunikasi dan
pengetahuan perawat baik, maka pelayanan yang diberikanakan efisien dan
efektif. Sebaliknya, apabila komunikasi dan tim kerja perawat buruk, maka
hasil yang dicapai pun akan buruk.
Berdasarkan hasil implementasi yang dilakukan dari tanggal 4-7 Mei 2018
di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M Djamil Padang didapatkan
bahwa sebanyak (83,3%) menyebutkan nama pasien saat post conference. Hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kinerja perawat untuk
melakukan post conferene sebelum melakukan oferan shift selanjutnya.
Hal ini sesuai penelitian oleh Seniwati (2014) pelaksanaan post conference
tidak dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab maka akan mempengaruhi
kinerja perawat tersebut dalam perampungan hasil tindakan pemberian
asuhan keperawatan pasien pada saat itu seperti yang dikemukakan oleh
WHO bahwa kinerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan
suatu pekerjaan
Dari implementasi yang dilakukan dalam proses pelaksanaan post
conference di Ruang Interne Pria RSUP M Djamil Padang yaitu
mengobservasi dan menilai operan sifht sebelum dilakukan implementasi
tentang post conference, menyamakan persepsi dengan kepala ruang di ruang
tersebut. Setelah itu kepala ruang memimpin post conference dan
mengobservasi dan menilai bagaimana proses post conference tersebut,
apakah berjalan dengan baik atau tidak. Kegiatan operan sif berjalan dengan
baik, apabila perawat mampu mengikuti post conference dengan baik,
didalam post conference tersebut ketua tim harus mampu berdiskusi tentang
masalah yang terjadi pada pasien, menceritakan kendala apa saja yang
dihadapi dan ketua tim menyampaikan tindakan apa saja yang harus
dilakukan oleh ketua tim pada sif selanjutnya, kemudian di hari ke 5
dilakukannya penilaian setiap ketua tim yang melakukan operan sif.
Dari hasil observasi yang dilakukan sebelum implementasi yang dilakukan
didaptkan hampir seluruh perawat (84,6%) tidak setuju bahwa post
conference harus diikuti karena merupakan hal yang penting untuk
memaksimalka intervensi keperawatan yang diberikan ke pasien. Selain itu
alasan lain dari tidak setujunya pelaksanaan post conference adalah pengaruh
kebiasaan dn budaya dalam suatu ruangan yang beranggapan bahwa post
conference hanya menghabiskan waktu dan mengundur waktu pulang.
Hal itu sesuai dengan penelitian oleh Afandi (2017) bahwa pelaksanaan
post conference terbentuk dari pola dan kebiasaan yang dlakukan oleh
perawat ruangan sehingga banyak anggapan post conference mengakibatkan
perawat harus rela telat pulang kerja.
Sedangkan setelah dilakukan implementasi dilakukan didapatkan lebih
dari separu perawat (80%) mengatakan post conference merupakan hal yang
penting dilakukan oleh perawat dan sebagian kecil (20%) perawat megatakan
tidak setuju bahwa post conference penting untuk dilakukan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sudah optimalnya sikap perawat untuk melakukan post
conferene sebelum oferan pada shift selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Permatasari, (2014). Efektivitas Post Conference Terhadap Operan Sif Di Ruang


Rawat Inap RSUD Ungaran. diakses pada tanggal 9 Mei 2018 dari
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/
view/263
Achmad. (2011). Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan dan Ketua Tim dalam
Meningkatkan Kepuasaan Kera Perawat Pelaksana. Diakses dari
file:///C:/Documents%20and%20Settings/Administrator/My%20Docum
ents/107711-ID-fungsi-pengarahan-kepala-ruang-dan-ketua.pdf
Afandi. (2017). Evaluasi Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) Di RSUD Djojonegoro, Temanggung. Diaskes dari
https://media.neliti.com/media/publications/153063-ID-evaluasi-
pengembangan-model-praktik-kepe.pdf
Seniwati. (2014). Evaluasi Operan, Pre Post Conference Supervisi Dan Kinerja
Perawat Di RSU Haji Makassar diakses
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/65192b217c083263c0e7c494efe3
4411.pdf
Dahllia, (2013). Kinerja Pembimbing Kklinik Pada Mahasiwa Praktik
Keperawatan Di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Aceh diakses
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/1597

Anda mungkin juga menyukai