Anda di halaman 1dari 6

BAB II

GAGASAN

2.1 Kondisi Terkini Ojek Online dan Ojek Pangkalan


Belakangan ini di Indonesia sedang dihebohkan dengan munculnya
kendaraan berbasis online yaitu salah satunya adalah kendaraan sepeda motor
berbasis online atau sering kita dengar dengan sebutan ojek online. Selain lebih
praktis dibandingkan dengan ojek pangkalan karena kita tidak perlu mencari
pangkalan ojek terdekat dan hanya perlu menunggu ojek untuk datang ke lokasi
kita, tarif yang ditawarkan juga relatif lebih murah dibandingkan dengan ojek
pangkalan, selain itu ojek online juga menyediakan helm untuk pelanggannya untuk
memastikan pelanggannya lebih aman selama perjalanan dan juga ojek online lebih
bisa menaati peraturan lalu lintas dibandingkan ojek pangkalan.
Dengan berbagai kelebihan dari ojek online diatas, tentu saja ojek online
dibanjiri oleh pelanggan yang menjadikan ojek online populer dan semakin besar
di masyarakat. Akan tetapi dengan naik daunnya popularitas ojek online
mengundang kontroversi terhadap pengemudi ojek pangkalan yang merasa
pelanggan-pelanggannya dicuri oleh ojek online khususnya dibeberapa daerah
seperti Bandung, Lampung, Klaten, dan termasuk juga Jatinangor.
Salah satu kejadian terjadi di Jatinangor, seorang pengemudi ojek online
dipukuli oleh beberapa pengemudi ojek pangkalan setelah mengantar seorang
pelanggannya. Menurut salah seorang saksi, pengemudi ojek online tersebut
petama-tama di buntuti oleh beberapa ojek pangkalan sampai sang ojek online
sampai dan menurunkan pelanggannya setelah itu para pengemudi ojek pangkalan
menghampiri pengemudi ojek online dan mulai memukulinya.
Kejadian yang hampir sama terjadi pula di Bandung, dilansir di
Liputan6.com (20/8.2017), Keributan antara pengemudi ojek pangkalan dengan
pengemudi ojek online terjadi di kawasan Bojongsoang, Bandung, Jawa Barat,
Sabtu 19 Agustus 2017. Seorang pengemudi ojek online yang berpapasan di jalanan
tiba-tiba dipukul pengemudi ojek pangkalan. Seperti ditayangkan Fokus Pagi
Indosiar, Minggu (20/8/2017), beruntung sejumlah polisi dan warga datang dan
melerai sehingga keributan tidak meluas. Diduga, pemukulan ini buntut dari
perusakan spanduk berisi larangan pengemudi ojek online melintas di wilayah ojek
pangkalan.

