BRONKOPNEUMONIA
Disusun Oleh :
dr. Cindy Amalia
Dokter Pendamping :
dr. Hj. Sumarmi
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru dimana beberapa alveoli terisi
dengan cairan dan sel-sel darah. Pneumoia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah
kesehatan utama pada anak-anak dinegara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas kematian anak berusia dibawah 5 tahun (balita). Diperkirakan hampir
seperlima kematian anak didunia , lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat
pneumonia, sebagian besar terjadi diafrika dan asia tenggara. Insiden pneumonia dinegara
berkembang yaitu 30-45% per 1000 anak dibaawah usia 5 tahun, 16-22% per 1000 anak pada
usai 5-9 tahun, dan 7-16% per 1000 anak pada anak yang lebih tua.
Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernafasan yang terjadi pada bronkus
sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumoni lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi
dan biasanya sering disebabkan oleh bakteri Streptokokus Pneumonia dan Haemofilus influenza
yang sering ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO, kejadian
pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10-20% pertahun.
3
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 5 bulan Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam Anak ke- : 1, tunggal
Alamat : Kertawangunan
Orang Tua / Wali
Profil Ayah Ibu
Nama Tn. A Ny. D
Umur 26 tahun 25 tahun
Alamat Kertawangunan Kertawangunan
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Pendidikan SMK SMP
Suku Sunda Sunda
Agama Islam Islam
Hubungan dengan orang tua: Pasien merupakan anak kandung.
I. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. D, orangtua kandung pasien.
Lokasi : UGD RSUD 45 Kuningan
Tanggal/Waktu : 20 Maret 2018, pukul 18.35 WIB
Tanggal masuk ruangan : 20 Maret 2018, pukul 19.00 WIB
Keluhan utama : Sesak napas.
4
sesak. Pada 3 hari SMRS, pasien mengalami batuk dan pilek. Batuk berdahak, namun dahak sulit
dikeluarkan. Pasien juga mengalami demam sejak 3 hari SMRS, demam tidak terlalu tinggi dan
dikatakan naik turun. Keluhan tersedak dan muntah disangkal. BAB dan BAK tak ada keluhan.
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan saat ini.
Kesimpulan riwayat kehamilan dan kelahiran: Pasien lahir pervaginam, cukup bulan, berat
badan lahir cukup.
5
C. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Berdasarkan milestone checklist CDC untuk usia 6 bulan.
1. Sosial/ emosional
Mengenal orang terdekat dan mengetahui apabila terdapat orang yang tidak dikenal (ya)
Senang bermain dengan orang lain, terutama orangtua (ya)
Merespon ekspresi orang lain dan terlihat senang (ya)
Tertarik dengan bayangan dirinya di cermin (ya)
2. Bahasa/ Komunikasi
Dapat merespons suara demgan suara (ya)
Mengoceh rangkaian suara (ya)
Merespon terhadap namanya sendiri (ya)
Menggunakan suara untuk mengekspresikan rasa senang atau tidak senang (ya)
3. Kognitif
Mengeksplorasi benda di sekitarnya (ya)
Mengarahkan benda ke mulut (ya)
Menunjukan kesukaannya terhdap suatu benda dan berusaha mendapatkannya (ya)
Memindahkab benda dari tangan ke tangan lainnya (ya)
4. Motorik
Berguling ke dua arah, depan-belakang, belakang- depan (ya)
Duduk tanpa bantuan tangan (ya)
Saat berdiri, menyokong seluruh berat badan dengan kaki (ya)
Mengubah posisi dari dari duduk menjadi merangkak atau tengkurap (ya)
D. RIWAYAT MAKANAN
Umur (bulan) ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0–2 ASI - - -
3 ASI + Susu Formula - - -
4 – saat ini Susu formula - - -
Kesimpulan riwayat makanan: Riwayat makanan tidak baik.
6
E. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Umur Imunisasi Dasar (bulan)
Hepatitis B 0 1 -
Polio 0 2 4 -
BCG 1
DPT / PT 2 4 -
Campak -
Kesimpulan riwayat imunisasi :Imunisasi dasar lengkap sesuai umur, tidak ada imunisasasi
tambahan.
F. RIWAYAT KELUARGA
Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. A Ny. D
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 26 tahun 25 tahun
Pendidikan terakhir Tamat SMK Tamat SMP
Agama Islam Islam
Suku bangsa Sunda Sunda
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - -
Kesimpulan Riwayat Keluarga : Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami gejala
dan penyakit yang serupa dengan pasien.
7
G. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Penyakit
Alergi (-) Difteria (-) (-)
jantung
Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)
DBD (-) Kejang (-) TBC (-)
Radang
(-) Operasi (-) Lain-lain: (-)
paru
Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita: Pasien tidak pernah mengalami
penyakit lain sebelumnya.
Kesimpulan sosial ekonomi: Penghasilan ayah pasien tersebut cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari, pasien diasuh oleh ibu.
8
II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 20 Maret 2018 pukul 18.40 WIB)
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15 (E4M6V5)
Kesan Gizi : Gizi baik
Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 6 kg
Tinggi/panjang Badan : 61 cm
Status Gizi
BB / PB = Z score: 0 SD s/d -1 SD = gizi baik
Status gizi diatas berdasarkan kurva Z score, pasien termasuk dalam kategori gizi baik.
Tanda Vital
Nadi : 135 x/menit, lemah, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Nafas : 52 x/menit
Suhu : 37,8°C
SpO2 : 90 %
KEPALA : Normocephali
RAMBUT : Rambut hitam, pendek, lurus, lebat, distribusi merata dan tidak mudah dicabut.
WAJAH : Wajah simetris
MATA :
Sklera ikterik : -/-
Kornea jernih : +/+
Lensa jernih : +/+
Pupil : 2mm, bulat, isokor
TELINGA :
Bentuk : Normotia
Liang telinga : Lapang Membran timpani : sulit dinilai
Serumen : -/- Refleks cahaya : sulit dinilai
Cairan : -/- Ruam merah : -/-
9
HIDUNG :
Bentuk : Simetris Napas cuping hidung : +/+
Sekret : -/- Deviasi septum :-
Mukosa hiperemis : -/-
o Inspeksi : Pergerakan dada kanan dan kiri simetris, retraksi interkostal (+)
o Palpasi : Vokal fremitus sama di kedua lapang
o Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
o Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (+/+), wheezing (-/-)
ABDOMEN :
o Inspeksi : Datar
o Auskultasi : BU (+) normal
o Palpasi : Supel, turgor kembali cepat (< 2 detik), hepar & lien tidak teraba
o Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
GENITALIA :
Tidak ada kelainan.
10
KELENJAR GETAH BENING:
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
EKSTREMITAS :
Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk tulang, posisi tangan dan kaki, serta sikap
badan, tidak terdapat keterbatasan gerak sendi, akral hangat pada keempat ekstremitas
KULIT :
Warna sawo matang merata, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak ada efloresensi yang bermakna.
11
IV. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Rontgen thorax tanggal 20 Maret 2018
12
RESUME
Sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS) pasien sesak napas. Sesak semakin
memberat dan tidak dipengaruhi posisi, aktivitas maupun cuaca. Pasien jarang menyusu karena
sesak. Pada 3 hari SMRS, pasien mengalami batuk dan pilek. Batuk berdahak, namun dahak sulit
dikeluarkan. Pasien juga mengalami demam sejak 3 hari SMRS, demam tidak terlalu tinggi dan
dikatakan naik turun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis dengan keadaan umum
tampak sakit sedang. Tanda vital, nadi 130x/menit, napas 52x/menit, suhu 37,8°C. Status gizi
pasien baik. Pemeriksaan fisik terdapat napas cuping hidung, retraksi interkostal, dan pada
auskultasi thorax terdengar ronki di kedua lapang paru. Pemeriksaan laboratorium darah
didapatkan peningkatan leukosit 19,34 103 /µL. Pada pemeriksaan rontgen thorax tampak
infiltrat di kedua lapang paru.
V. DIAGNOSIS BANDING
Bronkhiolitis
VI. PENATALAKSANAAN
O2 1-2 lpm
IVFD KAEN I B 24 tpm (mikro)
Ampicilin 4 x 150 mg i.v
Kloramfenikol 4 x 150 mg i.v
Paracetamol drops 3 x 0,6 ml p.o
Ventolin inhalasi/8 jam
Non-medika Mentosa:
Tirah baring
Menjaga kebersihan anak dan sekitarnya
Hindari asupan berlebih karena dapat meningkatkan risiko tersedak.
13
VII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Functionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam
14
BAB 3
ANALISA KASUS
Penderita datang dengan keluhan utama sesak nafas. Dari keluhan ini dapat dipikirkan
adanya kelainan pada paru-paru, jantung, kelainan metabolik seperti asidosis dan uremia serta
adanya kelainan di otak. Dari alloanamnesis tidak didapatkan keluhan BAK sehingga
kemungkinan kelainan metabolik dapat disingkirkan. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan
penurunan kesadaran sehingga kelainan disentral dapat disingkirkan, selain itu dari hasil
pemeriksaan pada jantung didapatkan dalam batas normal sehingga kelainan pada jantung dapat
disingkirkan. Oleh karena itu dapat dipastikan merupakan kelainan pada paru-paru.
Diagnosis bronkopneumonia berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Terdapat sesak napas, takipneu, napas cuping hidung, retraksi interkostal, dan pada
auskultasi thorax terdengar ronkhi di kedua lapang paru. Pemeriksaan laboratorium darah
didapatkan peningkatan leukosit 19,34 103 /µL. Pemeriksaan radiologi didapatkan infiltrat di
kedua lapang paru. Hal tersebut sesuai dengan kriteria diagnosis bronkopneumonia, yaitu :
• Sesak nafas disertai dengan pernapasan cuping hidung dan tarikan dinding dada.
Kriteria takipneu menurut WHO :
Anak umur < 2bulan : ≥ 60 x/menit
Anak umur 2-11 bulan : ≥ 50 x/menit
Anak umur 1-5 tahun : ≥ 40 x/menit
Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 x/menit
• Demam
• Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
• Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
• Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan,
dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)3
15
Batasi asupan oral pada pasien ini dan pemberian ASI lewat NGT karena dikhawatirkan
terjadi aspirasi karena pasien masih sesak. Diberikan antibiotik spektrum luas berupa ampicillin
dan kroramfenikol untuk membantu mengeliminasi bakteri penyebab. Diberikan pula
paracetamol untuk menurunkan demam.
Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam karena pada pasien ini telah dilakukan
pengobatan yang adekuat serta belum ada tanda-tanda yang mengarah pada komplikasi.
16
BAB 4
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru dimana sinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari
sel radang ke dalam interstitium. Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu
peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), bahan
kimia, radiasi, aspirasi, obat-obatan dan lain-lain. Pneumonia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. 1,2
Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi pada bronkus
sampai dengan alveolus paru. Saluran pernapasan tersebut tersumbat oleh eksudat mukopurulen,
yang membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang berdekatan. Penyakit ini bersifat
sekunder yang biasanya menyertai penyakit ISPA (Infeksi Salurann Pernapasan Atas), demam
infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. Sebagai infeksi primer
biasanya hanya dijumpai pada anak-anak dan orang tua. 1,2
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia intertitialis (bronkiolitis)
c. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
17
- Kesadaran menurun
- Hipertermi / hipotermi
- Napas lambat / tidak teratur
ETIOLOGI
18
dan kepadatan penduduk. Anak laki – laki lebih sering terkena pneumonia dari pada anak
perempuan.
A. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi bakteri
Diplococcus Pneumoniae
Pneumococcus
Streptococcus Pneumoniae
Staphylococcus Aureus
Merupakan bakteri penyebab bronkopneumonia pada bayi dan anak-anak berumur
muda, yang berat, serius dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi.
Eschericia Coli
b. Infeksi Virus
Respiratory Syncytial Virus, Virus Sitomegalo, Virus Influenza, Virus
Parainfluenza 1,2,3, Virus Adeno, Virus Rino, Virus Epstein-Barr
19
FAKTOR RISIKO
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Pneumonia Pada Balita.
a). Umur
Pada anak di bawah usia 2 tahun umumnya pneumonia disebabkan oleh respiratory syncytial
virus (RSV), adenovirus, virus influenza dan parainfluenza. Chlamydia trachomatis Infeksi
dapat ditularkan kepada bayi dari saluran kelamin ibu selama kelahiran mengakibatkan
pneumonia. Pneumonia merupakan penyebab penting dari morbiditas dan mortalitas pada semua
kelompok umur. Secara global diperkirakan bahwa 5 juta anak di bawah usia 5 tahun meninggal
akibat pneumonia setiap tahun (95% di negara-negara berkembang).
20
Campak adalah penyakit serius akibat infeksi virus yang sangat menular yang menimbulkan
demam, bintik-bintik merah, pilek, batuk dan mata merah serta pedih. Komplikasi yang
mengikuti sakit campak dapat sangat berbahaya, dan pneumonia terjadi dalam 4% di antara
penderita campak. Bronkopneumonia sering terjadi pada umur dibawah 3 tahun dan dapat
berhubungan dengan penyakit lain seperti campak atau pertusis.
21
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda klinis bervariasi tergantung kuman penyebab, usia pasien, status
imunologis pasien, dan beratnya penyakit. Manifestsi klinis bisa sangat berbeda, bahkan pada
neonatus mungkin tanpa gejala. Gejala dan tanda pneumonia meliputi gejala infeksi pada
umumnya demam, menggigil, cefalgia, rewel, dan gelisah. Beberapa pasien mungkin mengalami
gangguan gastrointestinal seperti muntah, kembung, diare, atau sakit perut. 2
Walaupun tanda pulmonal paling berguna, namun mungkin tanda-tanda itu tidak muncul
sejak awitan penyakit. Tanda-tanda itu meliputi napas cuping hidung (neonatus), takipneu,
dipsneu, dan apneu. Otot bantu nafas interkosta dan abdominal mungkin digunakan. Batuk
umumnya dijumpai pada anak besar, tapi pada neonatus bisa tanpa batuk. Tanda pneumonia
berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan
peningkatan frekuensi napas), perkusi redup, fremitus melemah, suara nafas melemah dan
ronkhi. 1
Frekuensi napas merupakan indeks paling sensitif untuk mengetahui beratnya penyakit.
Hal ini digunakan untuk mendukung diagnosis dan memantau tatalaksana. Pengukuran frekwensi
nafas dilakukan dalam keadaan anak tenang atau tidur. Perkusi thorak tidak bernilai diagnostik
karena umumnya kelainan patologisnya menyebar.
Suara napas yang melemah seringkali ditemukan pada auskultasi. Ronkhi basah halus
khas untuk pasien yang lebih besar, mungkin tidak terdengar pada bayi. Pada bayi dan anak
kecil karena kecilnya volume thorak biasanya suara napas saling berbaur dan sulit diidentifikasi.2
22
Manifestasi klinik pada Bronkopneumonia menurut (IDAI, 2008) adalah
1. Gejala infeksi umum
Demam
Sakit kepala
Gelisah
Malaise
Penurunan napsu makan
Keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare.
23
Streptococcus pneumoniae akan mengadakan multiplikasi dan menyebabkan invasi terhadap sel
epitel alveolus. Streptococcus pneumoniae akan menyebar dari alveolus ke alveolus melalui pori
dari Kohn. Bakteri yang masuk kedalam alveolus menyebabkan reaksi radang berupa edema dari
seluruh alveolus disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN.2,
Proses radang dapat dibagi atas 4 stadium yaitu :
Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara
kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
24
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,
sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula.2
Sebagian besar pneumonia timbul melalui mekanisme aspirasi kuman atau penyebaran
langsung kuman dari respiratorik atas. Hanya sebagian kecil merupakan akibat sekunder dari
bakterimia atau viremia atau penyebaran dari infeksi intra abdomen. Dalam keadaan normal
mulai dari sublaring hingga unit terminal adalah steril. Dalam keadaan sehat, tidak terjadi
pertumbuhan mikroorganisme di paru. Keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme
dan lingkungan, maka mikroorganisme dapat masuk, berkembang biak dan menimbulkan
penyakit.1,2
Paru terlindung dari infeksi dengan beberapa mekanisme :
Filtrasi partikel di hidung
Pencegahan aspirasi dengan refleks epiglottis
Ekspulsi benda asing melalui refleks batuk
Pembersihan kearah kranial oleh mukosiliar
Fagositosis kuman oleh makrofag alveolar
Netralisasi kuman oleh substansi imun lokal
Drainase melalui sistem limfatik.2
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan infeksi
saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus-menerus,
sesak, sianosis, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi), dan nyeri dada. Biasanya anak
lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala non
25
spesifik seperti hipotermi, penurunan kesadaran, kejang atau kembung. Anak besar
kadang mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen disertai muntah.2,3
2. Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda berdasarkan kelompok umur
tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada, grunting, dan
sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih besar jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering
terlihat adalah takipneu, retraksi, sianosis, batuk, panas, dan iritabel.2
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk (non
produktif / produktif), takipneu dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding dada.
Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas, batuk (non produktif /
produktif), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi.2,3
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah pada pneumonia umumnya didapatkan Lekositosis hingga >
15.000/mm3 seringkali dijumpai dengan dominasi netrofil pada hitung jenis. Lekosit >
30.000/mm3 dengan dominasi netrofil mengarah ke pneumonia streptokokus.
Trombositosis > 500.000 khas untuk pneumonia bakterial. Trombositopenia lebih
mengarah kepada infeksi virus. Biakan darah merupakan cara yang spesifik namun hanya
positif pada 10-15% kasus terutama pada anak- anak kecil.2
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologis
Foto toraks (AP/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Foto AP dan lateral dibutuhkan untuk menentukan lokasi
anatomik dalam paru. Infiltrat tersebar paling sering dijumpai, terutama pada pasien bayi.
Pada bronkopneumonia bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus.
Jika difus (merata) biasanya disebabkan oleh Staphylokokus pneumonia.3
26
Gambar 1 : Foto toraks PA pada pneumonia lobaris: tampak bercak-bercak infiltrat pada paru
kanan.
KRITERIA DIAGNOSIS
Dasar diagnosis pneumonia menurut Henry Gorna, adalah ditemukannya paling sedikit 3 dari 5
gejala berikut ini :
a. Sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
b. Demam
c. Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
d. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
e. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan, dan
bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)3
PENATALAKSANAAN
1. Pemberian oksigen 2-4 L/menit melalui kateter hidung atau nasofaring. Jika penyakitnya
berat dan sarana tersedia, alat bantu napas mungkin diperlukan terutama dalam 24-48 jam
2. Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Cairan yang diberikan mengandung gula dan
elektrolit yang cukup.
27
3. Koreksi kelainan elektrolit atau metabolik yang terjadi.
4. Mengatasi penyakit penyerta.
5. Pemberian terapi inhalasi dengan nebulizer bukan merupakan tata laksana rutin yang
harus diberikan.2
Pengobatan bertujuan untuk mengeradikasi infeksi, menurunkan morbiditas dan mencegah
komplikasi. Pada bronkopneumonia, karena termasuk dalam gejala pneumonia berat maka
merupakan indikasi untuk dirawat di rumah sakit.
Pengobatan bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
1. Pemberian antibiotika polifragmasi selama 10 - 15 hari, meliputi :
a. Ampicillin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis ditambah kloramfenikol dengan dosis :
Umur < 6 bulan : 25-50 mg/KgBB/hari
Umur > 6 bulan : 50-75 mg/KgBB/hari
Dosis dibagi dalam 3-4 dosis
b. Atau ampicillin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis ditambah gentamisin dengan
dosis 3-5 mg/KgBB/hari diberikan dalam 2 dosis
c. Pada penderita yang dicurigai resisten dengan obat tersebut berdasarkan riwayat
pemakaian obat sebelumnya, atau pneumonia berat dengan tanda bahaya, atau tidak
tampak perbaikan klinis dalam 3 hari, maka obat diganti dengan cephalosporin
generasi ke-3 (dosis tergantung jenis obat) atau penderita yang tadinya mendapat
kloramfenikol diganti dengan gentamisin dengan dosis 3-5 mg/kgBB/hr diberikan
dalam 2 dosis.
2. Terapi cairan
Cairan IV desktrose 5 % ditambah NaCl 15 %
3. Tindak lanjut
a. Pengamatan rutin :
Frekuensi nafas, denyut nadi, tekanan vena, hepatomegali, tanda asidosis, dan
tanda komplikasi.
b. Indikasi pulang :
Bila tidak sesak dan intake adekuat.
28
KOMPLIKASI
Bila bronkopneumonia tidak ditangani secara tepat, maka komplikasinya adalah sebagai
berikut 1,10 :
1. Otitis media akut (OMA) : Terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan
masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik
kedalam dan timbul efusi.
2. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru.
3. Efusi pleura.
4. Emfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
6. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
7. Endokarditis bakterial yaitu peradangan pada katup endokardial.
PROGNOSIS
Pada era sebelum ada antibiotik, angka mortalitas pada bayi dan anak kecil berkisar dari
20% sampai 50% dan pada anak yang lebih tua dari 3% sampai 5%.8 Dengan pemberian
antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%, anak
dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas
yang lebih tinggi.2
PENCEGAHAN
29
1. vaksin PCV untuk mencegah infeksi pneumokokkus (Invasive Pneumococcal Diseases,
IPD). vaksin PCV yang sudah tersedia adalah PCV-7 dan PCV-10. PCV 13 belum
tersedia di Indonesia
2. vaksin Hib untuk mencegah infeksi Haemophilus Influenzae tipe b
3. vaksin DPT untuk mencegah infeksi difteria dan pertusis
4. vaksin campak dan MMR untuk mencegah campak
5. vaksin influenza untuk mencegah influenza
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak .
Infomedika . Jakarta. 2010; 11:1228-1233.
2. World Health Organization.Pneumonia Kills More Children Than Any Other Diseases;
2005.
Available from : (http://www.who.int)
3. Ginting, Susi. Pneumonia, Penyebab Kematian Balita Nomor Satu.Januari 2009.
Diunduh dari : (http://www.kematian.biz/pdf/article/health/pneumonia-penyebab-
kematian-balita-nomor-satu.pdf)
4. Muchtar D, Ridwan. Kendala Pernafasan Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Cermin
Dunia Kedokteran. 1992; 80: 47-48.
5. World Health Organization. Reducing child deaths from pneumonia; 2009.
Available from : (http://www.who.int)
6. Yuwono, Djoko. Besaran Penyakit pada Balita di Indonesia; 2007.
Diunduh dari : (http://www.bmf.litbang.depkes.go.id)
31