Anda di halaman 1dari 10

1

ANALSIS PONDASI TIANG PANCANG PADA RENCANA PEMBANGUNAN DERMAGA EREKE

Anafi Minmahddun1 . Baso Mursidi2 , Umran Sarita2

ABSTRAK : Kestabilan struktur dermaga tidak hanya ditentukan oleh struktur atas tetapi kestabilan struktur bawah
dalam hal ini pondasi memegang peranan yang sangat penting dalam perencanaan struktur tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui daya dukung pondasi tiang berdasarkan daya dukung tanah dan kekuatan tiang serta
menghitung penurunan yang terjadi akibat kombinasi beban yang bekerja pada dermaga.
Pada penelitian ini, analisis pembebanan akan dihitung dangan menggunakan bantuan program SAP 2000 dengan
memodelkan dermaga serta gaya-gaya yang bekerja. Analisis daya dukung tanah pondasi tiang pancang pada rencana
pembangunan dermaga ereke ini menggunakan metode Mayerhof dengan menggunakan data tanah yang berasal dari
pengujian uji penetrasi standar (SPT). Kekuatan tiang akan dianalisis dengan menggunakan bantuan program SAP 2000
dengan melihat nilai UCR dari hasil output SAP 2000, serta analisis defleksi tiang akan dianalisis manual dengan
menggunakan metode Broms. Analisis penurunan tiang akan dianalisis dengan menggunakan metode Poulus dan Davis.
Dari hasil analisis diperoleh nilai daya dukung ultimate tiang sebesar 3974.93 kN dangan SF 4.98, penurunan yang
terjadi sebesar 0.2053 mm dan tiang berdefleksi sebesar 0.110 mm yang menunjukan kondisi dermaga dalam keadaan
mampu memikul beban maksimum akibat kombinasi beban yang bekerja. Jika tiang diperpendek, maka daya dukung
ultimate tiang sebesar 2575.713 kN dengan SF 4.04, penurunan yang terjadi sebesar 0.2204 mm dan tiang berdefleksi
sebesar 0.0150 mm, dimana angka-angka ini menunjukan kondisi tiang yang diperpendek masih mampu memikul
kombinasi beban yang bekerja pada dermaga.
Kata Kunci : Pondasi Tiang, Daya dukung, Penurunan, Defleksi

ABSTRACT : The stability of the pier structure is not only determined by the super structure, but the stability of the
foundation structure play a very important role in design. The main purpose of this study to determine the bearing
capacity of the pile foundation based on the bearing capacity of the soil and the pile capacity and to calculate settlement
due to load combination that acting on the pier.
On this study, Loading analysis will be calculated by using SAP 2000 application with make pier model and the forces
that work on that oier. Analysis of bearing capacity of pile foundation construction on piers ereke design using
Mayerhof method, using soil data that derived from the standard penetration test (SPT). The strength of the pile will be
analyzed by using SAP 2000 program by looking at the value of UCR from the output of SAP program and pile
deflection analysis will be analyzed manually by using Broms method. Settlement analysis will be analyzed by using
Poulus and Davis methods.
From the analysis, the value of the ultimate bearing capacity is 3974.93 kN with pile safety factor 4.98, the settlement is
about 0.2053 mm and pile deflection is about 0.110 mm, which indicates the condition of the pier is able to carry a
maximum load due to load combination that works. If the shortened the pile, pile ultimate bearing capacity is 2575.713
kN with SF 4.04, settlement is 0,2204 mm and pile deflection is 0.0150 mm, where these figures indicate that the
shortened pole condition is still able to carry the load combinations that worked on the pier.
Keywords: Pile Foundations, Bearing capacity, Settlement, Deflection

PENDAHULUAN Perencanaan struktur dermaga terdiri atas struktur


Seiring berkembangnya zaman yang semakin atas (balok dan lantai dermaga) dan struktur bawah
modern dan pertumbuhan jumlah penduduk yang yakni pondasi. Kestabilan suatu struktur tidak hanya
semakin meningkat, semakin banyak jenis-jenis ditentukan oleh struktur atas yang secara langsung
konstruksi yang dibuat dengan berbagai spesifikasi dan memikul gaya-gaya yang bekerja pada struktur
fungsinya masing-masing. Diantaranya adalah dermaga tersebut, tetapi kestabilan struktur bawah dalam hal ini
yang berguna sebagai sarana penting untuk menunjang pondasi memegang peranan yang tidak kalah penting
kelancaran transportasi laut yang tidak dapat dalam menjaga kestabilan struktur tersebut. Pondasi
dipisahkan dari suatu negara kepulauan seperti didefinisikan sebagai suatu bangunan bawah yang
Indonesia. berguna untuk meneruskan beban yang berasal dari
berat bangunan itu sendiri dan beban yang berasal dari
1. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Halu Oleo
2. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Halu Oleo
2

