Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut Dahuri et. al. (1996), Indonesia merupakan negara maritim yang

terbesar di dunia, hampir dua per tiga wilayahnya merupakan perairan. Potensi

sumber daya perairan yang dimiliki cukup besar. Salah satu potensi yang dimiliki

Indonesia dari hasil perairan adalah ikan. Produksi perikanan Indonesia berasal

dari kegiatan perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Sebagian dari hasil

produksi digunakan untuk bahan baku pengolahan hasil perikanan. Berdasarkan

data dari Ditjen Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan Perikanan

Indonesia, produksi perikanan tangkap per 31 Desember 2012 adalah sebesar

5.811.510 ton, sedangkan nilai produksi nya sebesar Rp 73.017.421.830. Hasil

tersebut memberikan gambaran bahwa potensi hasil perikanan dapat digunakan

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.

Ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak oleh mikroorganisme

pembusuk dan enzim, sehingga perlu penanganan yang baik untuk

mempertahankan mutunya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan mutu

pada ikan antara lain; suhu, kelembapan dan cara penanganan yang kurang baik.

Salah satu upaya untuk mempertahankan mutu ikan adalah dengan cara

melakukkan pengolahan. Pengolahan ikan bertujuan untuk mengoptimalkan hasil

produksi perikanan agar umur simpan nya lebih panjang, meningkatkan nilai

tambah produk dan sebagai upaya diversifikasi pangan.

1
Salah satu bentuk pengolahan pada ikan adalah dengan cara pengalengan.

Adawyah (2008), menyatakan bahwa pengalengan ikan adalah suatu cara

pengawetan bahan pangan (ikan) yang dikemas secara hermetis (kedap terhadap

udara, air, mikroba dan benda asing lainnya) dan dengan proses sterilisasi. Prinsip

dasar pengalengan yaitu mengemas bahan pangan dalam wadah yang tertutup

rapat sehingga udara dan zat-zat maupun organisme yang merusak atau

membusukkan tidak dapat masuk, kemudian wadah dipanaskan pada suhu tinggi

untuk mematikan pertumbuhan mikroorganisme. Tujuan pengalengan ikan yaitu

untuk melindungi ikan dari pembusukan dan kerusakan sehingga umur simpan

nya menjadi lebih panjang.

Pada pengolah ikan, perlu ada perhatian khusus terhadap masalah mutu

dan keamanan pangan produk. Perhatian khusus tersebut dibuat berdasarkan

adanya tuntutan konsumen yang menginginkan produk yang berkualitas tinggi.

Terwujudnya penjaminan mutu dan keamanan pangan produk perikanan akan

meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia di pasar global. Menurut

Rokhman (2008), daya saing produk perikanan yang tinggi diperlukan untuk

meningkatkan dan mempertahankan akses pasar domestik dan internasional yang

semakin kompetitif.

Poernomo (2007), menyatakan bahwa ikan dan produknya disyaratkan

untuk memenuhi berbagai ketentuan-ketentuan sebelum dikonsumsi. Persyaratan

dan ketentuan yang harus dipenuhi itu dapat dikelompokan ke dalam dua kategori,

yaitu kualitas dan keamanan konsumen. Mutu ikan sangat mempengaruhi

terhadap produk yang dihasilkan. Ikan sebagai bahan baku produk, harus

2
mempunyai mutu yang baik. Semakin tinggi mutu bahan baku, semakin tinggi

pula mutu produk olahan yang dihasilkan. Syarat utama yang harus dipenuhi

dalam proses pengolahan ikan adalah tersedianya bahan baku ikan yang bermutu

tinggi. Oleh karena itu, diperlukan cara pengendalian mutu dan proses sanitasi

yang baik sehingga produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang tinggi dan

aman untuk dikonsumsi.

B. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan di PT. Maya Food

Industries Pekalongan adalah:

1. Mengetahui gambaran umum perusahaan di PT. Maya Food Industries

Pekalongan

2. Mengetahui dan mempelajari pengendalian mutu pada proses pengalengan

ikan, mulai dari penyediaan bahan baku, proses pengolahan, proses

pengemasan hingga pengendalian mutu produk akhir yang dihasilkan di PT.

Maya Food Industries Pekalongan.

3. Mempelajari dan mengkaji kemungkinan berbagai masalah yang ada dalam

pengendalian mutu dan proses pengalengan ikan serta solusi pemecahan nya

di PT. Maya Food Industries Pekalongan.

3
C. Manfaat

Manfaat Praktik Kerja Lapangan di PT. Maya Food Industries, Pekalongan

adalah:

1. Memperoleh informasi mengenai perusahaan PT. Maya Food Industries

Pekalongan.

2. Memiliki pengalaman kerja dan memperluas wawasan agar dapat digunakan

sebagai studi perbandingan teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan

kenyataan di lapangan.

3. Memperoleh informasi mengenai sistem keamanan pangan dan pengendalian

mutu produk ikan kaleng, mulai dari penyediaan bahan baku, lingkungan dan

peralatan produksi, proses produksi serta pengemasan yang diterapkan di PT.

Maya Food Industries Pekalongan.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan

Ikan merupakan bahan pangan hasil perairan yang memiliki sumber

protein hewani sehingga dapat memberikan sumbangan cukup besar dalam

peningkatan gizi masyarakat. Protein yang dikandung dalam ikan sangat baik

untuk manusia karena protein ikan selain mudah dicerna juga mengandung asam

amino dengan pola yang hampir sama dengan pola asam amino yang terdapat di

dalam tubuh manusia.

Menurut Afrianto dan Liviawaty (1989), komposisi ikan secara umum

adalah air 60 – 84%, protein 18 – 30%, lemak 0,1 – 2,2%, karbohidrat 15% dan

sisanya berupa vitamin dan mineral. Berikut ini merupakan daftar kompisisi rata –

rata daging ikan dari beberapa jenis ikan:

Tabel 1. Komposisi rata-rata daging ikan


Komposisi Jenis Ikan
Tawes Mas Kakap Lemuru Bandeng
Air (%) 66 80 77 76 74
Protein (%) 19 16 20 20 20
Lemak (%) 13 2 0,7 3 4,8
Kalsium (mg/100g) 48 20 20 20 20
Besi (mg/100g) 0,4 2 1 1 2
Pospor (mg/100g) 150 150 200 100 150
Vitamin A (SI) 150 150 30 100 150
Vitamin B (mg/100g) 0,1 0,05 0,05 0,05 0,05
Sumber : Muchtadi et. al., (2010)

5
Winarno (1980) menyatakan bahwa kandungan protein yang cukup tinggi

pada ikan menyebabkan ikan mudah rusak bila tidak segera dilakukan pengolahan

dan pengawetan. Pengawetan bertujuan untuk memperpanjang masasimpan bahan

pangan tersebut. Salah satu usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya

awet pada produk ikan adalah dengan pengalengan ikan.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan ikan sarden kaleng

umumnya berupa ikan pelagis kecil. Ikan pelagis kecil merupakan jenis ikan yang

berada di sekitar permukaan yang hidupnya bergerombol. Beberapa ikan yang

dgunakan dalam pembuatan ikan sarden kaleng adalah ikan lemuru, ikan sardin,

ikan tamban, ikan balo, dan ikan layang (Anonim, 2011).

B. Pengalengan ikan

Menurut Wulandari et. al. (2009), pengalengan merupakan teknik

pengawetan pangan dengan menggunakan suhu tinggi, contohnya adalah

pengalengan ikan sardine. Pengalengan merupakan salah satu cara untuk

menyelamatkan bahan makanan, terutama ikan dan hasil perikanan lainnya, dari

pembusukan.

Umur simpan ikan yang diawetkan dengan cara pengalengan jauh lebih

lama daripada cara pengawetan lain. Akan tetapi dibutuhkan penanganan yang

lebih intensif serta ditunjang dengan peralatan yang serba otomatis. Sebab dalam

proses pengalengan, ikan atau hasil perikanan lain dimasukkan dalam suatu

wadah yang ditutup rapat agar udara maupun mikroorganisme perusak yang

datang dari luar tidak dapat masuk. Selanjutnya wadah dipanasi pada suhu tertentu

6
dalam jangka waktu tertentu pula untuk mematikan mikroorganisme yang ikut

terbawa pada produk yang dikalengkan (Murniyati dan Sunarman, 2004).

Secara umum prinsip proses pengalengan ikan melalui tahapan sebagai

berikut (Arthatiani, 2008):

1. Penerimaan bahan baku

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi ikan kaleng dapat

menggunakan ikan laut ataupun ikan air tawar, dapat pula menggunakan ikan

yang disimpan dalam kondisi beku, yang perlu diperhatikan adalah kesegaran dari

ikan yang digunakan agar mutu produk akhir dapat tetap bermutu baik.

2. Thawing

Bahan baku berupa ikan beku mengalami perlakuan thawing. Thawing

dilakukan agar lapisan es atau kondisi beku itu dapat cair sehingga ikan dapat

diolah menjadi masakan yang dikehendaki. Thawing ada dua jenis yaitu thawing

udara dan thawing air. Thawing udara dilakukan pada jenis ikan yang dengan cara

meletakkan ikan-ikan di udara bebas tanpa aliran air. Apabila jenis ikan tersebut

menggunakan thawing air, maka kulit ikan dapat ikut mengelupas karena terlalu

lembek. Kelebihan thawing udara ini adalah rendahnya biaya yang digunakan.

Sebaliknya, thawing air digunakan untuk jenis ikan yang sukar mencair karena

keras, agar ikan masih dalam keadaan baik atau segar dan untuk mencegah cepat

tumbuhnya mikroorganisme, setelah proses thawing ikan segera diangkat dan

diolah.

7
3. Penyiangan dan pemotongan

Pada tahap penyiangan dan pemotongan, sebelum diolah ikan dipotong

kepala dan ekornya serta dibuang isi perutnya kecuali telurnya. Cara pemotongan

ikan tidaklah sembarangan dan perlu ketrampilan khusus. Ukuran potongan harus

disesuaikan dengan isi kaleng. Ikan-ikan yang kecil tidak dilakukan pemotongan

di bagian tubuhnya, sedangkan untuk ikan yang berukuran agak besar atau besar

dilakukan pemotongan tubuhnya menjadi dua bagian.

4. Pencucian

Ikan-ikan yang telah disiangi kemudian dicuci terlebih dahulu dengan

menggunakan mesin drum rotary washer sehingga darah, lendir, sisik dan kotoran

lain akan tercuci. Setelah itu dilakukan pencucian lagi dengan air bersih yang

mengalir untuk menghilangkan kotoran-kotoran lain yang masih menempel

sehingga mengurangi jumlah mikroba awal.

5. Pengisian (filling)

Ikan yang sudah bersih setelah dilakukan pencucian ditimbang dan

beratnya disesuaikan dengan ukuran kaleng dan merk produk. Setelah itu

dilakukan pengisian ikan ke dalam kaleng sesuai dengan ukuran dan merk

masing-masing produk. Cara pengisian kaleng harus tepat antara ekor dan bagian

kepala. Jumlah ikan yang ada dalam kaleng berbeda-beda sesuai dengan ukuran

kaleng dan besar kecilnya ikan.

6. Pemasakan pendahuluan (pre-cooking)

Pemasakan pendahuluan atau biasa disebut dengan pre-cooking dilakukan

didalam exhaust box yang di dalamnya terdapat belt conveyor. Secara otomatis

8
(selama 20-30 menit) proses pre-cooking terjadi, dengan menyesuaikan jenis ikan

dan bentuk kaleng. Proses pre-cooking menggunakan uap panas yang berasal dari

boiler dengan suhu 100 – 110oC. Tujuan dari exhausting ini adalah sebagai

pemasakan awal agar daging menjadi lebih enak dan untuk menambah citarasa,

mengurangi kadar air yang ada dalam daging ikan menghilangkan udara yang ada

dalam daging ikan dan kaleng sehingga didapatkan kondisi vakum.

7. Penirisan

Cairan pada daging ikan yang sudah mengalami pre-cooking dibuang agar

kualitas saus yang nanti dimasukkan dapat terjaga (cukup kental). Penirisan ini

dilakukan dengan cara pembalikan pan-pan berlubang yang berisi ikan kaleng

dengan pan-pan berlubang lain segera setelah keluar dari exhaust box.

8. Pengisian medium

Pengisian medium merupakan proses pengisian medium berupa saus pada

ikan kaleng. Pada waktu saus akan diisikan kedalam kaleng, kaleng tersebut harus

dalam keadaan panas dengan suhu 70oC. Agar kaleng tidak mengalami pemuaian

dan dapat mengakibatkan penyok, pengisian saus dilakukan dengan melewatkan

kaleng-kaleng di atas belt conveyor dan di bawah pipa pengeluaran saus dengan

kecepatan pengeluaran diatur secara manual dengan kran oleh pekerja.

9. Penutupan kaleng

Penutupan kaleng dilakukan dengan menggunakan alat penutup kaleng

yang disebut dengan mesin seamer. Proses penutupan ini sangat menentukan

keberhasilan proses pengalengan ikan. Bila terjadi kerusakan pada tahap ini, maka

biasanya umur simpan produk tidak akan lama.

9
10. Pencucian kaleng

Tujuan dari pencucian ini adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran

yang melekat pada kaleng, membersihkan saus yang menempel di luar kaleng dan

untuk mengurangi terjadinya korosi.

11. Sterilisasi

Sterilisasi dilakukan untuk membunuh mikroorganisme yang dapat

menimbulkan kerusakan pada produk makanan kaleng dan memberikan suasana

yang tidak sesuai untuk kehidupan mikroorganisme. Sterilisasi yang berhasil

adalah mampu mencapai tujuan tersebut tanpa merusak makanan karena

pemanasan selama proses sterilisasi tersebut.

12. Pendinginan

Setelah proses sterilisasi selesai, maka dilakukan proses pendinginan yang

merupakan tahap lanjutan dari proses pendinginan yang dilakukan dalam retort.

Keranjang besi yang berisi kaleng dikeluarkan dari dalam retort dengan

menggunakan bantuan katrol. Keranjang tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

bak berisi air dengan suhu kamar (25 – 30 oC) selama 15 - 20 menit. Setelah itu

keranjang diangkat dengan katrol dari bak pendingin untuk ditiriskan.

13. Pengemasan dan pelabelan

Produk dikemas dengan cara dimasukkan dalam kardus dengan penataan

yang sesuai. Produk yang telah diberi tanggal kadaluarsa dan kode produk

langsung dikemas dalam kardus. Cara pengepakan ikan kaleng yaitu dengan

memasukkan ikan kaleng dengan tutup menghadap ke atas.

10
C. Pengendalian mutu

Menurut Prawirosentono (2007), pengendalian mutu adalah kegiatan

terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan dan standar proses produksi,

yang dimaksud barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang

direncanakan. Mutu suatu produk adalah suatu kondisi fisik, sifat, dan kegunaan

suatu barang yang dapat memberikan kepuasaan konsumen secara fisik maupun

psikologis, sesuai dengan nilai uang yang dikeluarkan.

Mutu ikan kaleng tergantung pada kesegaran bahan mentah, cara

pengalengan, peralatan dan kecakapan serta pengetahuan pelaksana-pelaksana

teknis, sanitasi dan higiene pabrik dan lingkungan. Kesegaran bahan mentah

sangat penting dalam industri perikanan, oleh sebab itu diperlukan suatu sistem

yang terkendali dan dapat mengendalikan seluruh aktifitas yang mempengaruhi

mutu produk (Wulandari et al., 2009).

Kadarisman (1994), berpendapat bahwa untuk mempertahankan mutu

produk pangan sesuai dengan harapan konsumen dan mampu bersaing secara

global, perusahaan harus mengacu pada sistem pengaendalian mutu dengan cara

melakukkan upaya-upaya sebagai berikut:

1. Pengadaan bahan baku

Pengadaan bahan baku bahan tambahan industri harus diencanakan dan

dikendalikan dengan baik.

11
2. Pengendalian proses produksi

Pengendalian proses produksi dilakukkan secara terus menerus meliputi

kegiatan-kegiatan antara lain; pengendalian bahan dan kemampuan telusur dengan

inti kegiatan, pengendalian dan pemeliharaan alat serta pengendalian dan

perubahan proses produksi.

3. Pengendalian produk akhir

Tujuan utama dari produk akhir adalah untuk mengetahui apakah item atau

lot yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan sesuai dengan prosedur yang

telah ditetapkan oleh perusahaan.

12
III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu

Praktik Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan di PT. Maya Food Industries,

Pekalongan, Jawa Tengah mulai bulan Januari sampai Februari 2014 selama 25

hari.

B. Materi

Materi yang akan dikaji dalam Praktik Kerja Lapangan ini adalah:

1. Gambaran umum perusahaan

a. Sejarah dan perkembangan perusahaan

b. Struktur organisasi perusahaan

c. Ketenagakerjaan

2. Pengendalian mutu produk ikan kaleng

a. Pengendalian mutu bahan baku

b. Pengendalian mutu proses

c. Pengendalian mutu produk akhir

d. Pengendalian mutu kemasan

3. Proses pengolahan

a. Bahan baku dan bahan pendukung

b. Proses pengalengan

c. Alat dan mesin produksi

13
C. Metode

Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan di PT. Maya Food

Industries Pekalongan adalah:

1. Melakukan pengamatan langsung terhadap pengawasan mutu pada kegiatan

produksi ikan kaleng di PT. Maya Food Industries Pekalongan.

2. Partisipasi aktif dalam proses produksi ikan kaleng di PT. Maya Food

Industries Pekalongan.

3. Melakukan wawancara kepada karyawan dan petugas yang bersangkutan di

PT. Maya Food Industries Pekalongan.

D. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam Praktik Kerja Lapangan ini meliputi:

1. Pengumpulan data primer

a. Wawancara, yaitu melaksanakan wawancara langsung dengan karyawan

dan petugas yang bersangkutan guna mengetahui segala hal yang

diperlukan.

b. Berpartisipasi aktif dalam tahapan proses produksi.

c. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan mengenai kondisi dan

kegiatan yang ada di lokasi perusahaan tempat Praktik Kerja Lapangan.

2. Pengumpulan data sekunder

a. Studi Pustaka

Mencari dan mempelajari pustaka mengenai masalah-masalah yang

berkaitan dengan pelakasanaan Praktik Kerja Lapangan.

14
b. Dokumentasi dan data-data

Pendokumentasian dan mencatat data atau hasil-hasil yang ada pada

pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dari perusahaan, juga sebagai sumber

referensi lain dari catatan, buku, pustaka, internet dan segala informasi

mengenai pengalengan ikan serta pengendalian mutunya.

15
IV. JADWAL PELAKSANAAN PKL

Jadwal pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan akan dilaksanakan selama 25

hari yaitu mulai bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Februari 2014 dengan

jadwal pelaksanaan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jadwal rencana kegiatan praktik kerja lapangan


Minggu Ke -
No Jenis Kegiatan
I II III IV
1. Persiapan dan pengenalan
kondisi lingkungan PT. Maya
Food Industries, Pekalongan.
2. Pengambilan data primer
pada proses pemilihan bahan
baku, lingkungan dan
peralatan produksi serta
proses produksi.
3. Pengambilan data primer
pada proses pengolahan,
proses pengemasan, QA
(Quality Assurance) dan QC
(Quality Control).
4. Pengambilan data sekunder
dan kelengkapan data yang
dibutuhkan dalam penyajian
laporan dan persiapan
pembuatan laporan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2008. Pengelolaan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara, Jakarta.

Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius,


Yogyakarta.

Anonim. 2011. Proses Pembuatan Ikan Sardines (Online)


http://kotaikan.blogspot.com/2011/07/proses-pembuatan-ikan-
sardines.html Diakases pada tanggal 3 Januari 2014.

Arthatiani, F. Y. 2008. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada PT Maya Food


Industries di Kota Pekalongan. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Dahuri R., J. Rais, S. P. Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah (LAKIP). Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,
Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Jakarta.

Kadarisman, D. 1994. Sistem Jaminan Mutu Pangan. Pelatihan Singkat Dalam


Bidang Teknologi Pangan, Angkatan II. Kerjasama FATETA IPB – PAU
Pangan & GIZI IPB dengan Kantor Menteri Negara Urusan
Pangan/BULOG Sistem Jaminan Mutu Pangan. Bogor.

Muchtadi, T. R, Sugiyono dan Ayustaningwarno, F. 2010. Ilmu Pengetahuan


Bahan Pangan. Alfabeta, Bandung.

Murniyati, A. S. dan Sunarman. 2004. Pendinginan Pembekuan Dan Pengawetan


Ikan. Kanisius, Jakarta.

Poernomo. 2007. Urgensi Penerapan Sistem Rantai Dingin Untuk


Mempertahankan Kesegaran Ikan. Di dalam: Nikijuluw V, penyunting.
Meningkatkan Nilai Tambah Perikanan. Satker Ditjen P2HP, DKP,
Jakarta.

Prawirosentono, S. 2007. Manajemen Mutu Terpadu Jilid I. PT. Bumi Aksara,


Jakarta.

17
Rokhman, A. 2008. Peran Kebijakan Publik, Orientasi Kewirausahaan dan
Kompetensi Sumber Daya Manusia dalam Pengembangan Produk
Perikanan Prima. Disertasi. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Winarno, F. G. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia, Jakarta.

Wulandari, D. A., W. A. Indah dan F. Akhmad. 2009. Kualitas Mutu Bahan


Mentah dan Produk Akhir Pada Unit Pengalengan Ikan Sardine Di PT.
Karya Manunggal Prima Sukses Muncar Banyuwangi. Jurnal Kelautan,
Volume 2, No.1, ISSN : 1907-9931. Jurusan Ilmu Kelautan Universitas
Trunojoyo, Madura.

18
Lampiran 1. Bidang Kajian Praktik Kerja Lapangan

I. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

B. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

C. Struktur Organisasi

D. Tenaga Kerja

E. Pola Pemasaran dan Distribusi

II. BAHAN BAKU

A. Penyediaan Bahan Baku

B. Perlakuan Bahan Sebelum Diolah

III. PROSES PENGALENGAN

A. Proses Pengalengan

B. Pengemasan

IV. PERALATAN PRODUKSI

A. Peralatan Produksi

B. Tenaga Penggerak

V. PENGENDALIAN MUTU PRODUK PENGALENGAN IKAN

A. Pengendalian Mutu Bahan Baku

B. Pengendalian Mutu Proses Produksi

C. Pengendalian Mutu Produk Akhir

D. Pengendalian Mutu Kemasan

19
Lampiran 2. Garis Besar Laporan Praktik Kerja Lapangan

PRAKATA

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Tujuan

C. Manfaat

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Baku dan Tambahan Dalam Proses Pengalengan Ikan

B. Proses Pengalengan Ikan

C. Pengendalian Mutu

III. MATERI DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

B. Materi

C. Metode

IV. KONDISI UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

B. Ruang Lingkup Bidang Usaha

C. Lokasi Perusahaan

20
D. Visi dan Misi Perusahaan

E. Struktur Oganisasi Perusahaan

F. Strategi Pemasaran

G. Ketenagakerjaan

H. Hak dan Kewajiban

V. PROSES PENGOLAHAN

A. Penyediaan Bahan Baku

B. Mesin dan Peralatan

C. Proses Pengalengan Ikan

VI. PENGENDALIAN MUTU PRODUK PENGALENGAN IKAN

A. Pengendalian Mutu Bahan Baku

B. Pengendalian Mutu Proses Produksi

C. Pengendalian Mutu Produk Akhir

D. Pengendalian Mutu Kemasan

VII. PEMBAHASAN

A. Umum

B. Analisis SWOT

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai