sintaksis, sehingga frasa merupakan bagian dari konstruksi sintaksis (Dola, 2010: 18).
Frasa, dalam konstruksi sintaksis, terletak pada tataran awal -sebelum klausa dan kalimat.
Walaupun kata termasuk dalam tataran sintaksis, tetapi kata di sini hanya sebagai pembentuk
satuan yang lebih besar di atasnya erta hubungan kata dengan satuan bahasa di atasnya.
Berbicara mengenai frasa, kita akan diingatkan kembali pada satuan-satuan bahasa yang telah
kita ketahui sebelumnya. sekedar mengingatkan, satuan bahasa (linguistic unit) merupakan
bentuk lingual yang merupakan komponen pembentuk bahasa.
Menurut Pike & Pike, satuan-satuan bahasa terdiri atas: morfem, gugus morfem, kata, frasa,
kalimat, paragraf, monolog, pertukaran, dan konversasi. Frasa terletak pada konstituen ke-4.
Sedangkan menurut Kridalaksana (1982) membedakan satuan bahasa menjadi morfem, kata,
frasa, klausa, kalimat, gugus kalimat, paragraf, dan wacana. Frasa terletak pada konstituen
ke-3.
Frasa sebagai salah satu konstituen penting dalam satuan bahasa ternyata memegang peranan
penting dalam proses pembentukan sintaksis. Jadi, untuk memahami sintaksis secara
keseluruhan, terlebih dahulu kita perlu memahami tentang apa dan bagaimana konstituen
terkecilnya, yaitu frasa.
Di dalam pertuturan (lisan) atau karangan (tulisan), bahasa itu diwujudkan dalam bentuk
satuan-satuan bahasa yang disebut kalimat. Sedangkan kalimat itu sendiri terbentuk dari
satuan-satuan kata yang dirangkaikan (Abd. Chaer, 2006: 300).
Kalimat-kalimat ini, secara teoretis, dibentuk oleh fungsi sintaksis subjek, predikat, objek,
dan keterangan. Misalnya dalam sebuah kalimat: