Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

“Wall Street Stock Market Crash, Enron dan Konvergensi Menuju IFRS”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5 dengan anggota:

No. Urut
No Nama Mahasiswa NPM Daftar Paraf
Hadir

1 Anis Anjala Widyanti 1401170076 2

2 Desi Arining Tyas Utami 1401160263 5

3 Fendy Ardiansyah Alfan 1401170095 8

4 Muchammad Cholid Muttaqin 1401170126 18

5 Tegar Putra Wijayanto 1401170175 31

KELAS 7 - 1

PRODI D-IV AKUNTANSI ALIH PROGRAM

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

BULAN SEPTEMBERTAHUN 2017


Keruntuhan Wall Street (1929)

KeruntuhanWall Street(Wall Street Crash) terjadi pada pertengahan Oktober 1929.


Kejadian tersebut merupakan titik puncak dari hyper-growth nilai saham selama kurun waktu
1925-1929. Nilai saham melonjak 30 kali lipat. Indeks harga Dow Jones Industrial Average
(DJIA) melambung hingga 500%. Pertumbuhan yang sangat pesat tersebut tidak dapat terus
dipertahankan, sehingga pada akhirnya semua itu harus jatuh.

Diawali pada Kamis, 24 Oktober 1929, atau disebut juga Black Thursday, nilai saham
saat itu mengalami penurunan terbesar dalam kurun waktu lima tahun. Pada pekan
berikutnya, ternyata indeks harga DJIA terus menurun sebesar 20%. Kondisi tersebut
memicu ketakutan lebih banyak investor dan membuat mereka beramai-ramai menjual
sahamnya. Beberapa upaya penyelamatan telah dilakukan, namun tidak mampu memberi
dampak. Akhirnya nilai saham anjlok sebesar 90% dari titik puncaknya di tahun 192 9.

Pada kisaran waktu tersebut, nilai kredit yang dikucurkan perbankan Amerika berada
pada titik yang cukup tinggi. Beberapa literatur menyebutkan bahwa dana tersebut banyak
digunakan untuk pembelian saham. Saat terjadi Black Thursday, investor yang memeroleh
dana dari pinjaman bank mulai berbondong-bondong melepas sahamnya. Harga semakin
anjlok, sehingga tidak banyak uang pinjaman yang dapat diselamatkan. Kejadian itu
berdampak langsung pada perbankan dimana nasabahnya tidak mampu mengembalikan
utang.

Black Monday Wall Street 1987

Tanggal 10 Oktober 1987 bursa di Wall Street dijuluki sebagai “Black Monday” atau
Senin Hitam dikarenakan harga saham jatuh dalam kurun waktu sat hari. Pada saat itu
suasana berubah secara tiba-tiba, pesanan untuk menjual terus berdatangan. Menurut
susenti “Sekitar 50.000 saham untuk 40 dollar, lalu 50.000 untuk 30 Dollar, dan 100.000
untuk 28 dollar. Harga yang tidak masuk akal”. Indeks Dow Jones Industrial (DJIA) merosot
jauh hingga 508 poin, hingga hilang 22,6% dari nilainya. Sedangkan, indeks S&P 500 juga
terjun dari 282,7 menjadi 225,06 poin (20,4). Penyebab dari jatuhnya saham tersebut masih
simpang siur. Banyak pihak yang berasumsi, beberapa berpendapat karena robot dalam
transaksi perdagangan, adanya perdagangan produk derivative, penaksiran harga dan nilai
yang berlebihan, hilangnya likuiditas, dan beberapa menganggap karena psikologi pasar.

Rhichard Syla melihat penyebab krisis dari dua sudut pandang, dari sisi makro dan
dari sisi alasan internal. Dari sisi makro, Syla menganggap konflik internasilonal dalam hal
valas dan tingkat suku bunga dan khawatir kenaikan akan inflasi menjadi penyebab jatuh.
Dari sisi alasan internal, inovasi bursa berjangka dan asuransi portofolio yang dijadikan
penyebab jatuhnya saham. Teori lainnya adalah karena konflik kebijakan moneter antara
negara G7 yang menopang dollar dan membatasi inflasi, serta memperketat kebijakan
keuangan. Brady Commission berpendapat bahwa tidak sinkronnya operasi bursa saham
dengan bursa ferivatif menjadi penyebab utama jatuhnya pasar saham. Pada saat kondisi
ini, perdagangan di pasar keuangan tidak dapat mengakomodasi transaksi penjualan dalam
jumlah bersar. Sampai tanggal 19 Oktober 1987, banyak saham di bursa New York yang
tidak diperdagangkan dikarenakan para pialang tidak dapat menemukan pembeli yang
cukup untuk membeli saham yang ditawarkan.

1
Resume Kasus Enron

Enron adalah perusahaan Energi Amerika Serikat yang didirikan oleh Kenneth Lay pada
tahun 1985 setelah merger antara perusahaan Housten Natural Gas dan InterNorth.
InterNorth sendiri merupakan perusahaan induk (holding) yang dibentuk pada tahun 1979
untuk perusahaan Northern Natural Gas Company, Northern Liquid Fuels Company,
Northern Petrochemicals Company, Northern Propane Gas Company, Northern Border
Pipeline Company dan People's Natural Gas.

Jeff Skilling, seorang konsultan McKinsey membujuk Enron untuk mendirikan Bank Gas
dimana pembeli dan penjual gas dapat bertransaksi satu sama lain menggunakan perantara
(Enron) yang pengaturan kontraknya akan memberi kedua pihak keandalan dan
prediktabilitas mengenai penetapan harga dan pengiriman. Enron merekrutnya untuk
menjalankan bisnis ini dan dengan cepat dia membangun sebuah operasi perdagangan gas
besar yang sangat sukses.

Visi Skilling untuk Enron adalah menjadi perusahaan raksasa yang ringan aset dan
tujuan selanjutnya adalah listrik. Lay mencoba untuk melobi di Washington untuk deregulasi
pasokan listrik, dan untuk mengatasinya, Enron membeli pembangkir listrik di California.
Kenneth Lay akhirnya menunjuk Jeff Skilling sebagai Chief Operating Officer.

Setelah mengamati fenomena dotcom (internet) Skilling memutuskan agar Enron dapat
menciptakan bisnis yang berbasis pada jaringan broadband yang dapat memasok dan
menukar bandwidth dan dia mulai membangun infrastuktur yang tidak murah ini dengan
sangat cepat.

Percobaan melobi deregulasi listrik tidak berhasil sehingga investasi asset pembangkit
listrik di California seolah menjadi sia-sia dan ekspansi bisnis internasional tidak didukung
oleh administrasi yang memadai dan banyak kontrak yang tidak bisa dipenuhi. Maka Enron
kemudian mengambil keputusan untuk membangun kehadiran internasionalnya dengan
menjadi pemimpin global di industri air dan membeli sebuah perusahaan air besar di Inggris
setelah mendapat kontrak besar di Argentina. Pada saat ini, Enron masih dipandang
sebagai salah satu perusahaan terbesar di dunia dengan market cap mencapai $60 miliar
pada tahun 2000.

Ekspansi yang cepat berjalan dengan ini melebihi kemampuan Enron untuk
mendanainya, dan untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan tersebut secara rahasia
membuat off-balace sheet yang kompleks. Ini tentu saja berarti Enron tidak menghasilkan
arus kas yang memadai dan lancar, sementara mengeluarkan banyak investasi untuk
ekspansi. Kecurigaan tumbuh mengenai pendapatan Enron yang dimanipulasi. Saat inilah
banyak masalah yang Enron hadapi mulai dari fenomena dotcom yang berakhir, bisnis
tenaga internasional yang gagal, bisnis broadband harus ditutup, bisnis air ambruk dan
bisnis layanan listrik mengalami masalah serius di California. Harga saham Enron mulai
meluncur dan Skilling, yang ditunjuk menjadi Chief Executive Officer pada bulan Januari
2001, mengundurkan diri pada bulan Agustus 2011.

Harga saham Enron kemudian dengan cepat menurun. Bank menolak memberikan
pinjamanan keuangan lebih lanjut, pemasok menolak untuk memasok dan pelanggan
berhenti membeli. Pada awal Desember 2001, Enron mengajukan kebangkrutan terbesar
pada saatnya dengan market cap mencapai $63.4 miliar.

2
Hal ini juga mengakibtakan tutupnya salah satu firma akuntan dan auditor terbesar
dunia, Arthur Andersen, yang dianggap telah berkompromi standar profesionalnya dalam
berurusan dengan kliennya Enron. Arthur Andersen dituduh menerapkan standar yang tidak
baik dalam auditnya karena adanya konflik kepentingan atas biaya konsultasi yang
signifikan yang akan diterima. Selama tahun 2000, Arthur Andersen menerima $ 25 juta
untuk biaya audit dan $ 27 juta untuk biaya konsultasi (jumlah ini menyumbang sekitar 27%
dari biaya audit klien publik untuk kantor Arthur Andersen di Houston). Metode auditor
dipertanyakan karena diselesaikan hanya untuk mendapatkan pembayaran tahunannya
atau karena kurangnya keahlian dalam meninjau secara tepat pengakuan pendapatan,
entitas khusus, derivatif, dan praktik akuntansi lainnya Enron.

Sebagai jawaban tuntutan publik atas terjadinya skandal Enron yang juga ternyata
melibatkan Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam kelompok “Big Five”, Arthur
Anderson, disahkanlah Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2002. Akta (Undang-undang) ini
diberi nama sesuai dengan dua pencetusnya yaitu, Paul Sarbanes (Senator partai Demokrat
dari negara bagian Maryland) dan Michael G.Oxley (Representatif partai Republik asal
negara bagian Ohio). Pada dasarnya pemerintah mengatur perusahaan melalui berbagai
cara. Tujuannya adalah agar perusahaan-perusahaan dapat bersaing secara sehat, tidak
merugikan masyaratak secara umum, mendapatkan kepercayaan para investor dan juga
tidak merusak lingkungan secara berlebihan

Kasus Enron menodai praktik akuntansi karena banyaknya pelanggaran pelanggaran


etika akuntansi yang dilakukan. Institute of Management Accounting (IMA) telah
menerapkan beberapa standar etik dalam akuntansi. Beberapa etik IMA yang dilanggar oleh
Enron adalah:

1. Kompetensi

a. Perusahaan menerapkan sistem akuntansi mark-to-market untuk menentukan


pendapatan di masa depan yang tidak wajar.
b. Pembentukan banyak Special Purpose Entity untuk menyembunyikan utang yang
banyak.

2. Integritas

a. Perusahaan melakukan kerja sama yang tidak sehat dengan pejabat dan petinggi di
negara Amerika Serikat untuk mendapatkan keuntungan yang besar dalam kegiatan
bisnisnya.
b. Masa kerja dengan firma Arthur Andersen melebihi 5 tahun dan banyak mantan
karyawan Andersen bekerja di Enron sebagai staf akunting yang menyebabkan
kehilangan indepedensi dan integritas terhadap firma Arthur Andersen.

3. Kredibilitas

a. Perusahaan melakukan kerja sama yang tidak sehat dengan kantor akuntan Arthur
Anderson dan menjadikan laporan keuangannya dan Laporan Hasil Audit tidak dapat
dipertanggung jawabkan

3
Berdasarkan jurnal “Konvergensi Menuju IFRS (InfoArtha, 2010) dan/atau sumber lain

Mengapa perlu IFRS? Tidak cukupkah PSAK lokal?

International Financial Reporting Standards (IFRS) adalah standar pencatatan dan pelaporan
akuntansi yang berlaku secara internasional dengan tujuan memberikan kumpulan standar
penyusunan laporan keuangan perusahaan di seluruh dunia.IFRS telah banyak digunakan di negara-
negara di dunia. Saat ini, lebih dari 120 negara mengharuskan penggunaan IFRS untuk perusahaan
publik, dan banyak negara sedang dalam tahap transisi ke IFRS.

Penerapan standar akuntansi yang sama di seluruh dunia akan mengurangi masalah-masalah terkait
daya banding (comparability) dalam pelaporan keuangan. Adanya kebijakan ini pihak yang paling
diuntungkan sudah jelas yaitu investor dan kreditor serta badan-badan internasional. Suatu
perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi IFRS dalam laporan
keuangannya. Selain itu, dengan mengimplementasikan IFRS, perusahaan akan menikmati biaya
modal yang lebih rendah dan konsolidasi yang lebih mudah dengan sistem teknologi informasi yang
terpadu.

Indonesia mulai menerapkan IFRS dengan melakukan konvergensi PSAK ke IFRS. Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) sebagai lembaga profesi akuntan di Indonesia menetapkan penerapan IFRS pada 1
Januari 2012.Konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS perlu didukung agar Indonesia mendapatkan
pengakuan maksimal dari komunitas internasional yang sudah lama menganut standar ini. Indonesia
perlu untuk melakukan konvergensi agar Indonesia dapat disetarakan dalam kegiatan perekonomian
internasional dan dalam pembuatan laporan keuangan dapat diakui secara internasional. Semakin
banyaknya investasi asing yang masuk ke Indonesia juga menjadi alasan perlunya penerapan IFRS di
Indonesia. Selain itu Indonesia harus siap bersaing dengan tenaga asing, khususnya akuntan luar
negeri yang akan berdatangan sehubungan akan tingginya permintaan akuntan berstandar
internasional. Secara tidak langsung Indonesia pun tidak mau ketinggalan dalam bersaing oleh
karena itu Indonesia harus segera mengejar target konvergensi IFRS tersebut.

Teknologi informasi yang berkembang pesat telah mengubah lingkungan pelaporan keuangan.
Kemajuan ini membawa jutaan investor. Antusiasme para investor tidak akan terhalangi oleh
batasan negara, misal: Investor dr Amerika bisa dengan mudah berinvestasi di Indonesia. PSAK lokal
tidak lah cukup untuk menyamakan pemahaman antara pengguna laporan keuangan (stakeholder)
yang sudah berskala internasional dengan penyusun laporan keuangan.Jika Indonesia hanya
menerapkan PSAK lokal tanpa konvergensi IFRS nantinya akan terjadi perbedaan informasi
akuntansi, biaya bisnis menjadi tidak efisien, dan kesulitan dalam ekspansi bisnis. Manfaat
konvergensi PSAK ke IFRS adalah sebagai berikut:

 Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
dikenal secara internasional.
 Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
 Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal
secara global.
 Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
 Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan mengurangi kesempatan untuk
melakukan earning management.

4
Sebutkan tiga kelebihan dan kelemahan aplikasi IFRS?

Kelebihan penerapan IFRS dalam jangka panjang:

1. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Penerapan IFRS akan mengurangi biaya
pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para
analis.
2. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan. IFRSmenciptakan suatu standar
pelaporan sehingga tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan
berdasarkan IFRS dan memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan
Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional.Dengan IFRS, suatu bisnis dapat
menyajikan laporan keuangan dengan dasar yang sama danmeningkatkan daya banding laporan
keuangan serta kualitas pelaporan keuangan menuju “best practice” yang salah satunya adalah
mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management.
3. Meningkatkan jumlah investasi asing dan menurunkan biaya modal dengan membuka peluang
penghimpunan dana (fund raising) melalui pasar modal secara global.

Dalam penerapannya, IFRS juga memiliki beberapa kelemahan yaitu:

1. Translasi standar internasional dan ketidaksesuaian standar internasional dengan hukum


nasional.Kendala bahasa karena setiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dan acapkali ini tidaklah mudah.Selain itu, kondisi peraturan Undang - Undangdi
Indonesia juga belum tentu sinkron dengan IFRS.
2. Struktur dan kompleksitas standar internasional seperti contoh IFRS menekankan pada fair value
dan meninggalkan historical value. Selain itu, IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika proses
adopsi suatu standar IFRS masih dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS
tersebut.
3. Ketidaksiapan infrastruktur di Indonesia untuk penerapan IFRS, seperti DSAK (Dewan Standar
Akuntansi Keuangan) yang kekurangan sumber daya, infrastuktur profesi akuntan yang belum
siap. Untuk mengadopsi IFRS banyak metode akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh
para akuntan. Selain itu, kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat
ke IFRS juga masih kurang.

5
DAFTAR PUSTAKA

KONVERGENSI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS) DAN MANAJEMEN LABA


DI INDONESIA Yona Octiani Lestari Fakultas Ekonomi,Universitas Islam Nege ri Maulana Malik
Ibrahim Malang
https://www.youtube.com/watch?v=5PUwr8DsYeg
https://www.youtube.com/watch?v=jlGVHOd2hdo
https://www.youtube.com/watch?v=RJpLMvgUXe8
http://www-personal.umich.edu/~kathrynd/JEP.FallofEnron.pdf
https://www.scribd.com/document/73021542/Isu-Etik-Yang-Terjadi-Dalam-Kasus-Enron
http://www.businessinsider.com/4-lessons-every-investor-can-learn-from-enron-2014-8/?IR=T
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/el-muhasaba/article/viewFile/2365/pdf
https://galuhwardhani.wordpress.com/2012/04/18/alasan-perlunya-konvergensi-ke-ifrs/
https://maiyasari.wordpress.com/2012/04/20/alasan-perlunya-konvergensi-ke-ifrs-21/
http://bungarestarina.blogspot.co.id/2014/01/konvergensi-ifrs_7337.html

Anda mungkin juga menyukai