Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Didalam perkembangan perawat, banyak sekali masalah yang timbul. Diantaranya
mengenai masalah individu dari perawat itu sendiri ataupun masalah kelompok. Dalam hal ini,
yang biasanya mengenai masalh ter sebut adalah seorang perawat senior. Disini perawat senior
bertugas membantu perawat dalam mengatasi masalahnya. Ada beberapa cara yang bisa
dilakukan, salah satunya adalah dengan cara konferensi kasus.
Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung atau pelengkap dalam Tim
keperawatan untuk membahas permasalahan asuhan keperawatan dalam suatu pertemuan, yang
dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan asuhan keperawatan tersebut.
Tidak semua masalah yang dihadapi perawat harus dilakukan konferensi kasus. Tetapi
untuk masalah-masalah yang tergolong pelik dan perlu keterlibatan pihak lain tampaknya
konferensi kasus sangat penting untuk dilaksanakan paling tidak 1 sampai 2 minggu sekali.
Melalui konferensi kasus, proses penyelesaian masalah perawat dilakukan tidak hanya
mengandalkan pada perawat senior di Rumah sakit semata, tetapi bisa dilakukan secara
kolaboratif, dengan melibatkan perawat yang dianggap kompeten dan memiliki kepentingan
dengan permasalahan yang dihadapi perawat.

TUJUAN
Untuk berbagi pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
mendapatkan umpan balik dalam memperbaiki kualitas asuhan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI KONFERENSI KASUS (CASE CONFERENCE)


Menurut Prayitno, kasus adalah kondisi yang mengandung permasalahan tertentu.
Permasalahan yang ada perlu dipecahkan, diurai, dikaji secara mendalam dan berbagai sumber
perlu diakses dan dibina komitmennya untuk bersama-sama mengarahkan diri bagi upaya
pengentasan permasalahan tersebut.[1]
Konferensi kasus adalah suatu kelompok kecil orang-orang yang secara bersama-sama
mensintesa, dan menginterpretasikan fakta yang telah diketahui mengenai seseorang (Strang,
1949).[2]
Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung atau pelengkap dalam Asuhan
keperawatan untuk membahas permasalahan keperawatan dalam suatu pertemuan, yang dihadiri
oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan keperawatan.
Memang, tidak semua masalah yang dihadapi perawat (konseli) harus dilakukan
konferensi kasus. Tetapi untuk masalah-masalah yang tergolong pelik dan perlu keterlibatan
pihak lain tampaknya konferensi kasus sangat penting untuk dilaksanakan. Melalui konferensi
kasus, proses penyelesaian masalah perawat dilakukan tidak hanya mengandalkan pada perawat
senior di sekolah semata, tetapi bisa dilakukan secara kolaboratif, dengan melibatkan berbagai
pihak yang dianggap kompeten dan memiliki kepentingan dengan permasalahan yang dihadapi
perawat.
Dengan demikian, pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Artinya,
tidak semua pihak bisa disertakan dalam konferensi kasus, hanya mereka yang dianggap
memiliki pengaruh dan kepentingan langsung dengan permasalahan tersebut yang boleh
dilibatkan dalam konferensi kasus. Begitu juga, setiap pembicaraan yang muncul dalam
konferensi kasus bersifat rahasia dan hanya untuk diketahui oleh para peserta konferensi.[3]
TUJUAN KONFERENSI KASUS
Menurut Prayitno dan Erman Amti, tujuan konferensi kasus antara lain:
Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang permasalahan
perawat. Gambaran yang diperoleh itu lengkap dengan saling sangkut paut data atau
keterangan yang satu dengan yang lain.
Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan
yang bersangkutan, sehingga penaganan masalah itu menjadi lebih mudah dan tuntas.
Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya penanganan itu lebih
efektif dan efisien.[4]

FUNGSI KONFERENSI KASUS


Fungsi dari diadakannya konferensi kasus adalah sebagai berikut :
Menambah informasi tentang suatu permasalahan
Menemukan solusi dari masalah tersebut
Menafsirkan data studi kasus dalam suatu program pembahasan kasus yang konstruktif untuk
disampaikan.
Fungsi pengentasan, untuk menentaskan perawat atau klien dari masalahnya.[5]

Sedangkan menurut Prayitno, adapun fungsi dari konferensi kasus adalah sebagai berikut:
Fungsi Pemahaman
Semakin lengkap dan akuratnya data tentang permasalahan yang dibahas maka
semakin dipahamilah secara mendalam permasalahan itu, baik oleh perawat senior dan
pihak-pihak yang terkait dalam konferensi kasus.
Fungsi Pencegahan
Pemahaman yang didapatkan dari data dan keterangan yang didapatkan tersebut
digunakan untuk menangani permasalahan dan mencegah dari hal-hal yang merugikan.
Fungsi Pengentasan
Dapat mengentaskan permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien.
Fungsi Pengembangan dan pemeliharaan.
Hasil dari konferensi kasus dapat digunakan untuk upaya pengembangan dan
pemeliharaan potensi individu.
Fungsi Advokasi
Dapat terjaga dan terpelihara aktualisasi hak-hak klien dan potensi klien.[6]

D. PROSEDUR KONFERENSI KASUS


Agar Konferensi kasus dapat berjalan dengan baik, maka dapat ditempuh melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
Perencanaan
Konferensi kasus harus dibicarakan terlebih dahulu dan mendapat persetujuan dari
klien yang bermasalah. Dan seluruh peserta pertemuan harus diyakinkan oleh perawat senior
dan memiliki sikap yang teguh untuk merahasiakan segenap aspek dari kasus yang
dibicarakan. Pemimpin conference mengundang para peserta konferensi kasus. Mereka
yang diundang adalah orang-orang yang memiliki pengaruh kuat atas permasalahan yang
terjadi dan mereka yang dipandang memiliki keahlian tertentu terkait dengan permasalahan
yang dihadapi perawat . Maka pihak – pihak yang diundang dan diminta berpartisispasi
secara aktif dan langsung dalam konferensi kasus adalah :
Mereka yang berperanan sangat menentukan terselesaikannya masalah, tertentu yang
memiliki kepentingan dengan masalah keperawatan tersebut.
Pihak yang diharapkan dapat memberikan keterangan ataupun masukan berkenaan dengan
permasalahan yang dihadapi oleh perawat bila perlu dapat menghadirkan ahli dari luar
yang berkepentingan dengan permasalahan tersebut.
Pihak – pihak lain yang diharapkan dapat ikut memberikan kemudahan bagi penanganan
masalah keperawatan tersebut.
Sebelum pembicaraan tentang permasalahan dimulai, pemimpin konfren dahulu
mengembangkan struktur pertemuan secara keseluruhan. Dalam penstrukturan itu pimpinan
perlu membangun persepsi dan tujuan bersama dalam pertemuan itu dengan arahan sbagai
berikut :
Tidak menekankan pada nama dan identitas perawat ataupun klien yang kasusnya diangkat,
tetapi menekankan pada masalah yang akan dibicarakan.
Tujuan pertemuan pada umunnya untuk kepentingan perkembangan dan kehidupan klien.
Semua pembicaraan dilakukan secara terbuka tetapi tidak membicarakan hal – hal yang
negatif tentang diri klien yang bersangkutan, permasalahan klien disoroti secara
obyektif dan tidak ditafsirkan secara negatif atau mengarah kepada hal – hal yang
merugikan perawat.
Penafsiran data dan rencana – rencana kegiatan dilakukan secara rasional, sistematik dan
ilmiah.
Semua pihak berpegang teguh pada asas kerahasiaan. Semua pembicaraan terbatas hanya
untuk keperluan pada saat pertemuan saja dan tidak boleh dibawa keluar.[7]

Pelaksanaan
Pimpinan konfren harus mengarahkan pembicaraan sehingga seluruh peserta dapat
mengemukakan data atau keterangan yang mereka ketahui dan mengembangkan pikiran
untuk memecahkan permasalahan.
Pemimpin konferensi membuka pertemuan. Pada pembukaan, pemimpin konferensi
menjelaskan tujuan dari pertemuan tersebut, identitas kasus yang akan diangkat, dan
penjelasan bahwa semua yang dibicarakan harus dirahasiakan.
Pimpinan konferensi menyampaikan data-data yang telah terkumpul untuk melakukan
diagnosa awal terhadap klien.
Pemimpin memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pendapat atau
informasi tambahan mengenai klien, terutama mengenai riwayat pendidikan, prestasi
belajar, keadaan keluarga, bakat, minat, hobi, kesehatan, dan lain-lain.
Pembuatan kesimpulan dilakukan seteah semua pihak yang diundang memberikan
pendapat dan informasi. Kesimpulan yang dibuat dan dikemukakan berupa segi-segi
positif diri klien dan latar belakang timbulnya masalah.
Pimpinan mempersilahkan peserta untuk mengemukakan pendapat tentang latar belakang
timbulnya masalah yang dialami klien.
Pimpinan membuat kesimpulan berupa hal yang mungkin menjadi latar belakang masalah
tersebut.
Pemimpin meminta masukan dari para peserta yang hadir tentang hal-hal yang dapat
mereka lakukan dalam membantu klien.

