Pijat
Pijat
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
. ·,
DEWAN PENGUJI
Di tetapkan di Depok
iii
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dari semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Tanda Tangan
ii
Puji syukur penulis panjatkan kehadimt Allah SWT atas segala rahmat, petunjuk
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil
penelitian dengan judul "Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kecemasan
Pasien Suspect Kanker Paru Yang Akan Menjalani Tindakan Bronkoskopi Di
Rumah Sakit Persahabatan Jakarta" dengan lancar. Hasil penelitian ini disusun
sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Keperawatan Kekhususan
Keperawatan Medikal Bedab FIK UI, setelah ditindaklanjuti dengan penelitian
yang sebenamya. Hasil penelitian ini dapat terselesaikan berkat dukungan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besamya kepada:
1. Kepada seluruh responden, yang telab memberikan kontribusi dan andil yang
besar dalam terselenggarannya penelitian ini, semoga dapat memberikan
manfaat serta kemajuan bersama.
2. Ibu Dr. Ratna Sitorus, SKp., M.App.Sc, selaku pembimbing I yang telab
banyak memberikan araban, saran, bimbingan bagi penulis dengan penuh
kesabaran serta keikhlasan.
3. Ibu Riri Maria, SKp., MANP., selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan araban, saran dan motivasi bagi penulis dengan penuh
kesabaran.
4. Ibu Tuti Herawati, S.Kp., :MN., selaku pembimbing III yang telah banyak
memberikan araban, saran dan motivasi bagi penulis dengan penuh
kesabaran.
5. Dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, selaku Direktur Utama RSUP
Persababatan yang telab memberikan ijin melanjutk:an pendidikan dan ijin
penelitian.
6. dr. Wahyu Ani Widyaningsih, SpP(K)., PHd selaku pembimbing lapangan
yang telab banyak memberikan araban, saran dan motivasi bagi penulis
dengan penuh kesabaran.
7. Aim. Bapak dan Ibunda tercinta, yang dahulu selalu memberikan doa restu
demi cita-cita anaknya.
iv
Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Suspect Kanker Paru
Yang Akan Menjalani Tindakan Bronkoskopi Di Rumah Sakit Persahabatan
Jakarta.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di Depok
vi
Tingkat kecemasan akan meningkat pada pasien yang diduga menderita kanker
paru, apalagi saat direncanakan tindakan invasif diagnostik bronkoskopi. Salah
satu intervensi keperawatan mengurangi sensasi cemas adalah terapi pijat. Tujuan
penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi pijat terhadap tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan bentuk quasi
experiment dengan nonequivalent control group design. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik consecutive sampling (n = 28). Hasil penelitian
menunjukkan ada perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok kontrol dan
intervensi : a) post-test I, Pvalue = 0,048 pada OR = 1,556; b) post-test II, Pvalue =
0,021 pada OR sebesar 1,750. Penelitian ini menyimpulkan ada pengaruh yang
signifikan (p < 0,05) terapi pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect
kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi. Penelitian ini
merekomendasikan, terapi pijat dijadikan sebagai prosedur tetap tindakan mandiri
keperawatan dalam menurunkan respon kecemasan pasien sebelum dilakukan
tindakan bronkoskopi.
vii
Tingkat kecemasan akan meningkat pada pasien yang diduga menderita kanker
paru, apalagi saat direncanakan tindakan invasif diagnostik bronkoskopi. Salah
satu intervensi keperawatan mengurangi sensasi cemas adalah terapi pijat. Tujuan
penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi pijat terhadap tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan bentuk quasi
experiment dengan nonequivalent control group design. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik consecutive sampling (n = 28). Hasil penelitian
menunjukkan ada perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok kontrol dan
intervensi : a) post-test I, Pvalue = 0,048 pada OR = 1,556; b) post-test II, Pvalue =
0,021 pada OR sebesar 1,750. Penelitian ini menyimpulkan ada pengaruh yang
signifikan (p < 0,05) terapi pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect
kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi. Penelitian ini
merekomendasikan, terapi pijat dijadikan sebagai prosedur tetap tindakan mandiri
keperawatan dalam menurunkan respon kecemasan pasien sebelum dilakukan
tindakan bronkoskopi.
vii
The level of anxiety will be increased in patients suspected of having lung cancer,
especially when planned invasive diagnostic bronchoscopy. One of the nursing
interventions to reduce the sensation of anxiety is massage therapy. The purpose
of the study was to identify the effect of massage therapy on anxiety levels of
patients suspected lung cancer who will undergo bronchoscopy procedure. This
study is a quantitative form of quasi experiment with nonequivalent control group
design. The sampling technique used consecutive sampling technique (n = 28).
The results showed no difference in anxiety levels between the control and
intervention groups: a) the first post-test, pvalue = 0.048 to OR= 1.556; b) the
second post-test, pvalue = 0.021 in the OR was 1,750. The study concluded there
was a significant effect (p <0. 05) massage therapy on anxiety levels of patients
suspected lung cancer who will undergo bronchoscopy procedure. The study
recommends that massage therapy used as a nursing procedure remains
independent intervention in response to lower patient anxiety prior to
bronchoscopy procedure.
viii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......... .. .. ................. ................................ ....... 7
1.3 Tujuan........................................................................................ 7
1.3 .1 Tujuan Urnurn .... ..... ........... ....... ................. ..................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................ 8
1.4 Manfaat...................................................................................... 8
1.4.2 Manfaat Keilmuan ..... ..................... ................................. 8
ix
BAB IV : METODOLOGI
4.1 Desain Penelitian ..................................................................... . 36
4.2 Populasi dan Sampel. ................................................................ . 37
4.2.1 Populasi ........................................................................... . 37
4.2.2 Sampel ............................................................................ . 37
4.3 Tempat penelitian..................................................................... . 40
4.4 Waktu Penelitian....................................................................... . 40
4.5 Etika Penelitian............. ...... ..... .... ..... ...................................... ... .40
4.6 Instrumen Penelitian............ .. ....... .................................. .. ....... .. 41
4.7 Prosedur penelitian ......... .. .. ............. ....... ................ ................ .. 42
4.7.2 Prosedur Teknis ............................................................... 43
4.8. Alur penelitian ........................................................................ .. 44
4.9 Pengolahan dan analisa data .................................................. .. 45
4.9.1 Pengolahan data................................................................ 45
4.9.2 Analisa data....................................................................... 46
BAB IV : METODOLOGI
4.1 Desain Penelitian ..................................................................... . 36
4.2 Populasi dan Sampel. ................................................................ . 37
4.2.1 Populasi ........................................................................... . 37
4.2.2 Sampel ............................................................................ . 37
4.3 Tempat penelitian..................................................................... . 40
4.4 Waktu Penelitian....................................................................... . 40
4.5 Etika Penelitian....................................................................... ... .40
4.6 Instrumen Penelitian................................................................. . 41
4. 7 Prosedur penelitian .................................................................. . 42
4.7.2 Prosedur Teknis .............................................................. . 43
4.8. Alur penelitian ......................................................................... . 44
4.9 Pengolahan dan analisa data ................................................... . 45
4.9.1 Pengolahan data ............................................................... . 45
4.9.2 Analisa data ...................................................................... . 46
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden ........................................................... 63
6.2 Pengaruh Terapi Pijat terhadap Kecernasan ............................. 65
6.3 Hubungan Faktor Confounding Factor terhadap
Tingkat Kecernasan ..................... ....................... ... ................... 66
6.3.1 Faktor Urnur terhadap tingkat kecernasan ....................... 67
6.3.2 Faktor jenis kelarnin terhadap tingkat kecernasan .......... 68
6.3.3 Faktor pendidikan terhadap tingkat kecernasan .............. 68
6.3.4 Faktor pekerjaan terhadap tingkat kecernasan ................ 68
6.3.5 Faktor pendapatan terhadap tingkat kecernasan .............. 69
6.4 Keterbatasan Penelitian ......... .................... ...... ........ ................. 69
6.5 lrnplikasi hasil penelitian ....... ................ ... ............ .................... 69
6.5.1 Bagi pelayanan keperawatan ........................................... 69
6.5.2 Bagi pendidikan ilrnu keperawatan ................................. 70
6.5.3 Bagi penelitian yang akan datang ................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMP IRAN
xi
xii
xiii
xiv
Angka prevalensi pasien dengan diagnosis kanker paru di Amerika Serikat sekitar
15% dan akan bertahan hidup lima tahun setelah diagnosis penyakit tersebut.
1 Universitas Indonesia
Banyak individu yang sedang didiagnosa atau sudah terdiagnosa atau sedang
menjalani pengobatan kanker akan mengalami masalah fisik (physical
symptoms) dan psikis (psychological symptoms) yang terkait dengan kualitas
hidup mereka (Corbirr, 2005). Masalah fisik seperti nyeri, konstipasi, atau mual.
Sementara masalah psikis tersebut antara lain gangguan depresi dan kecemasan
sebagai masalah umum di antara pasien yang menderita kanker atau pasien yang
menjalani perawatan paliatif kanker dan hal ini berkontribusi terhadap
berkurangnya tingkat keberhasilan penatalaksanaan penyakit serta pencapaian
kualitas hidup (Wilson, 2007).
Tingkat kecemasan akan semakin meningkat pada saat pasien diduga menderita
penyakit kanker paru, belum lagi direncanakan tindakan invasif diagnostik seperti
tindakan bronkoskopi. Bronkoskopi adalah suatu prosedur diagnostik dan
teraupetik invasif untuk memeriksa jalan nafas (orofaring, laring, pita suara dan
sistem trakeobronkus) pada kelainan paru dan pemafasan serta untuk melakukan
tata kelola yang sesuai dengan indikasi, dengan menggunakan peralatan
bronkoskopi (Wahyu Ani (2010) dikutip dalam Swidarmoko & Susanto, 2010)).
Data dari rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan (RSUP
Persahabatan) pada tahun 2013 didapatkan kasus kanker paru yang diruang rawat
inap sekitar 616 pasien~ rawat jalan sekitar 400 pasien. Sementara pasien yang
menjalani tindakan bronkoskopi sekitar 584 orang dalam satu tahun atau 48 orang
per bulan (Register IPMT, 2013). Fenomena di lapangan tidak sedikit dijumpai
bahwa pasien dengan kanker paru yang sudah dijadwalkan untuk direncanakan
tindakan bronkoskopi dinyatakan ditunda pada pagi harinya (H-0), dikarenakan
terjadi peningkatan tekanan darah dan gangguan irama jantung, sebagai bentuk
Universitas Indonesia
respon dari kecemasan. Berdasarkan observasi selama ini, kasus tertunda untuk
tindakan bronkoskopi setiap 8 s.d 10 pasien yang akan menjalani bronkoskopi,
terdapat 1 orang yang ditunda atau dengan rasio 1 : (8-1 0) dan berdasarkan
pengkajian bahwa pasien tidak memiliki riwayat penyakitjantung atau hipertensi.
Menurut Kaplan dan Sadock (2003) bahwa kecemasan adalah sebuah respon dari
suatu ancaman, yang mana sumber ancaman tersebut tidak diketahui secara pasti,
was-was atau kon:fliktual, yang didapat dari faktor internal atau eksternal.
Manusia secara alamiah akan merasa cemas dan tegang dalam menghadapi situasi
yang mengancam dan menekan. Perasaan tersebut ditandai dengan rasa ketakutan,
tidak menyenangkan, was-was dan sering disertai dengan gejala nyeri kepala,
keringat dingin, palpitasi, kekakuan dan gangguan-gangguan yang lain baik secara
fisiologis dan psikologis.
Menurut Greive (2002, dalam Brand, Munroe & Gavin, 2013) bahwa kecemasan
merupakan bagian normal dari pengalaman perioperatif yang dialami oleh tiap
individu. Sekalipun demikian tidak sebaiknya diabaikan, karena kecemasan yang
timbul selama fase pre operasi memberikan potensi terhadap kualitas kenyamanan
pada fase post operatif, seperti perasaan nyeri, gangguan body image, hasil
diagnostik yang tidak diinginkan dan kehilangan identitas diri selama di rumah
sakit. Menurut Yellen dan Davis (2001, dalam Brand, Munroe & Gavin, 2013)
bahwa kecemasan dapat mengganggu proses pemulihan secara fisik dan
emosional, sehingga akan berdampak pada kurangnya kualitas penyembuhan serta
menambah lama hari rawat. Hal ini dapat terjadi karena kecemasan menjadi
pencetus teijadinya respon stres, selanjutnya akan merangsang dikeluarkanya
epineprin dan norepineprine sehingga akan meningkatkan tekanan darah, denyut
jantung, curahjantung dan darah gula.
Menurut Poi, Chuah, Srinivas dan Liam (1998) dalam penelitiannya yang
bertujuan untuk mengidentifikasi kecemasan pasien yang menjalani bronkoskopi
(fibreoptic broncoscopy) dan menetukan faktor yang memberikan kontribusi
paling besar pada timbulnya tingkat kecemasan tersebut. Penelitian dilakukan
Universitas Indonesia
terhadap 104 pasien dan terdapat 61 pasien mengalami kecemasan saat akan
dilakukan prosedur tindakan tersebut dengan rincian, yaitu : cemas terhadap
kemungkinan rasa nyeri (33), cemas akan mengalami kemungkinan kesulitan
bemafas (11), cemas akan mengalami iritasi jalan nafas (5), cemas terhadap alat
bronkoskopi (2), cemas apabila terjadi infeksi (3) dan kecemasan yang tidak
teridentifikasi (7). Kecemasan itu sendiri secara signifikan dipengaruhi oleh usia
muda (p = 0,037) danjenis kelamin (p = 0,038).
Bukti basil penelitian oleh conchrane collaborative group dengan total pasien
357 orang, menggunakan meta-analisis, dipublikasikan pada tahun 2002 bahwa
terapi pijat menurunkan gejala - gejala pada pasien kanker. Peneliti mencatat
bahwa pijatan mampu menurunkan tingkat kecemasan dengan kisaran 19% - 32%
pada 207 pasien, namun kurang bukti terhadap penurunan respon fisik : nyeri.
Kesimpulan lain bahwa terapi pijat tidak memiliki pengaruh terhadap percepatan
dalam penyebaran sel kanker karena belum ditemukan evidence based. Anggapan
yang menyatakan bahwa pijatan akan mempercepat penyebaran sel kanker belum
dapat dibuktikan (Corbirr, 2005).
Universitas Indonesia
Menurut Mok (2004), memberikan saran bahwa terapi pijat (Slow Stroke Back
Pijatan = SSBM) adalah sebagai intervensi keperawatan yang effektif untuk
mengurangi respon nyeri dan kecemasan pada pasien stroke dan dapat dijadikan
perpaduan terapi altematif dengan teknologi untuk melengkapi pelayanan pada
individu dan di pelayanan rumah sakit.Cassileth (2004), menyimpulkan bahwa
terapi pijat memberikan perbaikan yang nyata pada pasien kanker dengan nilai
awal yang sangat tinggi terhadap respon nyeri, cemas dan gejala yang lainnya.
Artinya bahwa pijatan mampu menurunkan respon nyeri, kecapekan, mual,
kecemasan, depresi. Selain itu pijatan masih diterima dikalangan masyarakat
karena biayanya murah, · mampu memberikan rasa nyaman, bebas dari efek
samping dan dapat dijadikan sebagai altematif pilihan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tidur, hanya belum banyak dilakukan penelitian yang berkaitan dengan respon
kecemasan terutama pada pasien kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi
pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani
tindakan bronkoskopi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bab kedua akan dijelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan
kanker paru, bronkoskopi, asuhan keperawatan, kecernasan dan terapi pij at.
2.1.2 Etiologi
Kanker berkembang sebagai akibat dari kerusakan genetik DNA dan perubahan
epigenetik. Perubahan ini berdampak pada fungsi normal sel, yang meliputi
proliferasi sel, program kematian sel dan perbaikan DNA. Kerusakan yang
terakumulasi memberikan celah bagi peningkatan sel kanker (Brown, 2010).
Penyebabnya adalah :
2.1.2.1 Merokok
Merokok terutama rokok memberikan kontribusi utama terjadinya kanker paru.
Asap rokok diketahui memiliki 60 jenis zat karsinogen, seperti nitrosamine,
benzopyrene dan nikotine (Hecht, 2003). Nikotine yang terdapat dalam rokok
mampu menekan respon imune terhadap pertumbuhan kanker pada jaringan yang
terpajan. Di negara maju, 90% dari kematian kanker paru-paru pada pria selama
tahun 2000 dihubungkan dengan merokok dan 70% Wanita. Merokok
menyumbang 80 - 90% dari kasus kanker paru. Perokok aktif dan perokok pasif
9 Universitas Indonesia
merupakan faktor resiko karsinoma paru (Sopori, 2002). Berhenti merokok dan
tidak merokok sebagai upaya preventif terbaik agar tidak terjadi kanker paru.
Mencegah seseorang bukan perokok menjadi perokok adalah pencegahan primer
sedangkan pencegahan sekunder adalah menghentikan seseorang perokok agar
berhenti merokok (PDPI, 2010).
2.1.2.5 Lain-lain
Banyak zat lain , pekerjaan dan paparan lingkungan telah dikaitkan dengan
kanker paru. Badan Intemasional untuk Penelitian Kanker (IARC) menyatakan
ada "bukti yang cukup" terhadap zat-zat yang diyakini bersifat karsinogenik di
paru : 1) Beberapa logam aluminium produksi, kadmium dan kadmium senyawa,
chromium (VI) senyawa, berilium dan senyawa berilium, besi dan baja pendiri,
Universitas Indonesia
2.1.3 Klasifikasi
Jenis utama dari kanker paru adalah karsinoma sel kecil paru atau small cell
lung carsinoma (SCLC), juga disebut kanker sel oat, dan karsinoma paru non-sel-
kecil atau non- small eel/lung carsinoma (NSCLC) (Collins, 2007).
Universitas Indonesia
2. CT Scan thoraks
Jenis pencitraan untuk mendapatkan informasi yang lebih baik karena mampu
mengenali massa yang berukuran kurang dari 1 em, tanda-tanda proses
keganasan, invasi ke mediastinum atau dinding dada tanpa gejala dan
keterlibatan dari kelenjar getah bening.
Universitas Indonesia
7. Sitologi sputum
Pemeriksaan dengan bahan baku dari sputum tampung dalam wadah berisi etil
alkohol 50% dengan poliethilen glikol, dihomogenisasi dan dilakukan
sentrifugal. Kemudian sampel diambil dari sedimen yang berada pada dasar
tabung (PDPI, 201 0).
Universitas Indonesia
paru kontralateral baik dan VEP 1> 60% 2). Resiko sedang untuk pneumonektomi, ·
hila KVP paru kontralateral2:: 35% dan VEP1 > 60% (PDPI, 2002).
2.1.6.2 Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat kuratif dan paliatif. Terapi kuratif
diberikan pada stadium dini (I dan II) dan radioterapi menjadi bagian dari
kemoradioterapi neoadjuvant untuk NSCLC karena tidak dapat dilakukan operasi
sebelumnya atau inoperable, biasanya stage IliA Dosis radioterapi lazimnya
5000 - 6000 eGy, setiap radioterapi diberikan dosis 200 eGy selama 5 hari dalam
seminggu. Syarat radioterapi : Hb > 10 g%, Trombosit > 100.000/dl dan leokosit
> 3000/dl (PDPI, 2002).
2.1.6.3 Kemoterapi
Semua kasus kanker paru dapat diberikan kemoterapi mulai dari stadium dini (I
dan II) yang tidak memungkinkan dilakukan operasi karena suatu sebab. Pada
stadium lanjut kemoterapi menjadi pilihan utama, dengan syarat utama sudah
ditentukan jenis histopatologis dari sel kanker dan tampilan. Berdasarkan skala
Kamosfky, harus lebih dari nilai 60, kalau menggunakan skala WHO :S 2. Pada
usia tua dengan tampilan > 2, penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat
dipertimbangkan (PDPI, A, 2002). Ketentuan lain sebelum dilakukan kemoterapi
adalah status hematologi, hepar dan ginjal memenuhi syarat tindakan (POI, 2010).
2.2 Bronkoskopi
2.2.1 Definisi
Bronkoskopi merupakan suatu prosedur diagnostik dan teraupetik invasif dengan
memasukkan alat bronkoscope melalui hidung atau mulut untuk melihat saluran
pemafasan dan mengenali berbagai kelainan dari penyakit paru (Swidarmoko &
Susanto, 2010). Broncoskope sebuah alat yang kaku atau fleksibel, dengan
panjang kurang lebih 60 em, berdiameter 1 em dan dilengkapi dengan kamera
pada ujungnya. Prosedur bronkoskopi dapat dilakukan di ruang bronkoskopi atau
di ruang bedah (kamar tindakan).
Universitas Indonesia
2.2.2 lndikasi
Bronkoskopi sering dilakukan dengan beberapa indikasi, yaitu :
1. Menegakkan diagnosis penyakit paru : kanker, the, atau penyakit lainnya.
2. Memeriksa kelainan paru.
3. Mengangkat benda asing di paru, seperti : plug sputum, tumor, sekret yang
berlebihan.
4. Mendapatkan sampel jaringan, seperti biopsi untuk test sel kanker, membantu
staging kanker, untuk pengobatan tumor dengan terapi laser.
5. Pemasangan stent, batuk darah, dilatasi striktur trakeobronkus.
Universitas Indonesia
9. Informasi lain yang perlu ditanyakan : riwayat alergi obat, makanan; Obat yang
diminum sebelumnya seperti aspirin atau obat anti inflamasi (anti platelets;
NSAIDs); distop 1 minggu sebelum prosedur bronkoskopi.
2.3 Kecemasan
Ketidakmampuan seseorang dalam melakukan adaptasi terhadap suatu peristiwa
atau keadaan sebagai akibat dari stresor psikososial akan berdampak pada
keluhan-keluhan antara lain stres, depresi dan cemas.
2.3.1 Definisi
Kecemasan (ansietas/anxienty) adalah sebuah respon dari suatu ancaman, yang
mana sumber ancaman tersebut tidak diketahui secara pasti, dapat dari faktor
internal, ekstemal, samar-samar atau konfliktual. Kecemasan merupakan respon
emosional terhadap penilaian (Kaplan & Sadock, 2003). Kecemasan merupakan
gangguan alam perasaan (affektive) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau
kekawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas, kepribadian masih utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam rentang normal (Hawari, 2001 ). Cemas merupakan reaksi emosional
terhadap penilaian individu yang subyektif, dipengaruhi oleh alam bawah sadar
dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Depkes RI, 2000 dalam Hidayat,
2008).
Universitas Indonesia
3. Kecemasan berat, seseorang yang hanya mampu memusatkan satu hal atau satu
permasalahan yang sifatnya terinci dan specifik, artinya tidak sanggup berfikir
hal lain. Gejala yang sering dijumpai adalah memerlukan banyak arahan,
terdapat gangguan fisiologis : cepat pusing, mual, sakit kepala, susah tidur,
beser (sering kencing), berdebar-debar, diare, fokus terhadap dirinya sendiri,
belajar tidak efektid, perasaan tidak berdaya, bingung dan disorientasi.
Universitas Indonesia
2.3.4 Etiologi
Menurut Hawari (2001), bahwa stressor psikososial sebagai pencetus terjadinya
cemas dapat berupa : perkawinan, pekerj aan, masalah orang tua, lingkungan
hidup, keuangan, perkembangan, trauma, faktor keluarga dan kondisi penyakit.
Universitas Indonesia
Kelenjar Endokrin
(Sistem Hormonal,
Kekebalan/immunitv)
•
Stres
+
Denresi
• • Cemas
Somatik/fisik Psikis/sedih khawatir
Sumber: Hawari, 2001
Berdasarkan skema 2.1 dapat dijelaskan bahwa jalur neural dan neuroendokrin
dibawah kontrol dari otak (hipotalamus) yang sangat dipengaruhi oleh respon
stres, apapun sumber stresnya. Aksi pertama dalam merespon stres, otak akan
menstimulasi sistem saraf simpatis untuk mensekresi norepineprin pada ujung
saraf dan langsung berhubungan dengan organ yang dituju. Efek ini akan dapat
dirasakan seperti peningkatan denyut jantung dan vasokontriksi perifer. Setelah
itu akan diikuti sekresi epineprin yang akan menstimulasi sistem saraf dan
menimbulkan efek peningkatan kadar gula darah dan peningkatan laju
metabolisme. Pada suatu kondisi, dimana tubuh sudah tidak dapat melakukan
adaptasi artinya stres menetap atau meningkat, otak akan melibatkan jalur
hipotalamus pituitari dengan mensekresi corticotropin releasing factor yaitu
memproduksi adrenocorticotropic hormon (ACTH). Kemudian ACTH akan
menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi glukokorticoid, terutama
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
prosedur bedah, terutama akan berkaitan dengan masalah psikologis, baik kepada
pasien ataupun keluarga. Masalah psikologis akan dapat diamati dengan adanya
perubahan emosi. Hal ini biasa disebabkan oleh perasaan tidak nyaman terhadap
tindakan tersebut, seperti :
1. Cemas
Cemas adalah perasaan tidak nyaman, kegelisahan yang tidak jelas disertai
dengan respon otonom yang tidak spesifik, perasaan was-was untuk mengatasi
bahaya. Hal ini memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk
menghadapinya (Nanda, 2005).
2. Takut
Respon yang mempersepsikan adanya suatu ancaman atau bahaya yang secara
sadar diakuinya (Nanda, 2005).
Universitas Indonesia
2. Terapi musik
Pada studi literatur tentang terapi musik yang dilakukan pada pasien yang
menjalani bronkoskopi berhasil didapatkan 1 buah. Penelitian dilakukan oleh
Colt (1999), bertujuan untuk mengetahui pengaruh musik relaksasi terhadap
tingkat kecemasan pasien yang menjalani tindakan bronkoskopi (jiberoptic
bronchoscopy). Penelitian dilakukan terhadap 30 pasien sebagai kelompok
perlakuan dan 30 pasien sebagai kelompok kontrol. Peneliti menyimpulkan
bahwa musik relaksasi yang diberikan melalui headphone pada pasien selama
tindakan bronkoskopi fleksibel tidak memberikan pengaruh yang signifikan
untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien selama prosedur tersebut.
