Anda di halaman 1dari 14

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS KEPATUHAN SUPERVISOR TERHADAP


IMPLEMENTASI PROGRAM OCCUPATIONAL HEALTH &
SAFETY (OHS) PLANNED INSPECTION DI PT. CCAI

Dewi Sarah, Ekawati, Baju Widjasena


Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro

Email : dewisarah.osh@gmail.com

Abstract : The Government has issued Regulation Legislation No. 50 Year 2012
on Health and Safety Management System (SMK3). CCAI is a company that has
implemented SMK3. The application of the CCAI SMK3 supported by K3 program
one of them is OHS Planned Inspection. This study aimed to analyze the
implementation of Occupational Health & Safety (OHS) program Planned
Inspection in CCAI. The subjects of this study amounted to five people as the
main informants and 2 as an informant triangulation. The results showed key
informants already knew this progrtam, goals, objectives, and program execution
time. The attitude of key informants agreed with this program and in this
implementation need a good communication to superiors, as well as to the team
below. The availability of facilities in the form is a checklist. The main informant
had never been trained filling checklist. SOP that there has not been spread
widely disseminated to all employees including key informants. Supervision only
from an informant triangulation and has not from the respective. The results
showed a less training and supervision provided by the OHS (Occupational
Health Safety). This resulted in the knowledge and attitudes of employees is still
low on the implementation of Planned Inspection program. CCAI need to provide
training to fill the key informant checklist to improve the capability and compliance
in conducting Planned Inspection program. Improve the surveilance and
communication in the implementation of the program.

Keywords : compliance, Planned Inspection program, Supervisor

342
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN yang timbul akibat pekerjaan,


Latar Belakang serta meningkatkan produktivitas
Kemajuan ilmu pengetahuan dan efisiensi. Risiko keselamatan
dan teknologi saat ini merupakan aspek-aspek dari
berkembang sangat pesat. lingkungan kerja.2 Angka
Penggunaan teknologi yang maju kecelakaan kerja di Indonesia
selain memberikan kemudahan, yang juga tinggi dan tercatat di
juga akan memberikan efek Jamsostek yaitu angka
samping yang tidak dapat kecelakaan kerja tahun 2011 lalu
dielakkan yaitu bertambahnya mencapai 99.491 kasus. Jumlah
jumlah dan ragam sumber tersebut meningkat dibanding
bahaya bagi penggunaan tahun-tahun sebelumnya yaitu
teknologi itu sendiri. Disamping tahun 2010 sebanyak 98.711
itu faktor lingkungan kerja yang kasus. Data kecelakaan tersebut
tidak memenuhi syarat mencakup seluruh perusahaan
keselamatan dan kesehatan yang menjadi anggota Jamsostek
kerja, proses kerja yang tidak dengan jumlah peserta sekitar 7
aman, dan sistem kerja yang juta orang atau sekitar 10% dari
semakin kompleks dan modern seluruh pekerja di Indonesia.
dapat menjadi ancaman tersendiri Oleh karena itu jumlah
bagi keselamatan dan kesehatan kecelakaan kerja secara
1
pekerja. keseluruhan diperkirakan jauh
Di era globalisasi yang lebih besar. Untuk itu pemerintah
semakin berkembang ini telah mengeluerkan PP No. 50
menuntut pelaksanaan Tahun 2015 tentang SMK3.3
Keselamatan dan Kesehatan Selain kebijakan manajemen,
Kerja (K3) di setiap tempat kerja pencapaian SMK3 harus
termasuk di industri,untuk itu diimbang pula perilaku yang baik
perlu mengembangkan dan yaitu kepatuhan para pelaksana
meningkatkan K3 dalam rangka lapangan seperti karyawan dan
mengurangi serendah mungkin Supervisor untuk menjalankan
risiko kecelakaan dan penyakit program-program K3 sesuai

343
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan SOP. Kepatuhan Kerja (SMK3) adalah untuk


terhadap program yang mengurangi atau mencegah
diterapkan oleh perusahaan kecelakaan yang mengakibatkan
bertujuan terciptanya perilaku cedera atau kerugian materi.
yang aman dan pencapaian hasil Kecelakaan kerja dapat
yang maksimal bagi menyebabkan kerugian baik
perusahaaan. Ada 3 (tiga) faktor langsung maupun tidak langsung,
yang dapat mempengaruhi kerugian tidak langsung ini yang
perilaku kerja atau kinerja dari terkadang tidak diperhitungkan
seorang pegawai yang pertama oleh perusahaan yang justru
adalah faktor predisposisi menyumbang kerugian lebih
(Predisposing factor) yaitu faktor besar dibandingkan kerugian
yang mempermudah dan langsung. Dalam upaya
mendasari untuk terjadinya meminimalkan dan
perilaku tertentu. Faktor menghilangkan bahaya baik dari
Pemungkin (Enabling) yaitu faktor unsafe act maupun unsafe
pemungkin merupakan faktor condition serta memastikan
yang memungkinkan untuk bahwa karyawan bekerja dengan
terjadinya perilaku tertentu. aman dan sehat, PT. CCAI
Faktor Penguat (Faktor memiliki bagian Occupational
Reinforcing) yaitu faktor-faktor Health & Safety (OHS) yang
yang mendorong atau menangani masalah
4
memperkuat terjadinya perilaku. Keselamatan dan Kesehatan
PT. CCAI adalah perusahaan kerja (K3). OHS membuat
manufaktur penghasil minuman beberapa program kerja
yang telah mendapatkan sertifikat diantaranya program K3 yang
SMK3. Melalui penerapan SMK3 berkaitan dengan perilaku
diharapkan perusahaan dapat keselamatan salah satunya yaitu
meminimalkan terjadinya Occupational Health & Safety
kecelakaan kerja. Tujuan utama (OHS) Planned Inspection. OHS
penerapan Sistem Manajemen Planned Inspection merupakan
Keselamatan dan Kesehatan salah satu program yang

344
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

bertujuan memenuhi kewajiban pelaksanaan seperti menyusun


keselamatan dan kesehatan kerja jadwal petugas pada tiap bagian.
dengan kepatuhan terhadap Selain itu Supervisor memiliki
undang-undang yang relevan, tugas melaporkan hasil dari
peraturan pelaksana, dan standar pelaksanaan program ke leader
industri, memastikan semua atau Managernya juga kepada
peralatan dalam kondisi aman, tim OHS juga menindak lanjut
layak digunakan, memenuhi dan review program. Supervisor
persyaratan yang ditentukan dan memeriksa apakah pelaksanaan
memastikan pelaksanaan inspeksi sesuai schedule,
inspeksi sesuai rencana dengan membuat rekapitulasi untuk
frekuensi sesuai standar. setiap ketidaksesuaian hasil
Program ini telah berjalan inspeksi, identifikasi kemungkinan
sejak 2012 dengan sarana penyebabnya, rekomendasi
menggunakan buku. Kemudian di perbaikan/ pencegahan, dan
awal tahun 2015 sarana untuk memonitor perkembangan
program ini di ganti dengan form perbaikan di minggu berikutnya,
checklist dan seluruh karyawan selain itu berkonsultasi dengan
diwajibkan berpartisipasi aktif OHS. Untuk itu Supervisor
dalam melaksanakan program ini. memiliki peran penting dalam
Supervisor merupakan pelaksanaan program ini.
seseorang yang diberikan tugas Pelaporan checklist oleh
dalam sebuah organisasi Supervisor masing-masing
perusahaan dan mempunyai bagian dilakukan dalam satu
kekuasaan untuk mengeluarkan bulan belum sesuai target yang
perintah kepada rekan kerja telah ditentukan oleh bagian
bawahannya. Dalam OHS.
implementasi program ini Dari hasil survey pendahuluan
Supervisor telah dibekali cara masih ditemukan kecelakaan
pelaksanaan program memiliki kerja yang terjadi tahun 2012 –
tanggung jawab dalam 2014 di PT. CCAI berjumlah 24
pelaksanaan program mulai awal kasus kecelakaan kerja. Salah

