PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tahun diperkirakan 529.000 wanita di dunia meninggal sebagai akibat
komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan, sehingga diperkirakan terdapat
angka kematian maternal sebesar 400 per 100.000 kelahiran hidup (estimasi kematian
maternal dari WHO/ UNICEF/ UNFPA tahun 2011). Hal ini memiliki arti bahwa satu
orang wanita di belahan dunia akan meninggal setiap menitnya.
Di indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah besar. Pada
tahun 2006, angka kematian ibu (AKI) masih menduduki urutan tertinggi di negara
ASEAN yaitu 307/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB)
sebesar 37/1000 kelahiran hidup (Depkes, 2007).
Setiap wanita hamil mempunyai potensi resiko komplikasi persalinan dengan dampak
ketidaknyamanan, ketidakpuasan, bahkan kematian. Preeklampsia merupakan suatu
penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan yang hingga kini penyebabnya masih
belum diketahui dengan pasti, yang ditandai dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi,
edema dan proteinuria yang masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab
kematian perinatal yang tinggi , untuk mendeteksi preeklamsia sedini mungkin dengan
melalui pemeriksaan kehamilan secara teratur mulai trimester I sampai trimester III dalam
upaya mencegah preeklampsia menjadi lebih berat. ( Wiknjosastro, 2008)
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh
kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini
dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi.Preeklampsia hampir secara eksklusif
merupakan penyakit pada nullipara.Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan
umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari
35 tahun.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya pre-eklampsia
pada saat kehamilan
2. Tujuan Khusus
1) Mengukur besar risiko faktor umur ibu hamil terhadap terjadinya preeklampsia
berat
2) Mengukur besar risiko paritas terhadap terjadinya preeklampsia berat.
3) Mengukur besar risiko jarak kehamilan terhadap terjadinya preeklampsia berat
4) Mengukur besar risiko kehamilan ganda terhadap terjadinya preeklampsia berat.
C. Manfaat
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman
yang sangat berharga dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan, khususnya
pada kasus preeklampsia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan bagaiman hypertensi terjadi
setelah kehamilan ke-20 minggu pada wanita sebelum memiliki tekanan darah normal
( Prawira hardjo,2008). Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospatik, yang
melibatkan banyak system dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria.
Diagnosis preeklamsia secara tradisional didasarkan pada adanya hipertensi disertai
proteinuria dan edema ( Willis,Blanco,1990).
Hipertensi didefinisikan sebagai pningkatan tekanan sistolik dan diastolic melebihi
140/90 mmhg. Jika tekanan darah itu pada trismester 1 diketahui, maka angka tersebut
dipakai sebagai patokan dasar tekanan darah ibu. Dengan informasi tersebut definisi
hipertensi ialah kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar 30mmhg atau lebih, tekanan
diastolic sebesra 15mmhg diatas nilai tekanan darah dasar ibu. Peningkatan tekanan
darahharus terjadi sekurang kurangnya dalam 2x pemeriksaan dengan jarak 4-6 jam
( Fairlie,Sibai,1993 ).
Proteinuria ditandai dengan ditemukannya protein dalam urin 24jam kadarnya melebihi
0,3gr/L, atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan lebih dari 2 atau 1g/L atau lebih dalam
urin yang dikeluarkan dengan kateter yang diambil minimal 2x dengan jarak waktu 6 jam.
Umunya protein uria timbul lebih lambat, sehingga harus dianggap tanda yang serius.
Udema tidak lagi perlu menjadi dasar diagnosis preeklamsia ( Sibai, Rodriguez,1992 ).
Jika ada edema merupakan suatu akumulasi cairan interstisial umumnya setelah 12 jam
tirah baring atau peningkatan BB 2kg per minggu. Pada keadaan tersebut ada hipertensi
atau protein uria, edema harus dievalusi sebagai refleksi edema organ akhir dan
kemungkinan hipoksia organ.
Preeklampsia atau toksemia umumnya terjadi pada trimester ketiga. Persentasenya
adalah 5-10% kehamilan. Kecenderungannya meningkat pada faktor genetis. Berbeda
dengan tekanan darah tinggi menahun, preeklampsia ialah kondisi peningkatan tekanan
darah yang terjadi ketika hamil. Preeklampsia lebih sering terjadi pada ibu yang
mengalami kehamilan yang pertama kali (7%). Wanita yang hamil berusia 35 tahun,
hamil kembar, menderita diabetes, tekanan darah tinggi dan gangguan ginjal juga
mempunyai risiko menderita preeklampsia. Sejauh ini, penyebab gangguan ini
belum diketahui secara pasti. Diduga penyebab preeklampsia adalah penyempitan
pembuluh darah yang unik (Indiarti, 2009).
B. Etiologi
Etiologi preeklampsia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Banyak teori
dikemukakan, tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban yang memuaskan. Oleh
karena itu, preeklampsia sering disebut sebagai “the disease of theory”. Teori yang dapat
diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut7:
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero
plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia.
Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi
arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari
sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh
yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
D. Klasifikasi
6. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat memengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak
dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi
biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan
lebih mudah menerima gagasan baru (Notoatmodjo,2003).
1) Jika tekanan darah diastolik berkisar 80-90 mmHg atau naik kurang dari 15
mmHg dan tidak ditemukan proteinuria, wanita tersebut diizinkan untuk tinggal
di rumah dan dianjurkan untuk beristirahat sebanyak mungkin. Pada setiap
kunjungan:
a. Memeriksa tekanan darah.
b. Memeriksa urine untuk menemukan adanya protein.
c. Menimbang berat badan pasien.
d. Memeriksa untuk menemukan adanya edema.
e. Meminimalkan gejala-gejala pre-ekalmpsia berat.
f. Memantau pertumbuhan janin, tanyakan pada ibu tentang gerakan janin
g. Memeriksa denyut jantung janin.
Perawatan dilakukan di rumah sakit bila :
a. Tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau meningkat lebih dari 15
mmHg, jika ada gejala preeklampsia berat, atau jika ditemukan adanya
pertumbuhan buruk pada janin, wanita tersebut harus masuk ke rumah sakit
untuk diobservasi dan diberikan penatalaksanaan.
3. Diet biasa.
Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit: diet biasa,
https://galeriabiee.wordpress.com/kumpulan-askep/askep-maternitas/asuhan-
keperawatan-pada-pasien-dengan-preeklampsia/
http://hartokambaton.blogspot.co.id/2012/04/keperawatan-maternitas-askep-pada-
bumil.html
http://atiyah27.blogspot.co.id/2012/09/pre-eklamsi-ringan.html