2.2 Solusi yang Pernah Ditawarkan dalam Pencegahan Keributan antara


Ojek Online dan Ojek Pangkalan
Salah satu solusi yang pernah ditawarkan adalah dengan melakukan mediasi
antara ojek online dan ojek pangkalan seperti yang dilansir di fokusjateng.com
(1/09/2017), sejumlah pengemudi ojek online dengan ojek pangkalan dipertemukan
di kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Klaten, Kamis (31/8/2017) pagi. Pertemuan
(mediasi) itu untuk mengantisipasi terjadinya gejolak yang tidak diinginkan
terhadap sesama pengemudi ojek. Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Klaten,
Purwanto Anggoro Cipto meminta kepada semua pengemudi ojek, baik pangkalan
maupun online supaya menjaga kondusifitas bersama. “Jadi ojek semacam Gojek,
Grab itu kan masyarakat yang membutuhkan juga, jadi tidak bisa ditolak atau
diperhentikan. Ojek pangkalan berjalan ojek online juga bisa berjalan,” katanya.
Purwanto mengatakan, hasil kesepakatan antara ojek pangkalan dengan ojek
online semua tidak boleh mengganggu. “Jangan saling mengganggu satu dengan
yang lainnya. Setelah ini kami akan evaluasi perkembangan di lapangan seperti
apa,” kata Purwanto. Mediasi ini berlangsung alot lantaran para pengemudi ojek
pangkalan melalui koordinator pangkalan ojek Stasiun Kereta API Klaten, Joko
Triharnanto, tetap menolak secara keseluruhan hasil mediasi dengan ojek online.
Sebab adanya ojek online bisa mengurangi penghasilan ojek pangkalan. “Kami
menolaknya. Alasanya, kami ini cikal bakal transportasi alternatif, dan ini sudah
turun temurun sudah beberapa generasi di pangkalan ojek Tegalgondo sampai
Prambanan. Jadi kami ini generasi penerus,” katanya.
Menurutnya, pekerjaan ini tidak kemana-mana dan jadi turun menurun.
Selain itu, akan menjadi kesenjangan tarif juga. “Kalau tarif online dalam aplikasi,
tapi tarif ojek pangkalan kami yang membuatnya. Sudah ada kesepakatan antara
penumpang dengan ojek, contohnya untuk jarak sekian tarifnya sekian. Dan itu
sudah dikira kira juga tidak merugikan konsumen,” kata Joko. Disinggung terkait
adanya ojek pangkalan yang bergabung dengan ojek online, dia tetap bersikukuh
tidak menyetujuinya. “Sudah banyak yang lapor ke saya, adanya penurunan
pendapatan akibat adanya ojek online. Makanya kami menolaknya,” tegas Jokwo.
Sementara itu perwakilan manajemen Gojek Jogja, Hari Bowo Utomo
mengatakan, pihaknya sudah menyebarkan peringatan kepada driver Gojek untuk
tidak mengambil penumpang yang ada di sekitar titik pangkalan. Hal tersebut
dilakukan untuk menghindari gesekan dengan ojek pangkalan. “Larangan sudah
kami sampaikan, titik penjemputan konsumen di luar wilayah ojek pangkalan,”
katanya.

2.3 Keefektifan Pembuatan MoU OPO dalam Mengatasi Permasalahan


antara Ojek Online dan Ojek Pangkalan
Memorandum of Understanding (MoU) atau dalam bahasa Indonesia sering
disebut sebagai nota kesepahaman adalah dokumen yang memuat saling pengertian
di antara para pihak sebelum perjanjian dibuat. Isi dari memorandum of
understanding harus dimasukkan ke dalam kontrak, sehingga ia mempunyai
kekuatan mengikat. MoU OPO atau Memorandum of Understanding Ojek
Pangkalan-Online adalah sebuah rancangan MoU untuk mengatasi permasalahan
antara pengendara ojek online dan ojek pangkalan di Indonesia. Pembuatan MoU
ini harus dilakukan antara ojek online dan ojek pangkalan secara Nasional, yang
artinya bahwa kesepakatan di dalam MoU yang dibuat dapat diketahui dan
dilaksanakan oleh semua pihak yang berprofesi sebagai penyedia jasa transportasi
baik itu ojek online maupun ojek pangkalan. Termasuk di dalamnya memuat
tentang adanya sanksi bagi yang melanggar perjanjian yang telah dibuat baik sanksi
individu atau secara keseluruhan penyedia jasa transportasi tersebut. Dengan
demikian, akan timbul rasa tanggung jawab dari masing-masing pihak dalam
menjalankan MoU.

2.4 Pihak-Pihak Terkait yang Dapat Mengimplementasikan Pembuatan MoU


OPO
a. Kementerian Perhubungan Indonesia
Kementerian Perhubungan Indonesia dapat membantu dalam menentukan
wilayah kerja operasional antara ojek online dan ojek pangkalan dalam
pembuatan MoU.
b. Kementerian Sosial Indonesia
Kementerian Sosial Indonesia dapat menjadi penengah dan pengamat efek
sosial dalam pembuatan MoU agar tidak terjadi keputusan yang lebih
menguntungkan sebelah pihak dan tidak terjadi pertentangan di
masyarakat.

c. Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia


Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia dapat membantu pembagian
kerja, waktu dan wilayah operasional antara ojek online dan ojek
pangkalan dalam pembuatan MoU.