Analisis dan Evaluasi


Hasil yang diharapkan dari konferensi kasus yang sukses apabila perawat
memperoleh data atau keterangan tambahan yang amat berarti bagi pemecahan masalah
perawat dan terbangunnya komitmen seluruh peserta pertemuan untuk menyokong upaya
pengentasan masalah perawat.

Tindak Lanjut
Seluruh hasil pertemuan dicatat dan didokumentasikan secara rapi oleh perawat dan
sebanyak-banyaknya dipergunakan untuk menunjang jenis-jenis layanan masalah perawat
yang bersangkutan. Mengambil langkah alternatif yang akan diambil. Siapa yang
melakukan, apa yang dilakukan, kapan, dimana, dan jika perlu ditentukan pula tekniknya.[8]
BAB III
PERENCANAAN

SASARAN
Kepala Ruang, Perawat Primer dan perawat Assosiate

METODE
Diskusi dan Tanya jawab

MEDIA
Catatan Rekam medic
Catatan perkembangan pasien

PENGORGANISASIAN
Penanggung jawab :………………
Penyaji :………………
Fasilitator :……………..
Observer :……………..
Notulen :……………..

PROSES PELAKSANAAN
Persiapan:
Masing-masing ketua tim sudah menjadwalkan kegiatan case conference dan sudah
disepakati oleh semua tim.
Pelaksanaan case conference sudah terjadwal
Ketua tim yang akan menyelenggarakan case conference pada waktu yang terlah
ditetapkan menyiapkan bahan yang akan disampaikan saat case conference.
Pelaksanaan:
Acara dimulai dengan pembukaan salam oleh ketua tim
Ketua tim menyampaikan kasus yang dibahas dan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan
Ketua tim meminta masukan dari perawat tentang permasalahan yang dihadapi
Ketua tim menyimpulkan hasil secara keseluruhan dari kegiatan case conference secara
khusus tindak lanjut untuk kasus yang disajikan
Ketua tim menyampaikan POA, kontrak pertemuan berikut dan menutup kegiatan
Dokumentasi
Ketua tim mendokumentasikan hasil dari case conference
Kepala ruangan menilai kemampuan ketua tim dalam melakukan case conference
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konferensi kasus adalah suatu kelompok kecil orang-orang yang secara bersama-sama
mensintesa, dan menginterpretasikan fakta yang telah diketahui mengenai seseorang (Strang,
1949)
Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung atau pelengkap dalam asuahan
keperawatan untuk membahas permasalahan perawat dalam suatu pertemuan, yang dihadiri oleh
pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan perawat.

B. SARAN
Demikian yang dapat kami jelaskan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam kesempurnaan makalah kami
selanjutnya. Semoga adanya makalah ini kita dapat mengetahui mengenai Prosedur Pelaksanaan
Konferensi Kasus (Case Conference) dalam keperawatan
SKENARIO KONFERENSI KASUS
Kepala Sekolah : Sugeng Hidayat,M.Pd
Konselor : Nur Risnawaty,S.Pd
Wali kelas : Ratna Astuti,S.Pd
Orangtua (inisial) : NA
Kakak : Hendra
Konselor :
Assalamualaikum wr.wb. saudara-saudara sekalian, terima kasih atas kehadirannya memenuhi
undangan kami. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih tepat
tentang kasus-kasus khusus di sekolah kita. Pertemuan ini membahas kesulitan-kesulitan atau
kegagalan yang dialami siswa/i di sekolah kita. Saya yakin kesulitan dan kegagalan yang dialami
mereka ada penyebabnya. Konferensi ini mencoba menemukan cara-cara pemecahan kesulitan
tersebut.
Fokus pembahasan kita kali ini adalah seorang siswa kelas XI IPA 4 yang mengalami kesulitan
dalam penerimaan dirinya terhadap laki-laki, sehingga mempengaruhi hubungan sosial siswi
baik di sekolah maupun di rumah. Siswi tersebut bernama DR (inisial), wali kelas bernama ibu
Ratna.
Data-data yang saya peroleh dari wawancara kepada orangtua DR dan teman DR, serta
observasi yang dilakukan kepada DR. Berdasarkan wawancara dengan orangtua diperoleh
hasil :
¢ DR tidak mempunyai teman dekat di rumah.
¢ Menurut ibunya, DR lebih sering berada di rumah. Sepulang sekolah, DR tidak pernah bermain
dengan teman-teman dekat rumahnya.
¢ DR tertutup dibandingkan dengan kakak laki-lakinya. Ia tidak pernah cerita jika ada masalah
dengan teman-teman sekolahnya.
¢ Dulu, ketika umur 10 tahun sampai umur 12 tahun, DR sering melihat ibunya dipukul,dan
ditampar oleh ayahnya. Ketika umur 13 tahun, DR berkata pada ibunya bahwa DR membenci
ayahnya dan laki-laki. Namun, DR menurut ibunya, DR tidak membenci kakaknya walaupun
kakaknya seorang laki-laki, karena DR suka bercerita-cerita pada kakaknya
¢ Hubungan keluarga DR dengan saudara-saudara dan tetangga-tetangganya tidak harmonis. Ibu
DR tidak suka jika DR bergaul terlalu dekat dengan tetangga-tetangga dan saudaranya, karena
menurut ibunya saudara-saudara dan tetangga-tetangganya pernah menyakiti ibu DR dengan
memfitnah, bahwa pertengkaran yang dulu pernah terjadi antara ibu dengan ayah DR, karena
ibunya tidak bisa mengurus suami dan anak-anaknya dengan baik sehingga ibunya membatasi
DR bergaul dengan tetangga dan saudaranya, dan lebih suka menghabiskan waktu bertiga saja
dengan anak-anaknya, dibandingkan bersosialisasi dengan tetangga dan saudaranya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan teman DR diperoleh hasil :
¢ DR merupakan teman yang pendiam, dia tertutup dengan teman-temannya. DR tidak pernah
bercerita dengan sesama temannya, sesekali hanya berbicara yang penting-penting saja. Setiap
jam istirahat atau pulang sekolah, tidak bersama teman-temannya.
¢ Hubungan DR dengan teman-teman perempuan baik-baik saja, tetapi jika dengan teman-teman
lelaki, DR sangat kasar. Jika digoda atau didekati dengan teman lelakinya, DR marah-marah atau
lebih-lebih pernah memukul, menendang, dan menampar dengan kayu. Maka dari itu, DR
disebut “cewek preman” oleh teman-teman lelakinya.
¢ DR tidak mempunyai teman dekat.
¢ DR jarang sekali bergaul di kelas.
Berdasarkan observasi yang saya lakukan kepada DR diperoleh hasil :
Saat jam pelajaran berlangsung, DR tidak terlihat mengemukakan pendapatnya pada guru atau
bertanya. Saat jam pelajaran usai, DR juga tidak terlihat berinteraksi dengan teman-temannya.
DR berbicara ketika ada seorang temannya yang terlebuh dulu mengajak bicara pada DR. Ia
sering terlihat banyak diam dibanding teman-temannya yang lain. Ketika jam istirahat, DR
terlihat duduk sendiri di kelas sambil membaca buku. Terlihat ada teman-temannya yang
mengajak ke kantin, tetapi DR tidak mau.
Terlihat pula ada teman laki-lakinya yang mengajak bersama-sama ke kantin, tetapi DR
menjawab ketus, tidak mau dan menatap sinis pada teman lelakinya tersebut.
Baiklah, adakah diantara saudara yang ingin menyampaikan pendapat?
Wali Kelas :
Menurut pengamatan saya terhadap DR, DR sangat pendiam dan jarang berinteraksi dengan
teman-temannya. Sejauh ini DR tidak pernah menceritakan permasalahannya. Dilihat dari segi
akademis prestasi DR tergolong baik. Menurut saya DR tidak mempunyai masalah yang cukup
serius, namun saya pernah mendapat laporan dari teman sekelas DR bahwa DR pernah
melakukan kekerasan seperti memukul dan menendang.
Konselor :
Terima kasih ibu Ratna. Saya persilahkan ibu NA untuk memberikan informasi tentang penilaian
DR dirumah.
Orangtua :
Sejauh pengamatan saya terhadap DR dirumah memang DR tidak terlalu akrab dengan teman-
temannya dirumah. DR lebih terbuka terhadap kakak laki-lakinya. Saya kurang setuju apabila
DR mempunyai hubungan yang terlalu dekat dengan teman-temannya. Saya kurang menyukai
tetangga dan saudara-saudara saya karena ketika suami saya masih hidup dan sering
pertengakaran, saudara dan tetangga saya membicarakan hal-hal yang negatif tentang keluarga
kami. Hal tersebut membuat saya, tidak mengingkan anak-anak terlalu dekat dengan saudara dan
tetangga. Hanya itu saja yang dapat saya sampaikan.
Konselor :
Terima kasih Ibu NA atas informasi yang telah diberikan kepada kami. Silahkan kepada saudara
Hendra (kakak DR) untuk memberikan informasi tentang DR.
Kakak DR :
Saya memang dekat dengan DR, DR sering bercerita tentang permasalahannya disekolah, seperti
bertengkar dengan anak laki-laki. DR mengungkapkan alasan ia bertengkar dengan teman laki-
lakinya karena DR membenci laki-laki yang disebabkan perlakuan ayahnya kepada ibunya. Ia
menganggap laki-laki mempunyai sifat yang sama seperti ayahnya. Adik saya takut jika ia
bernasib sama dengan ibunya.
Konselor :
Informasi mengenai DR sudah terhimpun. DR mengalami trauma pada masa kecil, karena
kekerasan ayahnya terhadap ibunya. Saat ini DR mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan
teman-teman laki-lakinya.
Dalam hal prestasi akademis, DR tidak mempunyai masalah. Hal ini menjadi sisi positif dari DR.
Jadi, dilihat dari masalah yang dialami oleh DR, apakah menurut saudara akan berdampak lebih
buruk jika permasalahan ini terus berlanjut?
Wali kelas :
Menurut saya, masalah ini akan berdampak lebih buruk jika tidak ditangani secepatnya.
Orangtua :
iya, saya juga sependapat dengan ibu Ratna. Saya menyadari bahwa telah membatasi interaksi
anak saya dengan lingkungannya. Saya tidak mengira akan berdampak seperti ini.
Kakak DR :
Saya juga ingin masalah adik saya terselesaikan.
Konselor :
Memang masalah DR harus diatasi secepatnya. Sekarang, apa yang bisa kita lakukan terhadap
DR agar masalah yang dihadapinya segera teratasi?
Konselor :
Saya akan melakukan konseling secara berkelanjutan dan memantau perkembangan perilaku DR
di sekolah. Saya juga membutuhkan kerjasama dari orangtua untuk memantau perkembangan
DR di rumah.
Wali kelas :
Saya akan berusaha lebih dekat dengan DR, agar lebih mudah melakukan pemantauan kepada
DR dan memberi informasi pada guru pembimbing.
Orangtua :
Tentunya saya sebagai orangtua akan ikut berpartisipasi dengan cara memberikan kebebasan
dalam berteman dan berinteraksi dengan lingkungan. Saya juga akan memantau perkembangan
DR di rumah dan bekerjasama dengan guru pembimbing. Selain itu, saya akan membimbing DR
agar tidak lagi melakukan tindakan kekerasan seperti yang telah disampaikan.
Kakak DR (Hendra) :
Saya akan memberikan masukan kepada DR untuk mengurangi tindak kekerasan terhadap
teman-teman laki-lakinya.
Konselor :
Terima kasih saudara-saudara dalam pertemuan ini diperoleh perencanaan untuk mengatasi
permasalahan yang dialami DR. Bantuan yang diberikan diharapkan dapat menyadarkan DR
terhadap pemikirannya mengenai laki-laki, dan mengurangi tindakan kekerasannya. Saya juga
berharap kerjasama dari berbagai pihak untuk membantu permasalahan DR.
Demikian pertemuan kita kali ini sekali lagi terima kasih atas saran saudara-saudara.

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: PPK BK FIP UNP.
Prayitno. 2012. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Konferensi Kasus untuk Membantu Masalah Perawat. (Online).
http://himcyoo.wordpress.com/2011/06/12/konferensi-kasus-untuk-membantu-mengatasi-
masalah-perawat/
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/08
http://mohamadrofiul.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai