DOSEN PEMBIMBING :
NAMA : YUSRIN, M.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan psikologi anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa per- kembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Aspek– aspek
perkembangan individu meliputi psikologi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan
agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir.
Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara
berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya.
Dalam makalah ini penulis membatasi penulisan makalah pada psikologi perkembangan
anak khususnya siswa fase remaja . Karena Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang
penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan
kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.
Kami disini akan menguraikanya dengan lebih detail lagi tentang apa yang dimaksud dengan
perkembangan psikologi pada masa remaja.
B. Rumusan Masalah
1.Apa pengertian Masa Remaja?
2.Aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi sikologis perkembangan remaja?
3.Apa ciri –ciri kejiwaan dan psikologi pada remaja?
4.Psikologi menyimpang apa saja yang dapat terjadi pada masa remaja?
5.Deskripsi tengtang bagaimana perkembangan spikologi pada masa remaja ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1.Dapat mengetahui pengertian masa remaja.
2.Dapat mengetahui aspek-aspek psikologis perkembangan remaja.
3.Mengetahui ciri –ciri kejiwaan dan psikologi pada remaja.
4.Dapat mengetahui psikologi menyimpang pada masa remaja.
5.Deskripsi tentang perkembangan psikologi pada masa remaja
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MASA REMAJA
Masa remaja atau yang sering dikenal dengan istilah “Adolesense” yang berarti “tumbuh”
atau tumbuh menjadi dewasa. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu
berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada ditingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam
masalah hak. Integritas dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afaktif, kurang
lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok.
Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai
integritas dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan cirri khas yang
umum dari periode perkembangan ini.
Menurut hukum di Amerika Serikat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah
mencapai usia 18 tahun, bukan 21 tahun seperti sebelumnya. Perpanjangan masa remaja, setelah
individu matang secara seksual dan sebelum diberi hak serta tanggung jawab orang tua dewasa
mengakibatkan kesenjangan antara apa yang secara populer dianggap budaya remaja dan budaya
dewasa. Budaya kawula muda menekankan kesegaran dan kelengahan terhadap tanggung jawab
dewasa. Budaya ini memiliki hirarki sosialnya sendiri, keyakinannya sendiri, gaya
penampialannya sendiri, nilai-nilai dan norma perilakunya sendiri.
Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Seifert dan Hoffnung, periode ini umumnya dimulai
sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik, yaitu sekitar usia 20 tahun usia
remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun
bagi pria .
Ada dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama yang
dicetuskan oleh psikolog G. Stanley Hall “ adolescence is a time of “storm and stress “. Artinya,
remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa di mana terjadi
perubahan besar secara fisik, intelektual dan emosional pada seseorang yang menyebabkan
kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik
dengan lingkungannya (Seifert & Hoffnung, Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson
2
meyakini bahwa perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik.
Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan
konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu
beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi
dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya. Bila
dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang mengalami
kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau
selalu dapat beradaptasi dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi tersebut
(penuh konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif).
“Menururt Hurlock, remaja awal (12/13 th – 17/18 th), remaja akhir (17/18 th – 21/22 th) . WHO
menyatakan walaupun definisi remaja utamanya didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas)
wanita, namun batasan itu juga berlaku pada remaja pria, dan WHO membagi kurun usia dalam
dua bagian yaitu remaja awal 10 – 14 tahun dan remaja akhir 15 – 20 tahun.”
4
2.PERKEMBANGAN PSIKIS
a) Aspek Intektual
Perkembangan intelektual (kognitif) pada remaja bermula pada umur 11 atau 12 tahun.
Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit, remaja mulai mampu berhadapan
dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak
lagi dilihat sebagai satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya aturan-aturan dari
orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan aturan-aturan yang diberlakukan
padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal yang mungkin berubah. Kemampuan-kemampuan
berpikir yang baru ini memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis dan
kontrafaktual, yang nantinya akan memberikan peluang pada individu untuk mengimajinasikan
kemungkinan lain untuk segala hal.
b) Aspek Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau
proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi.
Meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini
meliputi kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang
lain, dan lain-lain. Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk
memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat,
nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan
lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada
masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang
menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah,
berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku
tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-
lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk
mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyaraka t.
5
Berikut ini ciri-ciri penyesuaian sosial remaja, diantaranya :
a. Di lingkungan keluarga
•Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan saudaranya
•Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan orang tua)
•Menerima tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga
•Berusaha membantu anggaran kalau sebagai individu atau kelompok
b. Di lingkungan sekolah
•Bersikap respek dan mentaati peraturan
•Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
•Menjalin persahabatan dengan teman sebaya
•Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau staf lain
•Berprestasi di sekolah
c. Di lingkungan masyarakat
•Respek terhadap hak-hak orang lain
•Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau orang lain
•Bersikap simpati dan menghormati terhadap kesejahteraan orang lain
•Respek terhadap hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan masyarakat.
c) Aspek Emosi (Afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14
tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun) pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan
keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi
dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka,
kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan
permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (18– 21 tahun). Pada masa remaja
tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua (ambivalensi) maka pada masa remaja
akhir anak telah memiliki pendirian, sikap yang relatif mapan. Mencapai kematangan emosial
merupakan tugas yang sulit bagi remaja.
Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama
lingkungan-lingkungan keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut kondusif maka
6
akan cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang baik, seperti adolesensi emosi
(cinta, kasih, simpati, senang menolong orang lain, hormat dan menghargai orang lain, ramah)
mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, optimis dan dapat menghadapi
situasi frustasi secara wajar). Tapi sebaliknya, jika seorang remaja kurang perhatian dan kasih
sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, maka cenderung mengalami perasaan
tertekan atau ketidaknyamanan emosional, sehingga remaja bisa berealisi agresif (melawan,
keras kepala, bertengkar, berkelahi, senang mengganggu) dan melarikan diri dari kenyataan
(melamun, pendiam, senang menyendiri, meminum miras dan narkoba).
d) Aspek Bahasa
Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi
baik alat komunikasi lisan, tulisan, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Bahasa
remaja adalah bahasa yang telah berkembang, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan
khususnya lingkungan teman sebaya sedikit banyak lebih membentuk pola perkembangan bahasa
remaja. Pola bahasa remaja lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam
kelompok sebaya.
Pada umumnya remaja akhir lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu,
menggemari literatur yang mengandung nilai-nilai filosofis, etnis dan religius. Penggunaan
bahasa oleh remaja lebih sempurna serta perbendaharaan kata lebih banyak. Kemampuan
menggunakan bahasa ilmiah mulai tumbuh dan mampu diajak berdialog seperti ilmuwan.
e) Aspek Moral
Perkembangan moral pada remaja menurut teori Kohlberg menempati tingkat III: pasca
konvensional stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara remaja dengan
lingkungan sosial. Ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan
masyarakat. Pada tahap ini remaja lebih mengenal tentang nilai-nilai moral, kejujuran, keadilan
kesopanan dan kedisiplinan. Oleh karena itu moral remaja harus sesuai dengan tuntutan norma-
norma sosial. Selain itu peranan orang tua sangat penting. Dalam membantu moral remaja, orang
tua harus konsisten dalam mendidik anaknya, bersikap terbuka serta dialogis, tidak otoriter atau
memaksakan kehendak.
7
f) Aspek Agama
Pemahaman remaja dalam beragama sudah semakin matang, kemampuan berfikir abstrak
memungkinkan remaja untuk dapat mentransformasikan keyakinan beragama serta
mengapresiasikan kualitas keabstrakan Tuhan
C. CIRI-CIRI KEJIWAAN DAN PSIKOLOGI PADA REMAJA
1.Usia remaja muda (11–15 tahun)
a) Sikap protes terhadap orang tua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai–nilai hidup orang tuanya,
sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap orang tua. Mereka berusaha mencari
identitas diri dan sering kali disertai dengan menjauhkan diri dari orang tuanya. Dalam upaya
pencarian identitas diri, remaja cenderung melihat kepada tokoh–tokoh di luar lingkungan
keluarganya, yaitu : guru, figur ideal yang terdapat dalam film, atau tokoh idola.
b) Preokupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yang cepat sekali. Perubahan
ini menjadi perhatian khusus bagi diri remaja.
c) Kesetiakawanan dengan kelompok seusia
Para remaja pada kelompok umur ini merasakan keterikatan dan kebersamaan dengan
kelompok seusia dalam upaya mencari kelompok senasib. Hal ini tercermin dalam cara
berperilaku sosial.
d) Kemampuan untuk berfikir secara abstrak
Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai berkembang dan dimanifestasikan dalam
bentuk diskusi untuk mempertajam kepercayaan diri
e) Perilaku yang labil dan berubah–ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah–ubah. Pada suatu waktu tampak
bertanggung jawab, tetapi dalam waktu lain tampak masa bodoh dan tidak bertanggung jawab.
Remaja merasa cemas akan perubahan dalam dirinya. Perilaku demikian menunjukkan bahwa
dalam diri remaja terdapat konflik yang memerlukan perhatian dan penanganan yang bijaksana.
8
2.Remaja usia penuh (16–19 tahun)
a) Kebebasan dari orang tua
Dorongan untuk menjauhkan diri dari orang tua menjadi realitas. Remaja mulai
merasakan kebebasan, tetapi juga merasa kurang menyenangkan. Pada diri remaja timbul
kebutuhan untuk terikat dengan orang lain melalui ikatan cinta yang stabil.
b) Ikatan terhadap pekerjaan dan tugas
Sering kali remaja menunjukkan minat pada suatu tugas tertentu yang ditekuni secara
mendalam. Terjadi pengembangan akan cita–cita masa depan yaitu mulai memikirkan
melanjutkan sekolah atau langsung bekerja untuk mencari nafkah.
c) Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap
Remaja mulai menyusun nilai–nilai moral dan etis sesuai dengan cita – cita.
d) Pengembangan hubungan pribadi yang labil
Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang stabil menyebabkan terbentuknya
kestabilan diri remaja.
e) Penghargaan kembali pada orang tua dalam kedudukan yang sejajar
f) Perubahan fisik, psikologi dan seksual pada remaja
Perubahan psikologis
Pada masa remaja perubahan kejiwaan terjadi lebih lambat dari fisik dan labil, meliputi :
1. Perubahan emosi ; sensitive (mudah menangis, tertawa, cemas dan frustasi), mudah mudah
bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah berkelahi.
2. Perkembangan intelegensia : mampu berpikir abstrak dan senang memberi kritik , ingin
mengetahui hal-hal baru sehinga muncul perilaku ingin mencoba hal yang baru. Perilaku ingin
mencoba ini sangat penting dalam kesehatan reproduksi.
3. Perubahan seksual remaja
Sejak masa remaja, pada diri seorang anak terlihat adanya perubahan-perubahan pada bentuk
tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi. Pematangan kelenjar pituitary
berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja mendapatkan ciri-cirinya sebagai
perempuan dewasa atau laki-laki dewasa. Masa remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa
9
terjadinya perubahan-perubahan fisik dan fungsi fisiologis. Kematangan seksual remaja ini
menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan remaja tentang seksual.
11
a. Identitas
Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (Santrock, 1996) masa
remaja ada pada tahap di mana krisis identitas versus difusi identitas harus di atasi.
b.Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan
kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku.
c. Usia
Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius
nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini
nantinya akan menjadi pelaku kenakalan.
d.Jenis kelamin
Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan.
e. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah
terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk
kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka
tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.
f. Proses keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya
dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya
penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu
timbulnya kenakalan remaja.
g.Pengaruh teman sebaya
Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja
untuk menjadi nakal.
h.Kelas sosial ekonomi
Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial
ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah
perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege diperkirakan
50 : 1 (Kartono, 2003). Hal
12
i. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat
dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang
melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal
mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan
tersisih dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas
lingkungan yang terorganisir adalah faktor- factor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan
dengan kenakalan remaja.
Berikut ini contoh-contoh penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja :
1) Berbohong
2) Pergi keluar rumah tanpa pamit
3) Keluyuran
4) Begadang
5) membolos sekolah
6) Berkelahi dengan teman
7) Hubungan sex diluar nikah
15
b)Tahap praoperasional (preoperational stage) adalah yang berlangsung kira-kira usia 2-7 tahun.
Pada tahap ini, anak memulai mempersentasikan dunia dengan kata-kata, citra, dan gambar-
gambar.
c)Tahap operasional konkrit (concrete operational stage) adalah yang berlangsung dari kira-kira
7-11 tahun. Pada tahap ini, anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis, menggatikan
pemikiran logis, menggantikan pemikiran intuitif, sepanjang penalaran dapat diaplikasikan pada
contoh atau konkrit
d) Tahap operasional formal (formal operational stage) adalah yang terjadi antara usia 11 dan
15 tahun. Pada tahap ini, individu bergerak melebihi dunia pengalaman yang actual dan konkrit,
dan mengubah cara berpikir tentag perkembangan berpikir anak dan remaja.
16
E. DESKRIPSI PSIKOLOGI PADA MASA REMAJA
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin yang berarti tumbuh menjadi
dewasa, bangsa primitive demikian pula orang-orang pada zaman purbakala memandang masa
puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan,
anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana anak sudah tidak merasa lagi dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi
dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, transformasi intelektual yang khas
dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan social
orang dewasa,
A.Ciri-ciri masa remaja
Bagi sebagian besar anak muda, usia diantara dua belas dan enam vbelas tahun
merupakan tahun kehidupan yang penuh dengan kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan
dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan ini perkembangan berlangsung
semakin cepat, dan lingkungan yang baik semakin lebih menentukan, tetapi yang bersangkutan
sendiri bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya berikutnya. Artinya
apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi .
Ada empat perubahan yang sama yang hamper bersifat unifersal.
1) meningginya emosi, yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi.
2) perubahan tubuh, bagi remaja masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih
sulit diselesaikan dibandingkan dengan masalah yang dihadapi sebelumnya.
(3) perubahan minat.
4) perubahan perilaku.
B. Tugas perkembangan pada masa remaja
Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap
dan perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa,
tugas perkembangan pada masa dewasa menunbtut perubahan besar dalam sikap dan pola
17
perilaku anak, akibatnya, hanya sedikit anak lak-laki yang mampu dan hanya anak
perempuanlah yang dapat Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan
keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan social. Namaun, hanya sedikit
remaja yang mampu menggunakan ketrampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka
yang aktif dalam pelbagai aktifitas ekstra kurikuler menguasai praktek yang demikian ini, namun
mereka yang tidak aktif karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak diterima oleh
teman-teman, akhirnya mereka tidak memperoleh kesempatan ini.
C. Keadaan emosi selama masa remaja
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai preode “badai dan tekanan” suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Oleh karena itu perlu dicari
keterangan lain yang menjelaskan ketegangan emosi yang sangat khas pada masa usia ini.
Penjelasan diperoleh dari kondisi social yang mengelilingi remaja masa ini, adapun meningginya
emosi terutama karena
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak-kanak
sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat berbeda pada saat
masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat dibandingkan
hubungan dengan orang tua. Teori-teori perkembangan remaja antara lain, teori psikoanalisa,
teori psikososial, teori kognitif serta teori tingkah laku dan belajar sosial. Tahap perkembangan
psikologi remaja dimulai dari fase psikologi praremaja, remaja awal, dan remaja akhir.
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja antara lain, perubahan fisik yang terjadi
pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta
kematangan sosial, remaja berfikir secara logis dan transisi sosial remaja mengalami perubahan
dalam hubungan individu dengan manusia lain. Sementara itu, ciri khas remaja adalah hubungan
dengan teman sebaya lebih erat, hubungan dengan orang tua penuh konflik, keingintahuan seks
yang tinggi, dan mudah stres.
B. Saran
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagai konflik batin
maupun psikis. Orang tua harus benar-benar memahami konsekuensi perubahan pada remaja.
Sementara itu, perawat dapat dijadikan tempat konseling untuk remaja sebagaimana peran
perawat dan sebagai perawat yang menghadapi permasalahan remaja senantiasa memberikan
bimbingan atau konseling yang baik atau yang tidak memojokkan remaja tersebut dalam masalah
yang dihadapinya. Demikian makalah mengenai perkembangan remaja. Mohon maaf,apabila
makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan.
19