Anda di halaman 1dari 10

Islam dalam masalah harta dan jabatan

Mata Kuliah Al-Islam

Kelompok 7

Program Studi Sistem Informasi


Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Muhammadiyah Riau
2018

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan Nya
sehingga tugas Makalah yang berjudul “Islam dalam masalah harta dan jabatan” ini dapat
saya selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas. Dalam
kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua pihak yang
telah membantumenyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini.
Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan
makalah ini penulis sangat hargai.

Pekanbaru, 2018

Penyusun

ii
Daftar Isi
Cover ..........................................................................................................................................i
Kata Pengantar .........................................................................................................................ii
Daftar Isi ..................................................................................................................................iii

Bab 1.
Pendahuluan.
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................1

Bab 2.
Pembahasan.
2.1 Harta dan jabatan sebagai amanah dan karunia Allah .........................................................2
A. Pengertian harta ........................................................................................................2
B. Pandangan Islam Mengenai Harta ............................................................................2
C. Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah ..........................................3
2.2 Kewajiban mencari harta .................................................................................................3, 4
2.3 Sikap terhadap harta dan jabatan .........................................................................................4
2.4 Pendayagunaan harta dan jabatan di jalan Allah .................................................................5

Bab 3.
Penutup.
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................................6

Daftar Pustaka ..........................................................................................................................7

iii
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara lahiriyah
maupun batiniah. Hal ini mendorong manusia untuk senantiasa berupaya memperoleh
segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan lahiriyah identik
dengan terpenuhinya kebutuhan dasar (basic needs) berupa sandang, pangan dan
papan.
Tapi manusia tidak berhenti sampai disitu, bahkan cenderung terus berkembang
kebutuhan-kebutuhan lain yang ingin dipenuhi. Segala kebutuhan itu seolah-olah bisa
terselesaikan dengan dikumpulkannya Harta sebanyak-banyaknya.
Istilah harta, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang
lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang.
Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai
ekonomis.Kedua, unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.
Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf
(kebiasaan/ adat) yang berlaku di tengah masyarakat.As-Suyuti berpendapat bahwa
istilah Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan,
dan dikenakan ganti rugi bagi yang merusak atau melenyapkannya.
Dengan demikian tempat bergantungna status al-mal terletak pda nilai ekonomis (al-
qimah) suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah dalam harta tergantung
pada besar ekcilnya anfaat suatu barng. Faktor manfaat menjadi patokan dalam
menetapkan nilai ekonomis suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi tujuan
dari semua jenis harta.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa pengertian dari Harta dan jabatan sebagai amanah dan karunia Allah?
B. Apa yang dimaksud Kewajiban mencari harta?
C. Bagaimanakah Sikap terhadap harta dan jabatan?
D. Bagaimanakah Pendayagunaan harta dan jabatan di jalan Allah

1.3 Tujuan
A. Memahami pengertian harta
B. Memahami pandangan islam terhadap harta
C. Memahami harta dan jabatan sebagai amanah dan karunia dari allah
D. Memahami sikap terhadap harta dan jabatan
E. Memahami pendayagunaan hata dan jabatan dijalan allah

1
Bab 2
Pembahasan
2.1 Harta dan jabatan sebagai amanah dan karunia Allah.
A. Pengertian Harta
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, yang menurut bahasa berarati condong,
cenderung, atau miring. Al-mal juga diartikan sebagai segala sesuatu yang
menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi, maupun
manfaat.
Harta merupakan salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan
didunia ini. Selain itu, harta juga merupakan perhiasan kehidupan dunia, sebagai
cobaan (fitnah), sarana untuk memenuhi kesenangan, dan sarana untuk menghimpun
bekal bagi kehidupan akhirat.
Fungsi harta adalah untuk menopang kehidupan manusia karena tanpa harta kehidupan
manusia tidak akan tegak.
Menurut bahasa, jabatan artinya sesuatu yang dipegang, sesuatu tugas yang diemban.
Semua orang yang punya tugas tertentu, kedukan tertentu atau terhormat dalam setiap
lembaga atau institusi lazim disebut orang yang punya jabatan.
B. Pandangan Islam Mengenai Harta
Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut :
Pertama, Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah
Allah swt. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan
amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya (QS al_Hadiid: 7).
Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah bersabda:
‘‘Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya untuk
apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya darimana didapatkan
dan untuk apa dipergunakan, serta ilmunya untuk apa dipergunakan’’

Kedua, status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut :


 Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang
amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada.
 Harta sebagai perhiasan dunia Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan
dunia ... (Q.S. Al-Kahfi:46)
 Harta sebagai cobaan Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah
cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.(Q.S.At-Taghaabun:15)
 Harta sebagai perhiasan hidup Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga) (Q.S.Ali-Imron:14)
 Harta sebagai bekal ibadah dan infaqkanlah sebagian apa yang Allah telah
memberi rezeki kepadamu sebelum maut mendatangimu (Q.S. Al-
Munafiqun:10)

2
C. Harta dan Jabatan Sebagai Amanah dan Karunia Allah
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menggambarkan tentang jabatan, baik yang
menunjukkan kebaikan seperti ayat-ayat tentang Nabi Yusuf maupun yang
menunjukkan keburukan seperti ayat-ayat tentang Fir’aun, Qarun dan sebagainya.
Dalam surat Al-Haqqah Allah SWT menyatakan bahwa pejabat yang tidak beriman itu
di akhirat kelak akan mengatakan bahwa lepas sudah jabatannya (yang sewaktu di
dunia ia miliki).
Hakikat harta dan dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia Allah. Disebut
sebagai amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut didapat bukan semata-mata
karena kehebatan seseorang, tetapi karena berkah dan karunia dari Allah,
juga sejatinya bukan dimaksud untuk kesenangan pribadi pemiliknya, tetapi juga buat
kemaslahatan orang lain. Karena harta dan jabatan adalah amanah, maka harus dijaga
dan dijalankan atau dipelihara dan dilaksanakan dengan benar, sebab satu saat akan
dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah SWT.
Itu sebabnya maka Al-Qur’an dan hadis selalu mengingatkan bahwa harta itu juga
merupakan cobaan atau fitnah, seperti Firman Allah pada Surat Al-Anfal.

2.2 Kewajiban Mencari Harta.


Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (‘amal) ataua mata pencaharian
(Ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya. (al-Baqarah:267)
‘’Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang bekerja. Barangsiapa yang bekerja
keras mencari nafkah yang halal untk keluarganya maka sama dengan mujahid di jalan
Allah’’ (HR Ahmad).
‘’Mencari rezki yang halal adalah wajib setelah kewajiban yang lain’’(HR Thabrani)
‘’jika telah melakukan sholat subuh janganlah kalian tidur, maka kalian tidak akan
sempat mencari rezki’’ (HR Thabrani).
Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Allah...(Al-Jumuah:10)
...dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-nya. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32)
Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dkehendaki-Nya, dan
Allah mempunyai karunia yang besar. (Al- Jumu’ah: 4)
Dilarang mencari harta , berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-Takatsur:1-2),
melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH (al-Munafiqun:9), melupakan sholat dan zakat
(an-Nuur: 37), dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja (al-
Hasyr: 7)
Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba (al-Baqarah: 273-
281), perjudian, jual beli barang yang haram (al-maidah :90-91), mencuri merampok
(al-Maidah :38), curang dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifin: 1-6), melalui
cara-cara yang batil dan merugikan (al-Baqarah:188), dan melalui suap menyuap (HR
Imam Ahmad).

3
Dalam mencari dan memprolaeh harta, Amir Syarifudin. Menegaskan secara perinci
sebagai berikut :
Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harat
selama yang denikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang berlaku, yaitu halal
dan baik. Hal ini berarti Islam tidak melarang seseorang untuk mencari kekayaan
sebanyak mungkin. Karena bagaimanapun yang menentukan kekayaan yang dapat
diperoleh seseorang adalah Allah swt. sendiri. Di samping itu, dalam pandangan Islam
harta itu bukanlah tujuan, tetapi, merupakan alat untuk menyempurnakan kehidupan
dan untuk mencapai keridhaan Allah.

2.3 Sikap Terhadap Harta dan Jabatan.


Disebabkan harta dan jabatan itu adalah merupakan Amanah dari allah SWT,
maka kita harus bersikap hati-hati terhadapnya. Bila terhadap harta kita wajib
berupaya dan berusaha mencarinya karena harta merupakan kebutuhan kita sebagai
bahagian dari modal hidup, namun bukan demikian halnya tentang jabatan. Jabatan itu
merupakan amanah, oleh karena itu kita tidak harus ambisus untuk memperolehnya.
Allah menyuruh menikmati hasil usaha bagi kepentingan hidup didunia. Namun, dalam
memanfaatkan hasil usaha itu ada beberapa hal yang dilarang untuk dilakukan oleh
setiap muslim :
Israf, yaitu berlebih-lebihan dalam memanfaatkan harta meskipun untuk kepentingan
hidup sendiri. Makan dan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak senang kepada orang yang berlebih-lebihan. (Q.S.Al-A’raf:31)
Tabdzir (boros), dalam arti menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak diperlukan
dan menghambur-hamburkan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
Janganlah kmau menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat kafir
(ingkar) terhadap Tuhannya. (Q.S.Al-Isra’:26 &27)
Khalifah itu wajib menjalankan hukum Allah dan Rasulnya, baik terhadap amal dirinya
sendiri maupun terhadap jalannya pemerintahan.
Bagi yang mempunyai kompetensi atau keahlian dan mempunyai visi misi yang
maslahat kelak dalam jabatannya, maka boleh meminta jabatan, dengan ketentuan
bahwa ia juga tidak boleh terlalu percaya akan keahliannya, sebaliknya jabatan atau
menjaga amanah bagi yabg tidak punya kompetensi atau keahlian, oleh Allah disebut
sebagai perilaku zhalim dan bodoh, sebagaimana Firman allah pada Surat Yusuf ayat 54
dan 55 serta Surat Al-Ahzab ayat 72 :
Artinya:
54. dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia sebagai orang
yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan Dia, Dia berkata:
"Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan Tinggi lagi
dipercayai pada sisi kami".
55. berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".
Artinya:
72. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
Amat zalim dan Amat bodoh.

4
2.4 Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah
...dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya
Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang
dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang
saleh? (Al-Munafiqun:10)
Apabila harta telah dibelanjakan di jalan Allah, maka kebaikan/pahalanya akan
mengalir terus sehingga dapat dikatakan sebagai aset yang permanen, terutamabila
yang dibelanjakanitubertahan lama zatnyaatau yang disebutsebagaiwakaf, ini
sesuaidengansabdaNabiSAW yang berbunyi:

Dari Abu Hurairahra berkata ,Nabi saw bersabda : Apabila manusia telah meninggal
dunia maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari 3 hal, yaitu: Ilmu yang
dimanfaatkan, sodakoh yang mengalir untuknya atau anak soleh yang mendoakan
untuk kebaikannya. HR Ad-Darimi dan tirmidzi. (SunanDarimi 1/462 dan sunan
tirmidzi 3/53..Sanadnya sohih.)
Jabatan juga harus digunakan secara baik dan penuh amanah, sebab di hari akhirat
kelak jabatan itu akan dipertanggung-jawabkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam
Surat Al-Israk ayat 13 dan 34 yang berbunyi:
13. dan tiap-tiap manusia itutelah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana
tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah
kitab yang dijumpainya terbuka.
34. Dan penuhilah janji sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggunganjawabnya.

5
Bab 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa harta dan jabatan
adalah hal yang menjadi prioritas manusia didunia, namun kembali pada sebuah hadis
yang menjelaskan bahwa dunia adalah ladang akhirat. Bekerjalah untuk tetap dapat
hidup didunia menambah amalan diakhirat kelak. Karena harta dan jabatan adalah
amanah dari yang maha kuasa.

6
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.walisongo.ac.id/2072/2/72111013_Bab1.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195504281988031-
MAKHMUD_SYAFE%27I/MAKNA_SEBUAH_JABATAN.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/43455-ID-harta-benda-dalam-perspektif-hukum-
islam.pdf
Ghazaly, dkk. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana
Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah

Anda mungkin juga menyukai