Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan-bahan hasil pertanian mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak


seragam, maka dari itu diperlukan ilmu untuk mengukur dan menganalisa bentuk
dan ukuran bahan hasil pertanian untuk mengklasifikasinya kedalam keseragaman
bentuk. Dalam dunia industri penanganan hasil pertanian merupakan salah satu
komponen penting dalam proses pasca panen penanganan ini dapat dilakukan
dengan teknik grading atau sortase sehingga diperlukan pengetahuan tentang
karakteristik bahan tersebut, selain itu dalam penanganan hasil pertanian
dibutuhkan juga beberapa alat dan mesin yang bisa mempermudah proses
penanganan. Mesin-mesin yang akan di buat berdasarkan karakteristik dari bahan
itu sendiri khususnya memperhatikan karakteristik hasil pertanian dari sisi bentuk.
Konsumen tertentu memiliki penerimaan tertentu mempertimbangkan
karakteristik fisik. Bentuk dan ukuran berat dan warna yang seragam menjadi
pilihan konsumen. Untuk mencegah kerusakan seminimal mungkin, diperlukan
pengetahuan tentang karakteristik watak sifat teknik bahan hasil pertanian yang
berkaitan dengan karakteristik fisik, mekanik dan termis. Oleh sebab itulah kami
melakukan praktikum mengenai karakteristik fisik produk pertanian untuk
klasifikasi standar bentuk dan ukuran produk hasil pertanian.

1.2 Tujuan

Acara ini bertujuan mempelajari atribut fisik produk pertanian dan cara
pengukurannya.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bahan-bahan hasil pertanian seringkali mengalami kerusakan baik di lahan


maupun dalam proses penanganan pasca panen. Kerusakan-kerusakan tersebut
dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor fisik, mekanik, termal,
fisiologis dan kimia.
Karakteristik fisik hasil pertanian akan mempengaruhi bentuk dan ukuran
berat atau volume.Konsumen tertentu memiliki penerimaan (aseptabilitas) tertentu
mempertimbangkan karakteristik fisik. Bentuk dan ukuran berat dan warna yang
seragam menjadi pilihan konsumen. Untuk mencegah kerusakan seminimal
mungkin, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik watak atau sifat teknik
bahan hasil pertanian yang berkaitan dengan karakteristik fisik, mekanik dan
termis (Ishak, 2009).
Berbagai tingkat kematangan buah dan sayuran, sifat fisik dan kimia bahan
tersebut berbeda-beda. Uji sifat fisik biasanya dilakukan terhadap kekerasan,
warna, rasa, dan bau bahan tersebut. Sedangkan uji kimia dapat dilakukan
terhadap PH, total asam, dan kadar gula (Solube Solida) (Khatir, 2006).
Sayuran dan buah-buahan sebagai tanaman hortikultura memiliki umur
kurang dari satu tahun dan merupakan tanaman musiman yang mempunyai arti
penting dalam menambah variasi pada makanan, disamping kontribusi sebagai
mineral (B1, Ca dan Fe) dan vitamin (A dan C). Warnanya ditentukan oleh
kandungan zat warna yang disebut khlorofil, karotenoid dan flavonoid. Warna
tersebut dapat dijadikan indikasi kesegaran dalam konsumsi (Winarno, 2004).
Kedua bahan pangan tersebut memiliki beberapa sifat yang sama, yaitu
mudah rusak karena mempunyai tekstur lunak, kadar air (KA) tinggi, adanya
komponen zat-zat dan enzim yang masih aktif. Hal tersebut di indikasikan oleh
adanya perubahan-perubahan fisiologis secara spontan yang disertai perubahan
fisik, kimia dan mikrobiologi maka dari itu, perlu diketahui cara-cara penanganan
untuk mempertahankan mutunya melalui proses pengolahan lebih lanjut (Fitriani,
2011).

2
Tidak semua bagian sayuran dan buah-buahan dapat dimakan untuk
memperhitungkan jumlah bagian yang termakan dan yang terbuang dari sayuran
dan buah-buahan perlu diketahui jumlah bagian yang biasa dimakan (edible
portion) dari sayuran dan buah-buahan tersebut (Syarief, 1988).
Untuk mencegah kerusakan bahan hasil pertanian seminimal mungkin,
diperlukan pengetahuan tentang karakterisrik (watak/sifat) teknik bahan hasil
pertanian yang berkaitan dengan karakteristik fisik, mekanik dan termal. Selain itu
pengetahuan tentang karakterisrik bahan hasil pertnaian diperlukan sebagai data
dasar dalam :
1. Merancang bangun mesin-mesin pengolahan, menentukan bahan atau
material konstruksinya, pengoperasian serta pengendaliannya,
2. Menganalisis dan menentukan efisiensi suatu mesin, maupun proses
pengolahan.
3. Mengembangkan produk-produk olahan baru dari bahan berupa tanaman
dan hewan.
4. Mengevaluasi serta mengawetkan mutu produk akhir.
Bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian merupakan dua karakteristik yang
tidak dapat dipisahkan dalam hal objek fisik suatu bahan dan keduanya diperlukan
untuk mendeskripsikan karakteristik fisik suatu bahan secara jelas. Ada beberapa
kriteria yang dapat digunakan untuk menjelaskan bentuk dan ukuran bahan hasil
pertnian diantaranya bentuk acuan, kebundaran, kebulatan, dimensi sumbu bahan,
serta kemiripan bahan hasil pertanian terhadap benda-benda geometri tertentu
(Silaban, 2011).
Bentuk Acuan (charted standard)
Dalam metode ini, pemerian bahan dilakukan melalui pengamatan terhadap
keadaan permukaan dari potongan memanjang dan melintangnya atau mengukur
parameter-parameter bahan kemudian membandingkannya dengan bentuk-bentuk
yang sudah ada pada bentuk acuan standard (chart standard).
Dalam bentuk acuan dikenal beberapa istilah yang dapat digunakan untuk
memeriksa suatu objek. Adapun istilah dan perian objek dari bentuk acuan dapat
dilihat di tabel 1.1 (Mohsenin, 1980)

3
Tabel 1.1 Istilah dan deskripsi objek dari bentuk acuan
Bentuk Deskripsi
Bundar (Round) Menyerupai bentuk bulatan (spheroid)
Oblate Datar pada bagian pangkal dan pucuk atau
puncak
Kerucut (Conic) Meruncing ke arah bagian puncak
Bujur telur (Ovate) Bentuk seperti telur dan melebar pada bagian
pangkal
Berat sebelah atau Poros yang menghubungkan pangkal dan
miring (Lopsided) puncak tidak tegak lurus melainkan miring
Bujur telur terbalik (Obovate) Seperti telur terbalik
Bulat panjang (Elliptical) Menyerupai bentuk elips (bulat panjang)
Kerucut terpotong (Truncate) Kedua ujungnya mendatar atau persegi
Tidak seimbang (Unequal) Separuh bagian lebih besar daripada yang lain
Ribbed Pada potongan melintangnya sisi-sisinya
menyerupai sudut-sudut
Teratur (Regular) Bagian horizontalnya menyerupai lingkaran
Tidak teratur (Irregular) Potongan horizontalnya sama sekali tidak
menyerupai lingkaran

Kebundaran (Roundness)
Kebundaran adalah suatu ukuran ketajaman sudut-sudut dari suatu benda
padat. Nilai kebundaran suatu bahan berkisar 0-1. Apabila nilai kebundaran suatu
bahan hasil pertanian mendekati 1, maka bentuk bahan tersebut mendekati bundar.
Gambar 1.1. Penentuan Ap dan Ac untuk menghitung roundness
Ada beberapa metode untuk mengestimasi kebundaran suatu benda
diantaranya adalah :
𝐴𝑝
Roundness (Rd) =
𝐴𝑐
dimana :
Ap = luas permukaan proyeksi terbesar dalam posisi bebas
Ac = luas permukaan proyeksi terkecil yang membatasinya

4
∑𝑟
Roundness (Rd) =
𝑁𝑅
dimana :
r = jari-jari lengkungan
N = jumlah sudut yang ada
R = jari-jari lingkaran-dalam maksimum
Kebulatan (Sphericity)
Kebulatan dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara diameter bola
yang mempunyai volume yang sama dengan objek dengan diameter bola terkecil
yang dapat mengelilingi objek. Seperti halnya nilai kebundaran, nilai kebulatan
suatu bahan juga berkisar antara 0-1. Apabila nilai suatu kebulatan bahan hasil
pertanian mendekati 1, maka bahan tersebut mendekati bentuk bola (bulat).
Dengan menganggap volume objek sama dengan volume elips dengan tiga
buah sumbunya masing-masing a, b, dan c, maka kebulatan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
1
𝑎.𝑏.𝑐 ⁄3
dimana :𝑆𝑝ℎ𝑒𝑟𝑖𝑐𝑖𝑡𝑦 =
𝑎
a = sumbu terpanjang (sumbu mayor)
b = sumbu terpanjang normal terhadap a (sumbu intermediate)
c = sumbu terpanjang normal terhadap a dan b (sumbu minor)

Sumbu-sumbu tersebut tidak harus selalu berpotongan satu sama lain pada
suatu titik.
Dalam definisi yang lain kebulatan dapat juga dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut :𝑑i⁄


𝑑c
dimana :
di = diameter lingkaran terbesar di dalam objek
dc = diameter lingkaran terkecil yang membatasi objek
Penentuan di dan dc untuk menghitung sphericity

Pengukuran dimensi sumbu

5
Untuk objek-objek yang berukuran kecil seperti biji-bijan, garis besar
proyeksi dari setiap objek dapat diukur dengan menggunakan sebuah alat
pembesar photo (photographics enlarger), namun cara sederhana juga dapat pula
dilakukan dengan metode proyeksi dengan menggunakan OHP (Overhead
Projector).
Adapun cara penggunaan pengukuran dimensi sumbu menggunakan OHP
adalah sebagai berikut :
 Bahan (biji-bijian) diletakan di atas OHP untuk diproyeksikan
 Kertas milimeter blok dipasangkan pada layar, sehingga proyeksi bahan
berada di atas kertas milimeter blok tersebut
 Buatlah pola pada kertas milimeter blok sesuai dengan batas garis tepi dari
bahan
 Setelah dilakukan penjiplakan pola (tracing) maka sumbu a, b, dan c dari
bahan dapat diukur. Sumbu a adalah sumbu terpanjang (sumbu mayor),
sumbu b adalah sumbu pertengahan (sumbu intermediate) dan sumbu c
adalah sumbu terpendek (sumbu minor).

Kemiripan terhadap benda-benda geometri


Selain membandingkan dengan bentuk standar, penentuan bentuk bahan hasil
pertanian dapat juga ditentukan dengan melihat kemiripan dengan benda-benda
geometri tertentu, seperti bulat memanjang (prolate spheroid), bulat membujur
(oblate spheroid), dan kerucut berputar atau silinder. Adapun definisi dari masing-
masing bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
 Bulat memanjang (prolate spheroid) adalah bentuk yang terjadi apabila
sebuah bentuk elips berputar pada sumbu panjangnya. Salah satu contoh
dari bentuk ini adalah buah lemon (sejenis jeruk sitrun).
 Bulat membujur (oblate spheriod) adalah bentuk yang terjadi apabila
sebuah elips berputar pada sumbu pendeknya. Salah satu contohnya adalah
buah anggur.
 Kerucut berputar atau silinder adalah bentuk yang menyerupai kerucut
atau silinder (tabung). Contohnya adalah wortel atau mentimun.

6
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan

 Jangka sorong  Jeruk nipis


 Platform scale  Mangga
 Pisau  Alpukat
 Planimeter  Sawo
 Pyonometer  Jagung
 Gelas ukur  Padi(gabah)
 Gelas piala  Kedelai
 Kacang tanah
3.2 Cara Kerja

A. Ukuran dan Bentuk


Pada acara ini akan diadakan pengukuran diameter mayor, diameter minor,
diameter pertengahan dan sperisitas jeruk nipis, mangga, sawo dan alpukat.
Caranya adalah :
· Mencari area maksimum terproyeksikan, ukur diameter terpanjang sebagai
diamter mayor dan diameter terpendek sebagai diameter pertengahan.
· Mencari area minimum terproyeksikan, ukur diameter terpendek sebagai
diameter minor dan diameter terpanjang sebagai diameter pertengahan.
· Dari diameter-diameter terukur tersebut tentukan sperisitas dengan rumus
diatas.

B. Volume dan Kerapatan Massa


Pada acara ini akan dilakukan pengukuran volume dan kerapatan produk
yang tenggelam dengan cara:
· Menimbang produk diudara
· Menimbang produk dalam air
· Berat air yang dipindahkan = berat penimbangan dengan produk yang
ditenggelamkan – (berat wadah + berat air + berat beban pemberat).

7
· Volume (m3)= berat air yang dipindahkan (kg)/kerapatan (berat) air
(kg/m3).
· Kerapatan massa = berat produk diudara/volume jeruk nipis (kg/m3).

C. Luas Permukaan
Pada acara ini akan dilakukan penentuan luas permukaan jeruk nipis.
- Sebelum diapakai planimeter harus dikalibrasi dahulu, kalibrasi dilakukan
dengan membuat area bujur sangkar dan mencatat angka tera alat, mengelilingkan
jarum tersebut mengikuti garis pembatas area bujur sangkar hingga ke titik awal,
selanjutnya membaca lagi tera alat, selisih pembacaan ini (A misalnya), identik
dengan luasan 1cm2 atau 0,0001 m2
- Jeruk nipis dikulit dengan menyayat tipis-tipis kulitnya dengan pisau dan
mengumpulkan sayatan-sayatan tersebut .Setiap sayatan diukur luasannya dengan
cara menggunakan kertas milimeter block, yang kemudian dihitung luasnya.

D. Porositas Produk Biji-bijian


Pada acara ini akan dilakukan pengukuran porositas gabah. Sampel gabah
ditaruh ditanki 2, kran 2 ditutup dan udara dialirkan ketanki.
P1 = MR1. T1
Pada suatu tinggi air manometer tertentu, kran 1 ditutup dan tekanan pada
manometer dibaca P1. Pada kondisi yang demikian menurut hukum gas ideal :

M = M1 + M2

P1V1 = P3V1 = P3V2


RT RT RT
Dimana :
P1 = tekanan mutlak
V1 = volume tanki
M = masaa udara
R1 = konstanta gas untuk udara
T1 = suhu mutlak

8
Sekarang kran 3 ditutup dan kran 2 dibuka dan tekanan P3 dibaca. Keadaan
ini kran 1 dan kran 3 tertutup, massa total udara M, didistibusikan menjadi M1
untuk mengisi tanki dan M2 untuk mengisi ruang pori V2 dalam tanki 2.

9
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

A. Ukuran dan Bentuk

a. Bahan : Alpukat

Pengamatan Diameter (a) speresit


ke Mayor A tengah b minor c as
1 8,925 4,463 5,325 2,663 3,72 1,86 0,629
2 8,905 4,453 5,61 2,805 3,635 1,818 0,636
3 8,605 4,303 5,425 2,713 3,645 1,823 0,644
Jumlah 26,435 16,36 10,995
Rata-rata 8,812 5,453 3,665
Bentuk alpukat : Oval

b. Bahan : Mangga

Pengamatan Diameter (cm) Sperisitas


Ke - Mayor (a) Minor (b) Tengah (c)
I 11,18 6,40 4,32 0,59
II 11,17 6,40 4,31 0,59
III 11,16 6,40 4,32 0,59
Rata-rata 11,17 6,40 4,31 0,59
Bentuk Mangga : lonjong

c. Bahan : Sawo

Pengamatan Diameter (cm) Sperisitas


Ke - Mayor (a) Minor (b) Tengah (c)
I 6,12 4,66 5,23 0,866
II 6,25 4,48 5,23 0,843
III 6,14 4,51 5,05 0,8444
Rata-rata 6,12 4,55 5,17 0,851
Bentuk Sawo : oval

10
d. Bahan : Jeruk nipis

Pengamatan Diameter (a) Speresit


ke Mayor A tengah B minor c as
1 4,35 2,175 3,7 1,85 3,2 1,6 0,85
2 4,4 2,2 3,8 1,9 3,0 1,5 0,84
3 4,35 2,175 3,75 1,875 3,1 1,55 0,85
Jumlah 13,1 11,25 11,25 9,1
Rata-rata 4,36 3,75 3,75 3,1
Bentuk Jeruk nipis : Bulat

B. Volume dan Kerapatan Massa


a. Bahan : alpukat
 Percobaan I :
- Berat air yang dipindahkan = 151,7 x 10-3 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
- Volume = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
151,7 x 10−3 kg
= = 151, 7 m3
1000 𝑘𝑔/𝑚3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
- Kerapatan Massa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
151,7 x 10−3 kg
= = 1x10-3 kg/m3
151,7 𝑚3

 Percobaan II :
- Berat air yang dipindahkan = 152 x 10-3 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
- Volume =
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
152 x 10−3 kg
= = 152 m3
1000 𝑘𝑔/𝑚3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
- Kerapatan Massa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
152 x 10−3 kg
= = 1,001x10-3 kg/m3
152 𝑚3

 Percobaan III :
- Berat air yang dipindahkan = 151,9 x 10-3 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
- Volume = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
151,9 x 10−3 kg
= = 151,9 m3
1000 𝑘𝑔/𝑚3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
- Kerapatan Massa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

11
152,2 x 10−3 kg
= = 1,002x10-3 kg/m3
151,9 𝑚3

b. Bahan : Mangga
 Percobaan I :
- Berat air yang dipindahkan = 0,3155kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
- Volume = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
0,3155kg
= 1000 𝑘𝑔/𝑚3 = 3155 x 10-7 m3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
- Kerapatan Massa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
2628 x 10−4 kg
= 3155𝑥 10−7 𝑚3 = 832kg/m3

 Percobaan II :
- Berat air yang dipindahkan = 0,3155kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
- Volume = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
0,3155kg
= 1000 𝑘𝑔/𝑚3 = 3155 x 10-7 m3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
- Kerapatan Massa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
2631 x 10−4 kg
= = 833 kg/m3
3155𝑥 10−7 𝑚3

 Percobaan III :
- Berat air yang dipindahkan = 311 x 10-4 kg
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
- Volume = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
311 x 10−4kg
= = 311 x 10-7 m3
1000 𝑘𝑔/𝑚3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
- Kerapatan Massa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
2631 x 10−4 kg
= = 845kg/m3
311𝑥 10−7 𝑚3

c. Bahan : Sawo
 Percobaan I :
- Berat air yang dipindahkan = 0,1 g
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
- Volume = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
0,1 g
= 1000 = 0,0001 cm3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
- Kerapatan Massa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

12
92,1 g
= 0,0001 𝑐𝑚3 = 921.000g/cm3

 Percobaan II :
- Berat air yang dipindahkan = 92,3g
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
- Volume = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
92,3 g
= = 0,0923 cm3
1000
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
- Kerapatan Massa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
92,6 g
= 0,0923 𝑐𝑚3 = 1001g/cm3

 Percobaan III :
- Berat air yang dipindahkan = 92,5g
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
- Volume = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
92,5 g
= = 0,0925 cm3
1000
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
- Kerapatan Massa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
92,6 g
= 0,0925 𝑐𝑚3 = 1001g/cm3

d. Bahan : Jeruk nipis


 Percobaan I :
- Berat air yang dipindahkan = 38,3g
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
- Volume = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
0,0383 kg
= = 38,3 x 10-6 m3
1000 𝑚3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
- Kerapatan Massa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
37,8 x 10−3 kg
= 38,3 𝑥 10−6 𝑚3 = 986kg/m3

 Percobaan II :
- Berat air yang dipindahkan = 37,8g
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
- Volume = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
37,8 x 10−3kg
= 1000 𝑚3
= 37,8 x 10-6 m3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
- Kerapatan Massa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

13
37,9 x 10−3 kg
= 37,8 𝑥 10−6 𝑚3 = 1002kg/m3

 Percobaan III :
- Berat air yang dipindahkan = 37,9g
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
- Volume = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
37,9 x 10−3kg
= = 37,9 x 10-6 m3
1000 𝑚3
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
- Kerapatan Massa = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
38,1 x 10−3 kg
= = 1005kg/m3
37,9 𝑥 10−6 𝑚3

C. Luas Permukaan
Pengamatan Luas permukaan
ke - Nama Bahan Dengan kertas mm
block
1 Kulit alpukat 16.727
2 Kulit Jeruk 4.559
3 Kulit sawo 8.865
4 Kulit mangga 20.632

Pengamatan Luas permukaan


ke - Nama Bahan Dengan kertas mm
block
1 Kulit mangga 120.435
2 Kulit sawo 9.172
3 Kulit jeruk 6.782
4 Kulit alpukat 14.798

Pengamatan Luas permukaan


ke - Nama Bahan Dengan kertas mm
block
1 Kulit sawo 9.312
2 Kulit mangga 20.323
3 Kulit alpukat 13.613

14
4 Kulit jeruk 4.758

Pengamatan Luas permukaan


ke - Nama Bahan Dengan kertas mm
block
1 Kulit jeruk 4.508
2 Kulit alpukat 14.895
3 Kulit sawo 9.428
4 Kulit mangga 20.287

D. Porositas Produk Biji-bijian


a. Bahan : Kedelai
Pengamatan Berat (gram)
Ke- Sudut Awal Losses
1 23 100 10,6
2 23 100 17,6
3 22 100 18,8

b. bahan : Kedelai
Pengamatan Berat (gram)
Ke- Sudut Awal Losses
1 25 100 2,0
2 25 100 3,1
3 25 100 3,1

c. bahan :
Pengamatan Berat (gram)
Ke- Sudut Awal Losses
1 25 100 13,2
2 24 86,8 5,7
3 26 81,1 2,8

15
d. Bahan : Jagung
Pengamatan Berat (gram)
Ke- Sudut Bukan losses Losses
1 30 98,8 1,2
2 28 91,0 9,0
3 30 95,0 5,0

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu mengenai atribut fisik produk pertanian yang
mana bertujuan untuk mempelajari atribut fisik produk pertanian dan cara
pengukurannya. Pada percobaan pertama yaitu ukuran dan bentuk dimana
pada komoditi alpukat di dapat sperisitasnya yaitu 0,629 cm, 0,636 cm, 0,644
cm. Pada komoditi mangga didapat sperisitasnya yaitu 0,59 cm, 0,59 cm, 0,59
cm. pada komoditi sawo didapat sperisitasnya yaitu 0,866 cm, 0,843 cm, 0,844
cm. pada komoditi jeruk nipis didapat sperisitasnya yaitu 0,85 cm, 0,84 cm,
0,85 cm. Kemudian bentuk dari alpukat yaitu oval, mangga yaitu lonjong, sawo
yaitu oval, dan jeruk nipis berbentuk bulat.
Pada percobaan kedua yaitu mencari volume dan kerapatan massa dari
masing-masing komoditi. Pada komoditi alpukat didapat volume dan kerapatan
massanya yaitu : percobaan 1 = 151,7 m3 dan 1x10-3 kg/m3 ; percobaan 2 = 152
m3 dan 1,001x10-3 kg/m3 ; percobaan 3 = 151,9 m3 dan 1,002x10-3 kg/m3. Pada
komoditi mangga didapat volume dan kerapatan massanya yaitu : percobaan 1
= 3.155x10-7 m3 dan 832 kg/m3 ; percobaan 2 = 3.155x10-7 m3 dan 833 kg/m3;
percobaan 3 = 311x10-7m3 dan 845 kg/m3. Pada komoditi sawo didapat volume
dan kerapatan massanya yaitu : percobaan 1 = 0,0001 cm3 dan 921.000 g/cm3 ;
percobaan 2 = 0,0923 cm3 dan 1001 g/cm3 ; percobaan 3 = 0,0925 cm3 dan
1001 g/cm3. Pada komoditi jeruk nipis didapat volume dan kerapatan massanya
yaitu : percobaan 1 = 38,3 x 10-6 m3 dan 986 kg/m3 ; percobaan 2 = 37,8 x 10-6
m3 dan 1002 kg/m3 ; percobaan 3 = 37,9 x 10-6 m3 dan 1005 kg/m3.
Pada percobaan ketiga yaitu mencari luas permukaan. Jadi, hasil yang
saya hitung sendiri menggunakan millimeter block yaitu pada kulit alpukat

16
didapat 16.727 mm2, kulit jeruk 4.559 mm2, kulit sawo 8.865 mm2, kulit
mangga 20.632 mm2. Ketika kami change data luas permukaan yang kami
dapat masing-masing ternyata hasil yang didapat berbeda-beda tetapi hanya
terdapat sedikit selisih di antaranya mungkin karena salah satu diantara kami
kurang teliti dalam menghitung luas permukaan masing-masing komoditi.
Pada percobaan terakhir yaitu mencari porositas produk biji-bijian yang
mana komoditi yang saya dapat yaitu kedelai. Sudut yang kami dapat yaitu 23o,
23o, 22o dan losses yang kami hitung yaitu 10,6 gram, 17,6 gram, 18,8 gram.
Pada komoditi kedelai yang lain didapat sudutnya yaitu 25o, 25o, 25o dan losses
yang dihitung yaitu 2,0 gram, 3,1 gram, 3,1 gram. Kemudian pada komoditi
jagung didapat sudut 30o, 28o, 30o dan losses yang dihitung yaitu 1,2 gram, 9,0
gram dan 5,0 gram.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Atribut produk pertanian dapat dipelajari dengan cara mengukur ukuran


dan bentuk, volume yang tenggelam, luas permukaan dan porositas produk
tersebut.
2. Ukuran dan bentuk yang dilakukan adalah dengan menghitung sperisifitas
produk tersebut. Dimana, sperisifitas produk mangga adalah yang paling
besar.
3. Dengan mengukur volume yang tenggelam pada produk pertanian kita
dapat mengetahui kerapatan massa dari produk tersebut.
4. Atribut pertanian juga tidak lepas dari luas permukaan dengan
mnenggunakan kertas milimeter, dimana luas permukaan dari bahan yang
dicobakan adalh pada produk mangga.
5. Pengukuran porositas merupakan pengukuran atribut pertanian dengan
menggunakan perbedaan tekanan.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan harus teliti dalam melaksanakan praktikum dan
dalam pembacaan jangka sorong perhatikan ketelitian jangka sorong serta
dalam perhitungan hasil harus teliti dan tidak tergesa-gesa.

18
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, Dini. 2011. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Ishak, 2009. Penuntun Praktikum Aplikasi Perubahan Kimia Pangan. Makassar :
Universitas Makasar
Khatir, Rita, 2006. Penuntun Praktikum Fisiologi dan Teknologi Penanganan
Pasca Panen. Banda Aceh : Faperta_UNSYIAH.
Mohsenin, N.N. 1980. Physical Properties of Plant and Animal Materials.
Bandung: Penerbit Bina Cipta.
Silaban, Jansen Bernard. 2011. Karakteristik Fisik Bahan Hasil Pertanian.
Jakarta: Erlangga.
Syarief R. dan A. Irawati, 1988, Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian.
Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.

19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Deformasi adalah perubahan bentuk , dimensi dan posisi dari suatu
materi baik merupakan bagian dari alam maupun buatan . Salah satu yang
membuat deformasi yang merugikan adalah akibat dari tumbukan .
menentukan seberapa besar perubahan benda uji akibat adanya pemberian
gaya atau efek masalah perlu adanya pemeliharaan dari bahan abahan produk
pertanian .
Reduksi tingkat kehilangan karena kerusakan, dan pemeliharaan kualitas
produk, dimungkinkan dengan cara menerapkan hukum-hukum dan sifat-sifat
bahan yang relevan. Pengetahuan akan sifat-sifat bahan pertanian
memungkinkan dilakukannya pengembangan disain mesin-mesin dan
teknologi proses yang lebih moderen dengan karakteristik kualitas kerja yang
lebih sempurna, termasuk tingkat kehilangan yang rendah dan tingkat operasi
yang lebih efisien. Untuk keperluan tersebut, pengetahuan tentang mekanika
bahan pertanian sangatlah penting.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita tidak menyadari bahwa di
lingkungan sekitar kita banyak sekali penerapan ilmu fisika. Contoh yang
sangat nyata yaitu mengenai elastisitas suatu benda. Kita selama ini mungkin
kurang menyadari bahwa ternyata kayu memiliki modulus elastisitas. Modulus
elastisitas (E) merupakan pengukuran kemampuan kayu untuk menahan
perubahan bentuk atau lentur yang terjadi sampai dengan batas elastisnya.
Semakin besar bebannya, semakin tinggi tegangan yang timbul dan semakin
besar perubahan bentuk yang terjadi sampai batas elastis .

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikumnya adalah untuk mempelajari elastisitas produk
dengan mengadakan pengukuran modulus elastisitas terhadap beberapa jenis
produk buah – buahan.

20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Deformasi dalam mekanika kontinum adalah transformasi sebuah benda dari
kondisi semula ke kondisi terkini. Makna dari "kondisi" dapat diartikan sebagai
serangkaian posisi dari semua partikel yang ada di dalam benda tersebut. Sebuah
deformasi dapat disebabkan olehgaya eksternal, gaya internal
(seperti gravitasi atau gaya elektromagnetik) atau perubahan temperatur di dalam
benda (pemuaian).
Regangan adalah bagian dari deformasi, yang dideskripsikan sebagai
perubahan relatif dari partikel-partikel di dalam benda yang bukan merupakan
benda kaku. Definisi lain dari regangan bisa berbeda-beda tergantung pada bidang
apa istilah tersebut digunakan atau dari dan ke titik mana regangan terjadi.
Dalam benda kontinu, bidang yang terdeformasi dihasilkan
dari tegangan yang diaplikasikan akibat adanya gaya atau pemuaian di dalam
benda. Hubungan antara tegangan danregangan diekspresikan sebagaipersamaan
konstitutif, seperti hukumHooke mengenai elastisitas linear. Benda yang
terdeformasi dapat kembali ke kondisi semula setelah gaya yang diaplikasikan
dilepas, dan itu disebut sebagai deformasi elastis. Namun ada juga deformasi tidak
dapat dikembalikan meski gaya telah dilepas, yang disebut dengan deformasi
plastis, yang terjadi ketika benda telah melewati batas elastis atau yield dan
merupakan hasil dari slip atau mekanisme dislokasi pada tingkat atom. Tipe
lainnya dari deformasi yang tidak dapat kembali
yaitu deformasi viscous atau deformasi viskoelastisitas Dalam kasus deformasi
elastis, fungsi respon yang terkait dengan regangan terhadap tegangan dijelaskan
dalam ekspresi tensor hukum Hooke.
Sifat fisik buah dan sayur sering diamati yaitu warna, aroma, rasa, bentuk,
berat, ukuran dan kekerasan. Biasanya dalam praktek sehari-hari. Sifat fisik ini
diamati secara subjektif, sedangkan berat ditentukan secara objektif dengan
menggunakan timbangan sedangkan ujicoba kimia dapat dilakukan terhadap PH,
total asam, padatan terlarut (soloble solid), dan vitamin C, apabila buah-buahan
menjadi matang, maka kandungan gulanya meningkat, tapi kandungan asamnya
menurun. (Winarno, 2002).

21
Apabila gaya luar menghasilkan perubahan bentuk (deformation) tidak
memiliki batas tertentu, maka perubahan bentuk hilang sesudah gaya dilepas.
Benda dianggap mengalami gaya luar benar-benar elastis sempurna (perfectly
elastic), yaitu benda kembali kebentuk semula secara utuh setelah gaya dilepas.
Zat dari benda elastis dianggap homogen dan terbagi merata diseluruh volumenya
sehingga meskipun suatu elemen kecil dipotong dari benda, elemen tersebut
masih memiliki sifat fisik tertentu yang sama seperti benda itu sendiri. Sebagian
besar benda isotropik, sifat elastisnya dianggap sama ke semua arah. Pada suatu
sifat elastis terdapat regangan dan tegangan (Sebayang, 1986).
Kekerasan adalah ketahanan material terhadap deformasi plastis yang
diakibatkan oleh tekanan atau goresan dari benda lain. Kekerasan merupakan sifat
suatu logam, yang memberi kemampuan logam tahan terhadap deformasi
permanen (bengkok, rusak, atau bentuk yang berubah), ketika suatu beban
diterapkan. Pada umumnya, kekerasan menyatakan ketahanan terhadap deformasi
dan untuk logam dengan sifat tersebut merupakan ukuran ketahanannya terhadap
deformasi plastik atau deformasi permanen. Untuk orang yang berkecimpung
dalam mekanika pengujian bahan, banyak yang mengartikan kekerasan sebagai
ukuran ketahanan terhadap lekukan. Untuk para perancang bangunan, kekerasan
sering diartikan sebagai ukuran kemudahan dan kuantitas khusus yang
menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan dan perlakuan panas dari suatu logam.
Dari uraian singkat di atas maka kekerasan suatu material dapat didefinisikan
sebagai ketahanan material tersebut terhadap gaya penekanan dari material lain
yang lebih keras. Penekanan tersebut dapat berupa mekanisme penggoresan
(scratching), pantulan ataupun ndentasi dari material keras terhadap suatu
permukaan benda uji. Untuk melakukan pengujian kekerasan ada 3 metode, yaitu
(Fauji, 2010)
1. Metode goresan
2. Metode elastis atau pantulan ( rebound )
3. Metode indentasi
Kekerasan goresan merupakan perhatian utama para ahli mineral. Dengan
mengukur kekerasan, berbagai mineral dan bahan-bahan yang lain disusun
berdasarkan kemampuan goresan yang satu terhadap yang lain. Kekerasan

22
goresan diukur dengan skala Mohs. Skala ini terdiri atas sepuluh standar mineral
disusun berdasarkan kemampuannya untuk digores. Mineral yang paling lunak
pada skala ini adalah talk (kekerasan goresan 1), kuku jari mempunyai nilai
kekerasan sekitar 2, tembaga yang dilunakkan kekerasannya 3, martensit 7, logam
yang paling keras mempunyai harga kekerasan pada skala Mohs antara 4 sampai
8. Sedangkan intan mempunyai kekerasan 10. kelemahan dari penilaian kekerasan
dengan skala Mohs adalah penilaiannya tidak cocok untuk logam karena interval
skala pada nilai kekerasan.

Tabel 4.0. Skala Kekerasan Mohs dan Keterangannya

Untuk mengetahui nilai kekerasan suatu material dintentukan oleh alat yang
dinamakan Scleroscop yang merupakan contoh paling umum dari suatu alat
penguji kekerasan dinamik, mengukur kekerasan yang dinyatakan dengan tinggi
lekukan atau tinggi pantulan. Semakin tinggi pantulan maka kekerasan suatu
benda uji semakin tinggi.
Metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan menggunakan
indentor dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Prinsip kerja
dari metode ini dengan menentukan jejak dari indentasi yang dihasilkan. Nilai
kekerasan dari suatu bahan dilihat dari kedalaman jejak yang ditinggalkan. Jejak
yang ditinggalkan menandakan bahwa logam tersebut telah terdeformasi plastis.
Metode indentasi ini di klasifikasikan menjadi 3, yaitu :

23
1. Metode Brinell
Pengujian kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkeras
(hardened steel ball). Hasil penekanan adalah jejak berbentuk lingkaran bulat,
yang harus dihitung diameternya dibawah mikroskop khusus pengukur jejak.
2. Metode Vickers
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan sudut
136o. Prinsip pengujian adalah sama dengan metode brinell, walaupun jejak yang
dihasilkan berbentuk bujur sangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan
skala pada mikroskop pengukur jejak. Uji kekerasan Vickers banyak dilakukan
pada pekerjaan penelitian karena metode tersebut memberikan hasil berupa skala
kekerasan yang kontinu, untuk suatu beban tertentu; dan digunakan pada logam
yang sangat lunak, yakni DPHnya 5 hingga logam yang sangat keras, dengan
DPH 1500.
3. Metode Rockwell
Metode Rockwell merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung
(direct reading). Metode ini banyak dipakai dalam industri karena pertimbangan
praktis. Indentor yang digunakan terbuat dari baja diperkeras berbentuk bola dan
selain itu ada juga yang berbentuk kerucut intan. Uji kekerasan Rockwell sangat
berguna dan mempunyai kemampuan ulang (reproducible) sejumlah kondisi
sederhana yang diperlukan dapat dipenuhi. Uji kekerasan Rockwell ini paling
banyak dipergunakan. Hal ini disebabkan oleh sifat–sifatnya yaitu cepat, bebas
dari kesalahan manusia, mampu untuk membedakan perbedaan kekerasan yang
kecil pada baja yang diperkeras, dan ukuran lekukannya kecil sehingga bagian
yang mendapat perlakuan panas yang lengkap dapat diuji kekerasannya tanpa
menimbulkan kerusakan. Pengujian ini menggunakan kedalaman lekukan pada
beban yang konstan sebagai ukuran kekerasan. Metoda pengujian kekerasan
Rockwell yaitu mengindentasi material contoh dengan indentor kerucut intan atau
bola baja.
4. Metode Meyer
Meyer mengajukan definisi mengenai kekerasan yang lebih rasional
dibanding yang diajukan oleh Brinell, yakni berdasarkan luas proyeksi jejak,
bukan luas permukaannya. Tekanan rata-rata antara luas penumbuk (indentor) dan

24
lekukan adalah sama dengan beban dibagi luas proyeksi lekukan. Kekerasan
Meyer kurang peka terhadap beban yang diterapkan dibanding kekerasan Brinell.
Untuk bahan-bahan yang mengalami pengerjaan dingin, kekerasan Meyer pada
dasarnya tetap dan tidak tergantung pada beban, sedangkan kekerasan Brinell
akan mengecil bila beban bertambah besar.
Ada beberapa cara pengukuran kekerasan yang cukup dikenal dalam litbang
material di antaranya adalah uji kekerasan gores, uji kekerasan pantul (dinamis)
dan uji kekerasan indentasi. Uji kekerasan gores tergantung pada kemampuan
gores material yang satu terhadap material lainnya. Uji kekerasan pantul
mencakup deformasi dinamis dari permukaan material yang dinyatakan dalam
jumlah energi impak yang diserap permukaan logam pada saat benda penekan
jatuh. Uji kekerasan indentasi berupa penjejakan oleh sebuah indentor yang keras
ditekankan ke permukaan logam yang diuji.
Tabel 4.1. macam-macam teknik pengujian kekerasan (Callister,2007)

Uji kekerasan indentasi menggunakan alat model Leitz Micro Hardness.


Perbedaan kekerasan dapat diketahui dari bentuk indentor yang ditekankan pada
permukaan material. Alat penguji kekerasan ini memakai indentor berbentuk
piramid yang membuat jejakan pada material dengan pembebanan tertentu. Masa
penjejakan berlangsung 30 detik dan dapat menghasilkan ketelitian antara 2−3
μm. Panjang diagonal jejakan yang diukur pada arah horisontal ditandai sebagai
d-1 dan panjang diagonal jejakan pada arah vertikal ditandai sebagai d-2, lalu

25
dihitung d-rerata sebagai panjang diagonal jejakan. Nilai kekerasan material uji
dicari pada tabel yang tersedia dengan memproyeksikan d-rerata serta bobot
beban yang digunakan atau dapat dihitung berdasarkan rumus Vickers sebagai
berikut :
𝐻𝑉𝑁 = 189 𝑥𝐹𝑥 103
d2
HVN = Nilai Kekerasan Vicker’s
F = beban tumbukan dalam Newton
d= panjang diagonal jejakan dalam µm
Nilai kekerasan berkaitan dengan kekuatan luluh atau tarik logam. Hal ini
disebabkan selama indentasi (penjejakan) logam mengalami deformasi sehingga
terjadi regangan dengan persentase tertentu. Nilai kekerasan Vickers didefinisikan
sama dengan beban dibagi luas jejak piramida (indentor) dalam kg/mm2 dan
besarnya kurang lebih tiga kali besar tegangan luluh untuk logam-logam yang
tidak mengalami pengerjaan pengerasan. Bahan yang digunakan untuk indentor
adalah Intan. Intan merupakan bahan yang mempunyai tingkat kekerasan paling
tinggi.
Dalam menguji kekerasan suatu material, operator Leitz Micro Hardness
Tester biasanya memilih satu di antara sejumlah beban indentasi (5p, 10p, 15p,
25p, 50p, 100p, 200p, 300p atau 500p). Tentu saja ada alasan yang perlu diungkap
berkaitan dengan pemilihan satu dari sejumlah beban tersebut. Kesalahan
pemilihan beban akan berdampak pada ketidakakurasian data kekerasan suatu
material dan selanjutnya menimbulkan salah interpretasi terhadap sifat material
yang diuji. Fenomena demikian tentu saja sangat tidak diharapkan (Dahlan ,H.
2000).

26
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat
 Mollimeter
Bahan
 Sawo
 Mangga
 Apel
 Jeruk
3.2 Cara Kerja
1. Sebelum buah diletakkan diatas landasan,baik landasan maupun lengan
penopang yang akan bersentuhan dengan sampel dioles dengan tinta/board
marker supaya memberikan bekas pada permukaan buah.
2. Lengan penopang diatur se horizontal mungkin dengan memutar beban
penyeimbang.
3. Buah diletakkan di landasan.
4. Lengan penopang diturunkan sehingga permukaan bawahnya menyentuh
permukaan sampel dan baca posisi petunjuk deformasi pada skala
(pembacaan 1).
5. Letakkan pemberat pada tempatnya,tunggu selama 5 detik dan baca posisi
penunjuk deformasi pada skala (pembacaan2)
6. Ukur jari-jari kelengkungan buah pada dua permukaan sampel yang
menyentuh landasan dan lengan penopang pada dua arah yang saling tegak
lurus dengan cara membelah buah.
7. Hitung besarnya Modulus Elastisitas (E) dengan rumus dan pendekatan
geometri sbb.
3⁄
3 1⁄ 1⁄ 2
0,338 𝐾 ⁄2 𝐹 (1−𝜇 2 ) 1 1 3 1 1 3
E : 3 [( + ) +( + ) ]
𝐷 ⁄2 𝑅1 𝑅1` 𝑅2 𝑅2`

Dimana :
E= modulus elastisitas (Pa, MPa)

27
F= Gaya (beban), N
D= deformasi (m), selisih pembacaan 1 dan pembacaan 2.
R1, R’1, R2, R’2 adalah jari-jari kelengkungan sampel (buah) seperti pada
gambar.
K adalah konstanta yang ditentukan oleh besarnya sudut θ yang dihitung dari cos
θ sbb :
1 1 1 1
(
− + − )
𝑅1 𝑅1` 𝑅2 𝑅2`
Cos 𝜃 : 1 1 1 1
( + + + )
𝑅1 𝑅1` 𝑅2 𝑅2`

Setelah θ didapat maka harga K dapat dibaca pada tabel berikut.


Tabel 4.2. Nilai K
θ 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Cos θ 0,6428 0,5736 0,5000 0,4226 0,3420 0,2588 0,1736 0,0872 0,0000
K 1,198 1,235 1,267 1,293 1,314 1,331 1,342 1,349 1,351

28
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. komoditas sawo
Penga Berat Skala Skala Defor R1 R11 R2 R21 Cosϴ ϴ K
matan massa 1 2 masi
ke
1 200 g 15,25 15 0,25 0,67 0,38 1,315 0,45 0,3750 70 1,314
5
2 500 g 16,25 16 0,25 0,61 0,37 1,8 0,625 0,3205 70 1,314
5
3 1000 15,5 15 0,5 0,60 0,38 0,905 0,645 0,2958 75 1,331
g 5 5

Elastisitas (E)
 Massa 200 gram = 0,389 Pa
 Massa 500 gram = 0,958 Pa
 Massa 1000 gram = 0,719 Pa

b. Komoditas Apel
Penga Berat Skala Skala Defor R1 R11 R2 R21 Cosϴ ϴ K
matan massa 1 2 masi
ke
1 200 g 23 22,5 0,5 1,42 0,92 0,924 0,316 0,213 80 1,342
3 4
2 500 g 23 22,5 0,5 0,67 0,0, 0,919 0,282 0,282 75 1,331
6 324
3 1000 20,9 20 0,9 0,71 0,21 0,014 0,424 0,492 75 1,293
g 0 5

Elastisitas (E)
 Massa 200 gram = 0,262 Pa
 Massa 500 gram = 50, 720 Pa
 Massa 1000 gram = 6,203 Pa

29
c. Komoditas Mangga
Penga Berat Skala Skala Defor R1 R11 R2 R21 Cosϴ ϴ K
matan massa 1 2 masi
ke
1 200 g 24 23,9 0,1 0,53 0,50 1,52 1,035 1,075 85 1,349
5 75
2 500 g 23 22,8 0,2 1,02 1,02 1,03 1,005 1,007 90 1,351
5 0
3 1000 24,8 23,4 1,3 0,52 0,53 1,035 0,512 0,142 80 1,342
g 5 5

Elastisitas (E)
 Massa 200 gram = 1,3796 Pa
 Massa 500 gram = 1,06335 Pa
 Massa 1000 gram = 0,14817 Pa

d. Komoditas Jeruk
Penga Berat Skala Skala Defor R1 R11 R2 R21 Cosϴ ϴ K
matan massa 1 2 masi
ke
1 200 g 20 19,5 0,5 1,32 0,42 1,6 0,925 0,42 65 1,295
5 5
2 500 g 19 17,5 1,5 0,65 0,32 1,3 0,775 0,31 70 1,314
5
3 1000 18 16 2 0,97 0,27 1,45 0,65 0,5 60 1,267
g 5 5

Elastisitas (E)
 Massa 200 gram = 0,114 Pa
 Massa 500 gram = 0,065 Pa
 Massa 1000 gram = 0,082 Pa

30
4.2 Pembahasan
Elastisitas adalah sifat benda atau bahan yang dapat kembali ke bentuk
semula. Terdapat dua macam benda berdasarkan sifat elastisitasnya, yaitu benda
elastis dan benda plastis. Benda elastis adalah yang benda yang dapat kembali ke
bentuk semula jika gaya luar yang diberikan pada benda dilepaskan, contohnya
karet. Sementara itu, benda plastis adalah benda yang tidak dapat kembali ke
bentuk semula jika diberikan gaya meskipun gaya tersebut telah dihilangkan,
contohnya plastisin dan tanah liat.
Pada praktikum kali ini,kami melakukan percobaan untuk menentukan
deformasi suatu bahan. Bahan yang kami hitung deformasi nya adalah sawo, apel,
mangga dan jeruk yang masing-masing dilakukan dua kali pengulangan. Sebelum
produk merah diletakkan di landasan Mollimeter, kami mengoleskan tinta pada
landasan dan diatas landasan, pengolesan tinta ini bertujuan untuk memberikan
bekas pada permukaan buah, lalu melakukan perhitungan pula untuk mencari
modulus elastisitas rata-rata nya menggunakan rumus seperti yang dituliskan di
buku petunjuk praktikum sifat fisik produk pertanian. Setelah melewati
perhitungan, kami mendapatkan nilai deformasi pada percobaan produk sawo
adalah 0,25mm (200gram), 0,25mm (500gram) dan 0,5mm (1000gram) dengan
modulus elastisitas 0,398 Pa (200gram), 0,958 Pa (500gram) dan 0,719 Pa
(1000gram). Nilai deformasi pada komoditas apel adalah 0,5 (200gram), 0,5 (200
gram) dan 0,9 (1000gram) dengan modulus elastisitas 0,262 Pa (200gram), 50,720
Pa (500gram), dan 6,203 (1000 gram). Nilai deformasi pada percobaan komoditas
mangga adalah 0,1(200gram), 0,2(500 gram) dan 1,3(1000 gram) dengan modulus
elastisitas 1,3796 Pa (200 gram), 1,06335 Pa (500 gram) dan 0,14817 Pa (1000
gram). Dan nilai deformasi pada percobaan komoditas jeruk adalah 0,5(200
gram), 1,5(500 gram) dan 2(1000 gram) dengan modulus elastisitas 0,114 Pa (200
gram), 0,065 Pa (500 gram) dan 0,082 Pa (1000gram). Modulus elastisitas atau
modulus Young merupakan ukuran kekakuan suatu material. Semakin besar harga
modulus ini maka semakin kecil regangan elastis yang terjadi pada suatu tingkat
pembebanan tertentu atau dapat dikatakan material tersebut semakin kaku (stiff).
Modulus elastis suatu material ditentukan oleh energi ikat antar atom-atom,

31
sehingga besarnya nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu proses tanpa
merubah struktur bahan.

32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tes gaya deformasi digunakan untuk mempelajari kerusakan suatu bahan
terhadap beban. Dengan mengetahui nilai elastisitas masing-masing buah atau
sempel maka dapat ditentukan cara untuk menangani buah, sehingga dapat
mengurangi resiko kerusakan mekanis pada buah tersebut. Semakin tinggi daya
tahan buah terhadap berat yang diberikan, maka semakin tinggi juga nilai
elastisitas buah. Jika berat yang diberikan lebih tinggi daripada daya tahan buah
maka buah akan mengalami kerusakan mekanis, misalnya buah menjadi memar,
penyok atau bahkan hancur.
Untuk menghitung nilai besarnya modulus elastisitas (E) dapat menggunakan
rumus sebagai berikut :
3⁄
3 1⁄ 1⁄ 2
0,338 𝐾 ⁄2 𝐹 (1−𝜇 2 ) 1 1 3 1 1 3
E : 3 [( + ) +( + ) ]
𝐷 ⁄2 𝑅1 𝑅1` 𝑅2 𝑅2`

5.2 Saran
Seharusnya terjadi komunikasi yang baik antara praktikan dan coass agar dalam
pembuatan laporan praktikan tidak kebingungan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Callister.2007. Materials Science and Engineering An Introduction. USA : John


Wiley & Sons, Inc.
Dahlan ,H. 2000. Pengaruh Variasi Beban Indentor Micro Hardness Tester
Terhadap Akurasi Data Uji Kekerasan Material. URANIA.No.23-24/Thn
VI. hal 57-62.
Fauji. 2010. Pengetahuan Sifat Logam (Fisik & Mekanik). Jakarta : Pustaka
Gramedia Utama.
Sebayang, D., 1986. Teori Elastisitas. Jakarta : Erlangga.
Winarno,F.G.2002. Kimia Pangan dan Gizi. Yogyakarta : PT Gramedia Pustaka
Umum.

34
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Viskositas adalah kekentalan suatu zat cair adalah salah satu sifat
cairan yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya gesar. Viskositas
terjadi terutama karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan .
Viskositas merupakan ukuran gesekan dibagian dalam suatu fluida. Fluida
sebenarnya terdiri atas beberapa lapisan., karena adanya viskositas diperlukan
gaya untuk meluncurkan suatu lapisan fluida diatas fluida lainnya . Dalam
fluida ternyata gaya yang dibutuhkan (F), sedangkan dengan luas fluida yang
bersentuhan dengan setiap lempeng (A), dan dengan laju (V) dan berbanding
tebalik dengan jarak antara lempeng (I). Besar gaya (F) yang diperlukan
untuk menggerakkan suatu lapisan fluida dengan kelajuan tetap (V) untuk
luas penampang keeping H adalah F-AV .
Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang
dimasukkan kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa
gesekan antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Contohnya dalam
kehidupan sehari hari adalah ketika sebuah bola dimasukkan ke dalam sebuah
wadah yang berisi air apakah air nya akan bertambah atau berkurang ? itulah
yang menjadi pertanyaan dalam praktikum ini dan menjadi percobaan kita
untuk melihat keadaan yang sebenarnya . Setelah percobaan ini kita harus
mengetahui terlebih dahulu dasar dari praktikum supaya percobaan ini bisa
mendapat respon yang baik dari praktikan .

1.2 Tujuan
Untuk mempelajari sifat air bahan dengan menggunakan kekentalan
(viskositas)nya.

35
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan
antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut.
Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat
cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan
suatu zat cair. Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan
bentuk sudut fluida yang tertentu maka tegangan geser berbanding lurus dengan
viskositas (Bambang, 1990).
Viskositas adalah sifat fluida yang mendasari diberikannya tekanan terhadap
tegangan geser oleh fluida tersebut. Kadang-kadang viskositas ini diserupakan
dengan kekntalan. Fluida yang kental (viskos) akan mengalir lebih lama dalam
suatu pipa dari fluida yang kurang kental (Prijono,1985).
Viskositas dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang menentukan
besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas terjadi karena interaksi
antara molekul-molekul cairan.Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas
fluida disebut viskometer. Setidaknya terdapat 2 prinsip dasar sistem metode
pengukuran viskositas. Pertama, metode pengukuran berdasarkan laju aliran fluida
dalam pipa kapiler vertikal saat menempuh jarak tertentu. Alat yang digunakan
dengan metode ini adalah viscometer Ostwald yang unsur kerjanya berdasarkan
Hukum Poiseuille (Mochtar,1990).
Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan, meskipun
demikian bukan berarti bahan-bahan cair tidak menganding bahan0baan padatan
(solid) dan sebaliknya, dalam bahan padatan terdapat pula bahan cair. Bahan
pangan padatan umumnya bersifat kental, sedangkan bahan-bahan cair bersifat
encer. Kedua sifat pada bahan pangan inilah yg diketahui sebagai sifat alir bahan
pangan. Bahan pangan yg memiliki sifat alir yg sangat mudah mengalir disebut
fluiditas. Adapun bahan [angan yang memiliki sifat alir tidak mau mengalir
disebut viskositas. Hal ini terjadi karena adanya gaya gesek atau gesekan internal
yang menghambat alirannya ( Sri Kanoni, 1999).
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan
gesekan antara molekul-molkeul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan

36
yang mudah mengalir dapat dkatakan memiliki viskositas yang rendah , dan
sebaliknya bahan bahan yang sulit mengair dikatakan memiliki viskositas yang
tinggi ( Burhanudin, 2014).
Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang pertama adalah
aliran laminar atau aliran kental, yang secara umum menggambarkan laju aliran
kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah keci. Aliran lain adalah aliran
turbulen yang menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan
diameter yang lebih besar ( Dogra, 2009).
Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan
pada zat cair kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang
sama dengan dinding. Bagian yang menempel pada dinding luar dalam keadaan
diam dan yang menempel pada dinding dalam akan bergerak bersama dinding
tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding bergerak dengan kecepatan yang
berubah secara linier sampai V. Aliran ini disebut aliran laminer. Aliran zat cair
akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu
cepat (Sudarjo, 2008).
Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh
fluida yang bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya
gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin
besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak didalam zat
cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar
partikel zat cair (Martoharsono, 2006).
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya
gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat
ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran
akan semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul
terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki
tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena
adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam
zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat
dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara

37
molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-
bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo,
2009).
Lapisan-lapisan gas atau zat cair yang mengalir saling berdesakan karena itu
terdapat gaya gesek yang bersifat menahan aliran yang besarnya tergantung dari
kekentalan zat cair. Gaya gesek tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
rumus: G = ŋ A (Ginting, 2011).
Adapun jenis cairan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu cairan newtonian dan non
newtonian.

1. Cairan Newtonian
Cairan newtonian adalah cairan yg viskositasnya tidak berubah dengan
berubahnya gaya irisan, ini adalah aliran kental (viscous) sejati. Contohnya : Air,
minyak, sirup, gelatin, dan lain-lain. Shear rate atau gaya pemisah viskositas
berbanding lurus dengan shear stresss secara proporsional dan viskositasnya
merupakan slope atau kemiringan kurva hubungan antara shear rate dan shear
stress. Viskositas tidak tergantung shear rate dalam kisaran aliran laminar (aliran
streamline dalam suatu fluida). Cairan Newtonian ada 2 jenis, yang viskositasnya
tinggi disebut “Viscous” dan yang viskositasnya rendah disebut “Mobile” (Dogra,
2006).

2. Cairan Non-Newtonian
yaitu cairan yang viskositasnya berubah dengan adanya perubahan gaya irisan
dan dipengaruhi kecepatan tidak linear.

Metode Penentuan Kekentalan


Untuk menentukan kekentalan suatu zat cair dapat digunakan dengan cara:

1. Cara Ostwalt / Kapiler

38
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena
gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya
sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Lutfy, 2007).
Berdasarkan hukum Heagen Poiseuille.
ŋ = Π P r4t
8 VL
Hukum poiseuille juga digunakan untuk menentukan distribusi kecepatan
dalam arus laminer melalui pipa slindris dan menentukan jumlah cairan yamg
keluar perdetik (Sarojo, 2006)

2. Cara Hopper
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum,terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip
kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung
gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan
fungsi dari harga resiprok sampel. Berdasarkan hukum stoke yaitu pada saat
kecepatan bola maksimum,terjadi kesetimbangan sehingga gaya gesek sama
dengan gaya berat archimedes. Dalam fluida regangan geser selalu bertambah dan
tanpa batas sepanjang tegangan yang diberikan.Tegangan tidak bergantung pada
regangan geser tetapi tergantung pada laju perubahannya. Laju perubahan
regangan juga disebut laju regangan( D. Young , 2009).
Laju perubahan regangan geser = laju regangan
Mempelajari gerak bola yang jatuh ke dalam fluida kental, walaupun ketika
itu hanya untuk mengetahui bahwa gaya kekentalan pada sebuah bola tertentu di
dalam suatu fluida tertentu berbandingan dengan kecepatan relatifnya. Bila fluida
sempurna yang viskositasnya nol mengalir melewati sebuah bola, atau apabila
sebuah bola bergerak dalam suatu fluida yang diam, gari-garis arusnya akan
berbentuk suatu pola yang simetris sempurna di sekeliling bola itu. Tekanan
terhadap sembarang titik permukaan bola yang menghadap arah alir datang tepat

39
sama dengan tekanan terhadap titik lawan. Titik tersebut pada permukaan bola
menghadap kearah aliran, dan gaya resultan terhadap bola itu nol (Sudarjo, 2008).

40
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat
 Viscometer type VT-03
Bahan
 Big cola
 Air
 Teh pucuk
 Susu

3.2 Cara Kerja


Pasang instrumen pada posisi horizontal sehingga rotor dapat tergantung
secara bebas pada lubang penghubung rotor. Masukkan tangkai rotor ke
lubang penghubung dan secara hati-hati putar rotor berlawanan arah jarum
jam sampai rotor benar-benar terpasang dengan kuat. Siapkan mangkuk yang
tersedia untuk instrumen yang bersangkutan dan pasang rotor di tengah-tengah
mangkuk kemudian tuang produk ke dalam mangkuk sampai ketinggian yang
ditunjukkan pada tangkai rotor. Rotor digunakan sesuai dengan kekentalan
produk(viskositas), untuk viskositas 0,3 sampai 33 m Pa.S (Cp), 15 sampai
150 m Pa.s (cP), 50 sampai 330 m Pa.s (cP). Hidupkan rotor, tunggu sampai
putarannya stabil dan baca viskositas yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
Ulangi sebanyak 3 kali pengukuran untuk masing-masing produk.

41
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
a. Produk Big Cola
Pengamatan Viskositas (KP) Keterangan Berat (gram)
ke (ukuran pengaduk)
1 20 Besar 377,8
2 22 Besar 377,8
3 23 Besar 377,8

Pengamatan Viskositas (KP) Keterangan Berat (gram)


ke (ukuran pengaduk)
1 25 Sedang 381,7
2 20 Sedang 381,7
3 20 Sedang 381,7

Pengamatan Viskositas (KP) Keterangan Berat (gram)


ke (ukuran pengaduk)
1 80 Kecil 379,7
2 80 Kecil 379,7
3 90 Kecil 379,7

b. Produk Air
Pengamatan Viskositas (KP) Keterangan Berat (gram)
ke (ukuran pengaduk)
1 24 Besar 375,1
2 79 Besar 375,1
3 20 Besar 375,1

42
Pengamatan Viskositas (KP) Keterangan Berat (gram)
ke (ukuran pengaduk)
1 0 Sedang 0
2 0 Sedang 0
3 0 Sedang 0

Pengamatan Viskositas (KP) Keterangan Berat (gram)


ke (ukuran pengaduk)
1 0 Kecil 0
2 0 Kecil 0
3 0 Kecil 0

c. Produk Teh Pucuk


Pengamatan Viskositas (KP) Keterangan Berat (gram)
ke (ukuran pengaduk)
1 19 Besar 380,7
2 18 Besar 380,7
3 17 Besar 380,7

Pengamatan Viskositas (KP) Keterangan Berat (gram)


ke (ukuran pengaduk)
1 35 Sedang 378,7
2 40 Sedang 378,7
3 40 Sedang 378,7

Pengamatan Viskositas (KP) Keterangan Berat (gram)


ke (ukuran pengaduk)
1 80 Kecil 375,7
2 70 Kecil 375,7
3 80 Kecil 375,7

43
d. Produk Susu
Pengamatan Viskositas (KP) Keterangan Berat (gram)
ke (ukuran pengaduk)
1 25 Besar 385
2 24 Besar 385
3 21 Besar 385

Pengamatan Viskositas (KP) Keterangan Berat (gram)


ke (ukuran pengaduk)
1 50 Sedang 385,1
2 45 Sedang 385,1
3 45 Sedang 385,1

Pengamatan Viskositas (KP) Keterangan Berat (gram)


ke (ukuran pengaduk)
1 120 Kecil 388,2
2 110 Kecil 388,2
3 110 Kecil 388,2

4.2 Pembahasan
Konsentrasi larutan, viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan.
Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula,
karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap
satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel
semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula. Berat molekul solute,
viskositas berbanding lurus dengan berat molukel solute, karena dengan adanya
solute yang berat akan menghambat atau memberi beban yang berat pada cairan
sehingga menaikkan viskositasnya. Tekanan, akan bertambah jika nilai dari
viskositas itu bertambah. Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas
suatu zat cair.Adapun tujuan nya dilakukan pratikum ini yaitu untuk mempelajari
sifat alir bahan dengan cara mengukur viskositas nya.

44
Viskositas secara umum dapat juga diartikan sebagai suhu tendensi untuk
melawan aliran cairan karena internal friction untuk resistensi suatu bahan untuk
mengalami deformasi bila bahan tersebut dikenai suatu gaya. Semakin besar
resistensi zat cair untuk mengalir, maka semakin besar pula viskositasnya.
Viskositas pertama kali diselidiki oleh Newton, yaitu dengan mensimulasikan zat
cair dalam bentuk tumpukan kartu. Zat cair diasumsikan terdiri dari lapisan-
lapisan molekul yang sejajar satu sama lain. Lapisan terbawah tetap diam,
sedangkan lapisan atasnya bergerak, dengan cepatan konstan sehingga setiap
lapisan memiliki kecepatan gerak yang berbanding langsung dengan jaraknya
terhadap lapisan terbawah. Perbedaan kecepatan dv antara dua lapisan yang
dipisahkan dengan jarak sebesar dx adalah dv/dx atau kecepatan gesek. Gaya per
satuan luas yang diperlukan untuk mengalirkan zat cair tersebut F/A atau tekanan
geser.
Viskositas diartikan sebagai resistensi atau ketidakmauan suatu bahan untuk
mengalir yang disebabkan karena adanya gesekan atau perlawanan suatu bahan
terhadap deformasi atau perubahan bentuk apabila bahan tersebut dikenai gaya
tertentu. Viskositas suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu,
viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan
turun dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan
partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan
menurunkan kekentalannya.
Pada praktikum kali ini kami membahas tentang kekentalan suatu bahan (
viskositas). Sampel yang kami gunakan dalam praktikum viskositas ini adalah big
cola, air, teh dan susu. Pertama kami pasang instrumen secara horizontal sehingga
rotor dapat tergantung secara bebas pada lubang penghubung rotor. Setelah itu
kami masukkan tangkai rotor ke lubang penghubung dan diputar rotor berlawanan
arah jarum jam sampai rotor benar-benar terpasang dengan kuat. Kemudian kami
memasukkan bahan uji pada mangkuk yang telah di sediakan. Lalu kami
menghitung viskositas masing-masing bahan uji sampai tiga kali pengulangan.
Kami mendapatkan hasil pengukuran bahan big cola adalah untuk rotor besar 20
cp, 22 cp dan 23 cp, untuk rotor sedang 25 cp, 20 cp, dan 20 cp, dan untuk rotor
kecil 80 cp, 80 cp, dan 90 cp. Hasil pengukuran produk air adalah untuk rotor

45
besar 24 cp, 79 cp dan 20 cp sedangkan untuk rotor sedang dan kecil
viskositasnya adalah nol (0). Hasil pengukuran produk teh pucuk adalah untuk
rotor besar 19 cp, 18 cp, dan 17 cp, untuk rotor sedang 35 cp, 40 cp dan 40 cp, an
untuk rotor kecil adalah 80 cp, 70 cp, dan 80 cp dan untuk hasil pengukuran
produk susu adalah untuk rotor besar 25 cp, 24 cp dan 21 cp, untuk rotor sedang
50 cp, 45 cp, dan 45 cp dan untuk rotor kecil adalah 120 cp, 110 cp dan 110 cp.
Pengaruh kekentalan terhadap kecepatan jatuhnya bola yaitu semakin kental suatu
zat cair atau fluida, maka daya untuk memperlambat suatu gerakan jatuhnya bola
semakin besar. Sehingga semakin kental suatu zat cair, semakin lambat
pergerakan benda yang jatuh didalamnya. Sebaliknya, semakin encer suatu zat
cair atau fluida, maka semakin cepat benda yang dijatuhkan kedalamnya.
Oleh karena itu dari hasil praktikum yang kami dapatkan viskositas susu lebih
besar dari big cola, viscositas big cola lebih besar dari teh pucuk dan viskositas
teh pucuk lebih besar dari air.

46
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran
yang diberikan oleh suatu cairan. Kebanyakan viskometer mengukur kecepatan
dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu
mengalir cepat maka berarti viskositas dari cairan itu rendah (misalnya air). Dan
bila cairan itu mengalir lambat, maka dikatakan cairan itu viskositas tinggi. Cara
mengukur kekentalan (viskositas) sifat alir bahan yaitu dengan menggunakan alat
viskometer. Dari percobaan diatas dapat disimpukan bahwa viskositas susu lebih
besar dari big cola, viscositas big cola lebih besar dari teh pucuk dan viskositas
teh pucuk lebih besar dari air.

5.2 Saran
Hendaknya ditambah peralatan yang ada dilaboratorium supaya waktu bisa sesuai
dengan yang dijadwalkan.

47
DAFTAR PUSTAKA

Bambang, K. 1990. Physical Properties of Food and Food Processing System.


Ellis Hawood, Chihester .
D . Young, Hugh. 2009. Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga.
Dogra. 2006. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Malang : Universitas Malang
Dogra,S.K.2009. Kima Fisik dan Soal-soal. Jakarta:UI Press
Ginting, Tjurmin. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Indralaya : LDB
UNSRI.
Lutfy, Stokes. 2007. Fisika Dasar I. Jakarta : Erlangga.
Martoharsono, Soemanto. 2006. Biokimia I. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Milama,Burhanudin.2014. Panduan Praktikum Kimia Fisika II. Jakarta: UIN-
FITK Press
Mochtar.1990.Mekanika Fluida.Jakarta:Erlangga.
Kanoni, Sri. 1999.Handout Viskositas TPHP. Yogyakarta : Universitas Gajah
Mada.
Prijono,Arko.1985. Mekanika Fluida.Jakarta:Erlangga.
Sarojo, Ganijanti Aby. 2006. Seri Fisika Dasar Mekanika. Jakarta : Salemba
Teknika.
Sudarjo, Randy. 2008. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Inderalaya : Universitas
Sriwijaya.

48
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gaya gesek adalah gaya yang menahan gerak benda agar benda itu
dapat berhenti bergerak. Besar kecilnya gaya gesek dipengaruhi oleh kasar
licinnya permukaan benda yang bergesekan. Makin halus/licin permukaan
gaya gesek semakin kecil Makin kasar permukaan gaya gesek semakin besar.
Gaya-gaya yang bekerja antara lain adalah gaya elektrostatik pada masing-
masing permukaan. Dulu diyakini bahwa permukaan yang halus akan
menyebabkan gaya gesek (atau tepatnya koefisien gaya gesek) menjadi lebih
kecil nilainya dibandingkan dengan permukaan yang kasar, akan tetapi
dewasa ini tidak lagi demikian. Konstruksi mikro (nano tepatnya) pada
permukaan benda dapat menyebabkan gesekan menjadi minimum, bahkan
cairan tidak lagi dapat membasahinya (gaya lotus).
Demikian juga ketika bergerak di dalam air. Gaya gesekan juga selalu
terjadi antara permukaan benda padat yang bersentuhan, sekalipun benda
tersebut sangat licin. Permukaan benda yang sangat licin pun sebenarnya
sangat kasar dalam skala mikroskopis. misalnya ketika kita mendorong
sebuah buku pada permukaan meja, gerakan buku tersebut mengalami
hambatan dan akhirnya berhenti, karena terjadi gesekan antara permukaan
bawah buku dengan permukaan meja serta gesekan antara permukaan buku
dengan udara, di mana dalam skala miskropis,hal ini terjadi akibat
pembentukan dan pelepasan ikatan tersebut Jika permukaan suatu benda
bergeseran dengan permukaan benda lain, masing-masing benda tersebut
melakukan gaya gesekan antara satu dengan yang lain.

1.2 Tujuan

Mempelajari sifat fisik produk pertanian dengan mengukur sudut


friksi dan koefesien friksi.

49
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Friksi (gesekan) mempunyai peran yang sangat penting didalam mekanika
produk pertanian. Friksi selalu muncul dalam beberapa bentuk selama pergerakan
suatu benda dan menentukkan besarnya gaya yang harus diatasi untuk melawan
friksi tersebut. Dalam silo dan bangunan penyimpan yang lain, beban vertikal
pada dinding di tentukan oleh koefisien friksi. Selama pemindahan produk secara
pneumatis, terutama untuk material berkonsentrasi tinggi, friksi antara produk
dengan dinding menentukkan besarnya tenaga untuk pemindahan. Bagian-bagian
peralatan pemindah bahan, seperti screw conveyor, hanya dapat dikuantifikasi
kalau koefisien diketahui. Watak massa produk granular atau biji-bijian sangat
ditentukan oleh koefisien friksi. Proses pengepresan dan pemotongan produk
pertanian juga dipengaruhi oleh friksi. Proses penggulungan dengan suatu poros
yang berputar juga terjadi karena adanya friksi (Yuwana, 2014).

Gaya gesekan adalah gaya yang timbul akibat persentuhan langsung antara
dua permukaan benda dengan arah berlawanan terhadap kecenderungan arah
gerak benda. Jika sebuah balok yang beratnya W diletakkan pada bidang datar
dan pada balok tidak bekerja gaya luas, maka besarnya gaya normal (N) sama
dengan besar berat (W). Sesuai persamaan :
N=W
Gaya normal adalah gaya yang ditimbulkan oleh alas bidang di mana benda di
tempatkan dan tegak lurus terhadap bidang itu.
N = mg cos

50
Sesuai persamaan di atas jika sebuah benda dengan massanya m, benda

pada bidang miring yang lain dengan sudut kemiringan maka besarnya gaya

normal (N) sama dengan mg cos ( Zaelani, 2006).

Gambar : (a) Keadaan benda di bidang datar dan diam. (b) Keadaan benda di
bidang miring dengan beberapa gaya ( Sumber : 1700 Bank Soal Fisika,
2006).
Gaya gesek yang terjadi jika permukaan benda yang bersentuhan ketika benda
belum bergerak disebut gaya gesek statis (fs). Gaya gesek statis maksimum sama
dengan gaya terkecil yang dibutuhkan agar benda mulai bergerak. Ketika benda
telah bergerak, gaya gesek yang terjadi antara 2 benda tersebut berkurang. Gaya
gesek yang bekerja bekerja pada saat benda bergerak adalah gaya gesek kinetik
(fk). Ketika sebuah benda bergerak pada permukaan benda lain, gaya gesek yang
bekerja berlawanan arah terhadap gerak benda. Hasil eksperimen menunjukkan
benda yang kering tanpa pelumas, besar gaya geseknya sebanding dengan gaya
normal ( Halliday, 2001 ).
Besarnya gaya geesk kinetis biasanya meningkat, ketika gaya normalnya
meningkat, biasanya gaya gesekan kinetik fk sebanding dengan besarnya dari gaya
normalnya.
fk = µ k . N
Dimana untuk µk merupakan konstanta koefisien gesek kinetik. Permukaan
yang licin akan mempunyai koefisien gesek kinetik lebih kecil. Sedangkan besar
gaya gaya gesek statis fs adalah
fs = µs. N
Dimana untuk µs adalah koefisien gesek statis. Dalam situasi tertentu gaya
gesekan statis aktual dapat mempunyai besar berapapun antara nol dan nilai
maksimumnya yang diberikan oleh µs.N dalam lambang fs =µs.N (Alonso, 1944).

51
Jenis-Jenis Gerak
Terdapat 2 jenis gaya gerak gesek, antar 2 benda yang padat saling bergerak
lurus yaitu gaya gesek statis dan kinetis yang dibedakan antara titik-titik sentuhan
antara benda kedua permukaanya yang tetap atau saling berganti (Giancoli,
2001).
Konsep-konsep Gaya gesek
Ketika sebuah benda berguling di atas sebuah permukaan ( misalnya bola
yang bergerak di atas tanah). Gaya gesekan yang bekerja tetap ada walaupun lebih
kecil dibandingkan dengan ketika benda tersebut meluncur di atas permukaan
benda lain. Gaya gesek yang bekerja pada benda yang berguling di atas
permukaan benda lain disebut gaya gesek rotasi. Sedangkan gaya gesekan yang
terjadi pada permukaan benda yang meluncur di atas permukaan benda lain
disebut gaya gesek transilasi (Tipler, 1997).

52
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat
 Alat pengukur sudut luncur
 Kotak tanpa alas
Bahan
 Kedelai II
 Gabah padi
 Kedelai I
 Jagung

3.2 Cara kerja


Mula-mula bidang luncur diatur pada posisi horizontal. Kotak tanpa alas
diletakkan pada posisi yang sudah ditentukan. Kotak diisi penuh dengan produk
yang akan diukur. Angkat pelan-pelan ujung bebas dari landasan sampai kotak
tanpa alas tersebut mulai meluncur. Catat besarnya sudut luncur (friksi) pada skala
dan hitung koefisien friksi (tangent sudut) produk yang bersangkutan. Untuk tiap-
tiap produk, ulangi pengukuran sebanyak 3 kali.

53
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. Kedelai II
Pengamatan Berat awal Sudut Cos ϴ loses Bersih
ke
1 475,6 350 0,81 188,9 268,3
2 475,6 360 0,80 160,7 294,4
3 475,6 370 0,79 186,7 264,8

b. Gabah Padi
Pengamatan Berat awal Sudut Cos ϴ loses Bersih
ke
1 552,1 400 0,76 116,6 434,0
2 552,1 350 0,81 144,7 405,0
3 552,1 330 0,83 82,7 462,6

c. Kedelai I
Pengamatan Berat awal Sudut Cos ϴ loses Bersih
ke
1 470,4 330 0,83 196,4 272,2
2 470,4 280 0,88 192,0 272,3
3 470,4 340 0,82 237,0 221,7

d. Jagung
Pengamatan Berat awal Sudut Cos ϴ loses Bersih
ke
1 600 450 1/2√2 210 390
2 600 400 0,76 200 400
3 600 350 0,81 320 260

54
4.2 Pembahasan
Friksi mempunyai peran penting dalam mekanika pertanian. Friksi selalu
muncul dalam beberapa bentuk selama pergerakan suatu benda dan menentukan
besarnya gaya yang harus diatas untuk melawan friksi tersebut. Dalam silo dan
bangunan penyimpanan yang lain, beban vertikal pada dinding ditentukan oleh
koefisien friksi.
Koefisien friksi yang kami hasilkan antara alumanium dengan kayu tidak jauh
berbeda, namun koefisien friksi yang lebih tinggi dimiliki oleh kayu. Perbedaan
koefisien fiksi antara kedua benda tersebut disebabkan oleh perbedaaan kekasaran
landasan. Jelas terlihat bahwa permukaan alumanium lebih merata dibandingkan
permukaan kayu. Sehinga jelas terbukti menurut teori bahwa semakin kasar
permukaan suatu benda, maka kefisien friksi yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Dalam tranportasi produk pertanian, pengetahuan koeffisien friksi benda
sangat dibutuhkan. Misalnya ketika kita mengirim buah kesuatu tempat, saat kita
mengunakan landasan yang halus dalam meletakkan kotak buah tersebut, maka
akan banyak pergerakan yang akan dialami buah yang berakibat banyak buah
yang akan rusak. Tetapi ketika meletkkan buah tersebut dilandasan yang lebih
kasar maka pergerakan akan berkurang, karena gaya gesek (friksi) antara kotak
buah dengan landasan makin tinggi dibandingkan landasan yang pertama.
Pada praktikum friksi ini dilakukan uji terhadap produk dengan menggunakan
landasan alumunium dan tanpa alumunium dengam masing-masing dilakukan tiga
kali pengulangan. Hasil dari uji pada produk kedelai II didapatkan sudut
kemiringan 350, 360 dan 370 dengan cos ϴ yaitu 0,81, 0,80, dan 0,79. Hasil dari uji
pada produk gabah padi didapatkan sudut kemiringan 400, 350, dan 330 dengan
cos ϴ 0,75, 0,81, dan 0,83 . Hasil dari uji pada produk kedelai I didapatkan sudut
330, 280, dan 340 dengan cos ϴ 0,83, 0,88, dan 0,82. Dan hasil uji pada produk
jagung didapatkan sudut 450, 400, dan 350 dengan cos ϴ 1/2√2, 0,76 dan 0,81.
Koefisien Friksi adalah gaya yang timbul akibat persentuhan langsung antara
dua permukaan benda dengan arah berlawanan terhadap kecenderungan arah
gerak benda. Jika sebuah balok yang beratnya W diletakkan pada bidang datar dan
pada balok tidak bekerja gaya luas, maka besarnya gaya normal (N) sama dengan
besar berat (W).

55
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil dari uji pada produk kedelai II didapatkan sudut kemiringan 350, 360
dan 370 dengan cos ϴ yaitu 0,81, 0,80, dan 0,79. Hasil dari uji pada produk gabah
padi didapatkan sudut kemiringan 400, 350, dan 330 dengan cos ϴ 0,75, 0,81, dan
0,83 . Hasil dari uji pada produk kedelai I didapatkan sudut 330, 280, dan 340
dengan cos ϴ 0,83, 0,88, dan 0,82. Dan hasil uji pada produk jagung didapatkan
sudut 450, 400, dan 350 dengan cos ϴ 1/2√2, 0,76 dan 0,81.
Koefisien Friksi adalah gaya yang timbul akibat persentuhan langsung antara
dua permukaan benda dengan arah berlawanan terhadap kecenderungan arah
gerak benda. Jika sebuah balok yang beratnya W diletakkan pada bidang datar dan
pada balok tidak bekerja gaya luas, maka besarnya gaya normal (N) sama dengan
besar berat (W).

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih kondusif dan serius saat sedang praktikum.

56
DAFTAR PUSTAKA

Alonso, Marcello dan Fien Edward J. 1994. Dasar-Dasar Fisika Universitas


EdisiKedua. Jakarta : Erlangga.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 (terjemahan). Jakarta : Erlangga.
Halliday, dkk. 2001. Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.
Yuwana. 2014. Penuntun Praktikum Sifat Fisik Produk Pertanian. Bengkulu :
Universitas Bengkulu
Zaelani, Ahmad, dkk. 2006. 1700 Bank Soal Bimbingan belajar itu Berbeda apa
tidak. Bandung : Yrama Widya.

57

Anda mungkin juga menyukai