BLOK V
2011
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tugas
tutorial skenario ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini betujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.
Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat
bermanfaat untuk perbaikan di kemudian hari.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
I. SKENARIO A BLOK V
Linda, seorang wanita berusia 28 tahun, sedang hamil dengan usia kehamilan
5 bulan, mengeluhkan rasa kesemutan di ibu jari, telunjuk dan jari tengah kanannya
sejak 2 bulan yang lalu. Rasa kesemutan tersebut terkadang juga diselingi rasa nyeri
ataupun rasa seperti panas terbakar. Ia menyatakan tangan kanannya lemah dan
mudah menjatuhkan benda-benda yang dipegang tangan kanannya. Ia juga
mengatakan kesulitan untuk melakukan beberapa aktivitas menggunakan tangan
kanan, seperti memancing baju, menyisir rambut, dsb. Selebihnya, ia menyatakan
merasa sehat, dan menyangkal adanya trauma atau nyeri leher.
4
1. Linda, wanita hamil 5 bulan mengeluh rasa kesemutan di ibu jari, telunjuk, dan
jari tengah kanannya sejak 2 bulan lalu.
a. Apakah ada hubungan antara kehamilan dengan kondisi kesemutan pada
ibu jari, telunjuk, dan jari tengah kanannya. Jika ada jelaskan!
Ada. Pada saat hamil, terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan
cairan tubuh lebih banyak dan menyebabkan bengkak, sehingga
terowongan karpal menjadi sempit. Penyempitan terowongan ini akan
menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya,
yaitu nervus medianus. Yang akhirnya akan menyebabkan kesemutan
pada pasien (ibu hamil).
c. Mengapa kesemutan hanya terjadi pada ibu jari, telunjuk dan jari tengah
tangan kanan?
Kesemutan hanya terjadi di pada ibu jari, telunjuk, dan jari tangan
dikarenakan kompresi nervus medianus dalam terowongan karpal yang
berada di pergelangan tangan. Nervus medianus tidak terdapat di
digitorum minimus dan hanya terdapat sebagian di anulus digiti sehingga
kesemutan hanya bisa dirasakanoleh ibu jari, telunjuk, dan jari tengah
tangan. Rasa kesemutan yang terjadi hanya dirasakan oleh tangan kanan
disebabkan oleh pergerakan tangan kanan yang lebih banyak dari tangan
kiri, aktivitas pada tangan kanan ini pun dilakukan secara berulang-ulang
sehingga menyebabkan stress pada jaringan di sekitar terowongan
5
karpal sehingga jaringan tersebut mengalami degenerasi, dan
menyebabkan saluran terowongan menjadi sempit dan terjadilah
kesemutan.
6
1. Hindari posisi tubuh yang menekan syaraf dan peredaran darah.
Misalnya menonton tv sambil tiduran, atau menulis di lantai sambil
tengkurap. Bila ingin menulis sebaiknya duduklah di kursi dengan
bokong merapat ke belakang dan punggung lurus menempel pada
sandaran. Bila diperlukan, cobalah pilih kursi ergonomis
2. Namun kalau Anda termasuk seseorang yang sensitif alias gampang
kesemutan, Anda bisa mengurangi kesemutan dengan cara berolah
raga secara teratur. Olah raga mempunyai banyak manfaat untuk
melancarkan peredaran darah.
3. Perlu juga menjaga sikap tubuh yang baik, misalnya dengan
menghindari menekuk kaki atau tangan terlalu lama. Atau bila sedang
mengetik, istirahatkan jari sebentar, lenturkan jari, siku sehingga
aliran darah kembali normal
4. Bila Anda duduk, jangan terlalu sering menyilangkan kaki, ini akan
menghambat aliran darah dan bisa menyebabkan kesemutan
5. Pertahankan pola makan dengan memperhatikan cakupan gizi,
vitamin dan nutrisi seimbang. Cobalah untuk menjaga agar tidak
kekurangan vitamin B1, karena dapat mengganggu aliran atau
rangsangan pada sistem syaraf. Perbanyak makanan dari sumber
vitamin B1, yaitu unsur besi yang banyak ditemukan pada daging
merah, sayuran hijau segar, biji-bijian dan lain-lain.
6. Saat SMS gunakan jari lain selain jempol. gunakan stylus pen,
keypead atau touch screen secara bergantian.
7
Anatomi leher normal
b. Histologi
9
paraesthesia (kesemutan)
hypaesthesia (baal)
anaesthesia (hilang rasa sama sekali).
10
Tulang-tulang telapak tangan adalah metacarpal.
Metacarpal jari disatukan bersama oleh ligament, tetapi metacarpal ibu
jari adalah bebas dan mobile yang memungkinkan ibu jari berotasi dan
berbaring ke belakang oposisi. Ini penting untung memegang dan
menggenggam. Sendi antara tulang metacarpal dan carpal ibu jari adalah
berbentuk sadel.
Terdapat tiga falangus pada tiap jari dan dua pada ibu jari.
Ujung bawah ulna dan ujung atas radius sempit dam membulat. Bagian ini
dapat berotasi pada sendi synovial kecil di samping tulang berdekatan.
Radius dapat berayun memutar pada ulna dan membalik telapak tangan
(pronasi).
Pronasi dibentuk oleh otot-otot yang terletak di dalam yang menyatukan
radius dan ulna yang menarik keduanya bersamaan.
Gerakan sebaliknya, gerakan yang kuat dengan obeng (supinasi), dibentuk
oleh bisep dan supinator yang melepaskan radius.
Otot-otot lengan bawah yang besar dimasuki oleh tendon seperti tali yang
kuat dalam karpal dan tulang-tulang terminal (falangus) jari-jari.
Fleksor yang kuat, untuk menggenggam, terletak dalam lapisan-lapisan sisi
telapak tangan dari lengan bawah.
Ektensor yang lebih lemah terletak pada dorsum. Seperti meluruskan jari-
jari dan pergelangan tangan, otot-otot ini penting utnuk menggenggam
kuat dimana pergelangan tangan pertama-tama harus diekstensi dan
difiksasi untuk mengendurkan tendon-tendon fleksor.
Gerakan pada sendi pergelangan tangan, tendon dicegah menekuk
berurutan dengan melalui terowongan carpal (carpal tunnel) yang dibentuk
oleh pita-pita fibrosa transversum yang meregang kuat, yang terbenam
pada tiap ujung tulang.
13
Dari gambar dan skema dapat kita ketahui bahwa nervus medianus terhubung
sampai ke bagian plexus brachialis, yaitu tepatnya pada segmenta cervicales V
dan VI, jadi, apabila terasa kesemutan pada ibu jari, telunjuk, dan jari tengah
maka lama kelamaan rasa kesemutan dan nyeri akan menyebar pada leher.
14
1. Gangguan n.Medianus ditempat yang lebih proksimal dari terowongan karpal
misalnya sindroma pronator teres, thoracic outlet syndrome, radikulopati
cervical.
2. Fenomena Raynaud yang kadang-kadang keluhannya hampir sama tetapi
hanya timbul jika stres atau suhu dingin dan terdapat perbaikan dengan
pemanasan atau kadang yang ektrim memerlukan obat yang membuka
pembuluh darah.
3. Kondisi arthritic termasuk rheumatoid atrhritis, gout dan osteoatrhitis dapat
menimbulkan keluhan nyeri yang mirip.
4. Gangguan saraf pusat ataupun saraf tepi. Dapat berupa Multipel Sklerosis
Disseminata , tapi biasanya tidak terbatas pada daerah n.Medianus saja.
5. Motor Neuron Disease pada stadium permulaan, gejala berupa atrofi otot-otot
thenar tetapi tanpa gangguan sensorik.
d. Apakah ada kemungkinan antara masa kehamilan dengan trauma atau nyeri leher?
Kekakuan, rasa terbakar, atau geli di satu atau lebih jari tangan
15
Rasa sakit (pada lokasi penyebaran saraf)
16
- Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan
tangan.
b. Terapi operatif.
Tindakan operasi pacta STK disebut neurolisis nervus medianus pada
pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak
mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau hila terjadi
8
gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar . Pada
STK bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang
paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral.
Peneliti lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan bila
terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan
indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang
persisten. Biasanya tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka
dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi
secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi
penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena
terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan
komplikasi operasi seperti cedera pada safar Beberapa penyebab STK
seperti adanya massa atau anomali maupun tenosinovitis pacta
terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka.
V. KETERKAITAN MASALAH
17
Rasa lemah
Sulit aktivitas
?
VI. LEARNING ISSUES
18
dan jari tengah patofisiologi
VII. SINTESIS
KERANGKA KONSEP
Hamil
Peningkatan Hormon
Gangguan Histologi
Demielinisasi
Gangguan Anatomi
Gangguan Gangguan
Sensoris Motoris
Kelemahan
otot
Kesemutan Nyeri Panas terbakar
Atrofi otot
Diagnosis: CTS
19
1. Anatomis
Terowongan Karpal terletak di pergelangan tangan. Kerangkanya dibentuk
oleh 8 buah tulang karpal yang tersusun atas dua deret. Deretan proksimal terdiri dari
(lateral ke medial) tulang Navikulare, Lunatum, Trikwetrum dan Pisiformis. Deretan
distal terdiri dari (lateral ke medial) tulang Trapesium (Multangulum mayus),
Trapezoidum (Mulatangulum minus), Kapitatum dan Hamatum. Di bagian proksimal
tulang-tulang karpal ini bersendi dengan bagian distal tulang radius dan tulang ulna,
sedangkan distal dari deretan distal bersendi dengan tulang – tulang meta karpal.
Deretan proksimal dengan distal berhubungan melalui sendi - sendi midkarpal.
Tulang – tulang karpal ini melengkung dengan bagian konkaf menghadap ke arah
volar. Persendian yang banyak ini menyebabkan bermacam-macam pergerakan
pergelangan, terutama sendi radiokarpal dan sendi midkarpal. Disamping itu, ligamen
yang menghubungkan masing-masing sendi juga banyak mempengaruhi posisi tulang-
tulang tersebut.
Pada permukaan volar pergelangan tangan terdapat penebalan fasi yang
disebut fleksor retinakulum dan terdiri dari 2 lapisan fasia yaitu ligamen karpi
palmaris (volaris) dan ligamen karpi transversum. Ligamen karpi palmaris (volaris)
berjalan melintang dari prosesus stiloideus tulang ulnaris ke prosesus stiloeideus
tulang radius.
Ligamen karpi transversum menutupi lengkungan tulang-tulang karpal pada
permukaan palmar sehingga membentuk Terowongan Karpal. Pada sisi ulnar ligamen
ini melekat pada tulang pisiformis dan pengait tulang hamatum, sedangkan di sisi
radial melekat pada tuberositas tulang naviculare dan trapesium.
Pada orang dewasa ukuran terowongan ini dapat dilalui satu jari. Luas
penampang tersempit lebih kurang 2,5 cm dan panjangnya lebih kurang 9–16 mm.
Dalam terowongan ini terdapat 10 struktur yaitu n.Medianus, fleksor polisis longus
untuk ibu jari dan 8 tendo fleksor digitorum masing-masing dua setiap jari. Pada
potongan melintang pergelangan tangan melalui terowongan karpal, terlihat
n.Medianus terletak langsung di bawah ligamen karpi transversum dan di puncak
semua tendo-tendo fleksor. N.Medianus terbentuk dari fasikulus lateralis asal radiks
C5, C6, C7 dan fasikulus medialis asal radiks C8 dan Th1. Setelah memberi cabang
pada otot-otot lengan bawah untuk berbagai gerakan lengan jari-jari tangan, di bawah
ligamen karpi tranversum n.Medianus bercabang dua, yang lateral (motorik)
mempersarafi abduktor polisis brevis, fleksor polisis brevis, oponen dan otot
20
lumbrikalis ke satu dan ke dua, sedangkan cabang sensorik mempersarafi bagian volar
jari-jari 1, 2, 3 dan setengah lateral jari ke 4 serta di bagian dorsal hanya bagian distal
ujung-ujung jari tersebut. Kulit telapak tangan bagian tengah agak ke radial
dipersarafi cabang kutaneus palmaris yang berasal dari n.Medianus juga, tapi
dipercabangkan sebelum memasuki terowongan karpal, sehingga pada sindroma
terowongan karpal, daerah ini tidak mengalami gangguan.
Selain dari yang telah disebutkan diatas, kadang kadang terdapat variasi
anatomis, misalnya variasi letak cabang n.Medianus, anomali persarafan otot-otot
intrinsik tangan (Martin-Gruber anastomosis) sehingga otot-otot mendapat persarafan
kembar. Disamping itu ada lagi variasi anatomis berupa otot-otot aberant atau arteri
Medianus yang persisten. Variasi-variasi anatomis ini perlu diingat, sebab dapat
mempengaruhi penilaian pada pemeriksaan Sindroma Terowongan Karpal.
Anatomi karpal pada CTS: Transverse carpal ligament menekan saraf medianus.
Anatomi pada tangan CTS: Saraf medianus juga melintasi articulatio cubiti (articulatio
humeroulnaris, articulatio humeroradialis, dan articulatio radioulnaris). Pada arteri brachialis
juga termasuk cabang dari saraf medianus, sehingga pada tangan bagian lengan atas juga
dapat terganggu.
21
Anatomi leher pada CTS: saraf medianus memiliki banyak cabang salah satunya adalah
plexus brachialis. Jika CTS sudah semakin parah, maka juga dapat mengganggu bagian leher.
2. Histologis
Secara histologi n.Medianus terdiri dari juluran protoplasma neuron yang
disebut akson. Akson ini diselubungi oleh sel Schwan, dan diantara 2 sel Schwan
terdapat celah yang disebut nodus Ranvier. Serabut saraf yang berdiameter kecil
merupakan akson tidak bermielin, beberapa akson diselubungi satu sel Schawn.
Serabut saraf ini memiliki kecepatan hantar saraf rendah; untuk menyampaikan
impuls suhu dan nyeri. Serabut saraf yang berdiameter besar diselubungi serangkaian
sel Schawn. Serabut saraf ini memiliki kecepatan hantar saraf tinggi yang berguna
untuk menyampaikan impuls motorik dan propioseptif.
Masing – masing serabut saraf ini dibungkus oleh lapisan endoneurium yang
merupakan jaringan ikat longgar. Beberapa kelompok saraf dalam endoneurium
bergabung lagi dalam fasikulus yang dilapisi jaringan ikat padat perineurium.
Jaringan ikat ini terdiri dai anyaman kolagen dan serabut elastik yang berfungsi
melindungi saraf dari peregangan dan menghambat difusi, berperan juga sebagai
sawar darah saraf (blood nerve barier) sehingga dapat mempertahankan tekanan intra
fasikuler. Pada lapisan terluar terdapat jaringan ikat longgar epineurium yang
berperan mengatasi tekanan pada saraf.
22
N.Medianus di daerah pergelangan tangan mendapat darah dari cabang arteri
nutrien sisi ulnar, proksimal ligamen karpitransversum, dan cabang arteri arkus
palmaris superfisialis distal ligamen karpitransversum.
Menurut Blunt, tepat dalam terowongan karpal, n.Medianus terletak di daerah
yang relatif avaskuler, sehingga di tempat ini n.Medianus peka terhadap gangguan.
Persarafan tangan diurus oleh n.Radialis, n.Medianus dan n.Ulnaris. Dari
ketiga saraf ini hanya n.Medianus yang melewati terowongan Karpal, sehingga pada
Sindroma Terowongan Karpal menimbulkan gangguan fungsi n.Medianus dari
terowongan karpal ke distal, walaupun rasa nyeri kadang-kadang dapat dirasakan sampai
ke arah proksimal di leher tempat n.Medianus berasal. Selain fungsi motoris dan sensoris,
n.Medianus juga merupakan saraf simpatis, sehingga ketiga fungsi ini dapat terganggu
pada Sindroma Terowongan Karpal.
Normal : Jaringan ikat normal
23
ketebalan merata fibril kolagen
24
Terdapat tiga falangus pada tiap jari dan dua pada ibu jari. Ujung bawah ulna dan
ujung atas radius sempit dam membulat. Bagian ini dapat berotasi pada sendi synovial kecil
di samping tulang berdekatan. Radius dapat berayun memutar pada ulna dan membalik
telapak tangan (pronasi). Pronasi dibentuk oleh otot-otot yang terletak di dalam yang
menyatukan radius dan ulna yang menarik keduanya bersamaan.
Gerakan sebaliknya, gerakan yang kuat dengan obeng (supinasi), dibentuk oleh bisep
dan supinator yang melepaskan radius.
Otot-otot lengan bawah yang besar dimasuki oleh tendon seperti tali yang kuat
dalam karpal dan tulang-tulang terminal (falangus) jari-jari.
Fleksor yang kuat, untuk menggenggam, terletak dalam lapisan-lapisan sisi telapak
tangan dari lengan bawah. Ektensor yang lebih lemah terletak pada dorsum. Seperti
meluruskan jari-jari dan pergelangan tangan, otot-otot ini penting utnuk menggenggam kuat
dimana pergelangan tangan pertama-tama harus diekstensi dan difiksasi untuk
mengendurkan tendon-tendon fleksor.
Gerakan pada sendi pergelangan tangan, tendon dicegah menekuk berurutan
dengan melalui terowongan carpal (carpal tunnel) yang dibentuk oleh pita-pita fibrosa
transversum yang meregang kuat, yang terbenam pada tiap ujung tulang.
Dua puluh otot kecil berada antara metacarpal dan pada telapak tangan, termasuk
bulatan ibu jari. Otot-otot ini memisahkan dan menyatukan jari-jari., dan merotasi ibu jari.
Otot-otot kecil, tetapi mengubah kerja otot-otot lengan bawah dan penting untuk gerakan
tangan yang halus. Beberpaa otot panjang lengan bawah berinsersi ke dalam dasar tulang
jari telunjuk dan metacarpal dan menggerakkan serta menguatkan pergeangan tangan.
4. Patofisiologi
Ada beberapa teori yang diajukan, umumnya para ahli berpendapat bahwa faktor
mekanik dan vaskuler sangat berperan dalam terjadinya Sindroma Terowongan Karpal ini.
Sebagian besar Sindroma Terowongan Karpal terjadi perlahan-lahan (kronis). Pada
jaringan pelindung tendon yaitu tenosynovium membengkak, dicurigai karena cairan
synovial yang berfungsi melindungi dan melumasi tendon tertimbun, terjadi juga penebalan
fleksor retinakulum. Kedua keadaan ini akan menekan n.Medianus. Tekanan yang berulang-
ulang dan lama pada n.Medianus akan menyebabkan tekanan intrafasikuler meninggi.
Keadaan ini menyebabkan perlambatan aliran vena. Kongesti ini lama-lama akan
mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan merusak endotel,
menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini dapat
25
menerangkan keluhan yang sering pada Sindroma Terowongan Karpal yaitu berupa rasa
nyeri dan sembab terutama malam atau pagi hari, yang akan berkurang setelah tangan yang
bersangkutan digerak-gerakan atau diurut, mungkin karena perbaikan dari gangguan vaskuler
ini.
Bila keadaan berlanjut terjadi fibrosis epineural dan merusak serabut saraf.
Selanjutnya saraf menjadi atrofi dan diganti jaringan ikat sehingga fungsi n.Medianus akan
terganggu.
Pada Sindroma Terowongan Karpal yang akut, biasa terjadi kompresi yang melebihi
tekanan perfusi kapiler, sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi saraf. Saraf menjadi
iskemik, terjadi peninggian tekanan fasikuler yang juga akan memperberat keadaan iskemik
ini.
Selanjutnya terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan edema yang
menimbulkan terganggunya sawar darah saraf dan selanjutnya merusak saraf tersebut.
Pengaruh mekanik/tekanan langsung pada saraf tepi dapat pula menimbulkan invaginasi
nodus Ranvier dan demieliminasi setempat sehingga konduksi saraf terganggu. Selainnya
dari faktor mekanik dan vaskuler ini mungkin ada keadaan lain yang membuat n.Medianus
menderita dalam terowongan karpal.
Terdapat juga beberapa kondisi medis yang mempunyai hubungan dengan kejadian
Sindroma Terowongan Karpal seperti:
Diabetes, dicurigai karena keadaan ini menyebabkan hipoperfusi dan hipoksia
jaringan sehingga mempercepat progresifitas pembengkakan dan pembentukan
jaringan ikat.
Penyakit paru obstruktif kronik, asma, emfisema dan bronchitis kronik diduga
karena terdapat penurunan suplai oksigen.
Penyakit autoimun atau keadaan sistem imun yang abnormal seperti pada
SLE, rheumatoid atrhritis dan hipotiroid juga menimbulkan inflamasi di
terowongan karpal.
Gangguan pada otot, jaringan ikat dan tulang seperti arthritis, gout,
amyloidosis, akromegali juga meningkatkan resiko Sindroma Terowongan
Karpal.
Trauma dan riwayat operasi pada tangan walaupun sudah lama juga berperan.
Struktur yang abnormal, baik pada tangan, pergelangan atau lengan.
Gangguan fungsi ginjal yang memerlukan hemodialisis sering menimbulkan
penimbunan protein pada terowongan karpal yang disebut β 2 mikroglobulin.
26
Setiap keadaan yang menyebabkan kompresi pada n.Medianus di terowongan karpal
dapat menjadi etiologi Sindroma Terowongan Karpal ini, antara lain:
1. Keadaan yang mengurangi luas terowongan karpal misalnya kelainan anatomis
bawaan, patah tulang atau kalus setelah patah tulang, akromegali osteofit, eksostosis
tulang, perkapuran dll yang dapat mempengaruhi struktur pergelangan tangan.
Tersering terjadi penebalan fleksor retinakulum misalnya karena proses radang seperti
pada arthritis rematoid.
2. Keadaan yang menyebabkan isi terowongan berlebihan. Misalnya terdapat
otot aberant dalam terowongan, atau terjadi trombosis pada arteri Medianus yang
persistent. Proses yang tersering menyebabkan isi terowongan
berlebihan ialah radang seperti tenosinovitis non spesifik yang dapat
menyebabkan penebalan dan fibrosis sinovium. Tuberkulosis,
histoplasmosis, tophi gout, neoplasma / neurinoma atau ganglion juga pernah
dilaporkan.
3. Penyakit sistemik lainnya misalnya kegemukan, kehamilan, menopause, miksedema,
gagal jantung ataupun gangguan keseimbangan hormon yang
mengakibatkan penimbunan lemak atau cairan yang juga menimbulkan sembab
dalam terowongan.
4. Ellis dkk mengatakan defisiensi vitamin B6 (Pyridoxin) memegang peranan sebagai
penyebab Sindroma Terowongan Karpal. Tetapi penulis lain banyak yang tidak setuju
pada pendapat ini.
5. Pada Sindroma Terowongan Karpal akut, biasanya disebabkan oleh trauma
(fraktur/dislokasi) pergelangan tangan. Dapat juga karena infeksi pergelangan atau
lengan bawah. Perdarahan spontan, trombosis dll. Seluruhnya dapat mengakibatkan
peninggian tekanan dalam terowongan karpal dan menekan n.Medianus.
6. Selain itu mungkin ada faktor lain yang belum terungkap yang menjadi etiologi
Sindroma Terowongan Karpal ini, sehingga sering kita sebut Sindroma Terowongan
Karpal idiopatik.
5. CTS
Sindroma Terowongan Karpal (STK) merupakan neuropati tekanan atau
cerutan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan
tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum (cit.Samuel 1979, Dejong 1979,
Mumenthaler 1984) .Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia,
27
median thenar neuritis atau partial thenar atrophy STK pertama kali dikenali sebagai
suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius
bagian distal (1854) .STK spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan
C.Foix pada taboo 1913. Istilah STK diperkenalkan oleh Moersch pada tabun 1938.
Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana
tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh
beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan
sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor
retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan
melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang
mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling
rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.
Ada beberapa hipotesa mengenai patogenese dari STK. Sebagian besar penulis
berpendapat bahwa faktor mekanik clan vaskular memegang peranan penting dalam
terjadinya STK. Umumnya STK terjadi secara kronis di mana terjadi penebalan
fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan
yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafsikuler.
Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan
mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel.
Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema
epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang
timbul terutama pada malam/pagi hari akan berkurang.
Setelah tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut (mungkin akibat
terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut
akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan safar
menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus
medianus terganggu secara menyeluruh.
Pada STK akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi
kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan
iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan
berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang
menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu. Akibatnya terjadi
kerusakan pada saraf tersebut.
28
Tekanan langsung pada safar perifer dapat pula menimbulkan invaginasi
Nodus Ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi saraf terganggu
ETIOLOGI
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga
dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin
padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus
medianus sehingga timbullah STK.
Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama pada penderita
lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada
pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada
pergelangan tangan termasuk STK.
Pada kasus yang lain etiologinya adalah:
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya
HMSN ( hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan dan
tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan tangan.
Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang
berulang-ulang.
3. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
4. Metabolik: amiloidosis, gout.
5. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus, hipotiroidi,
kehamilan.
6. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
7. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika, skleroderma,
lupus eritematosus sistemik.
8. Degeneratif: osteoartritis.
9. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis, hematoma,
komplikasi dari terapi anti koagulan.
GEJALA
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja .Gangguan
5,12,13
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat . Gejala awal biasanya berupa
parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling)
29
1,2,3 4
pada jari dan setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang dirasakan
mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari.
Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari
sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya
agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau
dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan
berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila penyakit
berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin
sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai ke
lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal
pergelangan tangan.
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan dan
pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita
mulai mempergunakan tangannya. Hipesetesia dapat dijumpai pada daerah yang
impuls sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus.
Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang
trampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada
tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang
dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol atau menggenggam. Pada
penderita STK pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot
lainnya yang diinnervasi oleh nervus melanus .
DIAGNOSA
Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh
beberapa pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus
pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes
1,8
provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa STK adalah :
a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai
pada penyakit Raynaud.
30
b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-
otot thenar.
c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan
1
abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung jari
lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.
Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan
yang rumit seperti menulis atau menyulam.
d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan.
Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes ini menyokong
diagnosa STK.
e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan
diagnosa STK.
f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila
dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
h. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala
seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
i. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung
diagnosa.
j. Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik
(two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus
medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.
31
k. Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat,
kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus
medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK.
34
kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis,
tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat
menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal.
PROGNOSA
Pada kasus STK ringan, dengan terapi konservatif pacta umumnya prognosa
baik. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya
melakukan pada penderita yang sudah lama menderita STK penyembuhan post
ratifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri
yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot- otot
yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan STK
setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan.
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka
dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini:
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus
medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi STK yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema,
perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.
35
VIII. Kesimpulan
36
IX. Daftar Pustaka
Adams. 2006. Anatomi Fisiologi. Cambridge Communication Limited. Eds. 2. Jakarta: EGC.
Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes Neurologi. Ed : ke-8. Jakarta: Penerbit Erlangga.
http://catalog.nucleusinc.com/imagescooked/38025W.jpg
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-nananurqot-5202-3-bab2.pdf
http://www.klikdokter.com/tanyadokter/read/2010/04/30/8932/kesemutan--carpal-tunnel-
syndrome-
http://medchrome.com/wp-content/uploads/2010/05/brachial-
plexus.gif&imgrefurl=http://medchrome.com/basic-science/anatomy/brachial-
plexus-and-its-
injury/&usg=__comtVtq0RPcKcrSJwYUCnOMhpSE=&h=462&w=600&sz=19&hl
=id&start=5&zoom=1&tbnid=O9UhKIW8xMVahM:&tbnh=104&tbnw=135&ei=E
TXXTpC3LMidmQXLk6ztCw&prev=/search%3Fq%3DPlexus%2BBrachialis%26u
m%3D1%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-
a%26sa%3DX%26rls%3Dorg.mozilla:en-
US:official%26tbm%3Disch&um=1&itbs=1
http://neurology.multiply.com/journal/item/33
http://www.drdidispog.com/2011/01/tangan-kesemutan-pada-wanita-hamil
Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Ngoerah, I Gusti. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Airlangga University
Press.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Prose-Prose Penyakit. Ed: Ke-6.
Jakarta: EGC.
Putz, Reinhard. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Ed. 22. Jakarta: EGC.
37