Universitas Indonesia
Penelitian menurut Kim, Cho, Woo dan Kim (2001) yang bertujuan untuk
mengidentifikati pengaruh pijatan tangan terhadap tingkat kecemasan pasien yang
Universitas Indonesia
menjalani operasi katarak. Penelitian ini dilakuk:an di Korea, dari bulan Desember
1996 s.d Februari 1997 dengan melibatk:an 59 pasien, yang dibagi dalam dua
kelompok yaitu kelompok perlakuan (n = 29) dan kelompok kontrol (n = 29).
Tingkat kecemasan diukur menggunakan visual analog scale, kemudian
dimonitor dengan perubahan tekanan darah, nadi, sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan bedah serta perubahan kadar epinephrine, nor epinephrin, kortisol, darah
gula, neotropil dan lymposit. Hasil penelitian menunjukkan setelah dilakukan
pijatan tangan terjadi perubahan yang signifikan, yaitu tingkat kecemasan,
tekanan darah, nadi dibandingkan dengan sebelum dilakukan pijatan. Selain itu
terjadi perbedaan sangat signifikan terhadap peningkatan kadar epinephrine, nor
epinephrin dan kortisol pada kelompok kontrol. Hasil lain tidak terdapat
perbedaan signifikan diantara dua kelompok terhadap perubahan nilai gula darah,
neotropil dan lymposit.
Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa terapi pijat menurunkan tingkat
kecemasan pasien yang menjalani operasi katarak baik secara fisiologis dan
psikologis dibawah pengaruh anestesi lokal.
Universitas Indonesia
Tabel2.1
Efek Pijat Terhadap Pikiran Tubuh
Sistem Respon
EfekFisik
Integumen • Memberikan stimulus reseptor senson, yang
kemudian akan memberikan efek secara umum :
relaks, kesiagaan badan, dan menurunkan respon
nyen.
• Membantu mengeluarkan produk sampah,
melalui pijatan membantu membuka pori
• Membantu mengangkat lapisan kulit yang mati
• Membantu perspirasi dan meningkatkan sekresi
kelenjar keringat
Jaringan I facia • Meningkatkan kelenturan jaringan, otot
• Memisahkan jaringan sesuai pada tempatnya
Sirkulasi • Meningkatkan sirkulasi lokal
• Meningkatkan venous return
• Menurunkan tekanan darah dan denyut jantung
dengan Pijatrelak secara teratur
Skeletal • Meningkatkan mobilitas sendi dan fleksibeliti
Hasil penelitian oleh Touch Research Institute at the University of Miami yang
dipublikasikan oleh Pasific College of Oriental Medicine bahwa Pijat mampu
meningkatkan ketersediaan semua neurohormon untuk dapat mempengarui kimia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
clarity), perasaan sejahtera atau bahagia (general feeling of well being); pelepasan
emosi terpendam (release of unexpressed emotions).
2. Petrissage (menekan)
Teknik petrissage : mengangkat, memeras, atau menekan jaringan lunak (seperti
gerakan adonan) atau tekan atau menggulung jaringan di bawah atau di antara
Universitas Indonesia
tangan. Petrissage dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan tergantung pada
ukuran otot atau kelompok otot. Gerakan petrissage berfungsi untuk
mengumpulkan akumulasi metabolit (produk limbah) di otot, meningkatkan
sirkulasi lokal, dan membantu aliran batik vena. Petrissage juga dapat membantu
memisahkan serat otot dan membangkitkan relaksasi otot. Sebelum melakukan
petrissage, perlu mempersiapkan dan menghangatkan daerah tersebut, biasanya
bersamaan dengan effleurage. Hanya menggunakan sedikit minyak atau lotion
saat pemanasan daerah, apabila terlalu banyak pelumas akan mengalami kesulitan
untuk memahami jaringan selama petrissage. Perawatan yang harus dihindari
adalah mencubit atau menimbulkan memar jaringan. Kekuatan tekanan
disesuaikan dengan kondisi pasien.
3. Friction (gesekan)
Gesekan dilakukan dengan menggosok satu permukaan diatas permukaan yang
lain secara berulang-ulang, misalnya tangan digunakan untuk menggosok kulit.
Resistensi terhadap gerakan yang disediakan oleh permukaan menyebabkan
sensasi hangat dan merangsang kulit. Gesekan juga dapat dilakukan antara kulit
dan jaringan yang Iebih dalam. Deep friction (gesekan dalam), jari praktisi tidak
bergerak di atas permukaan kulit, melainkan memindahkan kulit di atas jaringan
di bawahnya.
4. Tapotement (menepuk)
Tapotement terdiri dari serangkaian gerakan perkusif cepat, memiliki efek
merangsang dan menyenangkan bagi penerima jika dilakukan dengan terampil.
Bentuk klasik yang paling umum dari tapotement : hacking (gerakan
mencincang), rapping (mengetuk/memukul), cupping (menangkupkan), clapping
(menepukkan), slapping (tamparan), dan pincement (menjepit). Tapotement sering
digunakan dalam menyelesaikan salah satu bagian tubuh, sisi tubuh atau sesi itu
sendiri.
Universitas Indonesia
5. Vibration (getaran)
Getaran dapat digambarkan sebagai berosilasi, bergetar, atau gerakan gemetar
bolak-balik atau naik dan turon dilakukan dengan cepat dan berulang-ulang.
Getaran mungkin baik, dan diterapkan di area kecil dengan ujung jari. Getaran
kasar dapat digunakan untuk membantu individu menjadi sadar (sigap),
meningkatkan sirkulasi pada otot dan membantu rileks. Teknik getaran halus
memberikan gerakan berosilasi pada jaringan lunak dan memiliki efek
merangsang, atau mengendurkan otot-otot tertentu.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penatalaksanaan
Medis:
•Bedah
• Kemoterapi
• Radioterapi
Stres Psikologis
Asuhan Keperawatan :
H
•
Cernas I
• Pengkajian
•Masalah atau
diagnosa keperawatan
• Rencana Keperawatan
H Manajemen Cemas
• Implementasi !
•Evaluasi STIMULUS Confounding factor
Sensasi sentuhan :
Pijat •Umur
• Jenis kelamin
+ • Pendidikan
Susunan SarafPusat •Pekerjaan
(otak, sistem lymbic, • Pendapatan
Neurotransmiterr)
+
Kelenjar Endokrin
I
+
Pe j endorphine
+
Pe j Serotonin
•
Pe j Dopamin, dll
Sumber: Cassileth, B. R., & Vickers, A J., 2004; Ernst, E., 2009; Fauci, Anthony S. (2000); Ferrell-
Torry, A T., & Glick, 0. J., 1993; Hansen, N. V., Jorgensen, T., & Ortenblad, L. (2006); Hawari. (2001);
Lindgren, L. at al, 2010; Mok, E., & Pang Woo, C. (2004)
Universitas Indonesia
Confounding factor :
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan.
32 Universitas Indonesia
3.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, dimana
rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Ilmu statistik
membedakan hipotesi dalam dua macam, yaitu hipotesis nol (Ho) dan hipotesis
alternatif (Ha). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada pengaruh terapi pij at terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker
paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi.
Universitas Indonesia
Dependent
Tingkat Perasaan was-was, Hamilton Tidak cemas, Ordinal
kecemasan ketidak jelasan, Rating Scale Skor 0-13
kegelisahan dengan for Anxiety
sumber perasaan atau AAS = Cemas skor >
yang tidak bisa anxiety 14 s.d 56
dikenali oleh pasien. analog scale;
Peneliti menilai dalam alat
respon cemas pada uk.ur tersebut
saat: terdiri dari 14
• 30 menit sebelum item
dilakukan terapi pertanyaan
pijat (kelompok dan setiap
perlakuan); dan item
kelompok kontrol pertanyaan
padaH-1. dapat
• 1 Jam setelah diberikan
dilakukan terapi jawaban pada
pijat pada H- 1. rentang nilai
• 1-2 jam sebelum dari 0-4.
diantar ke kamar
tindakan H-0.
Confounding
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pretest r - -
X - Posttest (Q2- Ql)
(Qt) (Qz)
Cls
Pretest Posttest
(Q4- Q3)
(Q3) (Q4)
36 Universitas Indonesia
Keterangan :
Ql
Tingkat kecemasan sebelum dilakukan prosedur persiapan bronkoskopi
dan terapi pijat pada kelompok intervensi.
Qz
Tingkat kecemasan setelah dilakukan prosedur persiapan bronkoskopi
dan terapi pijat pada kelompok intervensi.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagianjumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan non probability
sampling dengan teknik consecutive sampling. Consecutive sampling merupakan
suatu metode pernilihan sampel dengan menentukan semua individu yang
Universitas Indonesia
ditemuinya dan yang memenuhi kriteria sebagai responden, sampai jumlah sampel
yang diingikannya terpenuhi. Peneliti disarankan agar dalam penentuan sampel dapat
mendekati pengambilan sampel secara probability sample, sebaiknya penelitian
dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lama dalam memilih sampel (Dharma,
20 11 ). Penentuan besar sampel berdasar pada pertimbangan masalah penelitian
secara statistik. Pada penelitian ini memiliki variabel bebas dengan jenis data
nominal, sedangkan variabel terikat memiliki jenis data ordinal, kedua jenis data
masuk data kategori atau diskrit. Sehingga menurut Dharma, 2011 dalam
menentukan besar sampel menggunakan rumus :
n= [(z. +!')xs·r
Keterangan:
n jumlah sampel
Za deviat baku a, nilai Z pada derajat kemaknaan tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti (a= 5% => Za= 95% = 1,96)
Zl3 deviat baku 13, nilai Z pada kekuatan uji (power) tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti (13=80% => Zl3 = 0,842)
d selisih minimal rerata yang dianggap bermakna (judgement peneliti)
Sd simpang baku dari rerata selisih nilai antar kelompok (dari penelitian
terdahulu)
Mengacu pada hasil penelitian sebelumnya oleh Handayani (2007), yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh massase punggung terhadap pola nafas dan tingkat
kecemasan pada pasien asma dengan simpang baku rerata terdapat selisih nilai
sebesar 1,828. Kemudian perbedaan yang dianggap bermakna oleh peneliti adalah
1,5. Confidence interval yang digunakan peneliti 95 % (a = 0,05) dan prediksi
devariasi dari proporsi atau presisi absolute (d) adalah sebesar (0,05),power sebesar
80%, maka jumlah responden dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:
2
(1,96 + 0,842)x 1,828]
n= [ = 1166 = 12
1,5 I
Universitas Indonesia
Keterangan:
n' = jumlah sampel yang direncanak:an diteliti
n = besar sampel yang dihitung
f = perkiraan proporsi dropout.
Atau:
, 12
n = (1 _0,1) = 13,33 = 14
Universitas Indonesia
dinyatakan drop out oleh peneliti saat responden menghentikan atau diberhentikan
oleh peneliti. Ketentuan yang lain, apabila responden tidak mengikuti seluruh
rangkaian penelitian.
Universitas Indonesia
Peneliti merahasiak:an segala bentuk informasi yang didapatkan dari responden dan
hanya digunak:an dalam kepentingan penelitian semata, dengan cara merahasiak:an
identitas nama responden digantikan dengan kode (nomor urut) dan inisial dari
responden, alamat responden hanya dituliskan kabupaten kota atau provinsi.
Universitas Indonesia
Validitas dan realibilitas pada instrumen Rating Scale for Anxiety atau AAS = anxiety
analog scale terakhir dilakukan oleh Hegazy, Ragheb, El-Sayed dan Rashad (2012)
dengan tujuan penelitian untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien yang akan
menjalani operasi katarak dan sebagai tindak lanjutnya akan digunakan untuk
membuat protokol manajemen kesehatan berdasarkan tingkat kecemasan pasien.
Validitas isi dipastikan oleh kelompok ahli dari bedah kedokteran, perawatan bedah
dan keperawatan kesehatan masyarakat. Para ahli sepakat bahwa instrumen tersebut
dinyatatakan valid untuk menilai tingkat kecemasan. Kehandalan intrumen dilakukan
dengan menggunakan uji alpha cronbach = 0.82 artinya intrumen tersebut
dinyatakan reliabel pada tiap butimya.
4. 7 Prosedur Penelitian
Tahapan penelitian dalam persiapan pengumpulan data sebagai berikut :
4.7.1 Persiapan administratif
l. Setelah peneliti menyelesaikan UJian proposal tesis dan melakukan revisi
proposal, segera mengajukan surat lolos uji etik dan surat ijin penelitian kepada
FIK-ill, ditujukan kepada RSUP Persahabatan.
2. Surat permohonan penelitian dari FIK-UI disampaikan kepada Direktur Utama
melalui Direktur Umum dan Pendidikan~ tembusan kepada Diklat RSUP
Persahabatan.
3. Setelah mendapatkan tanggapan dan ijin dari pihak RSUP Persahabatan yang
diwakili oleh Diklat RSUP Persahabatan, peneliti menginformasikan kepada
Kepala instalasi dan unit terkait dibawahnya yang terlibat dalam penelitian
tersebut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
I
~
Stop
I
•
Kontrol
I I
•
Intervensi
I
~ !
Ukur tanda vital Ukur tanda vital
! ~
Prosedur persiapan Prosedur persiapan
bronkoskopi bronkoskopi
~----------
1
4 ~---------- Ukur Penilaian tingkat kecemasan
kecemasan sebelum dilakukan terapi pijat
+
5 ~---------- Terapi pijat 1 kali
pada H-1~ selama
30 menit
6Post-test I ~-----
!
7 ~----------
Terapi pijat 1 kali~ 1-2 jam sebelum
dibawa ke kamar tindakan pada H-0~
selama 30 menit
!
8Post-test 11 ~----- Penilaian tingkat kecemasan 1 jam setelah dilakukan
terapi pijat
Universitas Indonesia
4.9.1.2 Coding
Setelah tahapan editing selesai dilakukan, peneliti mengelompokkan atau
mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden secara sistematis sesuai dengan
macamnya, memiliki maksud agar dapat memberikan kemudahan peneliti dalam
melakukan analisis data.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel4.2
Analisis Bivariat Uji Perbedaan Tingkat Kecemasan Antar
Kelompok Kontrol dengan Kelompok Intervensi
Varia bel Dependent Uji statistik
No Perbedaan Tingkat Kecemasan
Kelompok Kontrol dengan Kelompok Intervensi
1 Tingkat kecemasan Post Tingkat kecemasan Post
Test I pada kelompok Test I pada kelompok
Chi-Square Test
kontrol intervensi
Tabel4.3
Analisis Bivariat Uji Perbedaan Tingkat Kecemasan pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Varia bel Dependent Uji statistik
No Perbedaan Tingkat Kecemasan
Kelompok Kontrol dengan Kelompok Intervensi
1 Tingkat kecemasan Tingkat kecemasan
dalam kelompok dalam kelompok kontrol
Wilcoxon Test
kontrol pada Pre Test padaPost Test I
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab kelima ini menjelaskan secara rinci tentang basil penelitian pengaruh terapi
pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani
tindakan bronkoskopi dilakuk:an di RSUP Persahabatan. Hasil penelitian terdiri
dari tiga bagian, yaitu : analisis univariat, analisis bivariat dan analisis regresi
logistik.
5.1 Univariat
Analisis univariat meliputi karakteristik responden dilihat dari umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan karakteristik tingkat kecemasan
pasten.
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Persahabatan Jakarta dengan jumlah sampel
penelitian sebanyak 28 responden, yang terdiri dari 14 responden sebagai
kelompok intervensi dan 14 responden sebagai kelompok kontrol. Adapun
karakteristik subjek penelitian disajikan pada tabel berikut ini :
49 Universitas Indonesia
Tabel5.1
Distribusi Karakteristik Responden (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan
dan Pendapatan) di RSUP Persahabatan Jakarta
Juni- Juli 2014 (n= 28)
~~~
No Karakteristik ~~·~ ~
2 Jenis Kelamin
Laki -laki 9 11 64,3 78,6
Perempuan 5 3 35,7 21,4
3 Pendidikan
Dasar- Menengah 11 11 78,6 78,6
Tinggi 3 3 21,4 21,4
4 Pekerjaan
Tidak/belum bekerja 5 4 35,7 28,6
Bekerja 9 10 64,3 71,4
5 Pendapatan
< 2,2 Juta 10 9 71,4 64,3
2:2,2 Juta 4 5 28,6 35,7
Universitas Indonesia
Tabel5.2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Kecemasan
pada Pre-Test Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUP Persahabatan Jakarta
Juni- Juli 2014 (n= 28)
1 Cernas
Cemas Sedang 3 2 21,4 14,3
Cemas Ringan 11 12 78,6 85,7
2 TidakCemas 0 0 0 0
Universitas Indonesia
setelah pijat pada kelompok intervensi. Berdasarkan hasil analisis data (distribusi
skor tingkat kecemasan) diperoleh sebagai berikut :
Tabel5.3
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Kecemasan
pada Post-Test I Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUP Persahabatan
Jakarta Juni- Juli 2014 (n= 28)
1 Cemas
Cemas Sedang 0 3 0,00 21,4
Cemas Ringan 9 11 64,3 78,6
Berdasarkan tabel 5.3 distribusi frekuensi tersebut di atas diketahui bahwa tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi sesudah intervensi (post-test I) pada kelompok intervensi, dari 14
responden dikategorikan cemas 64,3%, yaitu cemas ringan 64,3% dan cemas
sedang 0%. Sementara itu yang masuk dalam kategori tidak cemas 35,7%. Pada
kelompok kontrol, dari 14 responden 100% mengalami cemas, dengan rincian
cemas ringan 78,6% dan cemas sedang 21,4%. Pada kedua kelompok mayoritas
tingkat kecemasan berada pada kategori cemas ringan.
Universitas Indonesia
Tabel5.4
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Kecemasan
pada Post-Test II. Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUP Persahabatan
Jakarta Juni- Juli 2014 (n= 28)
1 Cernas
Cemas Sedang 0 3 0,00 21,4
Cemas Ringan 8 11 57,1 78,6
2 TidakCemas 6 0 42,9 0
Berdasarkan tabel 5.4 distribusi frekuensi tersebut di atas diketahui bahwa tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi sesudah intervensi (post-test II) pada kelompok intervensi, dari 14
responden, dikategorikan tidak cemas 42,9% dan cemas 57,1% yaitu cemas
ringan 57,1% dan sedang 0%. Pada kelompok kontrol, dari 14 responden masuk
dalam kategori cemas 100%, dengan rincian 78,6% cemas ringan dan 21,4%
cemas sedang.
Universitas Indonesia
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa persentase pada kelompok intervensi yang tidak
cemas sebesar 35,7%, artinya lebih besar dibandingkan persentase pada kelompok
kontrol, yaitu 0%. Demikian pula persentase pada kelompok intervensi yang
masuk dalam kategori cemas sebesar 64,3%, artinya lebih kecil dibandingkan
persentase kelompok kontrol, yaitu 100%.
Universitas Indonesia
Post-Test I, pasien suspect kanker paru yang akan menjalani bronkoskopi yang
mendapatkan terapi pijat sebelumnya, memiliki kemungkinan 1,556 kali tidak
mengalami cemas dibandingkan dengan pasien yang tidak dilakukan terapi pijat.
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa persentase pada kelompok intervensi yang tidak
cemas sebesar 42,9%, artinya lebih besar dibandingkan persentase pada kelompok
kontrol, yaitu 0%. Demikian pula persentase pada kelompok intervensi yang
masuk dalam kategori cemas sebesar 57,1 %, artinya lebih kecil dibandingkan
persentase kelompok kontrol, yaitu 100%.
correction (khusus tabel kontingensi 2 x 2)) yang lebih besar dari x.25%(1) = 3,841
atau nilai p = 0,021 yang lebih kecil dari a = 0,05, maka hipotesis nol ditolak.
Hasil uji statistik ini menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna terapi pijat
terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker pam yang akan menjalani
tindakan bronkoskopi pada Post-Test II Nilai OR (Odds Ratio) yang diperoleh
sebesar 1,750 dengan C/ 95% 1,112-2,755, hal ini dapat diartikan bahwa pada
Post-Test II, pasien suspect kanker pam yang akan menjalani bronkoskopi yang
mendapatkan terapi pijat sebelumnya, memiliki kemungkinan 1,750 kali tidak
mengalami cemas dibandingkan dengan pasien yang tidak dilakukan terapi pijat.
Universitas Indonesia
Pre-test ke post-test I
Intervensi -2,828 0,005*)
Kontrol -1,000 0,317
Pre-test ke post-test II
Intervensi -3,000 0,003*)
Kontrol -1,732 0,083
Berdasarkan hasil analisis yang dirangkum pada tabel 5. 7 tersebut di atas, dapat
diketahui bahwa penurunan tingkat kecemasan pasien dari pre-test ke post-test
(H-1 atau 1 jam setelah mendapatkan intervensi berupa pijat), dinyatakan ada
perbedaan yang signifikan penurunan antara kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol, yang dibuktikan dengan Zhitung = -2,828 dengan nilai p = 0,005;
temyata p < 0,05 yang berarti perbedaan tersebut signifikan. Demikian pula pada
hasil analisis pada data penurunan tingkat kecemasan dari pre-test ke post-test II
(H-0 atau 1-2 jam sebelum tindakan bronkoskopi), dinyatakan ada perbedaan
yang signifikan, ditunjukkan dengan Zmtung = -3,000 dengan nilai p = 0,003;
temyata p < 0,05 yang berarti perbedaan tersebut adalah signifikan.
Hasil tersebut di atas membuktikan bahwa hipotesis nol (Ho) yang menyatakan
"Tidak ada pengaruh terapi pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect
kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi" ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) yang menyatakan "Ada pengaruh terapi pijat terhadap tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi", diterima atau terbukti kebenarannya.
----·
Pemodelan regresi logistik yang dipakai adalah model resiko maka semua variabel
Tabel5.8
Gambaran Interaksi Variabel Dependent, Independent dan Confounding
Juni- Juli 2014
Dependent Independent Confounding Interaksi
Berdasarkan tabel 5.8 di atas, akan dilakukan uji interaksi dengan cam
memasukkan semua variabel independent, variabel confounding dan variabel
interaksi ke dalam model.
Universitas Indonesia
5.3.2 Post-Test I
5.3.2.1 Uji Interaksi padaPost-Test I
Uji interaksi pada Post-Test I ini dilakukan untuk: menduga variabel yang diduga
memiliki interaksi. Prosedur uji interaksi adalah dengan mengeluarkan variabel
interaksi yang tidak signifikan (p 2:: 0,05) secara bertahap, dimulai dari variabel
interaksi yang nilai p nya paling besar. Kemudian model diolah kembali dengan
cara tidak mengikutsertakan variabel interaksi yang tidak signifikan, sampai
diperoleh tabel hasil uji interaksi yang terakhir. Hasil uji Interaksi adalah sebagai
berikut:
Tabel5.9
Pemodelan Awal Uji Interaksi padaPost-Test I
Variabel B Db Nilaip
Universitas Indonesia
Tabel5.10
Hasil Akhir Uji Interaksi pada Post-Test I
Variabel B Db Nilaip OR
Dengan demikian hasil uji interaksi sudah selesai. Hasil dari uji interaksi terhadap
variabel-variabel interaksi, temyata tidak terdapat variabel interaksi karena nilai
p-nya > 0,05. Kesimpulannya adalah pada Post-Test I tidak terdapat variabel
interaksi yang bermakna. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji confounding
terhadap variabel-variabel confounding yang terdiri dari variabel umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Universitas Indonesia
Tabel5.11
Tahab Awal Hasil Uji Variabel Confounding pada Post-Test I
5.3.3 Post-Test II
Universitas Indonesia
Tabel5.12
Pemodelan Awal Uji Interaksi padaPost-Test II
Variabel B Db Nilaip
Variabel B Db Nilaip OR
Dengan demikian hasil uji interaksi sudah selesai. Hasil dari uji interaksi terhadap
variabel-variabel interaksi yang ada, ternyata tidak terdapat variabel interaksi
karena nilai p-nya > 0,05. Kesimpulannya adalah pada Post-Test II tidak terdapat
variabel interaksi yang bermakna. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji
confounding terhadap variabel-variabel confounding yang terdiri dari variabel
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Berd,:tsarkan dari jenis kelamin, pada penelitian ini secara jumlah didominasi oleh
jenis kelamin laki-laki, sebesar 71,42 %. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bernasconi (2009), laki-laki sebesar 61%. Penelitian lain oleh Poi,
Chuah, Srinivas dan Liam (1998), yang bertujuan untuk mengidentifikasi
kecemasan pasien yang menjalani bronkoskopi (fibreoptic broncoscopy)
mayvritas pada jenis kelamin laki-laki 65,36% (n = 104) dan berbanding lurus
63
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014
65
Berdasar karakter responden ditinjau dari aspek pendapatan, dalam penelitian ini
mayoritas pada kelompok pendapatan kurang dari Rp. 2,2 Juta, sebesar 67,86%
(n = 28). Dari aspek ini, peneliti masih kesulitan menganalisis saat
menghubungkan kejadian kanker paru dengan besaran pendapatan individu,
dikart~nakan minimnya tinjauan literatur ataupun referensi.
Kem4dian untuk post-test II, didapatkan p = 0,021 artinya p < 0,005 pada OR
sebesar 1,750 dengan CI 95% 1,112- 2,755, hal ini dapat diartikan bahwa pada
Post-fest II, pasien suspect kanker paru yang akan menjalani bronkoskopi yang
mendapatkan terapi pijat sebelumnya, memiliki kemungkinan 1,750 kali tidak
mengalami cemas dibandingkan dengan pasien yang tidak dilakukan terapi pijat.
Dengim demikian terjadi perbedaan bermakna pada post-test I dan post-test II
pada saat kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Menurut Snyder (2010) bahwa pijat menghasilkan efek pada beberapa sistem
tubuh yaitu persyarafan, produksi getah bening, muskulo skeletal dan
kardi()vaskular. Adanya stimulus pijat memberikan stimulus pelepasan histamin
yang mampu mempengaruhi vasodilatasi pembuluh darah serta meningkatkan
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014
66
aliran venous return akibat pergesekan dari Janngan kulit dengan jaringan
subku,tan.
Menurut Tappan (2004) bahwa dengan pijatan salah satunya akan memperbaiki
sistem sirkulasi jaringan lokal, meningkatkan venous return, mampu menurunkan
tekanan darah dan denyut jantung; dan selanjutnya akan memberikanperasaan
tenang, bahagia (general foeling of well being) serta kejernihan mental, relaks
(mental clarity). Selain itu menurut Smeltzer dan Bare (2002) bahwa cemas
sebag~i salah satu bagian penyebab stes. Persepsi stres akan diintegrasikan di
dalaffi' hipotalamus karena jalur neural dan neuroendokrin di bawah kendalinya,
sehingga hipotalamus akan diaktifkan dalam respon stres, yang pertama akan
mengilktifkan sistem saraf simpatis. Respon saraf simpatis akan mensekresi
hormon norepinefrin yang memiliki cepat dan mengakibatkan peningkatan
frekuynsi denyut jantung serta terjadi vasokontriksi perifer yang akan
mengakibatkan kenaikan tekanan darah.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Brand, Munroe &
Gavin (2013), untuk menjawab pertanyaan peneliti apakah pasien yang akan
opera8i tingkat kecemasannya menurun setelah dilakukan pijatan tangan?. Hasil
analisis data didapatkan nilai p= 0,001 ataup< 0,05 artinya pada kelompok
interv_ensi atau pasien yang mendapatkan pijatan sebelum dilakukan operasi
menunjukkan hasil tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Universitas Indonesia
penur~an tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani
tindak'an bronkoskopi.
6.3.1 Hubungan faktor umur terhadap tingkat kecemasan
Pada hasil penelitian ini tidak ada interaksi antara intervensi dan faktor umur
terha~ap penurunan tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan
menjalani tindakan bronkoskopi dengan p = 0,998 (post-test I) dan p = 1,000
(post-fest II) atau masing-masingp > 0,05. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nesami, Shorofi & Zagar. (2013) dengan tujuan penelitian ingin
mengt;tahui efek pijatan kaki terhadap tingkat kecemasan pasien bedah Coronary
Angio. f5raphy By Graft (CABG) dilihat dari faktor umur. Hasil penelitian
didap;ttkan nilai p = 0,94 untuk faktor umur dan p = 1,000 untuk faktor jenis
i
kelamin. Artinya nilai p > 0,05 (tidak ada pengaruh) terhadap tingkat kecemasan
pasien:. Menurut analisa peneliti tidak terdapat kecenderungan umur yang muda
lebih mengalami tingkat cemas yang lebih tinggi atau sebaliknya. Hal ini sangat
'
dimUI)gkinkan karena responden dalam penelitian ini merata dari kelompok umur,
yaitu ~libawah 50 tahun.
Universitas Indonesia
0,780 ·(post-test II) atau masing-masing p > 0,05. Hasil ini sesuai dengan
penelhian yang dilakukan oleh Nesami, Shorofi & Zagar. (2013) dengan tujuan
penelii:ian ingin mengetahui efek pijatan kaki terhadap tingkat kecemasan pasien
bedah, CABG dilihat faktor pekerj aan. Hasil penelitian tersebut didapatkan nilai p
= 0,24 untuk faktor pekerjaan. Artinya nilai p > 0,05 (tidak ada pengaruh)
terhadap tingkat kecemasan pasien. Menurut analisa peneliti sangat dimungkinkan
karena antara kelompok kontrol dan intervensi tidak dibedakan berdasarkan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
71 Universitas Indonesia
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian bahwa terapi pijat dapat memberikan pengaruh
terl_mdap penurunan tingkat kecemasan, maka peneliti memberikan saran :
7.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan
Terapi pijat sebagai bagian complementay alternative medis untuk upaya
memperbaiki kualitas pelayanan dalam memberikan rasa nyaman dikarenakan
tidqk semua permasalahan pasien, terutama berkaitan dengan aspek psikologis
da~at diintervensi dengan semua tindakan medis. Sehingga berdasar hasil
penelitian ini, terapi pijat dapat dijadikan sebagai salah satu prosedur tetap
tin~akan mandiri keperawatan dalam menurunkan respon kecemasan pasien yang
akan menjalani suatu prosedur tindakan bronkoskopi.
Brand, L. R., Mumoe, D. J., & Gavin, J. (2013). The Effect of Hand Massage on
Preoperative Anxiety in Ambulatory Surgery Patients. AORNjournal, 97(6),
708-717.
Brown, KM; Keats JJ, Sekulic A et al. (2010). "Chapter 8". Holland-Frei Cancer
Medicine (8th ed. ). People's Medical Publishing House USA ISBN 978-1-
60795-014-1.
Cassileth, B. R., & Vickers, A J. (2004). Massage therapy for symptom control:
outcome study at a major cancer center. Journal of pain and symptom
management, 28(3), 244-249.
Collins, LG; Haines C, Perkel R, Enck RE. (2007). "Lung cancer: diagnosis and
management". American Family Physician (American Academy of Family
Physicians) 75 (1): 56-63. PMID 17225705.
Colt, H. G., Powers, A, & Shanks, T. G. (1999). Effect of music on state anxiety
scores in patients undergoing fiberoptic bronchoscopy. CHEST Journal,
116(3), 819-824.
Corbirr, L. (2005). Safety and efficacy of massage therapy for patients with
cancer. Cancer Control: Journal ofthe Moffitt Cancer Center.
Universitas Indonesia
Hansen, N. V., Jorgensen, T., & Ortenblad, L. (2006). Massage and touch for
dementia. Cochrane Database Syst Rev, 4.
Hawari. (200 1). Managemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI.
Hegazy, S. M., Ragheb, M. M., Ragheb, S. G., El-Sayed, N. 0., & Rashad, M. A
(2012). Health Needs Management among Patients Undergoing Day Case
Cataract Surgery: A Proposed Protocol. Life Science Journal, 9(2).
Universitas Indonesia
Leach, M., Tanner, S., & Zernike, W. (2000). How anxious are surgical patients?.
ACORN Journal: Official Journal of the Australian Confederation of
Operating Room Nurses, 13(1), 28.
Lindgren, L., Rundgren, S., Winso, 0., Lehtipalo, S., Wiklund, U., Karlsson, M.,
... & Brolin, C. (2010). Physiological responses to touch massage in healthy
volunteers. Autonomic Neuroscience, 158(1), 105-110.
Lu, C; Onn A, Vaporciyan AA et al. (2010). "78: Cancer of the Lung". Holland-
Frei Cancer Medicine (8th ed. ). People's Medical Publishing House. ISBN
978-1-60795-014-1.
Mok, E., & Pang Woo, C. (2004). The effects of slow-stroke back massage on
anxiety and shoulder pain in elderly stroke patients. Complementary
Therapies in Nursing and Midwifery, 10(4), 209-216.
Nesami, Shorofi & Zagar. (2013). The effect of foot reflexology massage on
anxiety patients following coronary artery bypass graft surgery. Iranian
journal of nursing and complementary Therapies in Clinical Practice 20
(2014) 42- 47.
Universitas Indonesia
Poi, P. J., Chuah, S. Y., Srinivas, P., & Liam, C. K. (1998). Common fears of
patients undergoing bronchoscopy. European Respiratory Journal, 11(5),
1147-1149.
Polit, D. F., & Beck, C.T. (2006). Essentials of Nursing Research: Methods
Appraisal, and Utilization sixth edition, Philadelphia: Lippincot Williams &
walkins.
Post-White, J., Kinney, M. E., Savik, K., Gau, J. B., Wilcox, C., & Lerner, I.
(2003 ). Therapeutic massage and healing touch improve symptoms in
cancer. Integrative cancer therapies, 2(4), 332-344.
Sansone, P., & Schmitt, L. (2000). Providing tender touch massage to elderly
nursing home residents: a demonstration project. Geriatric Nursing, 21(6),
303-308.
Smelter, S.C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi
8, Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Jakarta. EGC
Sood, A (2012). "Indoor fuel exposure and the lung in both developing and
developed countries: an update.". Clinics in chest medicine 33 (4): 649-65.
Universitas Indonesia
Teixeira, J., Martin, D., Prendiville, 0., & Glover, V. (2005). The effects of acute
relaxation on indices of anxiety during pregnancy. Journal of
Psychosomatic Obstetrics & Gynecology, 26(4), 271-276.
Wilkinson, S., Barnes, K., & Storey, L. (2008). Massage for symptom relief in
patients with cancer: systematic review. Journal ofadvanced nursing, 63(5),
430-439.
Wilkinson, S., Lockhart, K., Gambles, M., & Storey, L. (2008). Reflexology for
symptom relief in patients with cancer. Cancer nursing, 31(5), 354-360.
Wilson KG, Chochinov HM, Skirko MG, et al.: Depression and anxiety disorders
in palliative cancer care. J Pain Symptom Manage 33 (2): 118-29,2007.
Universitas Indonesia
Tangan
Universitas Indonesia
Tangan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
NO I URAIAN TUGAS
:MEI
IIIIIIIIV
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014
Lampiran2
WAKTU
No URAIAN TUGAS MEl
I" I I I II I III
Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014
Lampiran3
PENJELASANPENELnaAN
Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Suspect
Kanker Paru Yang Akan Menjalani Tindakan Bronkoskopi
Di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta
Universitas Indonesia
Saya akan menjaga kerahasiaan dan keterlibatan Saudara dalam penelitian ini.
Nama tidak akan dicatat dimanapun. Semua kuisioner yang telah terisi hanya akan
diberikan nomor kode respondcn yang tidak bisa digunakan untuk
mengidentifikasi identitas Saudara. Apabila basil penelitian ini dipublikasikan,
tidak ada satu identitas yang berkaitan dengan Saudara akan ditampilkan dalam
publikasi tersebut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Saya menyatakan bersedia dan memberi izin atas permohonan peneliti agar saya
turut berperan serta sebagai responden dalam penelitian denganjudul: "Pengaruh
terapi pijat terhadap tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi di RumahSakit".
Saya mengetahui bahwa hasil penelitian ini mungkin belum akan memberikan
keuntungan secara langsung bagi saya, namun saya berharap banyak bahwa
penelitian ini akan membawa manfaat bagi : 1) pasien kanker pam yang akan
menjalani tindakan bronkoskopi setelah dilakukan terapi pijat, jauh dari perasaan
cemas dan merasa akan lebih relaks; 2) profesi perawat untuk mengembangkan
intervensi mandiri keperawatan melalui terapi pijat sebagai alternatif, inovasi dan
kombinasi mengurangi serta mengaatasi perasaan cemas pada pasien kanker paru
yang akan menjalani tindakan bronkoskopi dimasa mendatang.
Saya memahami bagaimana prosedur yang akan dilaksanakan terhadap diri saya,
dan apabila saya mendapatkan perlakuan yang merugikan, saya berhak secara
penuh untuk menghentikan keterlibatan saya dalam penelitian ini kapan saja dan
Universitas Indonesia
Saya memahami bahwa segala catatan pribadi mengenai diri saya akan
dirahasiakan oleh peneliti. Seluruh data hanya akan digunakan untuk keperluan
penelitian saja dan apabila semua data telah selesai digunakan, data tersebut akan
dimusnahkan.
Pemyataan persetujuan ini saya nyatakan dengan penuh kesadaran dan secara
sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
( ......................................... )
Nama lengkap
Universitas Indonesia
KUISIONER
INDENTITAS RESPONDEN
Nomer kuesioner : DD
Tanggal Pengisian
Ruangan
No Rekam medis
A. Identitas Responden
1. Umur anda sekarang : tahun
2. Jenis kelamin :
Laki-laki ( ) Perempuan ()
Sosial ekonomi
3. Pendidikan terakhir:
SD ( )
SLTP/SLTA ( )
DIIUsarjana ( )
4. Pekerjaan :
Belum bekerja ( )
Tidak bekerja ( )
Sudah/Masih bekerja ( )
5. Penghasilan perbulan:
Belum berpenghasilan ( )
< Rp 1.000.000,00 ( )
Rp 1.000.000,00- Rp 2.200.000,00 ( )
> Rp 2.200.000,00 ( )
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Terapi pijat pada penelitian ini akan menggunakan teknik Ejjlueurage (mengusap)
dan petrissage (menekan) pada daerah kaki dan tangan.
A. Persiapan Terapi Pijat
I. Persiapan Lingkungan
Ciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan tetap menjaga privasi pasien
untuk membantu percepatan pencapaian proses kenyaman yang optimal, relaks
dan mereduksi perasaan cemas pasien.
2. Persiapan Responden
a. Membina hubungan saling percaya melalui komunikasi yang baik,
memahami kondisi pasien.
b. Mengkaji dan mengukur tanda vital pasien: frekuensi nafas, frekuensi nadi,
suhu dan tekanan darah.
c. Mengatur posisi pasien dengan nyaman : terlentang atau duduk.
3. Persiapan Alat
a. Lotion (baby oil)
b. Kain pengalas
c. Guling
d. Handuk kecil atau tissue
e. Sarung tangan (jika dimungkinkan pasten memiliki resiko penularan
infeksi)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Petrissage (Menekan)
Daerahjari, telapak, punggung kaki (alokasi waktu sekitar 2,5 menit)
• Praktisi melakukan penekanan pada punggung kaki, dengan cara
meletakkan punggung tangan kanan praktisi diatas punggung kaki,
kemudian melakukan remasan dengan keempat jari tangan kanan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pijatan Tangan
1. Lakukan cuci tangan dengan handrub.
2. Bebaskan kain atau pakaian yang menutupi daerah pijatan dengan cara
menaikan lengan baju (menggulung ke atas) serta tetap menjaga privasi.
3. (Pasien pada posisi duduk atau terlentang), letakkan handuk kecil
dibawah lengan yang akan dipijat (pijatan dapat dimulai dari lengan kanan
atau kiri), secara bergantian.
4. Oleskan, ratakan baby oil pada tangan praktisi selanjutnya dioleskan pada
telapak dan punggung tangan
5. Jika baby oil dinyakini sudah merata, ratakan ke arah lengan atas, sampai di
bawah siku, dilanjutkan gerakan ke arah telapak tangan dengan menyisir
permukaan lengan bagian bawah (gerakan ini dilakukan sebanyak 5 kali,
kurang lebih 1 menit); tahapan ini dilakukan dengan teknik Ejjlueurage
(mengusap).
6. Lakukan teknik Petrissage (Menekan), dari UJung - UJung Jan tangan,
telapak tangan sampai dengan bagian bawah siku, selama kurang lebih 2 -
3 menit.
7. Kemudian lakukan kembali pijatan dengan teknik Ejjlueurage (mengusap),
sebagai pertanda bahwa terapi pijat sudah selesai (sama dengan langkah
nomor 5).
8. Kemudian keringkan baby oil dengan handuk kering sambil memberikan
remasan pada bagian tersebut.
9. Lakukan pijatan pada bagian lengan yang lain dengan langkah- langkah
yang sama.
10. Tanyakan respon pijatan dan diakhiri pemberian informasi kepada
responden bahwa proses pijatan sudah selesai serta menentukan kontrak
waktu pertemuan berikutnya atau langsung dilakukan terminasi.
11. Menyampaikan ucapan terima kasih atas keterlibatan responden dalan
penelitian ini.
Universitas Indonesia
D. Evaluasi
1. Selama terapi pijat, selalu lakukan pengkajian terhadap respon pijatan
kepada pasien baik secara verbal dan visual.
2. Menanyakan sensasi sentuhan selama pemijatan.
3. Menanyakan kepada pasien, efek setelah dilakukan pijatan dan
memberikan kuisener terhadap pengaruh pijatan terhadap tingkat
kecemasan.
Universitas Indonesia
Komite Etik Penelitian, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dalam upaya
melindungi hak azasi dan kesejahteraan subyek penelitian keperawatan, telah mengkaji dengan
teliti proposal berjudul :
Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Paru Yang Akan
Menjalani Tindakan Bronkoskopi di Rumah Sakit
0 Data yang digunakan untuk penulisan berasal dari instansi tertentu yang bersifat
konfidensiai.
0 Akan ditunda fJUblikasinya mengingat akan atau se<iang daldm proses pengajuan Hak
Paten!Hak Qpta hirgga tahun ... ;...........................................................................
0 Akan dipresertt~sikan sebagai makalal't pada Seminar Nasion:II yaitu:
Yang terhormat,
Wakil Dekan
Bidang Pendidikan Penelitian dan Kemahasiswaan
Fakultas llmu Keperawatan
Universitas Indonesia
Depok
Kami harapkan peneliti agar menghubungi Bagian Diklit RSUP Persahabatan telepon (021}
4891708 Pes. 299 I 666, sebelum pelaksanaan dimulai dan membawa pas photo berwarna
2x3 dan 4x6 sebanyak 11embar.