2.5 Langkah - Langkah Strategis Penerapan MoU OPO dalam Mengatasi


Permasalahan
a. Pembentukan Himpunan Pengemudi Ojek Online dan Ojek Pangkalan
Nasional
Pembentukan Himpunan Pengemudi Ojek Online dan Ojek Pangkalan
Nasional ini perlu dilakukan, demi adanya pendapat umum dari kedua
pihak. Dengan kata lain perlu adanya perwakilan-perwakilan dari pihak
pengemudi ojek online dan pengemudi ojek pangkalan secara nasional
dalam pengambilan keputusan dan pendapat dalam pembentukan dan
penyusunan perjanjian MoU yang disusun secara nasional. Kedua
Himpunan Pengemudi Ojek kemudian dibawahi oleh Dinas Perhubungan
(Dishub) yang akan memantau kedua Himpunan tersebut lalu dari kedua
Himpunan tersebut dijalinlah sebuah MoU.
b. Mengadakan pertemuan antara pihak-pihak di atas
Setelah dibentuknya Himpunan Pengemudi Ojek Online dan Ojek
Pangkalan, dilakukan pertemuan antara Kementerian Perhubungan
Indonesia, Kementerian Sosial Indonesia, Kementerian Ketenagakerjaan
Indonesia, dan Kedua Himpunan Ojek Online dan Ojek Pangkalan
Nasional untuk mendiskusikan permasalahan, keluhan, dan pendapat
solusi dari berbagai pihak.
c. Pembuatan Memorandum of Unserstanding secara Nasional
Setelah dilakukannya diskusi dari pihak-pihak yang terkait diatas,
dilakukan pembuatan MoU yang bersifat tidak menguntungkan sebagian
pihak dan dapat disetujui oleh semua pihak yang bersangkutan yang
berlaku secara nasional. Misalkan Pembagian jam operasional
bahwasannya ojek pangkalan dapat beroperasi dari jam 05.00 atau jam-
jam berangkat kerja sampai jam 14.00, sedangkan ojek online beroperasi
pada jam-jam pulang kerja yaitu 15.00 sampai 22.00, dan di jam sisa-
sisanya keduanya boleh beroperasi.
Dilakukan juga pembuatan sanksi bagi yang melanggar MoU yang sudah
disetujui oleh semua pihak agar mencegah terjadinya pelanggaran baik
oleh pihak ojek online maupun ojek pangkalan terhadap MoU yang sudah
dibuat sehingga tidak terjadi lagi penghukuman yang langsung dilakukan
oleh individu pengemudi ojek itu sendiri. Setelah disetujuinya MoU oleh
kedua belah pihak, MoU tersebut dipublikasikan dan diimplementasikan
kepada masyarakat seluruh Indonesia agar semua pengemudi ojek online
maupun ojek pangkalan dan juga masyarakat pengguna transportasi ojek
mengetahui perjanjian dan peraturan yang ada dalam MoU tersebut
sehingga tidak akan ada lagi permasalahan antara ojek online dan ojek
pangkalan.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Memorandum of Understanding (MoU) atau dalam bahasa Indonesia sering
disebut sebagai nota kesepahaman adalah dokumen yang memuat saling pengertian
di antara para pihak sebelum perjanjian dibuat. Isi dari memorandum of
understanding harus dimasukkan ke dalam kontrak, sehingga ia mempunyai
kekuatan mengikat. Sehingga dengan dibuatnya MoU anara ojek online dan oojek
pangkalan secara nasional ini dapat mengatasi permasalahan antara ojek online dan
ojek pangkalan dan mencegah terjadinya permasalahan yang serupa agar tidak
muncul lagi dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai