Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 2 No.

1 (Januari-Juni 2016)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

KONSELING INDIVIDUAL DENGAN TEKNIK MODELING SIMBOLIS TERHADAP


PENINGKATAN KEMAMPUAN KONTROL DIRI

Cucu Arumsari
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
e-mail : cucuarum1@gmail.com

Info Artikel Abstrak


Sejarah artikel Penelitian dilakukan pada siswa yang memiliki kontrol diri rendah. Terdapat
Diterima April 2016 peserta didik yang terlibat pergaulan yang negatif di luar sekolah. Tujuan
Disetujui Mei 2016 penelitian ini untuk mengembangkan kontrol diri penelitian menggunakan
Dipublikasikan Juni metode penelitian eksperimen kuasi dengan desain single subject dengan
2016 desain A-B. Penelitian pelaksanaan pengukuran baseline sebanyak tiga kali,
intervensi konseling individu dengan teknik modeling simbolis dilaksanakan
Kata Kunci:
sebanyak empat sesi. Berdasarkan hasil uji percentage non-overlapping data
Konseling individu,
(PND), dapat disimpulkan konseling individu dengan teknik modeling
teknik modeling simbolis secara umum efektif untuk mengembangkan kontrol diri siswa kelas
simbolis, kontrol diri. XI Vijaya Kusuma. Konseling individu dengan teknik modeling simbolis
efektif mengembangkan kontrol diri tiga siswa subjek penelitian pada semua
Keywords: sapek kontrol diri yaitu perasaan dan tingkah laku, disiplin, emosi dan nafsu.
individual counseling,
symbolic modeling
technique, self control.
Abstract
The study was conducted on students who have the self control of as low
simplicity. Many students are involved to negative behaviors. The purpose of
this research to develop self control. The study used a quasi experimental
research method with a single subject design with A-B design. The
implementation of baseline measurement in three times, individual counseling
intervention with symbolic modeling techniques were implemented in four
sessions. The enhancement of simplicity scores based on chart baseline and
intervention analysis by using non-overlapping percentage of data (PND).
This study conclud individual counseling with symbolic modeling techniques
are generally effective to develop the self control of simplicity character of
class XI Vijaya Kusuma. Individual counseling with symbolic modeling
technique effectively develop strength of simplicity self control of three
students as the subjects of study in all aspect of simplicity self control are that
feelings and behavior, discipline, emotion and lust.

© 2016 Universitas Muria Kudus


Print ISSN 2460-1187
Online ISSN 2503-281X

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 1
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 2 No. 1 (Januari-Juni 2016)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

terkontrol seperti perilaku merokok. Perubahan


PENDAHULUAN keadaan dari remaja yang seharusnya belajar
Masa transisi sosial remaja mengalami menjadi remaja yang lebih tertarik merokok
perubahan dalam hubungan individu dengan berkaitan dengan tinggi-rendah kontrol diri.
manusia lain yaitu dalam emosi, dalam Chita, David & Pali (2015) self-control
kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial pada remaja merupakan kapasitas dalam diri yang
dalam perkembangan. Membantah orang tua, dapat digunakan untuk mengontrol variabel-
serangan agresif terhadap teman sebaya, variabel luar yang menetukan tingkah laku.
perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja Kondisi emosi remaja yang tidak stabil membuat
dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam remaja membuat remaja menjadi konsumtif.
masyarakat merefelksikan peran proses sosial- Sebuah penelitian terhadap 37 remaja
emosional dalam perkembangan remaja berusia 16-20 tahun di Jatinangor, kabupaten
(Santrock, 2003). Oleh karena itu diperlukan Sumedang, Profinsi Jawa Barat pada tahun 1998,
kemampuan kontrol atau mengendalikan diri menunjukan bahwa sekitar 80% telah melakukan
dalam proses perkembangan masa remaja. perilaku seksual necking; 70% pernah melakukan
Menurut Bandura (Peterson dan Seligman, petting; dan 65% pernah melakukan premarital
2004) kesederhanaan diterjemahkan ke dalam intercourse. Berdasarkan hasil penelitian synovate
daftar penting psikologis menjadi keberhasilan research tentang perilaku seksual remaja di 4 kota
diri atau pengaturan diri, yaitu kemampuan dengan 450 responden, yaitu Jakarta, Bandung,
melatih untuk memonitor dan mengatur emosi, Surabaya, dan Medan. 44% responden mengaku
motivasi, dan perilaku dari pengaruh luar. mereka sudah pernah punya pengalaman seks
Mekanisme kemampuan mengontrol diri diusia 16 sampai 18 tahun. Sementara 16%
dapat dikatakan sebagai upaya individu yang lainnya mengaku pengalaman seks itu sudah
terjadi pusat prinsip dalam membimbing, mereka dapat antara 13 sampai 15 tahun (Eliasa,
memimpin, dan mengatur tingkah laku sendiri 2008,).
yang utama dan pada akhirnya menuntut individu Menurut Hatta (Kompas, 2008) lebih dari
tersebut mengarah pada keinginannya yang akan 500 jenis video porno yang telah beredar, yang
berdampak positif, Khotifah (Luthfia, 2002). 90% dibuat dan dilakukan oleh remaja Indonesia
Goelman (2005, hlm. 132) kontrol diri yang berstatus pelajar. Menurut Nurhayati (Eliasa,
berupa tanggung jawab yang paling besar ketika 2008, hlm. 1) fenomena prilaku seks pra nikah
seseorang berada dalam lingkungan sekolah atau tidak hanya terjadi di Jakarta. Kasus Narkoba di
kerja adalah mengendalikan suasana hati bisa Indonesia berdasarkan laporan Badan Narkotika
sangat berkuasa atas pikiran ingatan dan Anti Narkoba, pada tahun 2007 ditemui sekitar
wawasan. Bila seseorang sedang marah, maka 22. 630 kasus. Di Jawabarat sendiri, kasus
paling mudah mengingat kejadian yang Narkoba masuk sebagai peringkat 1V dengan
mempertegas dendam itu sendiri, dimana pikiran 1.086 kasus BNN tahun 2007 (Eliasa, 2008, hlm.
menjadi sibuk dengan obyek kemarahan dan sikap 1).
mudah tersinggung akan menjungkirbalikan Kasus siswi 16 tahun kelas XI di Sekolah
wawasan sehingga yang biasanya tampak baik Menegah Atas (SMA) di Subang keperawanannya
kini menjadi pemicu kebencian. dihargai satu unit sepede motor. Alsan
Masa remaja yang mampu mengendalikan kemiskinan membuat banyak keluarga di desa
diri dapat mengatur dirinya kea rah yang lebih kabupaten Subang, Jawa Barat, merelakan
positif, sebaliknya remaja yang tidak mampu anaknya menjadi pekerja seks komersial
mengendalikan diri akan kesulitan menyesuaikan (tribunnews.com, Subang, 2 Februaru 2015).
diri dengan lingkungan sehingga menuntut Selain itu terdapat kasus foto bugil selfie dua
individu tersebut kea rah negatif. siswa SMP yang diunggah melalui akun facebook
Hasil penelitian Runtukahu, Sinolungun & (FB) (tribunnews.com, gunung kidul, 2 Februari
Opod (2015) kontrol diri yang rendah membuat 2015). Terdapat juga kasus 4 remaja yang pamit
remaja tidak mampu mengatur dan mengarahkan mengaji kenyataannya berpacaran mesum di
perilakunya sehingga muncul tindakan tidak Taman Cattelya, Palmerah, Jakarta Barat (warta

