Anda di halaman 1dari 116

I

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH TERAPI PIJAT TERHADAP TINGKAT KECEMASAN


PASIEN SUSPECT KANKER PARU YANG AKAN MENJALANl
TINDAKAN BRONKOSKOPI DI RSUP PERSAHABATAN
JAKARTA

TESIS

PUJI RAHARJA SANTOSA


1206303512

. ·,

.: - FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


·'::---":.

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


DEPOK
..
. ~-~~~-=--~ ·. JULI 2014

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH TERAPI PIJAT TERHADAP TINGKAT KECEMASAN


PASIEN SUSPECTKANKER PARU YANG AKAN MENJALANI
TINDAKAN BRONKOSKOPI DI RSUP PERSAHABATAN
JAKARTA

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar


Magister Keperawatan

Nama : PUJI RAHARJA SANTOSA


NPM : 1206303512

FAKULTAS ILMU KEPERA WATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERA WATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWAT AN MEDIKAL BEDAH
DEPOK
JULI2014

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh


Nama Puji Raharja Santosa
NPM 120 630 3512
Progam studi Magister Keperawatan
Judul Tesis Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kecemasan
Pasien Suspect Kanker Pam Yang Akan Menjalani
Tindakan Bronkoskopi Di Rumah Sakit
Persahabatan Jakarta

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Magister Keperawatan pada Program Studi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Dmu Keperawatan Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I :Dr. Ratna Sitorus, SKp., M.App. SC (


~
Pembimbing II : Riri Maria, SKp., MANP (
~ )

Penguji I : Tuti Herawati, SKp., MN (


fL )

Penguji II Achmad Fauzi, M.Kep., Ns., Sp.KMB (


~ )

Di tetapkan di Depok

Tanggal 16 Juli 2014

iii

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dari semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Puji Raharja Santosa


NPM : 1206303512

Tanda Tangan

Tanggal 16 Juli 2014

ii

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


KATAPENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadimt Allah SWT atas segala rahmat, petunjuk
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil
penelitian dengan judul "Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kecemasan
Pasien Suspect Kanker Paru Yang Akan Menjalani Tindakan Bronkoskopi Di
Rumah Sakit Persahabatan Jakarta" dengan lancar. Hasil penelitian ini disusun
sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Keperawatan Kekhususan
Keperawatan Medikal Bedab FIK UI, setelah ditindaklanjuti dengan penelitian
yang sebenamya. Hasil penelitian ini dapat terselesaikan berkat dukungan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besamya kepada:
1. Kepada seluruh responden, yang telab memberikan kontribusi dan andil yang
besar dalam terselenggarannya penelitian ini, semoga dapat memberikan
manfaat serta kemajuan bersama.
2. Ibu Dr. Ratna Sitorus, SKp., M.App.Sc, selaku pembimbing I yang telab
banyak memberikan araban, saran, bimbingan bagi penulis dengan penuh
kesabaran serta keikhlasan.
3. Ibu Riri Maria, SKp., MANP., selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan araban, saran dan motivasi bagi penulis dengan penuh
kesabaran.
4. Ibu Tuti Herawati, S.Kp., :MN., selaku pembimbing III yang telah banyak
memberikan araban, saran dan motivasi bagi penulis dengan penuh
kesabaran.
5. Dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, selaku Direktur Utama RSUP
Persababatan yang telab memberikan ijin melanjutk:an pendidikan dan ijin
penelitian.
6. dr. Wahyu Ani Widyaningsih, SpP(K)., PHd selaku pembimbing lapangan
yang telab banyak memberikan araban, saran dan motivasi bagi penulis
dengan penuh kesabaran.
7. Aim. Bapak dan Ibunda tercinta, yang dahulu selalu memberikan doa restu
demi cita-cita anaknya.

iv

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


8. Istri tercinta (Ratna Kusumawati) dan anak- anakku tersayang (Panji Akbar
Athallah dan Insan Roja Athallah) yang selalu mendoakan dan selalu
memberikan dukungan serta semangan untuk terselesaikan proposal ini.
9. Mbak-mbak (Tuti, Budi, Cici, Yati, Rini) dan Mas-mas (Aim. P. Budiyanto,
Mardiyanto, Nanang) serta keponakan (Rani, Lia, Yuli, Sandi, Anin, Gesit),
yang selalu memberikan inspirasi, juga bantuan moral dan material. Ternan-
ternan seperjuanganku Magister Keperawatan Medikal Bedah dan pihak-
pihak lain yang telah memberikan semangat dan bantuan baik moral maupun
materiil sehingga terselesaikannya laporan ini.

Dengan segenap kerendahan hati, penulis menyadari masih banyak kekurangan


dalam penyusunan hasil penelitian ini, sehingga kritik dan masukan yang
konstruktif senantiasa penulis harapkan demi perbaikan lebih Ianjut.

Depok, ......................................... 2014

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKBIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan


dibawah ini :

Nama : Puji Raharja Santosa


NPM : 120 630 3512
Progam studi : Magister Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Suspect Kanker Paru
Yang Akan Menjalani Tindakan Bronkoskopi Di Rumah Sakit Persahabatan
Jakarta.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di Depok

Pada tanggal: 16 Juli 2014

vi

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


ABSTRAK

Nama Puji Raharja Santosa


Progam studi Magister Keperawatan
Judul Tesis Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
Suspect Kanker Paru Yang Akan Menjalani Tindakan
Bronkoskopi Di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta

Tingkat kecemasan akan meningkat pada pasien yang diduga menderita kanker
paru, apalagi saat direncanakan tindakan invasif diagnostik bronkoskopi. Salah
satu intervensi keperawatan mengurangi sensasi cemas adalah terapi pijat. Tujuan
penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi pijat terhadap tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan bentuk quasi
experiment dengan nonequivalent control group design. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik consecutive sampling (n = 28). Hasil penelitian
menunjukkan ada perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok kontrol dan
intervensi : a) post-test I, Pvalue = 0,048 pada OR = 1,556; b) post-test II, Pvalue =
0,021 pada OR sebesar 1,750. Penelitian ini menyimpulkan ada pengaruh yang
signifikan (p < 0,05) terapi pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect
kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi. Penelitian ini
merekomendasikan, terapi pijat dijadikan sebagai prosedur tetap tindakan mandiri
keperawatan dalam menurunkan respon kecemasan pasien sebelum dilakukan
tindakan bronkoskopi.

Kata kunci: terapi pijat, kanker paru, tingkat cemas, bronkoskopi

vii

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


ABSTRAK

Nama Puji Raharja Santosa


Progam studi Magister Keperawatan
Judul Tesis Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
Suspect Kanker Paru Yang Akan Menjalani Tindakan
Bronkoskopi Di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta

Tingkat kecemasan akan meningkat pada pasien yang diduga menderita kanker
paru, apalagi saat direncanakan tindakan invasif diagnostik bronkoskopi. Salah
satu intervensi keperawatan mengurangi sensasi cemas adalah terapi pijat. Tujuan
penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi pijat terhadap tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan bentuk quasi
experiment dengan nonequivalent control group design. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik consecutive sampling (n = 28). Hasil penelitian
menunjukkan ada perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok kontrol dan
intervensi : a) post-test I, Pvalue = 0,048 pada OR = 1,556; b) post-test II, Pvalue =
0,021 pada OR sebesar 1,750. Penelitian ini menyimpulkan ada pengaruh yang
signifikan (p < 0,05) terapi pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect
kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi. Penelitian ini
merekomendasikan, terapi pijat dijadikan sebagai prosedur tetap tindakan mandiri
keperawatan dalam menurunkan respon kecemasan pasien sebelum dilakukan
tindakan bronkoskopi.

Kata kunci: terapi pijat, kanker paru, tingkat cemas, bronkoskopi

vii

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


ABSTRACT

Name Puji Raharja Santosa


Program Master in Medical Surgical Nursing
Title Effect ofMassage Therapy on Anxiety Levels o.fpatients suspect
Lung Cancer Who Will Undergoing Bronchoscopy procedure At
Persahabatan Hospital Jakarta

The level of anxiety will be increased in patients suspected of having lung cancer,
especially when planned invasive diagnostic bronchoscopy. One of the nursing
interventions to reduce the sensation of anxiety is massage therapy. The purpose
of the study was to identify the effect of massage therapy on anxiety levels of
patients suspected lung cancer who will undergo bronchoscopy procedure. This
study is a quantitative form of quasi experiment with nonequivalent control group
design. The sampling technique used consecutive sampling technique (n = 28).
The results showed no difference in anxiety levels between the control and
intervention groups: a) the first post-test, pvalue = 0.048 to OR= 1.556; b) the
second post-test, pvalue = 0.021 in the OR was 1,750. The study concluded there
was a significant effect (p <0. 05) massage therapy on anxiety levels of patients
suspected lung cancer who will undergo bronchoscopy procedure. The study
recommends that massage therapy used as a nursing procedure remains
independent intervention in response to lower patient anxiety prior to
bronchoscopy procedure.

Keywords: massage therapy, lung cancer, anxiety level, bronchoscopy

viii

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


DAFTARISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... I


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. 11
f_EMBAR PENGESAHAN ................................................................................ 11I
KATA PENGANTAR........................................................................................ IV
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... vi
A..BSTRAK.......................................................................................................... V11

ABSTRACT..... ··································································································· V11I


PAFTARISI......... ............................................................................................... IX
DAFTAR TABEL ............................................................................................... X11

DAFTAR SKEMA ····························································································· XI11


DAFTARLAMPIRAN ..................................................................................... XIV

BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......... .. .. ................. ................................ ....... 7
1.3 Tujuan........................................................................................ 7
1.3 .1 Tujuan Urnurn .... ..... ........... ....... ................. ..................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................ 8
1.4 Manfaat...................................................................................... 8
1.4.2 Manfaat Keilmuan ..... ..................... ................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kanker Paru............................................................................... 9
2.1.1 Definisi............................................................................... 9
2.1.2 Etiologi........ ........ ...... ...... ............ ................. ................. ..... 9
2.1.3 Klasifikasi........ ................................................................... 11
2.1.4 Tanda dan Gejala................................................................ 11
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang...................................................... 11
2.1.6 Tata Laksana....................................................................... 13
2.2 Bronkoskopi ................. .................... ... .................. ..... .............. 14
2.2.1 Definisi ..... .... ............................. ....................................... 14
2.2.2 Indikasi ................ ..... .............. ........ .............................. ..... 15
2.2.3 Kontra indikasi .... ................. ..................................... ........ 15
2.2.4 SPO Broncoskopi di RSUP Persahabatna ....................... 15
2.3 Kecemasan................................................................................. .16
2.3.1 Definisi............................................................................... 16
2.3.2 Gejala Klinis....................................................................... 16
2.3.3 Tingkat Cemas .................................................................... 17
2.3.4 Etiologi............................................................................... 18
2.3.5 Faktor kecemasan ............................................................. 18
2.3.6 Skema cemas...................................................................... 19
2.3.7 Upaya meningkatkan adaptasi terhadap stresor................ 20
2.4 Asuhan Keperawatan ..... ...... .. .................. ............. .............. ........ 20
2.4.1 Pengkajian ......................................................................... 20

ix

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


2.4.2 Masalah keperawatan ..... ................................................... 20
2.4.3 Intervensi keperawatan ..................................................... 22
2.5 Terapi pijat................................................................................. 23
2.5.1 Definisi............................................................................... 23
2.5.2 Manfaat terapi pijat ......................................................... 23
2.5.3 Mekanisme pijat terhadap penurunan kecemasan........... 26
2.5.4 Teknik pijat........................................................................ 27
2.5.5 Prinsip umum pijat ............................................................ 29
2.5.6 Kontra indikasi pijat .......................................................... 30
2.5.7 Faktor lain yang perlu diperhatikan................................... 30
2.6 Kerangka teori .............. .................................................... ........ 31

BAB III : KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS


DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep..................................................................... ... 32
3.2 Htpotests.................................................................................... 33
3.3 Definisi operasional................................................................... 33

BAB IV : METODOLOGI
4.1 Desain Penelitian ..................................................................... . 36
4.2 Populasi dan Sampel. ................................................................ . 37
4.2.1 Populasi ........................................................................... . 37
4.2.2 Sampel ............................................................................ . 37
4.3 Tempat penelitian..................................................................... . 40
4.4 Waktu Penelitian....................................................................... . 40
4.5 Etika Penelitian............. ...... ..... .... ..... ...................................... ... .40
4.6 Instrumen Penelitian............ .. ....... .................................. .. ....... .. 41
4.7 Prosedur penelitian ......... .. .. ............. ....... ................ ................ .. 42
4.7.2 Prosedur Teknis ............................................................... 43
4.8. Alur penelitian ........................................................................ .. 44
4.9 Pengolahan dan analisa data .................................................. .. 45
4.9.1 Pengolahan data................................................................ 45
4.9.2 Analisa data....................................................................... 46

BAB V : HASIL PENELITIAN


5.1 Univariat.................................................................................... 49
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden...... .. ........... ..... .. ... ..... 49
5.1.2 Distribusi Tingkat Kecemasan Pasien Suspect
Kanker Paru .......... .... ............................. .......................... 51
5.2 Analisis Bivariat ....................................................................... 53
5.2.1 Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Post-test I
Antar Kelompok .............................................................. 54
5.2.2 Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Post-test II
Antar Kelompok .............................................................. 55
5.2.3 Perbedaan Tingkat Kecemasan Pre-Test Ke
Post-Test pada Kelompok Kontrol dan Kelompok
Intervensi ............ ..... ........ ......... ....................................... 56
5.3 Analisis Regresi Logistik .......................................................... 57

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


2.4.2 Masalah keperawatan ........................................................ 20
2.4.3 Intervensi keperawatan ..................................................... 22
2.5 Terapi pijat................................................................................. 23
2.5.1 Definisi............................................................................... 23
2.5.2 Manfaat terapi pijat ......................................................... 23
2.5.3 Mekanisme pijat terhadap penurunan kecemasan........... 26
2.5.4 Teknik pijat........................................................................ 27
2.5.5 Prinsip urnum pijat ............................................................ 29
2.5.6 Kontra indikasi pijat .......................................................... 30
2.5.7 Faktor lain yang perlu diperhatikan................................... 30
2.6 Kerangka teori ...... ............................................................ ........ 31

BAB III : KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS


DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep..................................................................... .. . 32
3.2 Hipotesis.................................................................................... 33
3.3 Definisi operasional................................................................... 33

BAB IV : METODOLOGI
4.1 Desain Penelitian ..................................................................... . 36
4.2 Populasi dan Sampel. ................................................................ . 37
4.2.1 Populasi ........................................................................... . 37
4.2.2 Sampel ............................................................................ . 37
4.3 Tempat penelitian..................................................................... . 40
4.4 Waktu Penelitian....................................................................... . 40
4.5 Etika Penelitian....................................................................... ... .40
4.6 Instrumen Penelitian................................................................. . 41
4. 7 Prosedur penelitian .................................................................. . 42
4.7.2 Prosedur Teknis .............................................................. . 43
4.8. Alur penelitian ......................................................................... . 44
4.9 Pengolahan dan analisa data ................................................... . 45
4.9.1 Pengolahan data ............................................................... . 45
4.9.2 Analisa data ...................................................................... . 46

BAB V : HASIL PENELITIAN


5.1 Univariat.................................................................................... 49
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden .......................... :....... 49
5.1.2 Distribusi Tingkat Kecemasan Pasien Suspect
Kanker Paru ....................................................... .. ............ 51
5.2 Analisis Bivariat ....................................................................... 53
5.2.1 Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Post-test I
Antar Kelompok ....... ................ ....................................... 54
5.2.2 Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Post-test II
Antar Kelompok .............................................................. 55
5.2.3 Perbedaan Tingkat Kecemasan Pre-Test Ke
Post-Test pada Kelompok Kontrol dan Kelompok
Intervensi .. .. .......... ........................................................... 56
5.3 Analisis Regresi Logistik .......................................................... 57

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


5.3.1 Pernodelan Awal Regresi Logistik .................................. 57
5.3.2 Post-Test I ...................................................................... 58
5.3.3 Post- Test II .................................................................. 60

BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden ........................................................... 63
6.2 Pengaruh Terapi Pijat terhadap Kecernasan ............................. 65
6.3 Hubungan Faktor Confounding Factor terhadap
Tingkat Kecernasan ..................... ....................... ... ................... 66
6.3.1 Faktor Urnur terhadap tingkat kecernasan ....................... 67
6.3.2 Faktor jenis kelarnin terhadap tingkat kecernasan .......... 68
6.3.3 Faktor pendidikan terhadap tingkat kecernasan .............. 68
6.3.4 Faktor pekerjaan terhadap tingkat kecernasan ................ 68
6.3.5 Faktor pendapatan terhadap tingkat kecernasan .............. 69
6.4 Keterbatasan Penelitian ......... .................... ...... ........ ................. 69
6.5 lrnplikasi hasil penelitian ....... ................ ... ............ .................... 69
6.5.1 Bagi pelayanan keperawatan ........................................... 69
6.5.2 Bagi pendidikan ilrnu keperawatan ................................. 70
6.5.3 Bagi penelitian yang akan datang ................................... 70

HAB VII SIMPULAN DAN SARAN


7.1 Sirnpulan· ................................................................................... 71
7.2 · Saran .... :....................................... ::........................................... 72
7 .2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan .. ... .......... ...... ..................... 72
7 .2.2 Perawat sebagai staf rurnah sakit .................................... 72

DAFTAR PUSTAKA
LAMP IRAN

xi

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel2.1 Efek Pijat Terhadap Pikiran Tubuh ................................................ 25


l'abel3.1 Definisi Operasional Kerangkaa Penelitian .................................... 33
Tabel 4.1 Analisa Univariat Karakteristik Calon Responden ......................... 46
Tabel4.2 Analisis Biraviat Perbedaan Tingkat Kecemasan Antar Kelompok 47
Tabel 4.3 Analisis Biraviat Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Kelompok. 47
l"abel4.2 Analisis Bivariat: Variabel Confounding
Variabel Dependent .. ..... ..................................... ............................ 48
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden ................................................ 50
Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Kecemasan Katagori Tingkat Kecemasan Pada Pre-
test................................................................................................... 51
Tabel5.3 Distribusi Tingkat Kecemasan Katagori Tingkat Kecemasan Pada
Post-test I......................................................................................... 52
Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Kecemasan Katagori Tingkat Kecemasan Pada
Post-test 11........................................................................................ 53
Tabel5.5 Hubungan Kekuatan Perbedaan Tingkat Kecemasan pada
Post-test I Antar Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUP
Persahabatan Jakarta Juni- Juli 2014 ............................................ 54
1'abel5.6 Hubungan Kekuatan Perbedaan Tingkat Kecemasan pada
Post-test II Antar Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUP
Persahabatan Jakarta Juni- Juli 2014 ............................................. 55
Tabel 5.7 Hubungan Tingkat Kecemasan Pre-Test ke Post-Test pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi di RSUP
Persahabatan Jakarta Juni- Juli 2014 ............................................. 56
Tabel5.8 Gambaran Interaksi Variabel Dependent, Independent dan
Confounding Juni- Juli 2014 ........................................................ 57
Tabel5.9 Pemodelan Awal Uji Interaksi padaPost-Test I ............................ 58
Tabel5.10 Hasil Akhir Uji Interaksi pada Post-Test I .................................... 59
Tabel5.11 Tahap Awal Hasil Uji Variabel Confondung pada
Post -Test I ..................................................................................... 60
Tabel5.12 Pemodelan Awal Uji Interaksi padaPost-Test II............................ 61
Tabel5.13 Hasil Akhir Uji Interaksi pada Post-Test II ................................... 61
Tabel5.14 Tahap Awal Hasil Uji Variabel Counfouniding pada
Post-Test II ..................................................................................... 62

xii

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


SKEMA

Skema2.1 Cemas ......................................................................................... 19


Skema2.2 Kerangka Teori ..... ................................ .... .. .. ....... ............. ..... ..... 31
Skema3.1 Kerangka Konsep........................................................................ 32
SJcema4.1 Desain Penelitian ........................................................................ 36
Skema4.2 Alur Penelitian ... ... ................ ..... .... ....... .......... .. ........... ... .. ..... ... .. 44

xiii

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


DAFTARLAMPIRAN

Lampiran 1 Uraian Kegiatan Proposal Tesis


Liunpiran 2 Uraian Kegiatan Hasil Tesis
L~piran3 Penjelasan Penelitian
Uunpiran4 Surat Pemyataan Bersedia Berpartisipasi Sebagai Responden
Lampiran 5 Kuesioner Identitas Responden dan Tingkat Kecemasan
Lampiran 6 Prosedur Pelaksanaan Terapi Pijat
Liunpiran 7 Surat Keterangan Lolos Kaji Etik
Li:unpiran 8 Permohonan Izin Penelitian
L~piran 9 Tanggapan Izin Penelitian

xiv

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


BABI
PENDAHULUAN

Bab pertama peneliti menjelaskan tentang pendahuluan yang meliputi latar


belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian pengaruh terapi pijat
terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani
tindakan bronkoskopi yang telah dilakukan di RSUP Persahabatan.

1.1 Latar Belakang


Kanker paru atau karsinoma paru adalah penyakit yang memiliki karakteristik
adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali dalam jaringan paru (Collins,
Haines, Perkel & Enck, 2007). Pertumbuhan ini dapat menyebar di luar paru
dengan proses metastasis kejaringan di dekatnya atau bagian lain dari tubuh
apabila tidak mendapatkan penanganan dan pengobatan secara baik. Kanker yang
dimulai dari organ paru dianggap sebagai kanker paru primer dan sebagian besar
karsinoma paru yang berasal darisel epitel. Jenis utama dari kanker paruadalah
karsinomasel kecil paru atau small cell lung carsinoma (SCLC), juga disebut
kanker seloat, dan karsinomaparunon-sel-kecil atau non - small cell lung
carsinoma(NSCLC)(Collins, 2007).

Pemeriksaan penunJang yang dapat dilakukan saat pasten menunjukkan


kemungkinan menderita kanker paru, seperti pemeriksaan rontgen, CT Scan dan
bronkoskopi. Pemeriksaan rontgen thorak dapat mengungkapkan adanya
gambaran massa denganjelas, pelebaran mediastinum (sugestifterjadi penyebaran
ke kelenjar getah bening), konsolidasi ataupun terjadi effusi pleura (Lu, 2010).CT
Scan thorak diharapkan mampu memberikan informasi yang lebih tentang jenis
dan ukurannya.Tindakan bronkoskopi atau CT Scan di dilanjutkan dengan biopsi
untuk mendapatkan specimen tumor pada pemeriksaan histopatologi (Collins,
2007).

Angka prevalensi pasien dengan diagnosis kanker paru di Amerika Serikat sekitar
15% dan akan bertahan hidup lima tahun setelah diagnosis penyakit tersebut.

1 Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


2

Prevalensi di negara berkembang dinyakini lebih tinggi apabila dibandingkan


dengan di Amerika Serikat. Kanker paru menyerang baik laki-laki ataupun
perempuan, sekitar 1,38 juta kematian pada tahun 2008, di seluruh dunia dan akan
meningkat setiap tahunnya(Ferlay, Shin & Bray, 2010). Berdasarkan laporan dari
World Cancer Research Fund Internationalpada tahun 2012 bahwa ditemukan
kasus baru kanker paru sebanyak 1,8 juta.

Banyak individu yang sedang didiagnosa atau sudah terdiagnosa atau sedang
menjalani pengobatan kanker akan mengalami masalah fisik (physical
symptoms) dan psikis (psychological symptoms) yang terkait dengan kualitas
hidup mereka (Corbirr, 2005). Masalah fisik seperti nyeri, konstipasi, atau mual.
Sementara masalah psikis tersebut antara lain gangguan depresi dan kecemasan
sebagai masalah umum di antara pasien yang menderita kanker atau pasien yang
menjalani perawatan paliatif kanker dan hal ini berkontribusi terhadap
berkurangnya tingkat keberhasilan penatalaksanaan penyakit serta pencapaian
kualitas hidup (Wilson, 2007).

Tingkat kecemasan akan semakin meningkat pada saat pasien diduga menderita
penyakit kanker paru, belum lagi direncanakan tindakan invasif diagnostik seperti
tindakan bronkoskopi. Bronkoskopi adalah suatu prosedur diagnostik dan
teraupetik invasif untuk memeriksa jalan nafas (orofaring, laring, pita suara dan
sistem trakeobronkus) pada kelainan paru dan pemafasan serta untuk melakukan
tata kelola yang sesuai dengan indikasi, dengan menggunakan peralatan
bronkoskopi (Wahyu Ani (2010) dikutip dalam Swidarmoko & Susanto, 2010)).
Data dari rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan (RSUP
Persahabatan) pada tahun 2013 didapatkan kasus kanker paru yang diruang rawat
inap sekitar 616 pasien~ rawat jalan sekitar 400 pasien. Sementara pasien yang
menjalani tindakan bronkoskopi sekitar 584 orang dalam satu tahun atau 48 orang
per bulan (Register IPMT, 2013). Fenomena di lapangan tidak sedikit dijumpai
bahwa pasien dengan kanker paru yang sudah dijadwalkan untuk direncanakan
tindakan bronkoskopi dinyatakan ditunda pada pagi harinya (H-0), dikarenakan
terjadi peningkatan tekanan darah dan gangguan irama jantung, sebagai bentuk

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


3

respon dari kecemasan. Berdasarkan observasi selama ini, kasus tertunda untuk
tindakan bronkoskopi setiap 8 s.d 10 pasien yang akan menjalani bronkoskopi,
terdapat 1 orang yang ditunda atau dengan rasio 1 : (8-1 0) dan berdasarkan
pengkajian bahwa pasien tidak memiliki riwayat penyakitjantung atau hipertensi.

Menurut Kaplan dan Sadock (2003) bahwa kecemasan adalah sebuah respon dari
suatu ancaman, yang mana sumber ancaman tersebut tidak diketahui secara pasti,
was-was atau kon:fliktual, yang didapat dari faktor internal atau eksternal.
Manusia secara alamiah akan merasa cemas dan tegang dalam menghadapi situasi
yang mengancam dan menekan. Perasaan tersebut ditandai dengan rasa ketakutan,
tidak menyenangkan, was-was dan sering disertai dengan gejala nyeri kepala,
keringat dingin, palpitasi, kekakuan dan gangguan-gangguan yang lain baik secara
fisiologis dan psikologis.

Menurut Greive (2002, dalam Brand, Munroe & Gavin, 2013) bahwa kecemasan
merupakan bagian normal dari pengalaman perioperatif yang dialami oleh tiap
individu. Sekalipun demikian tidak sebaiknya diabaikan, karena kecemasan yang
timbul selama fase pre operasi memberikan potensi terhadap kualitas kenyamanan
pada fase post operatif, seperti perasaan nyeri, gangguan body image, hasil
diagnostik yang tidak diinginkan dan kehilangan identitas diri selama di rumah
sakit. Menurut Yellen dan Davis (2001, dalam Brand, Munroe & Gavin, 2013)
bahwa kecemasan dapat mengganggu proses pemulihan secara fisik dan
emosional, sehingga akan berdampak pada kurangnya kualitas penyembuhan serta
menambah lama hari rawat. Hal ini dapat terjadi karena kecemasan menjadi
pencetus teijadinya respon stres, selanjutnya akan merangsang dikeluarkanya
epineprin dan norepineprine sehingga akan meningkatkan tekanan darah, denyut
jantung, curahjantung dan darah gula.

Menurut Poi, Chuah, Srinivas dan Liam (1998) dalam penelitiannya yang
bertujuan untuk mengidentifikasi kecemasan pasien yang menjalani bronkoskopi
(fibreoptic broncoscopy) dan menetukan faktor yang memberikan kontribusi
paling besar pada timbulnya tingkat kecemasan tersebut. Penelitian dilakukan

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


4

terhadap 104 pasien dan terdapat 61 pasien mengalami kecemasan saat akan
dilakukan prosedur tindakan tersebut dengan rincian, yaitu : cemas terhadap
kemungkinan rasa nyeri (33), cemas akan mengalami kemungkinan kesulitan
bemafas (11), cemas akan mengalami iritasi jalan nafas (5), cemas terhadap alat
bronkoskopi (2), cemas apabila terjadi infeksi (3) dan kecemasan yang tidak
teridentifikasi (7). Kecemasan itu sendiri secara signifikan dipengaruhi oleh usia
muda (p = 0,037) danjenis kelamin (p = 0,038).

Oleh karenanya penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan


terutama memutuskan tindakan keperawatan untuk membantu mempersiapkan
pasien kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi agar jauh dari
perasaan cemas dengan selalu memberikan rasa nyaman, sehingga tindakan
bronkoskopi tetap dapat dilakukan. Salah satu intervensi keperawatan untuk
memberikan rasa nyaman yang dinyakini effektif, effisien dan aman adalah
dengan melakukan pijatan (Brand, Munroe & Gavin, 2013). Pijatan menawarkan
banyak keuntungan teraupetik dari aspek fisik dan emosional. Aspek fisik
meliputi peningkatan/memperbaiki sirkulasi, mengurangi bengkak, menurunkan
tekanan darah, memperluas pergerakan dari sendi, mengurangi rasa nyeri.
Sementara itu dari aspek emosional meliputi menurunkan tingkat stres,
menurunkan tingkat kecemasan dan peningkatan kesiagaan pikiran seseorang
(Corbirr, 2005).

Bukti basil penelitian oleh conchrane collaborative group dengan total pasien
357 orang, menggunakan meta-analisis, dipublikasikan pada tahun 2002 bahwa
terapi pijat menurunkan gejala - gejala pada pasien kanker. Peneliti mencatat
bahwa pijatan mampu menurunkan tingkat kecemasan dengan kisaran 19% - 32%
pada 207 pasien, namun kurang bukti terhadap penurunan respon fisik : nyeri.
Kesimpulan lain bahwa terapi pijat tidak memiliki pengaruh terhadap percepatan
dalam penyebaran sel kanker karena belum ditemukan evidence based. Anggapan
yang menyatakan bahwa pijatan akan mempercepat penyebaran sel kanker belum
dapat dibuktikan (Corbirr, 2005).

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


5

Menurut Usman (2009), menyimpulkan penelitiannya bahwa terdapat perbedaan


yang signifikan intensitas nyeri kanker payudara sebelum dan setelah diberikan
terapi analgesik pada kelompok kontrol; terdapat perbedaan intensitas nyeri
kanker payudara sebelum dan setelah diberikan kombinasi terapi analgesik dan
terapi pijat pada kelompok intervensi; terdapat perbedaan yang signifikan
intensitas nyeri kanker payudara pada kelompok kontrol dan dan kelompok
intervensi; terapi pijatan berpengaruh terhadap intensitas nyeri kanker setelah
dikontrol oleh variabel perancu.

Menurut Wilkinson (2008), menyampaikan hasil penelitian bahwa pijatan


memberikan efek mengurangi kecemasan pada pasien kanker dalam jangka waktu
pendek dan masih memungkinkan memiliki efek lain yang menguntungkan,
seperti mengurangi rasa mual (nausea) dan nyeri. Penelitian lain yang dilakukan
di United Kingdom oleh Soden (2004), pada 42 rumah sakit kanker, melakukan
pijatan ditambah dengan aroma terapi pada kelompok perlakuan dan
dibandingkan dengan kelompok kontrol (tanpa perlakuan), didapatkan bukti
bahwa pasien yang mendapatkan pijatan mengalami penurunan gejala distress
psikologis, yaitu rasa cemas.

Menurut Mok (2004), memberikan saran bahwa terapi pijat (Slow Stroke Back
Pijatan = SSBM) adalah sebagai intervensi keperawatan yang effektif untuk
mengurangi respon nyeri dan kecemasan pada pasien stroke dan dapat dijadikan
perpaduan terapi altematif dengan teknologi untuk melengkapi pelayanan pada
individu dan di pelayanan rumah sakit.Cassileth (2004), menyimpulkan bahwa
terapi pijat memberikan perbaikan yang nyata pada pasien kanker dengan nilai
awal yang sangat tinggi terhadap respon nyeri, cemas dan gejala yang lainnya.
Artinya bahwa pijatan mampu menurunkan respon nyeri, kecapekan, mual,
kecemasan, depresi. Selain itu pijatan masih diterima dikalangan masyarakat
karena biayanya murah, · mampu memberikan rasa nyaman, bebas dari efek
samping dan dapat dijadikan sebagai altematif pilihan.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


6

Menurut Post-White (2003), diakhir penelitiannya menyimpulkan bahwa pijatan


teraupetik dan healing touch memberikan sentuhan effektif dalam profesional
caring pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi dibandingkan pada pasien
yang semata dilakukan prosedur standar. Menurut Stephenson (2000),
mengemukakan bahwa pasien dengan penyakit kanker paru dan kanker payudara
akan mengalami kecemasan dan setelah dilakukan pijatan refleksi, pasien
mengalami penurunan yang signifikan terhadap respon cemas. Pasien dengan
kanker paru menunjukkan penurunan terbesar dalam tingkat kecemasan, karena
mayoritas pasien laki-laki dan laki-laki sebagai confounder dalam penelitian ini.
Penelitian menyarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya dengan
membandingkan antara pijat refleksi dengan terapi komplementer lainnya, seperti
terapi pijat, healing touch, relaxation response atau komplementer lainnya.

Menurut Ferrell (1993), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terapi pijat


secara signifikan menurunkan level persepsi nyeri (rata-rata 60%) dan tingkat
kecemasan (rata-rata 24%) serta memberikan dampak sensasi relaksasi (rata-rata
58%). Aspek fisik lain yang dapat dilihat adalah dari frekuensi nadi, frekuensi
pemafasan, dan tekanan darah. Setelah dibandingkan antara sebelum dan sesudah
dilakukan pijatan, menunjukkan penurunan respon sensasi nyeri, cemas dan
perubahan tanda vital sampai dengan menunjukkkan respon relaks terhadap
pasien. Sekalipun secara mekanisme belum dapat dijelaskan, namun dinyakini
bahwa pijatan sebagai sebuah intervensi keperawatan yang mampu menstimulasi
proses relaksasi dan mengurangi persepsi nyeri dan kecemasan pada pasien
kanker yang dirawat di rumah sakit.

Berdasarkan kajian literatur diatas sangat memungkinkan bahwa perlunya


penelitian tentang terapi pijat, mengingat bahwa terapi pijat : belum ada bukti
ilmiah yang mengatakan bahwa terapi pijat dapat mempercepat proses
penyebaran sel kanker; sudah terdapat banyak bukti secara ilmiah "Evidenced
Based", bahwa terapi pijat mampu memberikan efek terapeutik pada pasien
kanker, seperti halnya menurunkan tingkat kecemasan. Terapi pijat di Indonesia
sudah banyak dilakukan kaitannya dengan respon nyeri dan pencapaian kualitas

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


7

tidur, hanya belum banyak dilakukan penelitian yang berkaitan dengan respon
kecemasan terutama pada pasien kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi.

1.2 Rumusan Masalab


Kanker paru merupakan penyakit yang memiliki karakteristik adanya
pertumbuhan sel yang tidak terkendali dalam jaringan paru dan dapat menyebar
di luar paru dengan proses metastasis. Penegakkan diagnosis memerlukan
tindakan yang cepat, terarah dan membutuhkan ketrampilan serta sarana yang
tidak sederhana, salah satunya dengan dilakukan suatu prosedur diagnostik dan
terapetik invasif dengan menggunakan peralatan bronkoskopi.

Di RSUP Persahabatan tidak sedikit dijumpai bahwa pasien dengan suspect


kanker paru, yang sudah direncanakan tindakan bronkoskopi menjadi tertunda,
dikarenakan peningkatan respon kecemasan pasien, dikuti dengan peningkatan
frekuensi nadi, tekanan darah dan gangguan irama jantung. Berdasarkan data
diatas, peneliti bermaksud meneliti terapi pijat sebagai altematif pilihan tindakan
keperawatan mandiri, apakah terapi pijat akan memberikan pengaruh dalam
mengurangi respon kecemasan pada pasien suspect kanker paru yang akan
menjalani tindakan bronkoskopi?. Pertanyaan inilah yang akan dibuktikan secara
ilmiah melalui penelitian dan diharapkan dapat menjadi sebuah evidence based
terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien menjelang dilakukkannya tindakan
bronkoskopi di RSUP Persahabatan.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh terapi
pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani
tindakan bronkoskopi.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


8

1.3.2 Tujuan khusus


Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi :
I. Gambaran karakteristik pasien kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi (usia,jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan danpendapatan).
2. Perbedaan tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru sebelum dan sesudah
dilaksanakan prosedur persiapan bronkoskopi pada kelompok kontrol.
3. Perbedaan tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru sebelum dan sesudah
dilaksanakan prosedur persiapan bronkoskopi dan terapi pijat pada kelompok
intervensi.
4. Perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok kontrol dan kelompok
intervensi pada pasien suspect kanker paru yang menjalani tindakan
bronkoskopi.
5. Interaksi antara terapi pijat dengan faktor confounding terhadap kecemasan
pasien yang akan menjalani tindakan bronkoskopi.

1.4 Manfaat Penelitian


I.4 .I Manfaat Aplikasi
1. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi perawat sebagai alternatif pilihan
tindakan mandiri keperawatan dalam melakukan inovasi dan kombinasi
mengatasi mengurangi perasaan cemas pasien suspect kanker paru yang akan
menjalani tindakan bronkoskopi.
2. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi pasien suspect kanker paru yang
akan menjalani tindakan bronkoskopi, yaitu perasaan cemasnya berkurang
setelah dilakukan terapi pijat.

1.4.2 Manfaat Keilmuan


I. Diharapkan menjadi bukti ilmiah "Evidence Based Practice dalam
complementery alternatif medis (CAM)" untuk mengatasi/mengurangi rasa
cemas dengan teknik pijatan pada pasien suspect kanker paru yang akan
menjalani tindakan bronkoskopi.
2. Menambah khasanah literatur dan intervensi mandiri perawat dalam rangka
mengatasilmengurangi rasa cemas pasien suspect kanker paru yang akan
menjalani tindakan bronkoskopi.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


BABll
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab kedua akan dijelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan
kanker paru, bronkoskopi, asuhan keperawatan, kecernasan dan terapi pij at.

2.1 Kanker Paru


2.1.1 Definisi
Kanker paru atau karsinoma paru adalah penyakit yang memiliki karakteristik
adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali dalam jaringan paru (Collins,
2007). Pertumbuhan ini dapat menyebar ke luar paru dengan proses metastasis ke
jaringan di dekatnya atau bagian lain dari tubuh apabila tidak mendapatkan
penanganan dan pengobatan secara baik (Collins, 2007). Kanker paru secara luas
diartikan semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal
dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru).
Kanker paru primer yaitu tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau
karsinoma bronkus (bronchogenic carsinoma) (PDPI, 2011).

2.1.2 Etiologi
Kanker berkembang sebagai akibat dari kerusakan genetik DNA dan perubahan
epigenetik. Perubahan ini berdampak pada fungsi normal sel, yang meliputi
proliferasi sel, program kematian sel dan perbaikan DNA. Kerusakan yang
terakumulasi memberikan celah bagi peningkatan sel kanker (Brown, 2010).
Penyebabnya adalah :
2.1.2.1 Merokok
Merokok terutama rokok memberikan kontribusi utama terjadinya kanker paru.
Asap rokok diketahui memiliki 60 jenis zat karsinogen, seperti nitrosamine,
benzopyrene dan nikotine (Hecht, 2003). Nikotine yang terdapat dalam rokok
mampu menekan respon imune terhadap pertumbuhan kanker pada jaringan yang
terpajan. Di negara maju, 90% dari kematian kanker paru-paru pada pria selama
tahun 2000 dihubungkan dengan merokok dan 70% Wanita. Merokok
menyumbang 80 - 90% dari kasus kanker paru. Perokok aktif dan perokok pasif

9 Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


10

merupakan faktor resiko karsinoma paru (Sopori, 2002). Berhenti merokok dan
tidak merokok sebagai upaya preventif terbaik agar tidak terjadi kanker paru.
Mencegah seseorang bukan perokok menjadi perokok adalah pencegahan primer
sedangkan pencegahan sekunder adalah menghentikan seseorang perokok agar
berhenti merokok (PDPI, 2010).

2.1.2.2 Kontak industrial


Di negara RRC, Yunnan merupakan daerah tambang timah tua dan daerah
tersebut sebagai daerah insiden tertinggi kanker paru, angka kematian mencapai
151 : 100.000. Industri zat kimia yang lain adalah asbestos, uranium, nikel, dan
kromium.

2.1.2.3 Polusi udara


Polusi udara, baik di dalam ruangan ataupun di luar ruangan memiliki resiko
terjadinya kanker paru-paru. Namun bukti sementara bahwa polusi dalam ruangan
memiliki efek yang lebih besar (dua kali) dibandingkan dengan polusi di luar
ruangan untuk terjadinya kanker paru. Polusi udara dapat berasal dari hasil
pembakaran kendaraan bermotor, pembakaran kayu, arang, batu bara (Sood,
2012). Zat karsinogen yang sering dijumpai pada polusi udara adalah benzopiren
(kendaraan bermotor) dan formal dehid (bahan dekorasi ruangan).

2.1.2.4 Genetik (Herediter)


Kejadian kanker paru sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor keturunan sekitar
8 - 14%. Resiko meningkat 2,4 kali pada keluarga yang mempunyai riwayat
penderita kanker paru di salah satu anggota keluarganya (Dudley, 2013).