345
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

satunya yaitu disebabkan karena adanya peranan manajemen


unsafe condition. Untuk itu dalam perusahaan sangat diperlukan
meminimalkan unsafe condition agar mampu membuat dan
diperlukan kesadaran untuk peka menjalankan program sesuai
terhadap lingkungan sekitar, dengan keterbutuhan
program ini membantu dalam perusahaan. Berdasarkan latar
mengecek keadaan di area kerja belakang diatas, peneliti tertarik
masing-masing. Selain itu untuk melakukan penelitian
pelaporan checklist OHS Planned tentang Analisis Kepatuhan
Inspection dari masing-masing Supervisor Terhadap
bagian belum mencapai target Implementasi Occupational
yang telah di tentukan yaitu 85% Health & Safety (OHS) Planned
checklist yang telah disediakan di Inspection di PT. CCAI.
masing-masing area. Tidak jarang
dalam satu bulan ada bagian METODE PENELITIAN
yang tidak sama sekali Jenis penelitian yang
melaporkan hasil checklistnya. digunakan dalam penelitian ini
Pada tahun 2015 jangka waktu 4 adalah penelitian yang bersifat
bulan terakhir yaitu Januari-Mei kualitatif deskriptif.6 Pengambilan
2015 hasilnya hanya terpenuhi sampel dalam penelitian ini
7% dari checklist yang menggunakan purposive
disediakan. Hasil ini masih jauh sampling. Informan utama dalam
5
dari target yang telah ditentukan. penelitian ini adalah 5 Supervisor
Bagian OHS sangat PT. CCAI. Informan triangulasi
menyayangkan temuan ini, dalam penelitian ini adalah OHS
karena sikap ketidakpatuhan dan Manager dan OHS Officer PT.
tidak aware terhadap lingkungan CCAI. Pengumpulan data
kerja dari seluruh karyawan dan penelitian dilakukan dengan cara
Supervisor membuat pemantauan observasi terhadap sikap, sarana,
angka kecelakaan kerja bahkan pelatihan, dan pengawasan
keselamatan tidak dapat terlihat dalam pelaksanaan program lalu
akar penyebabnya. Selain itu dilakukan wawancara mendalam

346
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

(indepth interview) kepada berprofesi sebagai Supervisor di


informan utama. Pengumpulan PT. CCAI. Informan memiliki
fakta dari fenomena atau pendidikan terakhir yaitu 3 orang
peristiwa – peristiwa yang bersifat S1, 1 orang D3, dan 1 orang
khusus kemudian masuk pada Sekolah Menengah Atas (SMA).
kesimpulan yang bersifat umum. Dengan kriteria :
Keabsahan data dilakukan 1. Lama kerja minimal 1 tahun
dengan teknik triangulasi. Teknik menjadi Supervisor
triangulasi dengan sumber 2. Menjadi penanggung jawab
membandingkan dan mengecek area kerja
baik derajat kepercayaan pada 3. Bersedia untuk
suatu informasi yang diperoleh diwawancarai
melalui waktu dan alat yang Informan triangulasi
7
berbeda. merupakan seorang OHS
Reliabilitas penelitian dapat Manager dan seorang OHS
dicapai dengan auditing data. Officer. Seluruh informan
Melakukan proses pemeriksaan triangulasi berjenis kelamin laki –
terhadap alur analisis data untuk laki dengan usia 43 dan 40 tahun
mengetahui dan membandingkan dengan pendidikan terakhir S1.
rekaman, catatan wawancara dan
kesimpulan yang dihasilkan. Analisis Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
HASIL DAN PEMBAHASAN Informan utama sudah
Karakteristik Informan mengerti tujuan, sasaran dan
Penelitian ini mengambil 5 frekuensi pelaksanaan
orang dengan 4 orang laki-laki program ini terbukti dengan
dan satu perempuan sebagai jawaban mereka yang benar
informan utama. Usia kelima tentang program ini. Namun
informan penelitian yaitu 38 untuk tahap pelaksanaan
tahun, 47 tahun dua, 49 tahun, 43 program masih sebagian besar
tahun dan 40 tahun. Semua informan utama paham cara
informan utama yang diteliti disini melaksanakannya. Mereka