luar yang bekerja pada bangunan itu ke tanah Dimana Pa nilainya kurang lebih 100 kPa. Faktor
sekitarnya. koreksi lainnya yang dibutuhkan untuk perhitungan
Dalam perencanaan pondasi tiang pancang, daya (N1)60 adalah tabel koreksi nilai SPT yang dimodifikasi
dukung yang dimiliki tiang harus lebih besar dari dari Skempton (1986) dan disempurnakan kembali oleh
beban yang akan dipikul oleh pondasi tersebut. Daya Robertson dan Wride (1988) seperti ditunjukkan pada
dukung pondasi tidak hanya daya dukung terhadap Tabel 1
beban vertikal tetapi juga terhadap beban lateral. Selain
daya dukung yang memadai hal lain yang harus Tabel 1. Tabel Faktor Koreksi untuk (N1)60
diperhatikan dalam perancanaan pondasi adalah Factor Equipment variable Term Correction
mengenai penurunan pondasi tersebut, sebab pondasi Overburden pressure - CN (Pa/’vo)0.5
tetap akan mengalami penurunan akibat beban yang Overburden pressure - CN CN  1.7
dipikulnya sehingga menyebabkan pemampatan pada Energy ratio Donut hammer CE 0.5 – 1.0
tanah dibawah pondasi tersebut. Besarnya penurunan Energy ratio Safety hammer CE 0.7 – 1.2
pondasi harus diprediksi dan besarnya harus dibawah Energy ratio Automatic-trip Donut-type CE 0.8 – 1.3
batas yang diizinkan agar struktur tetap dalam keadaan hammer
Borehole diameter 65-115 mm CB 1.0
stabil. Olehnya itu penelitian ini bertujuan untuk
Borehole diameter 150 mm CB 1.05
mengetahui besar daya dukung tiang, penurunan yang
Borehole diameter 200 mm CB 1.15
terjadi serta mengetahui kekuatan tiang yang dilihta
Rod length <3 m CR 0.75
dari defleksi yang terjadi serta nilai UCR tiang. Rod length 3-4 m CR 0.8
Rod length 4-6 m CR 0.85
TINJAUAN PUSTAKA Rod length 6-10 m CR 0.95
Menurut Bowles (1993) mendefinisikan tiang Rod length 10-30 m CR 1.0
pancang sebagai bagian-bagian dari konstruksi yang Sampling method Standard sampler CS 1.0
dibuat dari kayu, beton dan/atau baja, yang digunakan Sampling method Sampler without liners CS 1.1-1.3
untuk meneruskan beban-beban permukaan ke lapisan Dalam menghitung koreksi N-SPT dibutuhkan data
tanah pendukung. Distribusi beban ini dilakukan tentang berat volume tanah yang dapat diestimasi
dengan menggunakan gesekan antara tiang dan tanah dengan tabel berikut:
atau tiang pancang apung atau dengan tahanan ujung Tabel 2 Berat Volume Estimasi Tanah
dari tiang itu. Akan tetapi distribusi beban pada tiang
Estimasi berat volume tanah berdasarkan
pancang merupakan kombinasi dari tahanan samping
jenis tanah
dan tahanan ujung.
Berat volume
Jenis tanah
tanah (kg/cm3)
Koreksi nilai N-SPT
Butiran halus sensitif 0.00175
Menurut Youd, 2001 nilai N-SPT yang diperoleh
Organik 0.00125
sebelum digunakan untuk menganalisa terlebih dahulu
Lempung 0.00175
nilainya harus dikoreksi terlebih dahulu dengan
Lempung berlanau sampai
persamaan: 0.00180
lempung
(N1 )60 = Nm CN CE CB CR CS (1)
Dimana : Lempung berlempung
0.00180
(N1)60 = Nilai N SPT terkoreksi sampai lempung berlanau
Nm = Nilai pembacaan SPT Terdrainasi parsial sampai
0.00180
CN = Faktor normalisasi Nm terhadap lanau berlempung
tegangan overburden pada umumnya Pasir berlanau sampai
0.00185
CE = Koreksi rasio energi hammer lanau berpasir
CB = Koreksi diameter borelog Pasir sampai pasir berlanau 0.00190
CR = Faktor koreksi panjang batang Pasir 0.00195
CS = Faktor koreksi sampel Pasir berkerikil sampai
0.00200
Karena adanya peningkatan nilai N-SPT dengan pasir
meningkatnya tegangan overburden efektif, faktor Butiran halus sangat kaku 0.00250
koreksi tegangan overburden harus digunakan. Faktor pasir sampai pasir
0.00190
ini umumnya dihitung dari persamaan berikut: berlempung
CN = (Pa / ’vo)0.5 (2) Sumber: Robertson et al., (1986) dalam Haadymuqtadir
(2013)
3

Gaya yang bekerja pada dermaga G = percepatan gravitasi


Dalam menganalisa suatu pondasi, hal penting Cm = koefisien masa semu
yang perlu kita ketahui lebih dahulu adalah beban yang Ce = koefisien eksentrisitas
akan dipikul oleh pondasi tersebut. Jenis beban yang Cs = koefisien kekerasan
akan diterima oleh suatu struktur umumnya relatif Cc = koefisien konfigurasi penambatan
sama yakni beban mati dan beban hidup. Akan tetapi
dalam perencanan suatu dermaga, gaya yang bekerja Gaya Mooring
tidak hanya berasal dari beban hidup dan mati tetapi Kapal yang merapat di dermaga akan ditambatkan
juga berasal dari beban yang ditimubulkan oleh kapal dengan menggunakan tali ke alat penambat yang
yang tambat dan sandar pada dermaga tersebut. disebut bollard. Pengikat ini dimaksudkan untuk
menahan gerakan kapal yang disebabkan oleh tiupan
Beban Mati angin dan arus. Gaya tarikan kapal pada alat penambat
Beban mati adalah semua bagian dari struktur yang yang disebabkan oleh tiupan angin dan arus pada badan
bersifat tetap termasuk segala unsur tambahannya. kapan disebut dengan gaya tambat (mooring forces).
Beban mati dari suatu struktur dermaga terdiri atas Bollard ditanam/diangker pada dermaga dan harus
berat plat, balok, pile cap dan berat pondasi mampu menahan gaya tarikan kapal. Berikut ini
diberikan metode untuk menghitung gaya tarikan
Beban Hidup kapal. Berikut ini diberikan metode untuk menghitung
Beban hidup struktur dermaga adalah beban gaya tarikan kapal yang ditimbulkan oleh angin dan
kendaraan dan manusia. Beban ini dimodelkan sebagai arus.
beban uniformly distributed load untuk perencanaan
tiang pancang dermaga. Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang
daya dukung ujung (end bearing) dan daya dukung
Beban Gempa friksi
Analisis pembebanan gempa yang digunakan Qult = Qp + Qs (4)
adalah analisis dinamik yaitu penggunakan respon Menurut Mayerhof (1976 ) dalam Bowles (1993)
spektrum yang dihitung secara tiga dimensi kapasitas titik akhir atau perlawanan ujung dapat
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya beban dihitung dengan menggunakan persamaan :
gempa antara lain: Qp = Ap (40N).Lb/B ≤ Ap (400N). (5)
a) Faktor Keutamaan Struktur (I) dimana:
b) Faktor Reduksi Beban Gempa (R) Qp = Kapasitas daya dukung pada ujung tiang
c) Faktor Spektrum Respon Gempa (C) Ap = Luas penampang tiang
d) Penentuan Jenis Tanah N = Nilai SPT
B = Diameter tiang pancang
Gaya Berthing Lb = Pengaruh diatas atau dibawah ujung pondasi
Gaya Berthing adalah gaya yang diterima dermaga missal: 2-3 m kebawah
saat kapal sedang bersandar pada dermaga. Gaya Sedangkan untuk menghitung tahanan selimut
maksimum yang diterima dermaga adalah saat kapal dapat diperoleh dari persamaan :
merapat ke dermaga dan membentur dermaga pada Ps = As . fs (6)
sudut 10o terhadap sisi dermaga. Gaya benturan dimana
dermaga akan diterima dermaga dan energinya diserap Ps = Kapasitas tahanan kulit
oleh fender pada dermaga. As = Luas selimut tiang
Gaya benturan yang harus ditahan dermaga Untuk nilai fs (tahanan gesek), terdapat beberapa
bergantung pada energy benturan yang diserap oleh metode untuk perhitungan seperti Meyerhof (1976):
fender yang dipasang dermaga. Gaya benturan Ps = As . fs (7)
berkenja secara horizontal dan dapat dihitung dengan fs = Xm . N (8)
menggunakan persamaan berikut: dengan
𝐖.𝐕 𝟐 Xm = 2,0 untuk tiang pancang dengan perpindahan
𝐄= . 𝐂𝐦 . 𝐂𝐞 . 𝐂𝐜 . 𝑪𝒔 (3)
𝟐𝐠
volume besar
dengan: = 1,0 untuk tiang pancang dengan perpindahan
E = energi Berthing volume kecil
W = berat kapal N = nilai SPT
V = kecepatan kapal saat membentur dermaga
4

Metode λ yang disarankan oleh Vijarvergiya dan Untuk tiang pancang miring, Manoppo (2010)
Focht, 1972 dalam Hardiyatmo, 2010 yakni: memberikan persamaan untuk menghitung daya
fs = λ(σo’+2 Cu (9) dukung tiang miring sebagai berikut:
𝟏
Dimana nilai λ dapat dilihat pada tabel berikut: 𝑸𝑼𝒍𝒕 = 𝑪𝒐𝒔 ∝ 𝟐 𝑺𝒊𝒏 ∝ 𝟐 (13)
Tabel 3 Variasi nilai λ terhadap panjang tiang L [(
𝑸𝒂
) +(
𝑸𝒉
) ]

L λ dengan:
0 0.5 Qult : Daya dukung tiang pancang miring (kN)
5 0.336 Qa ; Daya dukung tiang vertical (kN)
10 0.245 Qh : Daya Dukung tiang horizozntal (kN)
15 0.200
20 0.173 Daya Dukung Lateral
25 0.150 Perhitungan daya dukung lateral menggunakan
30 0.136 grafik yang ditulikasn oleh Broms (1964) dengan
35 0.132 melihat perilaku tiang seperti ujung bebas atau ujung
40 0.127 jepit serta tiang panjang atau tiang pendek.
50 0.118 Perhiihtungan daya dukung lateral membutuhkan
60 0.113 estimasi nilai Cu yang dapat diperoleh dengan
70 0.110 menghubungkannya dengan data N-SPT yang
80 0.110 diperoleh dengan persamaan
9 0.110 2
𝑐𝑢 = 𝑥 𝑁 − 𝑆𝑃𝑇 𝑥 10 (14)
3

Sumber: Das, 2011 Grafik perhitunga daya dukung lateral dapat dilihat
pada gembar berikut
Metode α dengan persamaan sebagai berikut:
fs = α cu (10)
Dimana nilai α diperoleh dari tabel yang
dikeluarkan oleh Terzaghi, Peck, dan Mesri, 1996
yakni:
Tabel 4. Variasi nilai α
Cu/Pa α
≤0,1 1
0,2 0,92
0,3 0,82
0,4 0,74
0,6 0,62
Gambar 1. Tahanan Lateral Ultimit Tiang Pendek
0,8 0,54
(Broms, 1964 dalam Hardiyatmo, 2010)
1,0 0,48
1,2 0,42
1,4 0,40
1,6 0,38
1,8 0,36
2,0 0,35
2,4 0,34
2,8 0,34
Sumber: Das, 2011
Metode lain yang digunakan untuk menghitung
daya dukung tiang adalah metode Briaud (1985)
dengan persamaan tahanan ujung dan tahanan
geseknya sebagai berikut:
fb = 19,7 σr (N60)0,36 (11)
Gambar 2. Tahanan Lateral Ultimit Tiang Panjang
fb = 0,224 σr (N60)0,29 (12)
(Broms, 1964 dalam Hardiyatmo, 2010)
dengan σr = tegangan referensi = 100 kN/m2
5

Penurunan Pondasi
Penurunan tiang dibedakan menjadi dua macam,
yaitu penurunan tiang tunggal dan penurunan
kelompok tiang..
Penurunan Tiang Tunggal
Unrtuk tiang apung (floating plate) menggunakan
persamaan:
𝑸𝒙𝑰
𝑺= (15)
𝑬𝒔 𝒙 𝒅

𝑰 = 𝑰𝟎 𝑹𝒌 𝑹𝒉 𝑹𝒎 (16)
Untuk tiang ujung dapat dihitung dengan
persamaan: Gambar 4. Koreksi kedalaman, Rh (Poulus dan Davis,
𝑸𝒙𝑰 1980 dalam Hardiyatmo, 2010)
𝑺= (17)
𝑬𝒔 𝒙 𝒅

𝑰 = 𝑰𝟎 𝑹𝒌 𝑹𝒃 𝑹𝒎 (18)
dimana:
S : penurunan kepala tiang
Q : beban terfaktor yang bekerja pada tiang
Io : faktor pengaruh penurunan untuk tiang yang
tidak mudah mampat dalam massa semi tak
terhingga (Gambar 3)
Rk : faktor koreksi kemudah mampatan tiang untuk Gambar 5 Koreksi kompresi, Rk (Poulus dan Davis,
µ=0.5 (Gambar 5)
1980 dalam Hardiyatmo, 2010)
Rh : faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang
terletak pada tanah keras (Gambar 4)
Rµ : faktor koreksi angka poisson (Gambar 6)
Rb : faktor koreksi untuk kekakuan lapisan
pendukung (Gambar 7)
H : kedalaman total lapisan tanah

Gambar 6 Koreksi kekauan lapisan pendukung (Poulus


dan Davis, 1980 dalam Hardiyatmo, 2010)

Gambar 3 Faktor penurunan Io (Poulus dan Davis,


1980 dalam Hardiyatmo, 2010)

Gambar 7 Koreksi kekauan lapisan pendukung (Poulus


dan Davis, 1980 dalam Hardiyatmo, 2010)
6

Penurunan Kelompok Tiang


Persamaan sederhana untuk penurunan kelompok
tiang dijelaskan Vesic (1969), yaitu:
𝐵𝑔
𝑆𝑔 = 𝑆𝑒 √ (19)
𝐷

dimana:
Sg = Penurunan elastic kelompok tiang (m)
Se = Penurunan tiang tunggal (m)
Bg = Lebar kelompok tiang (m)
D = Diameter tiang (m)

Defleksi Tiang
Dengan metode Broms (1964) untuk tiang dalam
tanah kohesif, defleksi tiang dikaitkan dengan faktor
tak berdimensi βL, dengan:
1
𝑘ℎ .𝑑 4
𝛽=( ) (20)
4.𝐸𝑝.𝐼𝑝

Defleksi ujung tiang di permukaan tanah (y0)


dinyatakan oleh persamaan-persamaan yang Gambar 8. Lokasi Penelitian
bergantung pada tipe jepitan tiang sebagai beirkut:
a. Tiang ujung bebas berkelakukan seperti tiang Pengumpulan Data
pendek, bila βL<1,5 dengan besarnya defleksi tiang Data yang digunakan pada penelitian ini,
dipermukaan tanah: keseluruhannya merupakan data sekunder. Data
1,5𝑒
4𝐻(1+ 𝐿 )
𝑦0 = (21) sekunder dalam penelitian ini meliputi gambar rencana,
𝑘ℎ𝑑𝐿
data karaktristik kapal dan data tanah yeng merupakan
hasil dari pengujian Standard Penetration Test (SPT)
b. Tiang ujung jepit dianggap berkelakukan seperti
tiang pendek bila βL<0,5
𝐻
𝑦0 = (22) Analisis Data
𝑘ℎ𝑑𝐿

c. Tiang ujung bebas dianggap seperti tiang panjang Analisis Pembebanan


(tidak kaku), bila βL>2,5, defleksi tiang
Pembebanan pada pile cap dermaga akan dianalisis
dipermukaan tanah
2𝐻𝛽(𝑒𝛽+1) dengan aplikasi SAP2000, dengan beban yang bekerja
𝑦0 = (23) pada dermaga yakni beban vertikal dan beban
𝑘ℎ𝑑

d. Tiang ujung jepit dianggap sebagai tiang panjang horizontal.


(tidak kakau) bila βL>1,5, dengan Pembebanan vertikal pada Dermaga dapat
𝐻𝛽 dikategorikan dalam beban mati dan beban hidup.
𝑦0 = (24)
𝑘ℎ𝑑
Beban mati yang termasuk dalam beban vertikal dalam
analisis konstruksi dermaga yakni berat konstruksi
METODOLOGI PENELITIAN dermaga. Dalam perencanaan konstruksi Dermaga,
beban hidup merata ditetapkan sebesar 2 ton/m2, dan
Lokasi dan Waktu Penelitian dalam pemodelan kedalam software SAP2000 nantinya
Pondasi yang menjadi studi kasus pada tugas akhir dimodelakan sebagai beban uniformly distributed load
ini terdapat pada Rencana Pembangunan Dermaga (UDL). Dalam analisis dermaga, beban horizontal yang
Ereke di Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara bekerja yakni beban gempa, gaya Berthing, gaya
Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanankan pada Mooring, beban arus dan beban gelombang.
bulan Mei hingga selesai Semua jenis-jenis pembebanan tersebut akan
dimodelkan dengan bantuan program SAP 2000 untuk
menghitung. Beban-beban tersebut akan di
kombinasikan untuk mendapatkan beban terfaktor
maksimum. Beban akan dianalisis sebanyak dua kali
untuk mendapatkan kombinasi pembebanan untuk
7

mendapatkan beban ultimate yang digunakan untuk Analisis Daya Dukung Pondasi
mengetahui nilai UCR tiang dan kombinasi untuk Analisis daya dukung tiang pada penelitian ini akan
mendapatkan beban service untuk memperoleh beban menggunakan persamaan yang dirumuskan oleh
yang akan digunakan untuk menghitung daya dukung Meyerhoff dengan menggunakan data N-SPT, serta
dan penurunan. beberapa metode lain untuk menghitung tahanan gesek
Kombinasi pembebanan yang digunakan untuk tiang yakni dengan menggunaka metode α dan λ. Daya
melihat nilai UCR tiang adalah sebagai berikut: dukung lateral tiang akan di analisa dengan
menggunakan metode Broms, dimana beberapa
Combo 1= 1,4DL + 1,4G + 1,4A
parameter nilainya akan dicari dengan
Combo 2= 1,2DL + 1,6LL menghubungkannya dengan data tanah yang berasal
dari pengujian penetrasi standar (SPT).
Combo 3= 1,2DL + 1,0LL + 1,0Ex + 0,3Ey
Combo 4= 1,2DL + 1,6LL + 1,2G + 1,2A +1,6B Analisis kekuatan tiang
Combo 5= 1,2DL + 1,6LL + 1,2G + 1,2A +1,2M Kekuatan tiang pada penelitian ini akan dikontrol
dengan melihat nilai UCR (Unity Check Range) dan
Combo 6= 1,2DL + 1,0LL + 0,3Ex + 1,0Ey defleksi tiang akibat beban horizontal.
Keterangan : Nilai UCR akan dianalisis dengan bantuan program
SAP 2000, sedangkan besarnya defleksi tiang akan
DL : beban mati dihitung dengan menggunakan metode Broms. Analisa
LL : beban hidup kekuatan tiang akan dianalisa dengan menggunakan
kombinasi beban ultimate
G : beban gelombang
A : beban angin Analisis penurunan pondasi
Penurunan pondasi akan dianalisis dengan
E : beban gempa
menggunakan metode Poulus dan Davis, dan hasilnya
M : beban mooring dikontrol dengan besar penurunan maksimu yang
dizinkan yakni sebesar 10%D
B : beban berthing
Adapun kombinasi pembebanan yang digunakan Alur Tahapan Penelitian
untuk mengetahui beban service yang digunakan untuk
menghitung daya dukung, penurunan dan defleksi tiang
adalah sebagai berikut:
Combo 1= DL + G + A
Combo 2= DL + LL
Combo 3= DL + LL + Ex + Ey
Combo 4= DL + LL + G + A +B
Combo 5= DL + LL + G + A +M
Combo 6= DL + LL + Ex + Ey
Keterangan :
DL : beban mati
LL : beban hidup
G : beban gelombang
A : beban angin
E : beban gempa
M : beban mooring
B : beban berthing
Gambar 9. Alur Tahapan Penelitian
8

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis kekuatan tiang dengan variabel
Analisa daya dukung pondasi tiang pancang pada hitungan pada analisis ini adalah defleksi dan nilai
rencana pembangunan Dermaga Ereke, bertujuan untuk UCR (Unity Check Range). Dari hasil analisa defleksi
mengetahui daya dukung dan penurunan tiang pancang tiang dengan menggunakan metode Broms (1964),
akibat kombinasi beban yang bekerja pada dermaga. diperoleh grafik hubungan kedalaman dan defleksi
tiang seperti ditunjukan pada gambar berikut:
Pada penelitian ini data yang digunakan untuk
menganalisa daya dukung dan penurunannya adalah
data N-SPT yang dikorelasikan dengan beberapa
parameter yang dibutuhkan untuk menganalisa.
Dari hasil perhitungan pembebanan dengan bantuan
program SAP 2000 di peroleh gaya aksial akibat beban
terfaktor (P) sebesar 208.69 KN, momen arah x akibat
beban terfaktor (Mx) sebesar 533.59 KN.m,
momen arah Y akibat beban terfaktor (My) sebesar
579.52 KN.m dan gaya lateral akibat beban
terfaktor (H) sebesar 284.59 KN.
Daya dukung
Penelitian ini menggunakan beberapa metode untuk
Gambar 11. Grafik hubungan antara kedalaman dan
menghitung daya dukung tiang yakni dengan defleksi
menggunaka metode Meyerhof, metode α, metode λ,
dan metode Briaud. Dengan semua metode tersebut Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa
semakin dalam tiang pancang maka defleksi yang
diperoleh grafik hubungan antara kedalaman dan angka
terjadi akan semakin kecil. Analisis defleksi tiang tidak
keamanan tiang pada lokasi penelitian seperti yang
digambarkan pada grafik berikut: menganalisa pada kedalaman 12 m ke atas karena pada
kedalaman ini daya dukung vertikalnya tidak
memenuhi standar angka keamanan yang diizinkan.
Nilai UCR akan dianalisa oleh SAP 2000. Pada
SAP outputnya berupa warna-wana yang ditunjukan
oleh tiang. Dari hasil output SAP 2000 pada pondasi
dermaga ini nilainya antara 0,5 sampai 0,7. Nilai ini
menunjukan rasio antara beban dana kapasitas tiang.
Nilai ini menunjukan bahwa kapasitas tiang tersebut
melebihi kombinasi beban yang bekerja
Penurunan
Penurunan tiang tunggal dianalisis dengan
menggunankan metode Poulus dan Davis (1980) dan
penurunan kelompok dianalisis dengan menggunakan
metode Vesic (1969). Dari hasil analisis penurunan
Gambar 10. Hubungan Kedalaman dan Angka
pondasi tiang pancang diperoleh hubungan antara
Keamanan (SF)
penurunan yang terjadi pada tiang dan kedalaman
Dari grafik dapat dilihat dengan menggunakan seperti ditunjukan pada gembar 12.
angka keamanan 4 yang disarankan oleh Coduto
Untuk penurunan kelompok tiang grafik
(1994), dengan menggunakan metode Meyerhof tidak
hubungannya dapat dilihat pada grafik ang terdapat
memenuhi angka keamanan yang disyaratkan yakni
pada gambar 13.
sebesar 4. Dari 3 metode lain didapatkan pada
kedalaman 19 m tiang sudah memenuhi angka aman Dari kedua grafik diatas terlihat bahwa penurunan
yang diizinkan oleh Coduto yakni sebesar 4. Dari akan bertambah seiring bertambahnya kedalaman
grafik juga terlihat bahwa metode Briaud menghasilkan tiang. Dari hasil analisis diperoleh bahwa penurunan
daya dukung terbesar dibanding dengan metode lain yang terjadi masih memenuhi persyararatan penurunan
dengan angka aman terbesar yang diperoleh sebesar maksimum tiang menurut Sihotang (2009), yakni
5.06. sebesar 10% dari diameter tiang yakni 50,8 mm
Kekuatan Tiang
9

maksimum dermaga dengan keamanan (SF) = 4,04


dengan penurunan yang terjadi sebesar 0,2204 mm
4. Dari hasil analisa UCR kapasitas tiang lebih besar
dari nilai kombinasi beban yang bekerja, dan
besarnya defleksi sebesar 0.110 mm masih
memenuhi standar maksimum defleksi yang
dizinkan sebesar 10mm
Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat menghitung daya
dukung serta penurunan pondasi dengan
menambahkan kombinasi beban dinamis
2. Bagi peneliti selanjutnya dapat memasukan
fenomena konsolidasi dalam perhitungan
Gambar.12. Grafik hubungan antara kedalaman dan
penurunan
penurunan tiang tunggal
3. Berdasarkan perhitungan daya dukung tiang,
penurunan dan defleksi tiang, penulis
merekomendasikan agar tiang dapat diperpendek
sampai pada kedalaman 19 m, karena dengan
kedalaman tersebut tiang pancang masih memikul
kombinasi beban yang direncanakan

DAFTAR PUSTAKA

Agustianur, Fitriana Iftatika. 2007. Perencanaan


Pengembangan Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Tasik
Agung Kabupaten Rembang.
Skripsi. Fakultas Teknik Universitas
Gambar 13. Grafik hubungan antara kedalaman dan Diponegoro. Semarang
penurunan kelompok tiang
Bowles, J.E. 1993. Analisis dan Desain Pondasi edisi
keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Das, M. B. 1993. Principles of Foundation
KESIMPULAN DAN SARAN
Engineering, Library of Congress
Cataloging un Publication Data.
Kesimpulan Departemen Pendidikan Nasional Politeknik Negeri
1. Daya dukung pondas tiang pancang pada dermaga Malang Jurusan Teknik Sipil. 2008.
adalah sebesar 3974.93 kN. Yang mana dengan Buku Ajar Rekayasa Pondasi.
daya dukung ini pondasi tersebut mampu untuk Teknik Sipil Poltek Malang. Malang
memikul beban-beban yang bekerja pada dermaga Haadymuqtadir. 2013. Zonasi Potensi Likuifaksi
tersebut dengan keamanan (SF) = 4.98. Nilai Kota Makassar Menggunakan
keamanan 4.98 masih memenuhi nilai angka Metode National Centre For
keamanan pada tiang menurut Coduto (1994) Earthquaqe Engineering Research
2. Penurunan yang terjadi pada pondasi dermaga (NCEER). Skripsi. Teknik Sipil
Universitas Hasanuddin
adalah sebesar 0.2053 mm, yang mana penurunan
Hadihardaja, Joetata.1997. Rekayasa Fundasi II
ini masih memenuhi standar penurunan yang
diziinkan yaknni sebesar 10 % dari diameter tiang Fundasi Dangkal dan Fundasi
Dalam. Jakarta:Penerbit Gunadarma
pancang yakni 50,8 mm
Hardiyatmo, H.C. 2010. Analisis dan Perancangan
3. Jika tiang diperpendek menjadi 20 m, daya
Fondasi bagian II. Yogyakarta.
dukungnya masih mampu memikul beban
Gadjah Mada University Press
10

H.S, Sardjono. 1988. Pondasi Tiang Pancang Jilid II


untuk Universitas dan Umum.
Surabaya: Sinar Wijaya
Jurusan Teknik Sipil-FT Univ. Negeri Semarang. 2006.
Hand Out Rekayasa Pondasi 2
Pondasi Tiang Pancang. Januari
Teknik Sipil Univ. Negeri
Semarang. Semarang
Manoppo, F.J. 2010. Perilaku Tiang Pancang Miring
pada Daya Dukung Tiang Pancang
Kelompok Akibat Beban Vertikal
pada Tanah Pasir. Jurnal Media
Teknik Sipil Volume X
Kartikasari, Yualita. 2008. Desain Dermaga General
Cargo Dan Trestle Tipe Deck On
Pile Di Pulau Kalukalukuang
Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi.
Teknik Kelautan ITB. Bandung
Kramadibrata, Soedjono. 2002. Perencanaan
Pelabuhan. Bandung: Penerbit ITB
Kriswanto, M. Faisal. 2007. Analisis Daya Dukung
Trucuk Bambu Pada Tanah Lunak
(Studi Kasus di Area Pelabuhan
Tanjung Emas). Skripsi. Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
Semarang
Sihotang, I.E. Sulastri. 2009. Analsis Daya Dukung
Pondasi Tiang Pancang pada
Proyek Pembangunan Gedung
Kanwil DJP dan KPP Sumbagut I
Jalan Suka Mulia Medan
Siregar, Christna R, Rudi Iskandar. 2012. Analisa
Daya Dukung Pondasi Tiang
Pancang Secara Analitis pada
Proyek GBI Bethel Medan. Skripsi.
Jurusan Teknik Sipil USU. Sumatera
Utara
Triatmodjo,Bambang.2010. Perencanaan Pelabuhan.
Yogyakarta. Beta Offset
Youd, T.L. 2001. Liquefaction Resistance Of Soils:
Summary Report From The 1996
NCEER and 1998 NCEER/NSF
Workshop on Evaluation of
Liquefaction Resistance of Soils.
Journal OF Geotechnical and
Geoenvironmental Engineering.

Anda mungkin juga menyukai