2.1.2.5 Lain-lain
Banyak zat lain , pekerjaan dan paparan lingkungan telah dikaitkan dengan
kanker paru. Badan Intemasional untuk Penelitian Kanker (IARC) menyatakan
ada "bukti yang cukup" terhadap zat-zat yang diyakini bersifat karsinogenik di
paru : 1) Beberapa logam aluminium produksi, kadmium dan kadmium senyawa,
chromium (VI) senyawa, berilium dan senyawa berilium, besi dan baja pendiri,

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


11

senyawa nikel, arsen dan senyawa arsenik anorganik; 2) Radiasi pengion X -


radiasi, radon-222 dan produk peluruhan, radiasi gamma, plutonium; 3) Beberapa
gas beracun : metil eter (grade teknik), bis-(klorometil) eter, sulfur mustard,
MOPP (vincristine prednisone-nitrogen-campuran mustard-prokarbazin), asap
dari lukisan; 4) Produksi karet dan kristal debu silika (Cogliano, 2011).

2.1.3 Klasifikasi
Jenis utama dari kanker paru adalah karsinoma sel kecil paru atau small cell
lung carsinoma (SCLC), juga disebut kanker sel oat, dan karsinoma paru non-sel-
kecil atau non- small eel/lung carsinoma (NSCLC) (Collins, 2007).

2.1.4 Tanda dan gejala


Gambaran klinik penyakit kanker tidak banyak berbeda dengan penyakit paru
lainya. Keluhan dapat berupa : batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih atau
purulen), batuk darah, sesak nafas, suara serak, sakit dada, sulit/sakit menelan,
benjolan di pangkalleher, sembab muka dan Ieber, kadang disertai dengan rasa
nyeri hebat. Selain itu terdapat pula keluhan tidak khas seperti berat badan
berkurang, nafsu makan hilang, demam hilang timbul, sindrom paraneoplastik
(hypertropic pulmonary osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia)
(PDPI, 2010).

2.1.5 Pemeriksaan penunjang


2.1.5.1 Gambaran radiologis
1. Foto thorak
Pemeriksaan foto dada posterior-anterior/lateral sebagai pemeriksaan awal
yang dapat mendeteksi apabila terdapat massa di rongga dada berukuran lebih
dari 1 em. Tanda yang dapat menunjukkan keganasan adalah permukaan tepi
tumor irregular. Pada pemeriksaan foto thorak juga dapat mengenali
terjadinya invasi ke dinding dada, effusi pleura, effusi perikardium dan
metastasis intrapulmonar.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


12

2. CT Scan thoraks
Jenis pencitraan untuk mendapatkan informasi yang lebih baik karena mampu
mengenali massa yang berukuran kurang dari 1 em, tanda-tanda proses
keganasan, invasi ke mediastinum atau dinding dada tanpa gejala dan
keterlibatan dari kelenjar getah bening.

3. Pemeriksaan radiologik lain


CT Scan kepala, CT Scan abdomen, bone survey/bone scan, PET (Positron
Emission Tomography), apabila dicurigai kanker paru sudah metastasis di luar
rongga dada.

2.1.5.2 Pemeriksaan khusus


1. Bronkoskopi
Sebuah prosedur tindakan untuk melihat saluran pemafasan dengan
menggunakan alat bronchoscope (alat yang digunakan untuk melihat saluran
nafas, berupa pipa fleksibel/kaku dengan panjang sekitar 60 em dan
berdiameter 1 em yang dimasukkan ke paru melalui hidung atau mulut

2. FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy= biopsi jarum hal us)


Prosedur biopsi dengan menggunakan jarum sangat tipis yang melekat pada
jarum suntik untuk menarik (aspirasi) sejumlah kecil jaringan abnormal. Hal
ini dilakukan apabila biopsi intrabronchial tidak dapat dilakukan, seperti
mudah berdarah, mukosa licin dan berbenjol- benjol.

3. TBNA (Transbronchial Needle Aspiration)


Prosedur aspirasi dengan menggunakan jarum yang ditusukkan melalui
dinding endobronchial. Itu dilakukan untuk memperoleh jaringan biopsi dari
lesi paru yang dapat dilihat dengan tindakan bronkoskopi. Dengan tindakan ini
akan diperoleh sampel bahan pemeriksaan sitologi yang berasal dari karina
atau trakea 1/3 bawah.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


13

4. TBLB {Transbronchial Lung Biopsi)


Sebuah prosedur biopsi di paru melalui bronkus karena terdapat lesi kecil,
lokasi agak ke perifir dan memiliki saran fluoroskopi.

5. TTNA (Transthorasic Needle Aspiration)


TTNA dilakukan jika ukuran lesi lebih dari 2 em, terletak diperifer dan dengan
bantuan fluoroskopi atau USG atau dengan tuntunan CT-Scan.

6. TTB (Transthorakal Biopsy)


TTB dilakukan apabila ukuran lesi kecil, TTNA tidak dapat dilakukan.
Tindakan ini dibantu dengan menggunakan alat core biopsi dan tuntunan CT-
Scan.

7. Sitologi sputum
Pemeriksaan dengan bahan baku dari sputum tampung dalam wadah berisi etil
alkohol 50% dengan poliethilen glikol, dihomogenisasi dan dilakukan
sentrifugal. Kemudian sampel diambil dari sedimen yang berada pada dasar
tabung (PDPI, 201 0).

2.1.6 Tata laksana


Pendekatan pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy!CMT
(multi modaliti terapi) dan multidisiplin ilmu. Permilihan pengobatan sangat
tergantung pada jenis histopatologi, tampilan penderita secara umum, fungsi
hematologi, hepar, ginjal, juga kondisi non medis seperti fasilitas layanan serta
keadaan sosial ekonomi penderita (PDPI, 2010). Pilihan pengobatan sebagai
berikut:
2.1.6.1 Bedah
Pembedahan merupakan indikasi utama pada kasus kanker paru karsinoma
bukan sel kecil (NSCLC) pada stadium I - II dan stadium III A yang masih dapat
dilakukan reseksi setelah didahului dengan kemoterapi neoadjuvant (POI, 201 0).
Syarat reseksi paru adalah : 1) resiko ringan untuk pneumonektomi, hila KVP

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


14

paru kontralateral baik dan VEP 1> 60% 2). Resiko sedang untuk pneumonektomi, ·
hila KVP paru kontralateral2:: 35% dan VEP1 > 60% (PDPI, 2002).

2.1.6.2 Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat kuratif dan paliatif. Terapi kuratif
diberikan pada stadium dini (I dan II) dan radioterapi menjadi bagian dari
kemoradioterapi neoadjuvant untuk NSCLC karena tidak dapat dilakukan operasi
sebelumnya atau inoperable, biasanya stage IliA Dosis radioterapi lazimnya
5000 - 6000 eGy, setiap radioterapi diberikan dosis 200 eGy selama 5 hari dalam
seminggu. Syarat radioterapi : Hb > 10 g%, Trombosit > 100.000/dl dan leokosit
> 3000/dl (PDPI, 2002).

2.1.6.3 Kemoterapi
Semua kasus kanker paru dapat diberikan kemoterapi mulai dari stadium dini (I
dan II) yang tidak memungkinkan dilakukan operasi karena suatu sebab. Pada
stadium lanjut kemoterapi menjadi pilihan utama, dengan syarat utama sudah
ditentukan jenis histopatologis dari sel kanker dan tampilan. Berdasarkan skala
Kamosfky, harus lebih dari nilai 60, kalau menggunakan skala WHO :S 2. Pada
usia tua dengan tampilan > 2, penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat
dipertimbangkan (PDPI, A, 2002). Ketentuan lain sebelum dilakukan kemoterapi
adalah status hematologi, hepar dan ginjal memenuhi syarat tindakan (POI, 2010).

2.2 Bronkoskopi
2.2.1 Definisi
Bronkoskopi merupakan suatu prosedur diagnostik dan teraupetik invasif dengan
memasukkan alat bronkoscope melalui hidung atau mulut untuk melihat saluran
pemafasan dan mengenali berbagai kelainan dari penyakit paru (Swidarmoko &
Susanto, 2010). Broncoskope sebuah alat yang kaku atau fleksibel, dengan
panjang kurang lebih 60 em, berdiameter 1 em dan dilengkapi dengan kamera
pada ujungnya. Prosedur bronkoskopi dapat dilakukan di ruang bronkoskopi atau
di ruang bedah (kamar tindakan).

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


15

2.2.2 lndikasi
Bronkoskopi sering dilakukan dengan beberapa indikasi, yaitu :
1. Menegakkan diagnosis penyakit paru : kanker, the, atau penyakit lainnya.
2. Memeriksa kelainan paru.
3. Mengangkat benda asing di paru, seperti : plug sputum, tumor, sekret yang
berlebihan.
4. Mendapatkan sampel jaringan, seperti biopsi untuk test sel kanker, membantu
staging kanker, untuk pengobatan tumor dengan terapi laser.
5. Pemasangan stent, batuk darah, dilatasi striktur trakeobronkus.

2.2.3 Kontra indikasi


Bronkoskopi tidak akan dilakukan pada pasien yang mengalami kelainan :
1. Gangguan ventilasi dan obstruksi trakea ekstrim (gangguan paru berat).
2. Koagulopati.
3. Gangguanjantung berat, aritmia.
4. Hipoxemia sedang.
5. Keadaan umum pasienjelek.
6. Gangguan jiwa atau tidak kooperatif.

2.2.4 SPO Broncoskopi di RSUP Persahabatan


Berdasarkan standar prosedur operasional (SPO) di RSUP untuk persiapan
bronkoskopi baik yang sifatnya tindakan kolaborasi ataupun tindakan
keperawatan mandiri kaitannya dengan persiapan pasien adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan fisik.
2. Pemeriksaan laboratorium darah rutin, faktor pembekuan darah, waktu
perdarahan.
3. Pemeriksaan radiologi: foto thorak PA!lateral, CT Scan atas indikasi medis.
4. Pemeriksaan ECG.
5. Inform consent.
6. Puasa 6- 12 jam sebelum tindakan.
7. Toleransi tindakan.
8. Pemberian obat codein dan extrabeladon@ 10 mg; puku122.00 dan 05.00.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


16

9. Informasi lain yang perlu ditanyakan : riwayat alergi obat, makanan; Obat yang
diminum sebelumnya seperti aspirin atau obat anti inflamasi (anti platelets;
NSAIDs); distop 1 minggu sebelum prosedur bronkoskopi.

2.3 Kecemasan
Ketidakmampuan seseorang dalam melakukan adaptasi terhadap suatu peristiwa
atau keadaan sebagai akibat dari stresor psikososial akan berdampak pada
keluhan-keluhan antara lain stres, depresi dan cemas.
2.3.1 Definisi
Kecemasan (ansietas/anxienty) adalah sebuah respon dari suatu ancaman, yang
mana sumber ancaman tersebut tidak diketahui secara pasti, dapat dari faktor
internal, ekstemal, samar-samar atau konfliktual. Kecemasan merupakan respon
emosional terhadap penilaian (Kaplan & Sadock, 2003). Kecemasan merupakan
gangguan alam perasaan (affektive) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau
kekawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas, kepribadian masih utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam rentang normal (Hawari, 2001 ). Cemas merupakan reaksi emosional
terhadap penilaian individu yang subyektif, dipengaruhi oleh alam bawah sadar
dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Depkes RI, 2000 dalam Hidayat,
2008).

2.3.2 Gejala Klinis


Menurut Hawari (200 1), gangguan kecemasan memiliki keluhan seperti : perasaan
cemas, kuatir, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung;
merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut; takut sendirian, takut
keramaian, takut banyak orang; gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang
menegangkan; gangguan konsentrasi dan daya ingat; keluhan somatik: sakit pada
tulang dan otot, berdebar-debar, sesak nafas, ganggguan pencemaan dan sakit
kepala.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


17

2.3.3 Tingkat cemas


Menurut Townsend (1996 dalam Hidayat, 2008) bahwa terdapat empat tingkat
kecemasan, yaitu :
1. Kecemasan ringan, kecemasan yang diakibatkan oleh ketegangan, lalu
menyebabkan seseorang menjadi waspada serta mampu meningkatkan lahan
persepsinya. Artinya bahwa kecemasan memberikan memotivasi belajar untuk
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Gejala yang dapat dikenali pada
tingkat kecemasan ringan adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi
meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan
berperilaku sesuai situasi.

2. Kecemasan sedang, seseorang masih mampu memilih permasalahan secara


selektif, mampu memusatkan perhatian terhadap masalah yang lebih penting
dengan mengesampingkan permasalahan yang lain namun tetap terarah. Gejala
yang lazim dijumpai adalah perasaan cepat Ielah meningkat, denyut jantung
meningkat dan pernapasan meningkat, otot menegang, bicara cepat-volume
tinggi, laban persepsi menyempit, belajar kurang optimal, kemampuan
konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang
tidak menambah ansietas, persaan sensitif-cepat marah, terburu-buru, dan
mudahlupa.

3. Kecemasan berat, seseorang yang hanya mampu memusatkan satu hal atau satu
permasalahan yang sifatnya terinci dan specifik, artinya tidak sanggup berfikir
hal lain. Gejala yang sering dijumpai adalah memerlukan banyak arahan,
terdapat gangguan fisiologis : cepat pusing, mual, sakit kepala, susah tidur,
beser (sering kencing), berdebar-debar, diare, fokus terhadap dirinya sendiri,
belajar tidak efektid, perasaan tidak berdaya, bingung dan disorientasi.

4. Panik, seseorang memiliki kecenderungan gelisah sampai dengan kehilangan


kendali atau ketidakmampuan kontrol diri, sehingga seseorang tersebut tidak
mampu melakukan sesuatu sekalipun diberikan pengarahan. Tanda dan gejala
panik adalah persaan sesak, berdebar-debar, dilatasi pupil, pucat, berkeringat,

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


18

inkoheren dalam pembicaraannya, tidak mampu merespon sekalipun


sederhana, dan disertai sikap histeris.

2.3.4 Etiologi
Menurut Hawari (2001), bahwa stressor psikososial sebagai pencetus terjadinya
cemas dapat berupa : perkawinan, pekerj aan, masalah orang tua, lingkungan
hidup, keuangan, perkembangan, trauma, faktor keluarga dan kondisi penyakit.