347
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

hanya paham secara garis Informan utama sudah


besarnya saja dan belum mengerti terkait
mengetahui cara pengisian pelaksanaannya di area,
form checklist dengan baik. seluruh informan utama sudah
Menurut teori Green, menganggap bahwa adanya
bahwa pengetahuan program ini sangat baik untuk
berpengaruh langsung menjaga keselamatan
terhadap sikap dan perilaku pekerjanya. Namun terkadang
khusus seseorang. masih dianggap sebagai
Pengetahuan ini masih pada beban tambahan. Informan
tingkat memahami maksudnya triangulasi juga mengatakan
adalah kemampuan untuk bahwa para pelaksana belum
menjelaskan secara benar sepenuhnya mau ikut
8
materi yang pernah di dapat. berpartisipasi aktif dalam
Dari penelitian sebelumnya program ini.
mengenai kepatuhan Teori L Green menyebutkan
karyawan terhadap bahwa sikap bepengaruh
implementasi program hazard terhadap perilaku patuh, dan
report di PT. Holcim Cilacap memiliki tingkatan yaitu
oleh Zuhria Bani, pengetahuan menerima, merespon,
memiliki hubungan yang menghargai, dan bertanggung
bermakna dengan kepatuhan Jawab. Berdasarkan penelitian
karyawan. Diasumsikan bahwa sebelumnya mengenai
pengetahuan yang dimiliki oleh kepatuhan karyawan terhadap
karyawan tidak begitu implementasi program oleh
mendalam mengenai Hazard Zuhria Bani, sikap memiliki
Report. Salah satu aspek yang hubungan yang bermakna
membentuk kepatuhan adalah dengan kepatuhan karyawan.
pengetahuan dari karyawan Hal ini diasumsikan bahwa
9
terhadap suatu objek / materi. sikap memiliki pengaruh
2. Sikap karena implementasi Hazard
Report berhubungan dengan

348
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Key Performance Indicators Dari penelitian sebelumnya


(KPI) sehingga mereka mengenai kepatuhan petugas
melakukan Hazard Report laboratorium oleh Dewi
sesuai dengan targetnya.9 marlina, sarana tidak memiliki
hubungan yang bermakna
Analisis Faktor Pemungkin dengan kepatuhan petugas.
1. Sarana / Checklist Hal ini dikarenakan sebagian
Informan utama besar instalasi laboratorium
berpendapat bahwa telah memiliki sarana dan
ketersediaan checklist, prasarana yang cukup
menunjukkan bahwa untuk memadai. Hal ini tidak sejalan
lima area yang di tentukan dengan penelitian saat ini
telah memiliki sarana dan karena sarana yang dimiliki
prasarana yang cukup sudah cukup baik namun
memadai, kelayakan masih belum memenuhi
checklist, dan OHS sebagai standar, hal ini dikarenakan
tempat konsultasi checklist, jika form checklist habis maka
namun pelaporan karyawan tidak langsung
ketersediaan checklist belum mengambil ke bagian OHS,
dilakukan, upgrade checklist demikian juga dengan OHS
yang menyesuaikan area yang jarang mengcroshceck
belum dilakukan dan checklist ketersediaan form checklist.10
masih sulit untuk dijangkau Teori Lawrence Green
oleh seluruh karyawan. Hasil mendeskripsikan bahwa faktor
observasi terkait sarana enabling merupakan faktor
checklist yang ada di area yang membuat perilaku
kerja, diketahui bahwa menjadi mungkin atau mudah
ketersediaan sarana sudah untuk dilakukan.8
ada namun tidak lengkap dan 2. Pelatihan Kebakaran
disesuaikan dengan Pelatihan keselamatan
karakteristik area kerja dan kesehatan kerja
merupakan pelatihan yang

349
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

diselenggarakan dan memiliki hubungan yang


diarahkan untuk membekali, bermakna terhadap
meningkatkan, dan kepatuhan petugas. Hal ini
mengembangkan dikarenakan pimpinan laborat
kemampuan, produktivitas, sebenarnya memberi
dan kesejahteraan tenaga kesempatan bagi seluruh
11
kerja. Seluruh informan petugas untuk mengikuti
utama belum pernah pelatihan ke laboratoriuman,
mendapatkan pelatihan namun kenyataannya tidak
khusus untuk program semua petugas bisa diikutkan,
Planned Inspection sejauh ini karena kuota peserta
hanyalah bentuk sosialisasi. pelatihan selalu terbatas.9
Pihak perusahaan belum 3. Standart Operating Procedure
mengadakan pelatihan cara (SOP)
pelaksanaan program Standard operating
termasuk tahap mengisi procedure (SOP) adalah
checklist. Menurut L Green langkah-langkah kerja tertulis
pelatihan juga memiliki yang terfokus kepada
hubungan dengan perilaku, pelaksanaan pekerjaan untuk
karena engan pelatihan dapat mengurangi risiko kerugian
meningkatkan kompetensi dan mempertahankan
8
Supervisor dan karyawan lain. kehandalan. Dalam SOP
Dari penelitian biasanya terdapat batasan
sebelumnya mengenai operasi peralatan dan
kepatuhan petugas keselamatan, prosedur
laboratorium oleh Dewi menghidupkan,
Marlina tentang Analisis mengoperasikan, dan
Kepatuhan Petugas Terhadap mematikan peralatan.12
Prosedur Mutu Laboratorium Informan utama belum
Sesuai ISO 17025:2005 di pernah melihat bentuk dari
Balai Teknik Kesehatan SOP untuk pelaksanaan
Lingkungan, pelatihan progra sehingga belum

350
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

melaksanakan program sesuai sumber daya yang ada untuk


dengan prosedurnya, melaksanakan inspeksi.8
kemudian belum ada
komunikasi atau penyampaian Analisis Faktor Penguat
informasi yang baik dari atas 1. Pengawasan
ke bawah terkait adanya SOP. Informan utama sudah
Dengan demikian informan paham akan adanya
utama belum memahami pengawasan dari pihak OHS,
tentang tata cara pelaksanaan dan belum ada pengawasan
program dengan baik dan dari bagian masing-masing.
benar. Untuk evaluasi yang telah
Hal ini sesuai dengan teori berlangsung setiap bulannya
Green dimana faktor informan utama menerima
pemungkiStandard operating informasinya berupa catatan
procedure (SOP) adalah dari email dari evaluasi yang
langkah-langkah kerja tertulis dilakukan oleh OHS namun
yang terfokus kepada belum maksimal. Selain itu
pelaksanaan pekerjaan untuk evaluasi hanya dilakukan
mengurangi risiko kerugian untuk hasil pelaksanaan
dan mempertahankan program saja, tidak ada
kehandalan. Dalam SOP evaluasi proses. Hal tersebut
biasanya terdapat batasan membuat implementasi yang
operasi peralatan dan belum maksimal dan belum
keselamatan, prosedur sesuai dengan harapan.
menghidupkan, Dari penelitian
mengoperasikan, dan sebelumnya mengenai
mematikan peralatann kepatuhan petugas
(enabling factor) yaitu faktor- laboratorium oleh Dewi
faktor yang memungkinkan Marlina, pengawasan memiliki
untuk terjadinya perilaku hubungan dengan kepatuhan
tertentu termasuk sarana, petugas. Hal ini terjadi
prasarana, kebijakan dan juga dimungkinkan karena

351
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

berdasarkan data yang program mulai dan sebagai


dikumpulkan, diketahui bahwa pengingatnya selalu diselipkan
petugas menyatakan pada rapat P2K3. Pihak
pengawasan yang dilakukan perusahaan juga belum
baik itu oleh atasannya mengadakan pelatihan.
langsung dalam hal ini kepala Penjadwalan, absensi dan foto
instalasi, maupun dokumentasi tidak ada.
pengawasan dari tim mutu Hasil observasi mengenai
masih kurang. Sehingga hal SOP bahwa adanya SOP belum
ini diasumsikan dapat disebarluaskan secara jelas, SOP
mengurangi tingkat kepatuhan dalam bentuk soft filr dan
oleh petugas karena disimpan oleh bagian OHS,
kurangnya pengawasan.9 pernah di sosialisasikan pada
saat awal pelaksanaan program.
Analisis Hasil Obervasi SOP masih belum dipahami oleh
Implementasi Program OHS Supervisor dan karyawan.
Planned Inspection Hasil observasi dari
Hasil observasi mengenai pengawasan didapatkan bahwa
ketersediaan sarana / checklist pengawasan dilakukan oleh OHS
yaitu didapatkan checklist sudah setiap minggu dengan kunjungan
disediakan oleh OHS, sudah keliling ke masing-masing area.
layak, dan sudah ada di semua Setelah itu dilakukan evaluasi
area namun macam checklist hasil setiap bulan. Pengawasan
yang tersedia di masing-masing belum dilakukan oleh leader di
area belum lengkap dari total bagian / area masing-masing
yaitu 14 macam dan belum ada sehingga pelaksanaan program
pelaporan terkait ketersediaan belum maksimal.
checklist dari petugas di area.
Hasil observasi terkait KESIMPULAN
pelatihan didapatkan bahwa 1. Pengetahuan informan utama
pelatihan belum dilakukan, sejauh mengenai program OHS
ini hanya ada sosialisasi di awal Planned Inspection pada

352
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

tahapan memahami. Selain itu checklist belum lengkap. Dari


mereka belum mengetahui informan triangulasi bahwa
tahap-tahap pelaksanaan ketersediaan checklist jarang
secara rinci. Informan di cek dan tidak ada laporan
triangulasi juga beranggapan dari bagian masing-masing.
belum semua informan utama 4. Belum dilaksanakannya
mengetahui program ini. pelatihan sehingga
2. Sikap informan utama setuju pelaksanaan belum maksimal.
terhadap pelaksanaan OHS hanya memberikan
program OHS Planned sosialisasi tentang cara
Inspection, namun masih ada pelaksanaan program. Dari
yang menggap program ini hasil croscheck pada informan
adalah tambahan pekerjaan. triangulasi bahwa pelaksanaan
Informan triangulasi juga sosialisasi baru dilakukan
beranggapan adanya program sekali di awal pelaksanaan
dari luar bagian masih program.
dianggap menjadi tambahan 5. SOP yang dibuat oleh OHS
pekerjaan. Sehingga sikap belum diketahui oleh semua
masih pada tingkatan informan utama dan belum
merespon. disebarluaskan. Dari hasil
3. Sarana yaitu checklist yang croscheck pada informan
disediakan oleh OHS di tiap triangulasi didapatkan bahwa
bagian, sudah layak, ada penyebarluasan SOP melalui
tempat untuk konsultasi terkait penyampaian di rapat P2K3
checklist. Namun belum ada dan juga di kirimkan ke email.
laporan ketersediaan dan Sehingga belum ada bentuk
belum ada upgrade form hard copy yang mudah dilihat
checklist sehingga oleh semua orang .
ketersediaan form checklist 6. Pengawasan dari OHS
masih kurang di beberapa dilakukan setiap minggu
area. Selain itu fasilitas namun evaluasi masih belum
penunjan seperti papan tempat diketahui oleh informan utama.

353
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Hasil croscheck pada informan Universitas Diponegoro,


2012.
triangulasi didapatkan bahwa
pelaksanaan pengawasan
5. Accident Summary CCAI
rutin mingguan oleh OHS dan
evaluasi dilakukan bulanan via 6. Moloeng and J,Lexy.
Metodologi Penelitian
email dan pada rapat P2K3.
Kualitatif. Bandung : PT.
Dibutuhkan pengawasan dari Remaja Rosdakarya, 2006
masing-masing bagian dalam
7. Siagian. Teori dan Praktek
kelangsungan program.
Kepemimpinan. Bandung :
Rineka Cipta, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
8. Green, L.W, Marshall W.K,
1. Tarwaka. Manajemen dan
M, Ghofranipor, F dkk.
Implementasi Kesehatan
Health and Behavioral
dan Keselamatan Kerja di
Sciences. United Stated of
Tempat Kerja. Surakarta:
America: Elsevier, 2000.
Harapan Press, 2008.

9. Dewi, Marlina. Analisis


2. Noe, Mondy and. Human
Kepatuhan Petugas
Resources Management.
Terhadap Prosedur Mutu
Jakarta : PT Bumi Aksara,
Laboratorium Sesuai ISO
2005.
17025:2005 di Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan
3. Jamsostek. Angka Palembang Tahun 2010.
Kecelakaan Kerja Lima Depok: Universitas
Tahun Terakhir Cenderung Indonesia, 2010.
Naik. Jakarta : Pos Kota,
2012.
10. Bani, Arta Zuhria.
Mendeskripsikan dan
4. Cahyo, Kusyogo, Menganalisis Tingkat
Widjanarko,B., Kepatuhan Karyawan dalam
Nugraha,P.N., Harbandiah, Mengimplementasikan
P. Perencanaan dan Program Hazard Report
Evaluasi Promosi yang ada dalam PT. Holcim
Kesehatan Masyarakat dan Tbk Tahun 2014.
Petunjuk Pembuatan Tugas. Semarang: Universitas
Semarang: Bagian Diponegoro. 2015.
Pendidikan Kesehatan dan
Ilmu Perilaku Fakultas
11. Martoyo, Susilo.
Kesehatan Masyarakat
Manajemen Sumber Daya

354
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Manusia. Yogyakarta: PT.


BPFE, 1996.

12. Hasibuan, M.S.P.


Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2012.

355

Anda mungkin juga menyukai