Anda di halaman 1dari 5

Pengujian Impact

III.2 Pembahasan Khusus

a. Sifat Ketangguhan (Impact)

Sifat ketangguhan adalah kemampuan suatu bahan/material dalam


menyerap energi atau gaya yang diberikan pada bahan/material tersebut patah (Peer
Group Material, 2008). Energi yang diserap material ini dapat dihitung dengan
menggunakan prinsip perbedaan energi potensial. Proses penyerapan energi ini
akan diubah menhadi berbagai respon material, yaitu

 Deformasi plastis,
 Efek Hysteresis,
 Efek Inersia

Impact test bisa diartikan sebagai suatu tes/pengujian yang mengukur


kemampuan suatu bahan dalam menerima beban tumbuk secara tiba-tiba yang
diukur dengan besarnya energi yang diperlukan untuk mematahkan specimen
dengan ayunan sebagaimana ditunjukan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Alat Uji Impact


Bandul dengan ketinggian tertentu berayun dan memukul specimen.
Berkurangnya potensial dari bandul sebelum dan sesudah memukul benda uji
merupakan energy yang disera oleh specimen. Besarnya energy impact dapat dilihat
pada skala mesin penguji. Sedangkan secara matematis dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :

Gambar 3.2 Sketsa Perhitungan Energi Impact


Pengujian Impact

E0 = m.g.ho……….(1)
E1 = m.g.h1……….(2)

∆E = E1-E0
= m.g(h1-h0)…..(3)
Dari gambar 3.2 didapat
ho = l-l cos α = l(1-cosα)……(4)
h1 = l-l cos β = l(1-cosβ)……(5)
dengan substitusi persamaan 4 dan 5 pada 3 didapatkan :
∆E = m.g.l(cos β- cosα)
Dimana
E0 = energy awal (J)
m = massa pendulum (kg)
g = gaya gravitasi (kg m/s2)
h0 = ketinggian bandul sebelum dilepas (m)
h1= ketinggian bandul setelah dilepas (m)
l = panjang lengan bandul(m)
α = sudut awal
β = sudut akhir

Untuk mengetahi kekuatan impact maka energy impact terebut harus dibagi
dengan luas penampang efektif specimen (A) sehinga :

I = ∆E/A
= m.g.l(cos β- cosα)……..(7)

b. Tipe Notch

Pada suatu konstruksi, keberadaan takik atau nocth sangat berpengaruh pada
kekuatan impact. Adanya takikan yang salah seperti diskontinuitas pada pengelasan
atau korosi local bisa bersifat sebagai pemusat tegangan (stress consentration)
adanya pusat tegangan ini dapat menyebabkan material brittle (getas), sehingga
patah pada beban dibawah yield strength.
Pengujian Impact

Ada tiga macam bentuk takikan pada pengujian impact yakni takikan type
A (V), type B (keyhole) dan type C (U) sebagaimana ditunjukan pada gambar
dbawah ini :

Gambar 3.3 Macam-Macam Bentuk Takikan Pada Specimen Uji Impact


Frakture atau kepatahan pada suatu material dapat digolongkan sebagai
brittle (getas) atau ductile (ulet). Suatu material yang mengalai kepatahan tanpa
mengalami deformasi plastis diakatan patah secara brittle. Sedangkan apabila
kepatahan didahului dengan suatu deformasi plastis dikatakan mengalami patah
secara ductile. Material yang mengalami patah secara brittle hanya mampu
menahan energy yang kecil saja sebelum mengalami kepatahan. Perbedaan
permukaan kedua jenis patahan ditunjukan pada gambar dibawah ini

Gambar 3.4 Pola Patahan Pada Specimen Uji Impact

c. Metode Pengujian Impact

Metode pengujian impact dibedakan menjadi 2 macam yaitu


1. Metode Charpy

Gambar 3.5 Metode Charpy


Pengujian Impact

Pada metode yang sebagaiman ditunjukan pada gambar 3.5 spesimen


diletakan mendatar dan kedua ujung specimen ditumpu pada suatu landasan. Letak
notch tepat ditengah dengan arah pemukulan dari belakang notch.
2. Metode izod

Gambar 3.6 Metode Izod


Pada metode ini sebagaimana ditunjukan pada gambar 3.6 spesimen dijepit
pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah pemukulan dari depan notch.

d. Temperatur transisi

Kemampuan suatu material untuk menahan energy impact sangat


dipengaruhi oleh temperature kerja. Pengaruh temperature terhadap kekuatan
impact setip jenis benda erbeda-beda. Baa karbon merupakan salah satu contoh
logam yang kekuatan impact nya turun drastic bila berada pada temperature yang
sangat dingin. Sebaliknya alumunium adalah contoh logam yang masih mempunyai
kekuatan impact yang cukup tinggi pada temperature yang dingin tersebut. Pada
umumnya kenaikan temperature akan meningkatkan kekuatan impact logam,
sedangkan penurunan temperature akan menurunkan kekuatan impactnya.

Diantara kedua kekuatan impact yang ekstrim tersebut ada satu titik
tempratur yang merupakan transisi dari kedua titik ekstrim tersebut yakni suatu
temperature yang menunjukan perubahan sifat material dari ductile menjadi brittle.
Titik temperature tersebut diebut “temperature transisi”
Terdapat 5 kriteria dalam penentuan temperatur transisi

1. Kriteria pertama adalah T1 dimana temperatur transisi ini diperoleh dari


temperatur pada saat material bersifat 100% ductile menuju brittle. Suhu
transisi ini sering disebut fracture ductility temperature (FDT).
2. Kriteria ke dua adalah T2 yaitu temperatur transisi ada pada titik
dimana fracture appearanceberada pada 50%ductile-50%brittle.
3. Kriteria ke tiga (T3) adalah kriteria yang umum dipakai. Temperatur
transisinya diperoleh dari rumus : Is Transisi = (Is tertinggi + Is terendah) /
2.
Pengujian Impact

4. Kriteria ke empat adalah T4. yaitu perubahan material dari ductile-


brittle menuju brittle setelah melewati Cv = 15 ft-lb.
5. Kriteria ke lima adalah T5 dimana suhu transisinya diperoleh dari
temperatur pada saat material bersifat ductile-brittle menuju brittle 100%.
Temperatur transisi ini sering disebut nil ductility temperature (NDT).
Grafik yang menunjukkan temperatur transisi dapat dilihat pada Gambar 3.7
dibawah ini.

Gambar 3.7 Grafik Temperature Transisi

Anda mungkin juga menyukai