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 2
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 2 No. 1 (Januari-Juni 2016)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

kota, Jakarta. 16 September 2014). Kasus anak dibutuhkan sebelum seorang siswa mampu belajar
SD kelas 6 di kabupaten pringsewu meniru dan dengan sukses dari mengamati perilaku model:
dipraktekan ke rekan perempuannya adegan film atensi, retensi, reproduksi motor, dan motivasi.
porno di hp temannya, bahkan juga dilakukan (1) Atensi, yaitu pembelajar harus menruh
kepada anak usia 1,5 tahun (tribunlampung.co.id, perhatian pada model dan secara khusus, pada
Pringsewu, 3 Februari 2015). aspek-aspek yang paling penting dari perilaku
Hasil pengamatan peneliti dan hasil yang ditiru. (2) Retensi, setelah menaruh
wawancara dengan guru BK SMK Muslimin perhatian, pembelajar harus mengingat apa yang
Bandung (25 November 2014), banyak peserta dilakukan oleh model. (3) Reproduksi motor,
didik yang membolos, merokok, terlibat selain atensi mengingat, pembelajar harus secara
pergaulan yang negatif di luar sekolah, yang fisik mampu memproduksi perilaku model. (4)
menunjukan lemahnya karakter peserta didik Motivasi, akhirnya pembelajar harus termotivasi
mengakibatkan terganggunya prestasi peserta untuk memperagakan perilaku model.
didik. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah Modeling simbolis model disajikan
dilakukan melalui wawancara dan observasi melalui bahan-bahan tertulis, audio, video, film
peneliti dengan waka kesiswaan SMK Vijaya atau slide. Modeling simbolis dapat disusun untuk
Kusuma Bandung (02 Februari 2015), terdapat klien individu atau dapat distandarisasikan untuk
siswa yang menjadi sumber kegaduhan disekolah kelompok klien (Nursalim, 2005). Dalam
sehingga mengganggu ketenangan masyarakat mengembangkan modeling simbolis harus
lingkungan sekitar sekolah, selain itu setiap hari memperimbangkan unsur-unsur berikut ;
terdapat siswa yang terlambat datang sekolah, dan karaktersistik klien, perilaku tujuan yang akan
terdapat beberapa siswa yang merokok di luar jam didemonstrasikan atau dimodelkan, sarana yang
sekolah tetapi masih menggunakan seragam digunakan, isi tampilan dan pengujian model
sekolah. (Nursalim, 2005). Dalam tampilan terdapat
Menurut teori pengaturan diri, untuk bisa instruksi, modeling, praktek, umpan balik dan
mencapai kesederhanaan maka seseorang harus ringkasan, dalam proses praktek konseli
mampu mengontrol self-regulation, kehati-hatian, mempraktekan apa yang telah mereka baca,
dan pengampunan (Park & Peterson. 2009b). dengar, atau lihat pada pergaan model dan proses
Kekuatan kesederhanaan, merupakan jenis umpan balik konseli dilatih untuk mengulangi
regulasi emosi dan perilaku, mendasari banyak modeling dan mempraktekan kembali perilaku
perilaku dan terkait dengan kinerja di sekolah dan yang dirasakan sulit (Nursalim, 2005).
prestasi akademik selama sekolah (Shoshani & Menurut Bandura (Alwisol, 2007) orang
Slone 2013). dapat memperlajari respon baru dengan melihat
Dalam rancangan penelitian ini aspek- respon orang lain, melalui observasi orang dapat
aspek kontrol diri diarahkan secara sistematis memperoleh respon yang tidak terhingga
dalam konseling individual teknik modeling banyaknya, yang mungkin tidak diikuti dengan
simbolis. Konseling adalah upaya bantuan yang hubungan atau penguatan, inti belajar dari
diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan observasi adalal modeling.
berpengalaman, terhadap individu-individu yang Fildza (2009) dalam penelitiannya
membutuhkannya, agar individu tersebut menyebutkan dengan teknik modeling konseli
berkembang potensinya secara optimal, mampu tidak lagi malas mengantarkan anaknya ke
mengatasi masalahnya, dan mempu menyesuiakan sekolah, mampu mengendalikan emosinya
diri terhadap lingkungan (Willis, 2010). Dalam sehingga tidak menunjukan bentuk-bentuk pola
program bimbingan layanan konseling terbagi asuh otoriter. Penelitian Yanti, Suarni dan Setuti
menjadi dua yakni konseling individu dan (2013) menunjukan bahwa konseling behavioral
konseling kelompok, konseling individual yang teknik modeling efektif untuk mengembangkan
akan digunakan penelitian dalam prosesnya sikap empati siswa. Efektivitas itu terlihat dari
individu dibantu oleh konselor suasana antar dua rata-rata persentase peningkatan sebelum tindakan
pribadi (Rusmana, 2009). Menurut teori kognitif 61,13% menjadi 72 pada siklus 1 dan tindakan
sosial Bandura (Ormord, 17: 2008) empat kondisi layanan konseling pada siklus II persentase

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 3
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 2 No. 1 (Januari-Juni 2016)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

peningkatannya mencapai 86, 13%. Hal ini sekurang-kurangnya dua kondisi yaitu kondisi
menunjukan bahwa terdapat pengembangan sikap baseline (A) dan kondisi intervensi (B). Oleh
empati sebesar 18, 66% dari kondisi awal ke karena itu, dalam melakukan penenlitian dengan
siklus 1, dan 19, 16% dari siklus 1 ke siklus II. disain kasus tunggal akan selalu ada pengukuran
Hasil penelitian terdahulu yang sudah target behavior pada fase baseline dan
disebutkan menunjukan Konseling Individu pengulangannya pada sekurang-kurangnya satu
Teknik Modeling efektif membantu mengatasi fase intervensi.
masalah yang dialami individu. Berawal dari Desain yang digunkan adalah sebagai
fenomena lemahnya kontrol diri peserta didik, berikut:
maka konseling individul teknik modeling Desain Penelitian Subjek Tunggal
simbolis dirancang untuk membantu peserta didik
meningkatkan kemampuan kontrol diri. Konseling A-B
individual teknik modeling diasumsikan efektif
Sumber: DeMario dan Crowley (Susanto,
membantu peserta didik meningkatkan
Takeuchi & Nakata, 2005: 54)
kemampuan kontrol diri.
Keterangan:
A :baseline (kondisi sebelum baseline)
METODE PENELITIAN
B:treatmen (kondisi saat intervensi diberikan)
Metode penelitian eksperimen kuasi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dengan desain single subject. Menurut Rosnow
dan Rosenthal (Susanto, Takeuchi & Nakata, Penelitian konseling individual dengan
2005) desain subyek tunggal (single subject teknik modeling simbolis ditemukan efektif dapat
research) memfokuskan pada data individu mengembangkan kemampuan kontrol diri. Dari
sebagai sampel penelitian. Susanto, Takeuchi & tiga konseli yang menjadi subjek penelitian
Nakata (2005) Pada disain subyek tunggal ditemukan bahwa setelah diberikan intervensi
pengukuran variabel terikat atau target behavior konseling individual dengan teknik modeling
dilakukan berulang-ulang dengan periode waktu simbolis. Skor kemampuan kontrol diri peserta
tertentu misalnya perminggu, perhari, atau didik meningkat secara signifikan. Secara umum
perjam. Perbandingan tidak dilakukan antar konseling individual dengan teknik modeling
individu maupun kelompok tetapi dibandingkan simbolis untuk mengembangkan kontrol diri
pada subyek yang sama dalam kondisi yang dideskripsikan sebagai berikut.
berbeda. Yang dimaksud kondisi di sini adalah Tabel 4.18
kondisi baseline dan kondisi eksperimen Perbedaan Rata-Rata Skor Kontrol Diri dan
(intervensi). Baseline adalah kondisi dimana Standar Deviasi Antara Baseline (A) dan
pengukuran target behavior dilakukan pada Intervensi (B)
keadaan natural sebelum diberikan intervensi
apapun. Kondisi eksperimen adalah kondisi Nam Rata- Stan Rata- Standar Seli
dimana suatu intervensi telah diberikan dan target a rata dar rata Deviasi sih
behavior diukur di bawah kondisi tersebut. Pada Kon Basel Devi interve Interve
penelitian dengan disain subyek tunggal selalu seli ine asi ntion ntion
dilakukan perbandingan antara fase baseline Basel
dengan sekurang-kurangnya satu fase intervensi. ine
Desain peneilitian yang digunakan adalah JT 48,00 1,73 55,50 5,80 +
single subject design tipe A-B. Hasselt dan 7,50
Hersen (Susanto, Takeuchi & Nakata, 2005). DN 45,67 2,31 53,25 2,87 +
Prosedur disain ini disusun atas dasar apa yang 9,58
disebut dengan logika baseline (baseline logic). SH 45,67 1,15 56,25 4,11 +
Dengan penjelasan yang sederhana, logika 10,5
baseline menunjukkan suatu pengulangan 8
pengukuran perilaku atau target behavior pada

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 4
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 2 No. 1 (Januari-Juni 2016)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Berdasarkan data penelitian dapat Penelitian mengenai kontrol diri


disimpulkan bahwa penerapan konseling individu menunjukan bahwa Oktariani (2012) teknik
dengan teknik modeling simbolis efektif untuk pemodelan efektif meningkatkan pengendalian
mengembangkan kontrol diri peserta didik. Fakta diri (self Kontrol). Penelitian Putri, Nurjahjanti,
ini sesuai dengan temuan-temuan yang Widodo menjelaskan terdapat hubungan negatif
sebelumnya bahwa Hasil Penelitian Oktariani dan signifikan antara intense Perilaku
(2012) teknik pemodelan efektif meningkatkan Organisaional Devian (POD) dan skala kontrol
pengendalian diri (self Kontrol). Penelitian diri. Arah hubungan negatif antara kedua variabel
Susanti (2013) penerapan konseling kelompok tersebut artinya semakin tinggi kontrol diri
strategi modeling simbolis efektif untuk anggota reskrim maka semakin intense POD akan
meningkatkan keaktifan siswa dalam layanan semakin rendah dan senaliknya. Perilaku agresi
informasi. dalam berbagai bentuk penyerangan baik fisik
Ketiga konseli yang diberi intervensi maupun verbal dan tindakan kriminal seringkali
memalui konseling individual dengan teknik diikuti oleh beberapa faktor salah satunya dengan
modeling simbolis memiliki kepribadian yang rendahnya kontrol diri yang dimilki seseorang,
berbeda. Konseli JT memiliki kepribadian Krahe (Auliya & Nurwidawati, 2014).
terbuka, mudah tersinggung, cuek, suka buru- Keefektifan konseling modeling simbolis
buru. Konseli DN memiliki keparibadian ceria, dalam melakukan intervensi masalah kemapuan
ambisius, madiri, tidak peduli dengan kata orang sosial juga di kemukakan oleh Gress & Nagle
lain. Konseli SH memiliki kepribadian pendiam, (Susanti, 2013) menggunakan anak perempuan
tergantung sama orang lain, suka memendam berusia 9 tahun dan anak laki-laki berusia 10
perasaan, mudah mengalah. Konseli SH dan DN tahun sebagai model video yang memperlihatkan
memiliki karakter yang sangat berbeda tetapi kemampuan sosial seperti parstisipasi, kerjasama,
dalam proses konseling mereka mengikuti aktif komunikasi, persahabatan, memulai dan
sesuai kelebihan dan kekurangannya masing- menerima secara positif interaksi dengan teman
masing, sehingga peningkatan skor kemampuan sebaya. Kemapuan sosial yang awalnya kurang
kontrol diri lebih tinggi dibandingkan JT. dapat meningkat setelah diberikan strategi
Kontrol diri mempunyai pandangan, modeling simbolis dengan menggunakan model
siswa dengan masalah kontrol diri siswa belum video yaitu anak berusia 9 dan 11 tahun.
mampu mengendalikan perilaku, perasaan Penelitian Gress & Nagle juga menyebutkan
maupun emosinya. Gottfredson dan Hiraschi penggunaan media video untu memperlihatkan
(Aroma & Suminar, 2012) menyatakan bahwa kemampuan sosial yaitu partisispasi.
individu yang memiliki kontrol diri rendah Sebuah studi Ahmed (2009) yang tampak
cenderung bertindak implusif, lebih memilih untuk melihat apakah akan ada peningkatan
tugas sederhana dan melibatkan kemampuan fisik, pemberian asi oleh ibu dari bayi premature bila
egois, senang mengambil resiko, dan mudah terkena program pendidikan menyusui dipandu
kehilangan kendali emosi karena mudah frustasi. oleh SCT. Enam puluh ibu secara acak ditunjukan
Individu dengan karakteristik ini lebih mungkin unuk berpartsisipasi dalam program ini atau
terlibat dalam hal kriminal dan perbuatan mereka diberi perawatan rutin. Program ini terdiri
menyimapang daripada mereka yang memiliki dari strategi SCT yang menyentuh pada ketiga
tingkat kontrol diri yang tinggi. Willis (Puspita, faktor penentu SCT: pribadi-menampilkan model
2013) siswa yang dapat mampu mengontrol diri tampil menyusui dengan benar, tiga bulan
akan melahirkan hasrat, cita-cita yang tinggi keterampilan peserta diperkuat lingkungan,
tetapi kemampuan untuk mencapainya sangat pastikan mereka berhasil menyelesaikan perilaku.
kurang, sehingga akan menimbulkan kegelisahan Penelitian Desiawati dkk (2014) penerapan
yang akan mengakibatkan tidak dapat kognitif soial dengan teknik modeling dapat
memutuskan perhatian, kurang bersemangat, meningkatkan etika sosial pada siswa. Pada
berbuat sesuka hatinya dan sebagainya, gejala- pelaksanaan siklus I diperoleh peningkatan dari
gejala tersebut diawali oleh lemahnya kontrol diri. keenam orang siswa peningkatan walau hanya
74,25. Pada pelaksanaan siklus II mengalami

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 5
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 2 No. 1 (Januari-Juni 2016)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

peningkatan diatas 80,21% dengan rata-rata disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
peningkatan 5,96% pada siklus II termasuk yang berarti hipotesis yang diajukan dapat
kategori tinggi, dan hasil analisis diperoleh pada diterima.
siklus II. Hasil penelitian Yani dkk (2014)
Penelitian lain dilakukan oleh Hasanah menunjukan bahwa terjadi peningkatan proaktif
(2010) dari hasil perhitungan dengan siswa kelas X BB SMA Negeri 2 Singaraja
menggunakan ANCOVA dapat disimpulkan melalui pemberian layanan bimbingan klasikal,
bahwa teknik modeling simbolis efektif untuk bimbingan kelompok, konseling kelompok dan
meningkatkan penerimaan diri pada siswa kelas konseling individu. Dari hasil penelitian siklus I
XI SMAN 1 Pakong dengan nilai capaian sebesar siswa yang proaktifnya berada pada kategori
2,875. Dari nilai capaian yang diketahui bahwa rendah meningkat menjadi kategori sedangan dan
kelas kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan setelah pemberian layanan pada siklus II proaktif
berupa penayangan film, skor penerimaan dirinya siswa meningkat dari ategori sedang menjadi
lebih rendah 2,875. Kesimpulan penelitian ini tinggi dan sangat tinggi. Berdasarkan penelitian
adalah teknik modeling simbolis efektif untuk tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
meningkatkanpeberimaan diri siswa kelas XI konseling behavioral dengan teknik modeling
SMAN 1 Pakong kabupaten Pmekasan. dapat meningkatkan proaktif siswa kelas X BB
Studi lain dilakukan oleh Astutik (2007) SMA Negeri 2 Singaraja.
dengan menghasilkan kesimpulan modeling Modeling simbolis, model disajikan
simbolis efektif untuk meningkatkan aktivtas melalui bahan-bahan tertulis, audio, video, film
pembelajaran. Hasil penelitian didapatkan bahwa atau slide. Modeling simbolis dapat disusun untuk
ada peningkatan aktivitas pembelajaran, yang klien individu atau dapat distandarisasikan untuk
meliputi enam aspek aktivitas yaitu aktivitas kelompok klien (Nursalim, 2005). Film dan
motorik, aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas televisi menyajikan contoh tingkah laku yang
listening, aktivitas mental dan aktivitas tidak terhitung yang mungkin mempengaruhi
emosional, yang masing-masing mengalami pengamatannya (Alwisol, 2007, hlm. 351).
peningkatan. Membantah orang tua, serangan agresif
Penelitian lainnya oleh Ika (2015) terhadap teman sebaya, perkembangan sikap
menunjukan bahwa teknik modeling simbolis asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa
memberikan pengaruh terhadap minat tertentu serta peran gender dalam masyarakat
kewirausahaan bidang tata busana siswa SMK N merefelksikan peran proses sosial-emosional
7 Purwekerto. Hal ini dibuktikan dengan uji t-test dalam perkembangan remaja (Santrock, 2003),
diketahui bahwa sig< (0.05), mean pada pretes konseli JT, DN dan SH bukan tidak mampu
kelas eksperimen sebesar 99,93 dan pada post-test mengontrol diri, tetapi itu semua belum menjadi
kelas kesperimen sebesar 110,36. Hal ini berarti kebiasaan karena konseli belum menyadari atau
hasil post-test pada kelas kesperimen lebih besar merasakan manfaat dari kontrol diri yang
tercermin dalam pikiran, perasaan, maupun
dibandingkan hasil pre-test.
perbuatan.
Studi lain yang dilakukan oleh Susanti
(2013) menyimpulkan penerapan konseling Pelaksanaan konseling kepada konseli JT
kelompok dengan strategi modeling simbolis berjalan dengan baik karena konseli JT terlibat
dapat meningkatkan tingkat keaktifan siswa aktif dalam mengikuti sesi konseling sehingga JT
dalam layanan informasi. Tingkat analisis yang mudah memahami tujuan dan manfaat sesi
digunakan adalah analisis non parametrik dengan konseling. Konseli DN terlibat aktif dalam sesi
menggunakan uji tanda atau sign test . hasil konseling dari awal sampai kahir. Demikian juga
analisis menunjukan bahwa N= 7 dan X=0 dengan konseli SH mengikuti sesi konseling awal
sampai akhir, walaupun dalan sesi konseling
diperoleh harga =0,008, harga tersebut lebih
konseli SH banyak diam hanya bicara yang
kecil dari dan berada pada daerah penolakan diperlukan sesuai dengan pribadinya yang
untuk =0,05 dengan demikian dapat pendiam.

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 6
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 2 No. 1 (Januari-Juni 2016)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Perubahan yang terjadi pada konseli kelas sosial rendah biasanya antisocial dan
mengarah terhadap peningkatan kontrol diri yang berlawanan dengan tujuan dan norma masyarakat
dilakuakn. Penelitian yang dilakukan menemukan luas, Santrock (Aroma & Suminar, 2012).
bahwa konseli JT, DN SH mengalami Pengakuan konseli SH sangat nyaman
peningkatan mampu mengontrol diri, tetapi dengan pertemanan dilingkungan sekolah, dan
kepada konseli JT terdapat satu aspek yaitu teman bergaul di luarpun teman-teman sekelas
perasaan dan tingkah laku yang tidak meningkat konseli, sehingga ketika ada masalah dengan
terlalu tinggi seperti aspek dualainnya yaitu teman, konseli SH sulit mengontrol diri dari segi
disiplin, emosi dan nafsu. Sedangkan untuk perasaan dia ketakutan ditinggalkan teman-
konseli DN perubahan yang paling kecil temannya, karena merasa tidak memiliki teman
dibanding aspek lainnya yaitu, emosi dan nafsu yang lain dan tidak pintar mnegenal orang baru,
demikian juga dengan konseli SH. Penjelasan akibatnya SH sering berperilaku ingin
diatas diperkuat dengan pernyataan konseli menyendiri. Dari segi disiplin SH kesulitan
sbelum konseling yang menyebutkan dari ketiga mengatur waktu, khususnya dalam masalah
aspek tersebut yang palin mereka sulit kendalikan mengatur waktu untuk ibadah, karena ketika
adalah emosi dan nafsu. Penemuan ini senada konseli bersama teman-temanya konseli lebih
dengan pernyataan Hurlock (Angelina & mementingkan temannya. Begitu juga dalam segi
Matulessy, 2013, hlm. 174) kontrol diri barkaitan emosi konseli lebih sering tidak bisa mengontrol
dengan abagaimana individu mengendalikan emosinya dilingkunag teman-temanya, sehingga
emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya. sering berselisih dalam bentuk kalimat kasar.
Remaja yang memiliki kontrol diri yang Setelah sesi konseling individual dengan
baik, cenderung akan menunda dan mengevalusia teknik modeling simbolis konseli SH mengaku
situasi dan konsekuensi yang akan muncul dari sekarang dia lebih berusaha mengontrol diri mau
perilaku mereka, Miller (Purnamasari & mengenal orang baru, untuk menghilangkan rasa
Wimbrata, 2007). Penelitian ini juga menemukan ketakutan ditinggalkan teman, lebih berusaha
dari ketiga konseli JT, DN dan SH mengaku mengenal temannya, dalam aspek displin konseli
masalah yang paling sering ditemui dan SH mengaku sudah bisa melaksanakan solat
mempengaruhi pikiran, perasaan dan walaupun dalam solat subuh masih sulit tepat
tingkahlakunya adalah masalah di sekolah dengan waktu, karena mengantuk. Konseli SH juga
teman saat bermain ataupun saat pelajaran mengaku sekarang lebih berusaha mengontrol diri
berlangsung. dengan tidak mudah tersinggung perkataan orang
Dari berbagai permasalahan yang lain.
dihadapi konseli DN, JT dan SH juga dipengaruhi Konseli JT termasuk orang yang nyaman
oleh lingkungan kelurga dan latar belakang dengan dirinya sendiri, JT memiliki teman tidak
keluarga, hal ini terlihat dalam pengambilan terlalu banyak tapi cukup intens dengan teman-
keputusan setiap konseli, DN tegas dalam teman terdekatnya, JT sering merasa ketakutan
mengambil keputusan, JT lebih mementingkan juga jika ada masalah dengan temannya. Konseli
kepentingan sendiri, dan SH sangat dipengaruhi JT juga kesulitasn dalam mengatur waktu untuk
oleh sekitarnya. Hal ini senada dengan pernyataan bangun pagi berangkat sekolah. Dan sering tidak
Yusuf (2001) yang mempengaruhi kontrol diri bisa mengontrol diri dilingkungan rumah maupun
seseorang adalah kondisi sosio-emosional sekolah dengan temannya jika ada perkataan
lingkungan, terutama lingkungan keluarga dan maupun perbuatan temnnya yang tidak sesuai
kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan dengan keinginannya.
tersebut cukup kondusif, diwarnai dengan Setelah melakukan setiap sesi konseling
hubungan yang harmonis, saling mempercayai, konseli JT mengakui permasalahan dengan
saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, temannya karena sikap dia yang kurang
maka remaja cenderung memiliki kontrol diri bertanggung jawab, oleh karena itu konseli
yang baik. Hal ini dikarenakan remaja mencapai mengaku berusaha mengontrol diri agar lebih
kematangan emosi oleh faktor-faktor pendukung jujur, kepadaorang disekitar supaya tidak merasa
tersebut. Norma yang berlaku diantara geng di ketakutan lagi. Konseli JT juga mengaku sudah

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 7
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 2 No. 1 (Januari-Juni 2016)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

bisa bangun lebih awal, hal ini dibuktikan dengan didukung dengan pendapat guru di sekolahnya,
tidak telat masuk sekolah, dan juga berusaha lebih SH selalu menjawab ketika ditanya, jadi dalam
sabar, supaya tidak mudah emosi, nafsu atau proses konseling dengan konseli SH selalu
marah kepada setiap permasalahan yang ditemui melalui pendekatan yang cukup lama terlebih
bersama teman. dahulu sampai konseli SH terbuka dan nyaman.
Konseli DN termasuk konseli yang Peneliti menyadari dalam pelaksanaan
cukup percaya diri, sehingga dia tidak begitu konseling dibutuhkan waktu yang lebih banyak
takut dijauhi teman, karena DN mempunyai untuk sesi latihan konseli, tapi karena dibatasi
keterampilan mendekati orang-orang. Tetapi waktu dan tempat yang tidak kondusif, itu adalah
karena kepercayaan dirinya DN sering juga tidak salah satu faktor kesulitan dalam mengungkap
bisa mengendalikan diri sehingga berselisish lebih dalam masalah yang dihadapi konseli SH
dengan temannya menggunakan pukulan. Konseli karena pada dasarnya konseli SH termasuk
DN juga mengalami kesulitan mengerjakan tugas pribadi yang pendiam dan pemalu. Berbeda
rumah karena bosan. Konseli merasa malas dengan konseli SH, konseli JT dan DN cukup
pulang ke rumah yang menagkibatkan pulang terbuka dan aktif dalam proses konseling, JT
telat dan dimarahi ibunya terlihat lebih cepat merasa nyaman dengan
Konseli DN mengaku ada perubahan konselor dan terbuka. Begitu juga dengan konseli
setelah konseling yaitu lebih bisa mengontrol diri, DN, konseli lebih terbuka dan mempunyai
jika ada teman yang membuatnya marah, konseli kepribadian yang ceria dan aktif sehingga
memilih menenagkan diri, menghindar dulu atau konselor mudah memahami dan menggali
menenagkan diri terlebih dahulu sebelum masalah yang terdapat dalam diri konseli.
diselesaikan. Konseli juga mengaku lebih Penelitian ini menggunakan alat ukur angket dan
berusaha mengerjakan setiap tugas tepat waktu. wawancara, angket diisi konseli setelah selesai
DN juga mengaku lebih tepat waktu pulang ke sesi konseling. Walaupun setiap angket yang
rumah karena merasa kasian pada ibunya yang sama konseli terlihat serius dalam mengisi angket,
bekerja sendiri. Permasalahan konseli diatas dibaca setiap butir dan dengan waktu yang cukup
sesuai dengan pernyataan Individu dengan kontrol lama. Wawancara juga digunakan penelitian
diri yang rendah memiliki kecenderungan untuk sebagai alat ukur kepada guru pendamping, dan
menjadi implusif, senang berperilaku beresiko, kepada siswa yang sekelas dengan konseli, setelah
dan berpikiran sempit. Pengendalian diri sesi konseling berakhir kemajuan apa saja yang
mengharuskan seseorang untuk membuat dilihat lingkungan kepada konseli.
keputusan dan bertindak sesuai dengan jangka Hasil penelitian terbukti efektif untuk
panjang daripada hasil jangka pendek (Ainslie & mengembangkan kontrol diri, hal tersebut dapat
Haslam, 1992; Thaler, 1991; Trope & Fishbach, dilihat adanya bukti konseli JT mampu bersikap
2000; Wertenbroch, 1998; Fuzita, Trope, lebih baik pada orang yang menyakitinya, mampu
Liberman, Sagi). berteman dengan semua orang, mampu
Synder dan Gengestad (Ghufron & mengerjakan tugas lebih tepat waktu dan bisa
Risnawita, 2010) menyatakan konsep kontrol diri lebih mengendalikan emosi. Konseli DN juga
secara langsung sangat relevan untuk melihat menjadi lebih baik dengan lebih bisa menghargai
hubungan antara pribadi dengan lingkungan temannya begitu juga dengan SH yang sudah bisa
masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat lebih mengendalikan emosi ketika menemukan
yang sesuai dengan isyarat situasional dalam situasi yang tidak menyenangkan.
bersikap dan berpendirian yang efektif. Konseli Hasil observasi dalam penelitian dapat
JT, DN dan SH sesuai dengan pendapat Gunarsa disimpulkan konseli JT, DN dan SH mengikuti
tersebut. Seperti konseli JT yang sering bentak- proses konseling dengan baik, sesi pertama
bentak teman dan sepupunya, begitu juga dengan konseling konseli JT, DN dan SH dalam kategori
konseli DN dan SH yang jarang mau menuruti cukup, dalam sesi kedua, tiga dan empat konseli
perintah orangtuanya karena sedang asyik sendiri JT, DN dan SH dalam kategori baik, untuk
dan sulit dispilin mengerjakan tugas. Konseli SH konseli DN dan SH sesi ketiga dan keempat
temasuk pribadi yang pendiam begitu juga memiliki skor sama tetapi dengan aspek

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 8
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 2 No. 1 (Januari-Juni 2016)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

peningkatan yang berbeda dalam setiap sesi kontrol diri yaitu perilaku dan perasaan, disiplin,
konseling. emosi dan nafsu.
Sejumlah penelitian mengenai teknik
modeling simbolis efektif dalam meningkatkan REKOMENDASI
aktivitas pembelajaran pada siswa kelas V SD Berdasarkan kesimpulan, maka
(Astutik, 2011). Penelitian Aswatun (2010) rekomendasi penelitian ditujukan kepada kepala
modeling simbolis juga dapat menigkatkan sekolah, konselor (guru BK) dan bagi peneliti
penerimaan diri siswa kelas XI SMA. Begitu juga selanjutnya. Rekomendasi masing-masing pihak
dengan penelitian Sulistiana (2014) teknik adalah sebagai berikut:
modeling simbolis dapat menigkatkan 1. Kepala sekolah dapat menyediakan
kepercayaan diri siswa. Temuan ini meberikan fasilitas seperti ruang bimbingan dan
penguatan bahwa konseling individu dengan konseling BK yang tepisah dengan
teknik modeling simbolis memberikan dampak ruangan guru, menyediakan guru
yang positif dalam membantu permasalahan bimbingan dan konseling yang mempunyai
peserta didik. kualifikasi keilmuan bimbingan dan
konseling, serta memfasilitasi kegiatan
guru untuk meningkatkan kemampuan
kontrol diri siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN 2. Bagi konselor
Konseling Individual dengan Teknik Hasil penelitian menunjukan konseling
Modeling Simbolis Adalah untuk Meningkatkan individu dengan teknik modeling efektif
Kemampuan Kontrol Diri. Gambaran kontrol diri dalam meningkatkan kemampuan kontrol
siswa kelas XI SMK Vijaya Kusuma memiliki diri. Konselor perlu mulai menggunakan
kemampuan kontrol diri pada kategori tinggi, konseling individu dengan teknik
sedang dan rendah. Secara rata-rata kelas XI modeling simbolis untuk membantu
SMK Vijaya Kususma memiliki kemampuan peserta didik menyelesaikan masalah yang
kontrol diri pada kategori sedang. dihadapi, khususnya yang terkait dengan
Intervensi yang telah diberikan hasilnya meningkatkan kemampuan kontrol diri.
dapat disimpulkan bahwa konseling. Individu 3. Bagi peneliti selanjutnya
dengan teknik modeling efektif meningkatkan Penelitian ini menggunakan desain subjek
kemmpuan kontrol diri. Dapat dilihat adanya tunggal A-B yang tidak mengukur setelah
peningkatan skor kemampuan kontrol diri selesai diberikan intervensi, sehingga
berdasarkan analisis grafik baseline dan peneliti selanjutnya dapat menggunakan
intervensi. Berdasarkan hasil uji percentage non- design penelitian single subject A-B-A
overlapping data (PND), berdasarkan teknik dua bisa juga A-B-A-B sehingga bisa
standar deviasi dan berdasarkan koefisien nilai mengukur kembali setelah diberi intervensi
determinasi menunjukan konseling individual yang lebih mempertajam konsistensi
dengan teknik modeling simbolis efektif setelah intervensi.
meningkatkan kontrol diri konseli JT, SH dan
DN. Selain itu hasil pengamatan guru konseli
hasilnya menunjukan bahwa konseli merasakan DAFTAR PUSTAKA
perubahan kemampuan kontrol diri. Berdasarkan Alwisol. (2007). Psikologi Kepribadian. Malang:
uji empirik, dapat disimpulkan konseling individu UMM
dengan teknik modeling simbolis secara umum Aroma, Iga Serpianing & Suminar, Dewi Retno.
efektif untuk mengembangkan kemampuan (2012). Hubungan Antara Tingkat Diri
kontrol diri siswa kelas XI Vijaya Kusuma. Dengan Kecenderungan Perilaku
Konseling individual dengan teknik modeling Kenakalan Remaja. Journal Psikologi
simbolis efektif meningkatkan kemapuan kontrol Pendidikan dan Perlembangan. Universitas
diri tiga siswa subjek penelitian pada semua apek Airlangga Surabaya.

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 9
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 2 No. 1 (Januari-Juni 2016)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Angelina, Dika Yuniar & Matulessy, Andik. Diri Kelas XI SMA Negeri 1 Pakong
(2013). Pola Asuh Otoriter, Kontrol Diri Kbupaten Pamekasan. Malang: UNM
dan Perilaku Seks Bebas Remaja SMK.
Ika, Widyawati. (2015). Pengaruh Teknik
Persona, Jurnal Psikologis Indonesia
Modeling Simbolis Terhadap Minat
Auliya, Miftahul & Nurwidawati, Desi. (2014). Kewirausahaan Bidangn Tata Busana
Hubungan Kontrol Diri dengan perilaku Siswa SMK Negeri 7 Purwerejo Kabupaten
Agresi Pada Siswa SMA Negeri I Padang Purwerejo.http:
Bojonegoro. UNESA. Surabaya //eprints.uny.ac.id/d/eprint/13029.
Ahmed, A. (2009). Pengaruh menyususi program Luthfia, Nita. (2007). Hubungan Kontrol Diri
pendidikan berbasis bandura kognirtif dengan Motivasi Berprestasi Siswa SMA N
teori sosial menyusui hasil kalangan ibu 1 Sutojayan. Skripsi Tidak diterbitkan
dari premature bayi. Perawatan medwest Malang: UIN
resesach conference Society.
Nursalim, Mochamad. (2005). Strategi Konseling.
Astutik, endang. (2007). Efektifitas teknik Surabaya: UNESA
modeling simbolis dalam meningkatkan
Ormord, Jeanes Ellis. (2009). Psikologi
aktivitas pembelajaran pada siswa kelas V
Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
SDN Sakaran 01 Gunungpat. Semarang:
Berkembang. Jakarta: Erlangga
UNES
Oktarini, Ira. (2012).Efektivitas Teknik Modeling
Chita, David & Pali. (2015). Hubungan Antara
Untuk Peningkatan Pengendalian Diri
Self-Control dengan Perilaku Konsumtof
Siswa. Bandung: UPI. Tidak di
Online Shopping Produk Fashion pada
publikasikan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011. Peterson, Cristopher & Seligman, Martin E. P.
Journal e- Biomedik (eBm), Volume 3, (2004) Character Strength and Virtues: A
Nomor 1, Januari-April 2015 Handbook and Classification. Oxford:
Oxford University Press.
Desiawati dkk. (2014) Penerapan Konseling
Kognitif Sosial dengan Teknik Modeling Park, N & Petrson, C. (2009b). Kekuatan
untuk Meningkatkan Etika Sosial Pada Karakter di Sekolah. New York:
Siswa Kelas XI SMK Negeri Singaraja. E- Routledge.
Journal Undiksa Bimbingan dan Konseling
Purnamasari, Santi Esterlita & Wimbrata, Supra.
Elliasa, Eva. (2008) . Peran Bimbingan dan (2007). Efektivitas Pendidikan Seksualitas
Konseling dalam Pendidikan Karakter Terhadap Peningkatan Kontrol Diri Pada
Siswa (kajian psikologi berdasarkan teori Remaja Putri yang Telah Aktif Secara
sistem ekologis). Yogyakarta: UNY Seksual. Publikasi Tesis
Fildza, Ziyadatul. (2009). Bimbingan Konseling Puspita, Minda, Erlamsyah & Syahniar. (2013).
Islam dengan teknik Modeling dalam Hubungan Antar Perlakuan Orangtua
Mengatasi Pola Asuh Otoriter Orang Tua. dengan Kontrol Diri Siswa di Sekolah.
Surabaya: Skripsi IAIN Sunan Ampel Jurnal Ilmiah Konseling.http:
//ejournal.unp.ac.idindex.phpkonselor
Fujita, Kentaro & Trope, Yaacov. (2006).
Construal Levels and Self-Control Journal Rutukahu, Sinolungun & Opod. (2015).
of Personality and Social Psychology. Hubungan Kontrol Diri dengan Perilaku
American Psychological Association Merokok Kalangan Remaja di SMKN 1
Bitung. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume
Goelman, Daniel. (2005). Kecerdasan Emosi
3, Nomor 1, Januari-April 2015.
untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama Suntrock. (2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga
Ghufron, M Nur dan Rini Risnawati. (2010). Susanti, Amelia Rizky. (2013). Penerapan
Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar- Konseling Kelompok dengan Strategi
Ruzz Media Modeling Simbolis untuk Meningkatkan
Keaktifan Siswa Dalam Layanan
Hasanah, Uswatun. (2010). EfektifitasTeknik
Informasi. Surabaya: Universitas Negeri
Modeling Simbolis (Symbolic Model)
Surabaya
Sebagai Upaya Peningkatan Penerimaan

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 10
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 2 No. 1 (Januari-Juni 2016)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Sulistiana, Yustica Candra. (2014). Upaya


Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Willis, Sofyan S. (2010). Konseling Individual
Melalui Layanan Konseling Kelompok Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta
Dengan Teknik Modeling Simbolik. Kudus:
UMK Warta Kota. (2014). Ngakunya Ngaji, 4 ABG
Malah Buka-Buka Celana d iTaman
Susanto, Takeuchi & Nakata. (2005). Pengantar Cattleya. Diakses dari:http:
Penelitian dengan Subyek Tunggal. Center //wartakotatribunnews.com/2014/09/16/nga
for Research on International Cooperation kunya ngaji-4-abg-inimalah-bukabuka-
in Educational Development (CRICED) celana-di-taman-cattleya?page=4
University of Tsukuba
Yanti, Suarni dan Setuti. (2013). Penerapan
Tribunnews. (2015). Foto Selfie Bugil Siswi SMP Model Konseling Behavioral Teknik
di Wonosari Ternyata Disebar Oleh Modeling untuk Mengembangkan Sikap
Temannya: http: Empati Siswa Kelas XC UPW SMKN 1
//www.tribinnews.com/regiona Singaraja. Universitas Pendidikan
l/2015/02/02/foto-selfie bugil-siswi-smp- Ganesha.
diwonosari-ternyata-disebar-oleh-temannya
Yani, dkk (2014). Konseling Behavioral Dengan
Tribun Lampung. (2015). Meniru Adegan Film di Teknik Modeling Dapat Meningkatkan
HP Temannya, anak SD Praktik ke Proaktif Siswa Kelas X BB SMA Negeri 2
Temannya. Diakses dari: http: Singaraja. E-journal Undiksa Bimbingan
//lampung.tribunnews.com/2015/02/03/me Konseling
niru adegan-film-porno-di hptemannya-
anak-sd-praktik-ke-temannya

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 11

Anda mungkin juga menyukai