2.3.5 Faktor yang mempengaruhi kecemasan


Menurut Soewadi (1999, dalam Hidayat 2008) bahwa kecemasan dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain adalah:
1. Umur
Tingkat usia sangat berkaitan dengan kematangan kepribadian pada setiap
individu, sehingga banyak ahli berpendapat bahwa usia lebih muda memiliki
kondisi emosi yang lebih labil dibandingkan dengan usia dewasa atau tua. Hal
tersebut juga akan berpengaruh dalam manajemen stres.
2. Jenis kelamin
Berdasarkan gender, secara hormonal bahwa wanita memiliki kecenderungan
lebih mudah mengalami stres dibandingkan dengan laki-laki.
3. Pendidikan dan pekerjaan
Tingkat pendidikan rendah sangat menentukan individu dalam mencapai
kematangan berfikir dan memberikan pengaruh pada jenis pekerjaan dalam
menentukan mata pencahariannya sehari-hari. Status pendidikan dan
pekerjaan rendah memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap stres serta
ketidakmampuan dalam berperilaku mengatasi stres.
4. Pendapatan
Akibat dari faktor pendidikan rendah serta pekerjaan yang sesuai dengan
tingkat pendidikan tersebut, memiliki dampak terhadap tingkat pendapatan
individu. Dengan beban biaya hidup tinggi, yang tanpa diimbangi dengan
sumber keuangan yang cukup, akan menyebabkan individu mengalami
gangguan akibat stres dibandingkan dengan individu yang memiliki
pendapatan yang cukup.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


19

2.3.6 Skema Cemas


Secara teori dapat dipahami bahwa stresor psikososial berkaitan dengan psiko-
neuro endrokrinologi yang dapat menjelaskan teijadinya stres, depresi ataupun
cemas. Pada sketsa dibawah ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Skema 2.1 Cemas

Susunan S1::araf Pusat


(Otak, Sistem Limbik, sistem
Transmisi Saraf/neurotransmiter)
Etiologi Stres
Penyakit fisik
~

Kelenjar Endokrin
(Sistem Hormonal,
Kekebalan/immunitv)


Stres
+
Denresi
• • Cemas
Somatik/fisik Psikis/sedih khawatir
Sumber: Hawari, 2001

Berdasarkan skema 2.1 dapat dijelaskan bahwa jalur neural dan neuroendokrin
dibawah kontrol dari otak (hipotalamus) yang sangat dipengaruhi oleh respon
stres, apapun sumber stresnya. Aksi pertama dalam merespon stres, otak akan
menstimulasi sistem saraf simpatis untuk mensekresi norepineprin pada ujung
saraf dan langsung berhubungan dengan organ yang dituju. Efek ini akan dapat
dirasakan seperti peningkatan denyut jantung dan vasokontriksi perifer. Setelah
itu akan diikuti sekresi epineprin yang akan menstimulasi sistem saraf dan
menimbulkan efek peningkatan kadar gula darah dan peningkatan laju
metabolisme. Pada suatu kondisi, dimana tubuh sudah tidak dapat melakukan
adaptasi artinya stres menetap atau meningkat, otak akan melibatkan jalur
hipotalamus pituitari dengan mensekresi corticotropin releasing factor yaitu
memproduksi adrenocorticotropic hormon (ACTH). Kemudian ACTH akan
menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi glukokorticoid, terutama

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


20

kortisol. Dengan banyaknya produksi kortisol dalam tubuh akan mendepresi


sistem imun dan akan memberikan perasaan cemas, cemas dan depresi (Hawari,
2001 ~ Brunner & Suddarth, 2002).

2.3.7 Upaya Meningkatkan Adaptasi Terhadap Stresor


Banyak aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan secara optimal, teratur, sesuai
dengan porsi dan kebutuhannya, temyata mampu meningkatkan kekebalan
individu terhadap menurunkan kejadian stres, depresi dan kecemasan. Aktivitas
itu antara lain pola makan, pola tidur, olah raga, tidak merokok, tidak minum
alkohol, pengontrolan berat badan, pergaulan yang sehat (silaturahmi), pengaturan
waktu yang baik, pemahaman agama, rekreasi, sosial ekonomi, kasih sayang, dll
Penjabaran dari faktor lain tersebut dapat dilakukan dengan meditasi, yoga dan
relaksasi (Hawari, 2001 ). Banyak literatur melaporkan bahwa salah satu aktivitas
yang dapat memberikan efek relaksasi adalah dengan pijatan.

2.4 Asuhan Keperawatan


2.4.1 Pengkajian
Prosedur bronkoskopi sebagai tindakan invasif, pelaksanaan prosedur ini lebih
sering dilakukan di ruang kamar bedah. Peran perawat tentunya dalam
memberikan asuhan keperawatan berorientasi pada asuhan keperawatan
perioperatif, mulai dari pre-operatif, intra-operatif dan post-operatif (Brand,
Munroe & Gavin, 2013). Pengkajian keperawatan dilakukan riwayat kesehatan
(keluhan utama, kesehatan masa lalu)~ pemeriksaan fisik~ dan psikososial
(Soemantri, 2007). Pada penelitian ini akan ditekankan peran perawat pada fase
pre-operatif, yaitu mempersiapkan pasien di ruang perawatan dan berakhir ketika
pasien dipindahkan ke meja operasiltindakan untuk dilakukan prosedur tindakan.

2.4.2 Masalah keperawatan


Prosedur bronkoskopi telah dilakukan selama lebih dari seratus tahun. Tindakan
ini relatif aman ketika pedoman praktek diikuti. Namun, tindakan invasif tetap
sebagai sumber nyata dari kecemasan dan ketakutan bagi pasien (Taylor, 2010).
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan prosedur tindakan invasif atau

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


21

prosedur bedah, terutama akan berkaitan dengan masalah psikologis, baik kepada
pasien ataupun keluarga. Masalah psikologis akan dapat diamati dengan adanya
perubahan emosi. Hal ini biasa disebabkan oleh perasaan tidak nyaman terhadap
tindakan tersebut, seperti :
1. Cemas
Cemas adalah perasaan tidak nyaman, kegelisahan yang tidak jelas disertai
dengan respon otonom yang tidak spesifik, perasaan was-was untuk mengatasi
bahaya. Hal ini memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk
menghadapinya (Nanda, 2005).
2. Takut
Respon yang mempersepsikan adanya suatu ancaman atau bahaya yang secara
sadar diakuinya (Nanda, 2005).

Menurut Leach, Tanner, & Zernike (2000), dalam penelitannya mgm


mengidentifikasi adanya respon kecemasan pasien perioperatif dan mgm
mengetahui tingkat kecemasan yang terbesar pada tahapan fase perioperatif.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah teijadi peningkatan stres dan
kecemasan yang berhubungan dengan prosedur tindakan di kamar operasi atau
ruang tindakan. Secara umum perawat nyakin dan menyadari bahwa kegelisahan
ini akan selalu dialami oleh pasien, namun terkadang tidak selalu intervensi
keperawatan memadai mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini dilakukan
kepada 116 pasien yang menjalani prosedur bedah : telinga, hidung dan operasi
tenggorokan atau bedah vaskuler. Hasil penelitian, hampir setengah dari pasien
menunjukkan perasaan cemas saat akan menjalani operasi. Perasaan paling
cemas, pada saat semakin dekat dengan waktu prosedur tindakan, khususnya 1
jam sebelum operasi; kemudian pada saat pasien diantar ke kamar operasi sampai
dengan waktu tunggu di dalam kamar operasi. Menurut Colt, Powers, & Shanks
(1999), dalam penelitiannya bahwa bronkoskopi merupakan salah satu prosedur
invasif tindakan medis dan lebih sering dilakukan di kamar operasi. Tindakan ini
tentunya berhubungan dengan perasaan tidak nyaman : cemas sebelum dilakukan
tindakan, yang disebabkan oleh tindakan tersebut.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


22

2.4.3 Intervensi Keperawatan


Rencana intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk memberikan rasa
nyaman, mengurangi perasaan cemas pada pasien yang akan menjalani prosedur
pembedahan atau bronkoskopi antara lain (Brand, Munroe, & Gavin(20 13) :
1. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan tugas penting perawat pada fase pre-operastif akan
dapat mengurangi perasaan cemas apabila dilakukan secara sungguh-sungguh,
benar dan tepat. Materi penyuluhan yang diberikan kepada pasien antara lain :
alasan persiapan tindakan, kegiatan rutin sebelum tindakan, penjelasan alat-alat
yang akan digunakan, gambaran tentang kamar tindakan, bagaimana prosedur
pengantaran pasien ke kamar tindakan, ruang pemulihan, kapan pasien dapat
melakukan mobilisasi dini, waktu diijinkan minum dan makan setelah
tindakan.

2. Terapi musik
Pada studi literatur tentang terapi musik yang dilakukan pada pasien yang
menjalani bronkoskopi berhasil didapatkan 1 buah. Penelitian dilakukan oleh
Colt (1999), bertujuan untuk mengetahui pengaruh musik relaksasi terhadap
tingkat kecemasan pasien yang menjalani tindakan bronkoskopi (jiberoptic
bronchoscopy). Penelitian dilakukan terhadap 30 pasien sebagai kelompok
perlakuan dan 30 pasien sebagai kelompok kontrol. Peneliti menyimpulkan
bahwa musik relaksasi yang diberikan melalui headphone pada pasien selama
tindakan bronkoskopi fleksibel tidak memberikan pengaruh yang signifikan
untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien selama prosedur tersebut.

3. Terapi altematif- komplementer


Salah satu jenis dari terapi altematif atau terapi komplementer adalah terapi
pijat. Terapi pijat sangat berhubungan dengan sensasi nyeri dan perasaan
cemas terhadap pasien kanker paru atau payudara, telah banyak dilakukan
penelitian. Banyak dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh terapi pijat terhadap penurunan sensasi nyeri dan perasaan cemas
kepada pasien.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


23

2.5 Terapi pijat


Terapi pijat merupakan salah satu cara yang cenderung mulai diminati kembali
oleh banyak kalangan. Banyak orang mencari terapi pijat untuk berbagai alasan,
antara lain mengurangi stres, mengurangi kecemasan, mengendurkan otot,
merehabilitasi cedera, mengurangi rasa sakit, dan meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan.
2.5.1 Definisi
Menurut Tappan & Benyamin (2004) pijat adalah manipulasi sistematis jaringan
lunak tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan penyembuhan, melalui berbagai
teknik gerakan dan peregangan. Terapi pijat adalah manipulasi ilmiah dari
jaringan lunak tubuh untuk tujuan normalisasi jaringan dengan teknik manual
yang mencakup menerapkan teknik-teknik gerakan, tekanan memegang dan atau
menyebabkan gerakan bagian tubuh lainnya.

2.5.2 Manfaat terapi pijat


Menurut Cassileth (2004) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pijat
terhadap intensitas nyeri, kecemasan, depresi, nausea, fatique pada pasien kanker.
Penelitian dilakukan dari bulan April 2003 s.d bulan Maret 2004 kepada 1290
pasien dengan menggunakan intrumen penelitian Memorial Sloan-Kettering
Cancer (MSKCC), dengan skor 0 - 10 dari tiap-tiap variabel yang akan diukur
dan dilakukan sebelum dan sesudah tindakan pijat. Kesimpulan dalam penelitian
bahwa pijat mampu menurunkan tingkat (dilihat dari nilai rata-rata responden) :
1) nyeri, dari 3,6 menjadi 1,9 atau penurunan 1,7; 2) fatique, dari 4,7 menjadi 2,7
atau penurunan 2,0; 3) Kecemasan, dari 4,6 menjadi 1,8 atau penurunan 2,8; 4)
Nausea, dari 1,4 menjadi 0,7 atau penurunan 0,7; dan depresi, dari 2,4 menjadi 1,2
atau penurunan 1,2. Berdasarkan data diatas, peneliti menyimpulkan bahwa terapi
pijat mampu mereduksi keluhan-keluhan yang sering dijumpai pada pasien kanker
dan sebagai alternatif pilihan karena terapi pijat lebih aman (bukan tindakan
invasif).

Penelitian menurut Kim, Cho, Woo dan Kim (2001) yang bertujuan untuk
mengidentifikati pengaruh pijatan tangan terhadap tingkat kecemasan pasien yang

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


24

menjalani operasi katarak. Penelitian ini dilakuk:an di Korea, dari bulan Desember
1996 s.d Februari 1997 dengan melibatk:an 59 pasien, yang dibagi dalam dua
kelompok yaitu kelompok perlakuan (n = 29) dan kelompok kontrol (n = 29).
Tingkat kecemasan diukur menggunakan visual analog scale, kemudian
dimonitor dengan perubahan tekanan darah, nadi, sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan bedah serta perubahan kadar epinephrine, nor epinephrin, kortisol, darah
gula, neotropil dan lymposit. Hasil penelitian menunjukkan setelah dilakukan
pijatan tangan terjadi perubahan yang signifikan, yaitu tingkat kecemasan,
tekanan darah, nadi dibandingkan dengan sebelum dilakukan pijatan. Selain itu
terjadi perbedaan sangat signifikan terhadap peningkatan kadar epinephrine, nor
epinephrin dan kortisol pada kelompok kontrol. Hasil lain tidak terdapat
perbedaan signifikan diantara dua kelompok terhadap perubahan nilai gula darah,
neotropil dan lymposit.
Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa terapi pijat menurunkan tingkat
kecemasan pasien yang menjalani operasi katarak baik secara fisiologis dan
psikologis dibawah pengaruh anestesi lokal.

Penelitian menurut Lindgren, Rundgren, Winso, Lehtipalo, Wiklund, Karlsson &


Brolin (2010) dengan tujuan mengidentifikasi pengaruh terapi pijat terhadap
tingkat kecemasan pada tenaga kesehatan. Penelitian dilakukan dengan desain
cross over usia responden 20 tahunan (rata-rata 28,2 tahun), jumlah responden 22
orang (11 laki-laki dan 11 perempuan). Peneliti menilai dari perubahan heart
rate, kadar hormon stres (kortisol) di saliva dan darah gula. Pijatan dilakukan
pada daerah kaki dan tangan selama 80 menit pada kelompok perlakuan,
sementara untuk kelompok kontrol, responden ditempatkan ditempat istirahat
yang sudah dipersiapkan. Data diambil sebelum, selama dan I jam setelah
dilakukan intervensi. Hasil menunjukkan bahwa terjadi penurunan signifikan :
heart rate sebagai indikasi dari respon stres, kadar hormon kortisol. Sementara
untuk kadar gula darah dinyatakan stabil.Namun dari penelusuran tentang
pengaruh terapi pijat yang specifik terhadap tingkat kecemasan pada pasien yang
akan menjalani tindakan bronkoskopi sejauh ini belum ditemukan oleh peneliti.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


25

Tabel2.1
Efek Pijat Terhadap Pikiran Tubuh
Sistem Respon
EfekFisik
Integumen • Memberikan stimulus reseptor senson, yang
kemudian akan memberikan efek secara umum :
relaks, kesiagaan badan, dan menurunkan respon
nyen.
• Membantu mengeluarkan produk sampah,
melalui pijatan membantu membuka pori
• Membantu mengangkat lapisan kulit yang mati
• Membantu perspirasi dan meningkatkan sekresi
kelenjar keringat
Jaringan I facia • Meningkatkan kelenturan jaringan, otot
• Memisahkan jaringan sesuai pada tempatnya
Sirkulasi • Meningkatkan sirkulasi lokal
• Meningkatkan venous return
• Menurunkan tekanan darah dan denyut jantung
dengan Pijatrelak secara teratur
Skeletal • Meningkatkan mobilitas sendi dan fleksibeliti

Saraf • Menstimulasi sistem saraf otonom parasimpatis


(relaks)
• Menurunkan respon nyen (mekanisme gate-
neural)
• Meningkatkan kesiagaan atau kesadaran tubuh
Endokrin • Melepaaskan hormon endorphine (erdourgenous
morphine)
Immune • Meningkatkan aliran limphatic
• Meningkatkan fungsi immune melalui reduksi
stres
Pencemaan • Meningkatkan motilitas usus
• Pembantu pencemaan secara relaks
Efek Mental Dan Emosional
Mental emosional • Meningkatkan kejernihan mental (mental clarity)
• Secara umum meningkatkan perasaan sejahtera
atau bahagia (general feeling ofwell being)
• Pelepasan emos1 terpendam (release of
unexpressed emotions)
Sumber: Post-White, 2003; Tappan & Benyarmn (2004)

Hasil penelitian oleh Touch Research Institute at the University of Miami yang
dipublikasikan oleh Pasific College of Oriental Medicine bahwa Pijat mampu
meningkatkan ketersediaan semua neurohormon untuk dapat mempengarui kimia

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


26

otak. Pijat cenderung mendorong hormon dopamin, sehingga mampu


meningkatkan kegiatan motorik halus seperti melukis atau bermain alat musik;
meningkatkan intuisi seperti inspirasi, perasan suka cita, dan antusiasme. Pijat
juga mampu meningkatkan ketersediaan hormon serotonin, yang berperan dalam
mengatur perilaku dan perasaan emosi (meredam marah).

Pada saat hormon serotonin melemah akan menimbulkan gangguan tidur,


cenderung mengalami gangguan obsesif-kompulsif (cemas) dan depresi. Pada saat
Pijat dilakukan lebih lama (> 15 menit), lebih lambat, lebih mendalam, dan lebih
berirama akan memberikan efek penurunan kadar epineprin sehingga mampu
menciptakan perasaan relaks dan memberikan sensasi ngantuk. Hormon lain yang
ditingkatkan adalah endorphine, hormon ini memberikan toleransi terhadap
sensasi nyeri dan meningkatkan rasa euforia. Pijat juga mampu meningkatkan
hormon oksitosin yang memberikan pengaruh relaks. Selain itu bahwa Pijat
menekan produksi dari hormon stres (kortisol), yang akan memberikan sensasi
relaks, mengantuk. Pengaruh yang lain bahwa Pijat meningkatkan ketersediaan
hormon pertumbuhan yang akan mempromosikan pembelahan sel, perbaikan,
regenerasi dan penyembuhan.

2.5.3 Mekanisme pijat terhadap penurunan kecemasan


Kecemasan dapat dipicu oleh imbalance faktor hormonal. Faktor hormonal selalu
dikaitkan dengan sistem persarafan karena keduanya saling berkomunikasi dan
saling berhubungan. Impuls dalam sistem saraf dapat dihantarkan dari saraf
perifer ke saraf pusat (neuro sensori atau aferen); dari saraf pusat ke saraf perifer
(neuro motorik atau eferen); dan dari neuron antar neuron (interneuron)
(Mustaqim, 2008). Demikian halnya dengan pijat, Pijat merupakan sensasi
sentuhan yang akan dikirim ke saraf pusat otak, yaitu bagian saraf otak yang
disebut lymbic system melalui transmisi saraf (neurotransmitter). Selanjutnya
akan diteruskan melalui susunan saraf otonom (parasimpatis), sehingga kelenjar-
kelenjar hormonal akan berkerja sesuai dengan informasi yang dikirim dari otak.
Stimulus tadi akan mengakibatkan produksi hormon, seperti dopamin, serotonin,
endorphin dll. Akibatnya respon mental meningkat : kejernihan mental (mental

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


27

clarity), perasaan sejahtera atau bahagia (general feeling of well being); pelepasan
emosi terpendam (release of unexpressed emotions).

2.5.4 Teknik Pijat


Teknik yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah teknik "Classic Western
Massage" atau "Pijat Barat Klasik,. Pijat barat klasik adalah jenis yang paling
umum dari pijat yang ditemukan di Amerika Serikat saat ini. Salah satu jenis pijat
barat klasik adalah pijat Swedia yang sudah mulai dipopulerkan di spa, pemandian
umum, dan klub kesehatan. Penjelasan tentang efek pijat barat klasik didasarkan
pada konsep anatomi dan fisiologi. teknik pijat klasik barat diakui memiliki
beberapa kelebihan yaitu untuk meningkatkan sirkulasi darah, relaksasi otot,
meningkatkan mobilitas sendi, mendorong relaksasi umum dan mempromosikan
kulit agara tetap sehat. Lima kategori teknik yang umum digunakan adalah
ejjleurage (mengusap), petrissage (menekan), friction (gesekan), tapotement
(menepuk), dan vibration (getaran) (Tappan dan Benyamin, 2004). Teknik
swedish dilakukan untuk seluruh area permukaan tubuh, namun pada kesempatan
ini akan dibahas sebatas pijatan pada daerah tangan, kaki, betis, dan paha dengan
tujuan meningkatkan sirkulasi venous return dari ektrimitas.
1. Ejjleurage (mengusap)
Teknik effleurage, mengusap atau geser atau meluncur di atas kulit dengan
gerakan lembut dan berkelanjutan. Tekanan menjadi ringan sampai sedang, seperti
ketika mengoleskan minyak atau pemanasan suatu daerah, atau mungkin dalam,
seperti ketika memfasilitasi aliran balik vena di daerah berotot. Saat melakukan
effleurage, seorang praktisi terampil dalam melakukan palpasi dapat sambil
menilai kondisi umum jaringan lunak dan ketegasan dan bentuk otot-otot. Jari-
jari yang sensitif dapat menemukan daerah yang mengalami ketegangan. Pada
kasus yang sama di mana rasa sakit hadir, mungkin satu-satunya teknik yang
dapat digunakan.

2. Petrissage (menekan)
Teknik petrissage : mengangkat, memeras, atau menekan jaringan lunak (seperti
gerakan adonan) atau tekan atau menggulung jaringan di bawah atau di antara

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


28

tangan. Petrissage dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan tergantung pada
ukuran otot atau kelompok otot. Gerakan petrissage berfungsi untuk
mengumpulkan akumulasi metabolit (produk limbah) di otot, meningkatkan
sirkulasi lokal, dan membantu aliran batik vena. Petrissage juga dapat membantu
memisahkan serat otot dan membangkitkan relaksasi otot. Sebelum melakukan
petrissage, perlu mempersiapkan dan menghangatkan daerah tersebut, biasanya
bersamaan dengan effleurage. Hanya menggunakan sedikit minyak atau lotion
saat pemanasan daerah, apabila terlalu banyak pelumas akan mengalami kesulitan
untuk memahami jaringan selama petrissage. Perawatan yang harus dihindari
adalah mencubit atau menimbulkan memar jaringan. Kekuatan tekanan
disesuaikan dengan kondisi pasien.

3. Friction (gesekan)
Gesekan dilakukan dengan menggosok satu permukaan diatas permukaan yang
lain secara berulang-ulang, misalnya tangan digunakan untuk menggosok kulit.
Resistensi terhadap gerakan yang disediakan oleh permukaan menyebabkan
sensasi hangat dan merangsang kulit. Gesekan juga dapat dilakukan antara kulit
dan jaringan yang Iebih dalam. Deep friction (gesekan dalam), jari praktisi tidak
bergerak di atas permukaan kulit, melainkan memindahkan kulit di atas jaringan
di bawahnya.

4. Tapotement (menepuk)
Tapotement terdiri dari serangkaian gerakan perkusif cepat, memiliki efek
merangsang dan menyenangkan bagi penerima jika dilakukan dengan terampil.
Bentuk klasik yang paling umum dari tapotement : hacking (gerakan
mencincang), rapping (mengetuk/memukul), cupping (menangkupkan), clapping
(menepukkan), slapping (tamparan), dan pincement (menjepit). Tapotement sering
digunakan dalam menyelesaikan salah satu bagian tubuh, sisi tubuh atau sesi itu
sendiri.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


29

5. Vibration (getaran)
Getaran dapat digambarkan sebagai berosilasi, bergetar, atau gerakan gemetar
bolak-balik atau naik dan turon dilakukan dengan cepat dan berulang-ulang.
Getaran mungkin baik, dan diterapkan di area kecil dengan ujung jari. Getaran
kasar dapat digunakan untuk membantu individu menjadi sadar (sigap),
meningkatkan sirkulasi pada otot dan membantu rileks. Teknik getaran halus
memberikan gerakan berosilasi pada jaringan lunak dan memiliki efek
merangsang, atau mengendurkan otot-otot tertentu.

2.5.5 Prinsip umum pijat


Prinsip umum Pijat menurut Tappan & Benyamin (2004), adalah menghindari
cedera pada individu penerima dari kerusakan struktur selama pijat, yaitu :
1. Selalu atur tekanan pijat, tiap bagian tubuh dan individu memberikan sensasi
yang berbeda.
2. Hindari tekanan yang berlebih pada daerah saraf, pembuluh darah, atau struktur
lain yang tidak terlindungi oleh otot rangka atau tulang.
3. Hati-hati daerah sekitar persendian karena tidak terlindungi oleh otot rangka.
4. Jika merasakan terdapat denyutan nadi, itu artinya bahwa dekat dengan
pembuluh arteri besar, dan hindari Pijat pada daerah tersebut.
5. Jika individu merasakan sensasi seperti sengatan, terbakar atau kebas artinya
praktisi melakukan pijatan pada daerah saraf, sehingga harus segera
dipindahkan.
6. Jika didapatkan daerah yang abnormal, lakukan klarifikasi dan nyakin bahwa
daerah tersebut aman untuk dilakukan pijatan. Jika tidak, hindari.
7. Hindari semua kesempatan yang dapat menimbulkan cedera terhadap individu.
8. Lakukan Pijat secara kontinyu; gerakan Pijat secara luwes/relaks.
9. Hindari gerakan terputus-putus atau tersentak-sentak, upayakan berirama dan
lembut.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


30

2.5.6 Kontra indikasi Pijat


Menurut Tappan & Benyamin (2004), terdapat beberapa keadaan yang sama
sekali tidak diperbolehkan pijat, yaitu :
1. Merasakan sakit berat, perasaan enek, nyeri hebat, demam, cedera serius.
2. Kondisi kulit yang patologis, atau dapat menularkan penyakit: rashes (ruam),
boils (bula-bula), luka terbuka dan herpes simplek.
3. Kondisi patologis pada sistem sirkulasi atau limfe limfangitis, malignan
melanoma, bengkak pada kelenjar.
4. Kondisi tanda-tanda perdarahan: echimosis, trauma akut.
5. Kondisi peradangan: febris akut, appendisitis, rhemautoid arthitis, lokal infeksi
(kemerahan, panas, bengkak).
6. Kasus aritmia, plebitis, thromboplebitis, deep vein trombosis, atherosklerosis,
varices vena berat.
7. Penurunan sensasi: stroke, diabetes; hyperesthesia: sensitif saat diraba/pijat
8. Kasus edema; compromised immune system

2.5. 7 Faktor lain yang perlu diperhatikan


Salah satu tujuan pencapaian Pijat adalah agar pasien dapat mencapai tingkat
kenyamanan yang optimal, relaks dan dapat mereduksi tingkat nyeri ataupun
kecemasan. Aspek lain yang perlu diperhatikan seperti : lingkungan yang nyaman,
tenang, penerangan cukup, suhu ruangan yang sesuai (terdapat ventilasi dan
sirkulasi udara yang optimal apabila tidak ber-ac) dan selalu menciptakan suasana
privacy bagi pasien dan keluarganya. Selain itu perlunya persiapan segala
kebutuhan yang diperlukan oleh praktisi seperti selimut, lotion, bantal guling,
bantal, handuk/tissue (Simonson, 2008).

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


31

2.6 Kerangka Teori Skema 2.2 Kerangka Teori

Faktor Resiko Tanda dan Gejala


..
I Pemeriksaan
Penunjang dan khusus
KankerParu Bronkoskopi I--

Penatalaksanaan
Medis:
•Bedah
• Kemoterapi
• Radioterapi
Stres Psikologis

Asuhan Keperawatan :
H

Cernas I
• Pengkajian
•Masalah atau
diagnosa keperawatan
• Rencana Keperawatan
H Manajemen Cemas

• Implementasi !
•Evaluasi STIMULUS Confounding factor
Sensasi sentuhan :
Pijat •Umur
• Jenis kelamin
+ • Pendidikan
Susunan SarafPusat •Pekerjaan
(otak, sistem lymbic, • Pendapatan
Neurotransmiterr)
+
Kelenjar Endokrin

I
+
Pe j endorphine
+
Pe j Serotonin

Pe j Dopamin, dll

• Kejernihan mental (mental clarity),


terlepas dari cemas, stres, depresi
• Secara urnurn meningkatkan perasaan
sejahtera atau bahagia ~
• Pelepasan emosi terpendam (release of
unexpressed emotions)

Sumber: Cassileth, B. R., & Vickers, A J., 2004; Ernst, E., 2009; Fauci, Anthony S. (2000); Ferrell-
Torry, A T., & Glick, 0. J., 1993; Hansen, N. V., Jorgensen, T., & Ortenblad, L. (2006); Hawari. (2001);
Lindgren, L. at al, 2010; Mok, E., & Pang Woo, C. (2004)

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


BABill
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS
DAN DEFINISl OPERASIONAL

Bah ketiga menjelaskan tentang kerangka konsep, hipotesa dan definisi


operasional setiap variabel pada penelitian pengaruh terapi pijat terhadap tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi
dilakukan di RSUP Persahabatan. Kerangka konsep dijelaskan dalam bentuk:
skema dan definisi operasional dijelaskan dalam bentuk: tabel.

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting
(Sugiono, 20011). Kerangka konsep diharapkan mampu menjelaskan secara teori
pertautan antar variabel yang akan diteliti. Kerangka konsep pada rencana
penelitian ini menggambarkan "ada tidaknya pengaruh terapi pijat terhadap
tingkat kecemasan pasien dengan kanker pam yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi". Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah
intervensi terapi pijat Variabel terikat (dependent variable) pada penelitian ini
adalah tingkat kecemasan.
Berdasarkan penjelasan konsep tersebut, selanjutnya akan disusun kerangka
konsep sebagai berikut :
Skema3. 1
Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel Terikat


Pijat Terapi Cernas

Confounding factor :
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan.

32 Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


33

3.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, dimana
rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Ilmu statistik
membedakan hipotesi dalam dua macam, yaitu hipotesis nol (Ho) dan hipotesis
alternatif (Ha). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada pengaruh terapi pij at terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker
paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi.

3.3 Definisi Operasional


Tabel3.1
Definisi Operasional Kerangka Penelitian
Variabel Definisi Alat Ukur Basil Ukur Skala
Operasional
Independent
Memberikan Tindakan dengan Prosedur Tidak Nominal
terapi pijat memberikan tindakan
penekanan kulit, otot terapi pijat Ya
pada daerah kaki,
betis, (@10 menit)
dan lengan (@ 5
menit),
menggunakan teknik
E.fflueurage
(mengusap) dan
petrissage
(menekan) dengan
minyak baby oil,
sebanyak 2 kali
perlakuan pada H-1
dan 1-2 jam sebelum
tindakan (H-0)
tindakan
bronkoskopi.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


34

Dependent
Tingkat Perasaan was-was, Hamilton Tidak cemas, Ordinal
kecemasan ketidak jelasan, Rating Scale Skor 0-13
kegelisahan dengan for Anxiety
sumber perasaan atau AAS = Cemas skor >
yang tidak bisa anxiety 14 s.d 56
dikenali oleh pasien. analog scale;
Peneliti menilai dalam alat
respon cemas pada uk.ur tersebut
saat: terdiri dari 14
• 30 menit sebelum item
dilakukan terapi pertanyaan
pijat (kelompok dan setiap
perlakuan); dan item
kelompok kontrol pertanyaan
padaH-1. dapat
• 1 Jam setelah diberikan
dilakukan terapi jawaban pada
pijat pada H- 1. rentang nilai
• 1-2 jam sebelum dari 0-4.
diantar ke kamar
tindakan H-0.

Confounding

Umur Jumlah usta yang Format Angka umur: Ordinal


dihitung dari tahun pengkajian <50th
penelitian dikurangi
dengan tahun lahir ~50th
past en, yang
didasarkan pula pada
prevalensi kejadian
kanker paru,
mayoritas > 50
tahun.
Jenis Perbedaan gender, Data faktual Laki-laki (0) Nominal
kelamin, yaitu laki-laki dan
wanita yang akan Wanita (1)
dilihat secara fisik
dan status catatan
rekam medis.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


35

Pendidikan Kedudukan Format Pendidikan Ordinal


responden pengkajian Dasar s.d
berdasarkan Menengah (0)
pendidikan formal
terakhir. Tinggi (1)

Pekerjaan Kedudukan Format Pekerjaan Nominal


responden di pengkajian Belum atau
masyarakat Tidak bekerja
berdasarkan status (0)
mata pencaharian.
Bekerja (1)

Pendapatan Kedudukan Format Pendapatan Ordinal


responden di pengkajian < 2,2 Juta (0)
masyarakat 2:2,2Juta (1)
berdasarkan
pendapatan (UMR
Jakarta),
dikelompokan
menjadi:
< 2,2 Juta,
2:2,2 Juta

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


BABIV
METODOLOGI

Pada Bab keempat menjelaskan tentang metodologi penelitian pengaruh terapi


pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani
tindakan bronkoskopi di RSUP Persahabatan yang meliputi desain penelitian,
populasi dan sampel, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian,
instrumen penelitian, prosedur penelitian, alur penelitian, pengolahan dan analisa
data.

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan bentuk quasi experiment
design dengan nonequivalent control group design. Desain ini hampir sama
dengan pretest-posttest control group design, pembedanya adalah desain
kelompok ini penentuan kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiono,
2011 ). Pada penelitian ini kelompok intervensi akan dilakukan terapi pijat
sedangkan kelompok kontrol tidak dilakukan terapi pijat. Kemudian akan
dilanjutkan penilaian terhadap tingkat kecemasan pasien.
Skema 4.1
Desain Penelitian

Pretest r - -
X - Posttest (Q2- Ql)
(Qt) (Qz)

Cls

Pretest Posttest
(Q4- Q3)
(Q3) (Q4)

36 Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


37

Keterangan :
Ql
Tingkat kecemasan sebelum dilakukan prosedur persiapan bronkoskopi
dan terapi pijat pada kelompok intervensi.
Qz
Tingkat kecemasan setelah dilakukan prosedur persiapan bronkoskopi
dan terapi pijat pada kelompok intervensi.

Tingkat kecemasan sebelum dilakukan prosedur persiapan bronkoskopi


pada kelompok kontrol.

Tingkat kecemasan setelah dilakukan prosedur persiapan bronkoskopi


pada kelompok kontrol.
Qz -QI
Perbedaan tingkat kecemasan setelah dan sebelum dilakukan prosedur
persiapan bronkoskopi dan terapi pijat pada kelompok intervensi.
Q4-Q3 =
Perbedaan tingkat kecemasan setelah dan sebelum dilakukan prosedur
persiapan bronkoskopi pada kelompok kontrol.
(Qz - QI)- (Q4- Q3) = Q5
Perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol pada pasien suspect kanker paru yang menjalani tindakan
bronkoskopi.

4.2 Populasi dan sam pel


4.2.1 Populasi
Populasi merupakan area generalisasi baik subyek ataupun obyek yang memiliki
karakteristik/sifat tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti (Sugiono, 2011 ).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh responden pasien suspect kanker pam
direncanakan untuk tindakan bronkoskopi dirawat di ruang rawat inap RSUP
Persahabatan Jakarta, kecuali ruang VIP-VVIP. Berdasarkan data dari rekam medis
RSUP Persahabatan pada bulan Januari s.d bulan Desember tahun 2013, pasien yang
dilakukan tindakan bronkoskopi pada suspect kanker paru sebanyak 584 pasien atau
setiap bulannya terdapat sekitar 48 pasien.

4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagianjumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan non probability
sampling dengan teknik consecutive sampling. Consecutive sampling merupakan
suatu metode pernilihan sampel dengan menentukan semua individu yang

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


38

ditemuinya dan yang memenuhi kriteria sebagai responden, sampai jumlah sampel
yang diingikannya terpenuhi. Peneliti disarankan agar dalam penentuan sampel dapat
mendekati pengambilan sampel secara probability sample, sebaiknya penelitian
dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lama dalam memilih sampel (Dharma,
20 11 ). Penentuan besar sampel berdasar pada pertimbangan masalah penelitian
secara statistik. Pada penelitian ini memiliki variabel bebas dengan jenis data
nominal, sedangkan variabel terikat memiliki jenis data ordinal, kedua jenis data
masuk data kategori atau diskrit. Sehingga menurut Dharma, 2011 dalam
menentukan besar sampel menggunakan rumus :

n= [(z. +!')xs·r
Keterangan:
n jumlah sampel
Za deviat baku a, nilai Z pada derajat kemaknaan tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti (a= 5% => Za= 95% = 1,96)
Zl3 deviat baku 13, nilai Z pada kekuatan uji (power) tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti (13=80% => Zl3 = 0,842)
d selisih minimal rerata yang dianggap bermakna (judgement peneliti)
Sd simpang baku dari rerata selisih nilai antar kelompok (dari penelitian
terdahulu)

Mengacu pada hasil penelitian sebelumnya oleh Handayani (2007), yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh massase punggung terhadap pola nafas dan tingkat
kecemasan pada pasien asma dengan simpang baku rerata terdapat selisih nilai
sebesar 1,828. Kemudian perbedaan yang dianggap bermakna oleh peneliti adalah
1,5. Confidence interval yang digunakan peneliti 95 % (a = 0,05) dan prediksi
devariasi dari proporsi atau presisi absolute (d) adalah sebesar (0,05),power sebesar
80%, maka jumlah responden dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:
2
(1,96 + 0,842)x 1,828]
n= [ = 1166 = 12
1,5 I

Peneliti menambahkanjumlah sampel 10% dari 12 untuk menghindari adanya drop


out dari responden, dengan perhitungan:
n
n = --:--(1,....--07"

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


39

Keterangan:
n' = jumlah sampel yang direncanak:an diteliti
n = besar sampel yang dihitung
f = perkiraan proporsi dropout.

Atau:

, 12
n = (1 _0,1) = 13,33 = 14

Hasil perhitungan tersebut didapatk:an 14 responden atau total 28 responden ( 14


responden untuk kelompok kontrol dan 14 responden untuk kelompok intervensi).
Pada penelitian ini ditentukan kriteria sebagai syarat bahwa respondon betul-betul
memenuhi syarat, yaitu:
4.2.2.1 Kriteria Inklusi
1. Pasien yang di rawat di RSUP persahabatan kecuali kelas perawatan VIP, VVIP,
yang terdiagnosa suspect kanker paru.
2. Pasien sudah mendapatkan informasi tindak:an dan memberikan persetujuan
tindakan (inform consent).
3. Pasien direncanakan untuk tindak:an bronkoskopi dan pengalaman pertama
menjalani bronkoskopi.
4. Pasien dalam keadaan sadar penuh dan mampu berkomunikasi denganjelas dan
baik.
5. Pasien atau keluarga bersedia menjadi responden.

4.2.2.2 Kriteria eksklusi


1. Terdapat kontraindikasi dilak:ukan pijatan, seperti edema, DVT, suspect
metastase ke bagian ektremitas
2. Pasien mengalami kelelahan dan sesak: berat
3. Pasien dengan rencana bronkoskopi cyto

Peneliti menentukan sampel untuk kelompok intervensi dan kelompok kontrol


berdasarkan pada periode wak:tu. Responden pada minggu pertama (I) dan minggu
kedua (II) serta yang memenuhi kriteria dijadikan sebagai kelompok kontrol,
sedangkan responden pada minggu ketiga (III) dan keempat (IV) dan yang
memenuhi kriteria dijadikan sebagai kelompok intervensi. Responden penelitian

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


40

dinyatakan drop out oleh peneliti saat responden menghentikan atau diberhentikan
oleh peneliti. Ketentuan yang lain, apabila responden tidak mengikuti seluruh
rangkaian penelitian.

4.3 Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, sebagai rumah sakit
vertikal dibawah Kemenkes RI dengan tipe A Pendidikan serta rujukan kasus paru
berskala nasional. Berdasarkan latar belakang rumah sakit tersebut, peneliti berharap
cakupan sampel dapat tercapai.

4.4 Waktu penelitian


Penelitian dilakukan selama 4 minggu, dimulai dari minggu kedua bulan Juni s.d
minggu pertama bulan Juli 2014 (time line terlampir).

4.5 Etika Penelitian


Pertimbangan etik telah dipertahankan dan diperhatikan oleh peneliti dari awal
penelitian sampai dengan akhir penelitian. Prinsip etik yang sudah dilaksanakan oleh
peneliti secara umum meyakini empat prinsip utama untuk memperhatikan aspek -
aspek etik, seperti : respect for human dignity, respect for privacy and confidentially,
respect for justice inclusiveness, and balancing harm and benefits (Dharma, 2011 ).
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti memberikan penjelasan secara lengkap kepada responden tentang tujuan,
prosedur, resiko, keuntungan yang mungkin didapatkan dari penelitian, kerahasiaan
informasi. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk
mempertimbangkan secara baik dan seksama, kemudian responden diberikan
kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan
penelitian secara sukarela (autonomy). Peneliti menjunjung prinsip aspek etik ini
dengan menuangkan dalam surat persetujuan secara sukarela melalui
penandatanganan inform consent sebagai bentuk partisipasi responden dalam
kegiatan penelitian.

2. Menghormati pnvast dan kerahasiaan subyek (respect for privacy and


confidentially)

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


41

Peneliti merahasiak:an segala bentuk informasi yang didapatkan dari responden dan
hanya digunak:an dalam kepentingan penelitian semata, dengan cara merahasiak:an
identitas nama responden digantikan dengan kode (nomor urut) dan inisial dari
responden, alamat responden hanya dituliskan kabupaten kota atau provinsi.

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness)


Peneliti tetap menjunjung tinggi aspek kejujuran, kehati-hatian, sikap profesional,
memberikan keuntungan dan beban secara merata pada responden sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan responden. Peneliti juga bersikap adil pada saat
melakukan penelitian dengan cara memberikan pelayanan sesuai prosedur baku
(SOP) baik pada kelompok kontrol ataupun kelompok intervensi.

4. Mempertimbangkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and


benefits)
Sebelum penelitian dilak:ukan, peneliti mengajukan usulan untuk mendapatkan
persetujuan etik (lolos uji etik) dari komite etik penelitian Fak:ultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Kemudian saat penelitian ak:an dilak:ukan
peneliti meyakinkan bahwa responden terbebas dari rasa tidak aman dan nyaman.
Selama penelitian berlangsung, peneliti melakukan observasi terhadap responden
untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak: dikehendak:i. Apabila responden mengalami
perasaan tidak: aman atau tidak nyaman, misal nyeri, gatal-gatal hebat, edema;
peneliti segera menghentikan tindakan tersebut, peneliti langsung meminta pasien
beristiraharsambil peneliti melak:ukan observasi kembali. Pada saat keluhan tidak:
berkurang atau tetap berlanjut dan tidak dapat diatasi dengan istirahat, peneliti segera
melakukan koordinasi serta kolaborasi dengan dokter yang merawat untuk
memberikan terapi sesuai dengan keluhan responden dan responden tidak: ak:an
dilibatkan kembali pada penelitian. Namun selama penelitian ini berlangsung tidak
terdapat satu pasienpun yang mengalami keluhan sebagaimana keluhan yang
dimak:sudkan diatas.

4.6 Instrumen Penelitian


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen Hamilton Rating Scale for
Anxiety atau AAS =anxiety analog scale; dalam alat ukur tersebut terbagi dalam 14
item pertanyaan dan setiap item diberikan rentang nilai dari 0- 4. Total skor yang

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


42

dicapai dari 0 s.d 56 (Hawari, 2001 ). Kemudian tingkat kecemasan dikategorikan ke


dalam beberapa tingkatan kecemasan, yaitu : skor 0 - 13 = tidak cemas; skor 2::
14 - 20 = cemas ringan~ skor 21 - 27 = cemas sedang~ skor 28 - 41 = cemas
berat~ skor 42-56 = panik.

Namun pada penelitian ini, peneliti membedakan kategori tingkat kecemasan


menjadi dua yaitu tidak cemas dan cemas. Kategori tidak cemas apabila skor total
yang didapatkan dari setiap kuisioner penelitian 0 s.d 13. Selanjutnya untuk kategori
cemas apabila skor totallebih atau sama dengan 14 ke atas (2:: 14).

Validitas dan realibilitas pada instrumen Rating Scale for Anxiety atau AAS = anxiety
analog scale terakhir dilakukan oleh Hegazy, Ragheb, El-Sayed dan Rashad (2012)
dengan tujuan penelitian untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien yang akan
menjalani operasi katarak dan sebagai tindak lanjutnya akan digunakan untuk
membuat protokol manajemen kesehatan berdasarkan tingkat kecemasan pasien.
Validitas isi dipastikan oleh kelompok ahli dari bedah kedokteran, perawatan bedah
dan keperawatan kesehatan masyarakat. Para ahli sepakat bahwa instrumen tersebut
dinyatatakan valid untuk menilai tingkat kecemasan. Kehandalan intrumen dilakukan
dengan menggunakan uji alpha cronbach = 0.82 artinya intrumen tersebut
dinyatakan reliabel pada tiap butimya.

4. 7 Prosedur Penelitian
Tahapan penelitian dalam persiapan pengumpulan data sebagai berikut :
4.7.1 Persiapan administratif
l. Setelah peneliti menyelesaikan UJian proposal tesis dan melakukan revisi
proposal, segera mengajukan surat lolos uji etik dan surat ijin penelitian kepada
FIK-ill, ditujukan kepada RSUP Persahabatan.
2. Surat permohonan penelitian dari FIK-UI disampaikan kepada Direktur Utama
melalui Direktur Umum dan Pendidikan~ tembusan kepada Diklat RSUP
Persahabatan.
3. Setelah mendapatkan tanggapan dan ijin dari pihak RSUP Persahabatan yang
diwakili oleh Diklat RSUP Persahabatan, peneliti menginformasikan kepada
Kepala instalasi dan unit terkait dibawahnya yang terlibat dalam penelitian
tersebut.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


43

4. 7.2 Prosedur teknis


1. Peneliti melakukan persiapan : pengechekan ulang terhadap kelengkapan
kebutuhan penelitian dan semua prosedur administratif
2. Peneliti melakukan koordinasi dan penjelasan dengan kepala ruangan untuk
mengidentifikasi calon responden yang memenuhi kriteria inklusi.
3. Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan memperkenalkan
diri, menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian. Bagi responden yang
bersedia berpartisipasi akan memberikan persetujuan dalam bentuk pemyataan
tertulis (inform consent penelitian). Responden yang sudah memberikan
persetujuan, akan dipilih sebagai kelompok kontrol atau intervensi oleh peneliti.
Kemudian peneliti melakukan pemeriksaan tanda vital : suhu, nadi, frekuensi
pemafasan dan tekanan darah.
4. Peneliti melakukan pre-test kuesioner tentang cemas untuk mendapatkan status
tingkat kecemasan sebelum dilakukan pijatan, setelah selesai diisi dikembalikan
kepada peneliti. Bagi kelompok kontrol, hanya melakukan pengisian kuesioner
dengan tanpa dilakukan pij atan.
5. Peneliti mempersiapan kebutuhan penelitian, untuk terapi pijat yaitu : baby oil,
pengalas, handuk, sarong tangan dan peralatan lain yang diperlukan. Kemudian
peneliti melakukan pemijatan menggunakan teknik Ejjlueurage (mengusap) dan
petrissage (menekan) dengan minyak baby oil, dimulai dari ektrimitas bawah@
10 menit, kemudian dilanjutkan ektrimitas atas @ 5 menit. Setelah selesai
dilakukan intervensi, semua peralatan dirapikan.
6. Peneliti melakukan pengukuran tingkat kecemasan 1 jam setelah dilakukan
intervensi dengan memberikan kuisioner isian yang kedua (post-test I). Bagi
kelompok kontrol, 1 jam dari pre-test akan dilakukan post-test I tanpa didahului
terapi pijat. Peneliti mengurnpulkan kuesioner yang sudah diisi lengkap oleh
responden untuk dipersiapkan olah data.
7. Kemudian pada hari H-0, 1 - 2 jam sebelum pasien diantarkan ke kamar
tindakan akan dilakukan sesuai dengan item e dan f (Penjelasan secara ringkas,
dapat dilihat di alur penelitian).

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


44

4.8 Alur Penelitian


Skema4.2
Alur Penelitian
1 ~---------- Persiapan -I
I
J.
2 ~---1 Mengidentifikasi calon responden
I
~
Penjelasan Tujuan, prosedur, resiko, manfaat Penelitian
r (inform consent)
I
I
I
.. l
I Tidak setuju Setuju sebagai
I
I sebagairesponden responden
I
I
I
3+1
I

I
~

Stop
I

Kontrol
I I

Intervensi
I
~ !
Ukur tanda vital Ukur tanda vital

! ~
Prosedur persiapan Prosedur persiapan
bronkoskopi bronkoskopi

~----------

1
4 ~---------- Ukur Penilaian tingkat kecemasan
kecemasan sebelum dilakukan terapi pijat

+
5 ~---------- Terapi pijat 1 kali
pada H-1~ selama
30 menit

6Post-test I ~-----
!
7 ~----------
Terapi pijat 1 kali~ 1-2 jam sebelum
dibawa ke kamar tindakan pada H-0~
selama 30 menit

!
8Post-test 11 ~----- Penilaian tingkat kecemasan 1 jam setelah dilakukan
terapi pijat

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


45

4.9 Pengolahan dan Analisa Data


4.9.1 Pengolahan data
Peneliti melakukan beberapa tahapan dalam pengolahan data, yaitu :
4.9.1.1 Editing
Pada saat kuesioner penelitian dikembalikan pada peneliti, peneliti melakukan
pengechekan kembali, terutama yang berhubungan dengan :
1. Kelengkapan pengisian karena kuesioner yang diberikan wajib diisi oleh
responden
2. Keterbacaan tulisan atau kejelasan pengisian (makna jawaban), apabila kurang
jelas dilakukan klarifikasi oleh peneliti untuk menghindari salah tafsir.

4.9.1.2 Coding
Setelah tahapan editing selesai dilakukan, peneliti mengelompokkan atau
mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden secara sistematis sesuai dengan
macamnya, memiliki maksud agar dapat memberikan kemudahan peneliti dalam
melakukan analisis data.

4.9.1.3 Entry data


Peneliti melakukan pemindahan data yang telah diubah menjadi coding data ke
dalam mesin pengolahan data, yaitu dengan komputer melalui program software
analisa data. Guna menghindari kesalahan dalam menganalisis, peneliti melakukan
pengechekan data terlebih dahulu.

4.9.1.4 Cleaning data.


Peneliti memeriksa kembali secara seksama, apakah datanya lengkap atau tidak
hilang, salah masuk, variasi data yang tidak tepat atau konsistensi pengisian yang
kurang valid guna memberikan kenyakinan kepada peneliti bahwa seluruh data yang
sudah di-input ke dalam mesin pengolahan data, benar- benar sebagai data yang
valid.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


46

4.9.2 Analisa data


Data yang diperoleh oleh peneliti adalah berbentuk data nominal (terapi pijat) dan
data ordinal (basil pengukuran dari tingkat kecemasan). Oleh karenanya dalam uji
hipotesis akan menggunakan penyelesaian statistik non-parametrik (Sugiono, 2011 ).
Analisis data yang akan dilakukan peneliti, adalah :
4.9.2.1 Analisis Univariat
Analisis statistik yang memperhitungkan satu variabel atau per-variabel untuk
menjelaskan karakteristik dari masing-masing variabel, misalnya usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekeijaan dan pendapatan. Hasil olah data dipaparkan dalam bentuk
persentase dari variabel.
Tabe14.1
Analisa Univariat Karakteristik Responden
No Kelompok perlakuan Kelompok kontrol Uji statistik
1 Umur Umur Proporsi (%)
2 Jenis kelamin Jenis kelamin Proporsi (%)
3 Pendidikan Pendidikan Proporsi (%)
4 Pekerjaan Pekerjaan Proporsi (%)
5 Pendapatan Pendapatan Proporsi (%)

4.9.2.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat adalah analisis statistik untuk mengetahui keterkaitan dua variabel,
yang dapat bersifat : simetris tak saling mempengaruhi, saling mempengaruhi atau
variabel satu mempengaruhi variabel lainya. Analisis data pada penelitian ini
menggunakan Chi-Square dan Wilcoxon Test untuk mengetahui apakah pemberian
terapi pijat mampu memberikan pengaruh terhadap menurunkan tingkat kecemasan
secara signifikan.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


47

Tabel4.2
Analisis Bivariat Uji Perbedaan Tingkat Kecemasan Antar
Kelompok Kontrol dengan Kelompok Intervensi
Varia bel Dependent Uji statistik
No Perbedaan Tingkat Kecemasan
Kelompok Kontrol dengan Kelompok Intervensi
1 Tingkat kecemasan Post Tingkat kecemasan Post
Test I pada kelompok Test I pada kelompok
Chi-Square Test
kontrol intervensi

2 Tingkat kecemasan Post Tingkat kecemasan Post


Test II pada kelompok Test II pada kelompok
Chi-Square Test
kontrol intervensi

Tabel4.3
Analisis Bivariat Uji Perbedaan Tingkat Kecemasan pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Varia bel Dependent Uji statistik
No Perbedaan Tingkat Kecemasan
Kelompok Kontrol dengan Kelompok Intervensi
1 Tingkat kecemasan Tingkat kecemasan
dalam kelompok dalam kelompok kontrol
Wilcoxon Test
kontrol pada Pre Test padaPost Test I

2 Tingkat kecemasan Tingkat kecemasan


dalam kelompok dalam kelompok kontrol
Wilcoxon Test
kontrol padaPre Test pada Post Test II

3 Tingkat kecemasan Tingkat kecemasan


dalam kelompok dalam kelompok
intervensi pada Pre Test intervensi pada Post Test Wilcoxon Test
I

4 Tingkat kecemasan Tingkat kecemasan


dalam kelompok dalam kelompok
intervensi pada Pre Test intervensi pada Post Test Wilcoxon Test
II

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


48

4.9.2.3 Analisis Regresi Logistik


Analisis data selanjutnya adalah analisis regresi logistik. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kelompok kontrol dan kelompok intervensi terhadap tingkat
kecemasan, sekaligus untuk mengetahui apakah terdapat interaksi variabel
independent dengan variabel perancu (confounding) terhadap variabel dependent.
Analisis dilakukan menggunakan uji statistik Regresi Logistik dengan model faktor
resiko. Pemodelan ini bertujuan untuk menduga atau mengestimasi hubungan satu
variabel utama dengan mengontrol variabel confounding secara valid (Hastono,
2007).
Tabel4.4
Analisis Bivariat Uji Interaksi dan Confounding
Variabel Dependent Uji statistik
No Pengaruh lnteraksi dan Konfounding
pada Tingkat Kecemasan
1 Uji interaksi variabel independent utama dengan Anal sis Regresi
variabel confounding Logistik

2 Uji confounding pada variabel-variabel Anal sis Regresi


confounding Logistik

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


BAB V
HASIL PENELITIAN

Bab kelima ini menjelaskan secara rinci tentang basil penelitian pengaruh terapi
pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani
tindakan bronkoskopi dilakuk:an di RSUP Persahabatan. Hasil penelitian terdiri
dari tiga bagian, yaitu : analisis univariat, analisis bivariat dan analisis regresi
logistik.

5.1 Univariat
Analisis univariat meliputi karakteristik responden dilihat dari umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan karakteristik tingkat kecemasan
pasten.
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Persahabatan Jakarta dengan jumlah sampel
penelitian sebanyak 28 responden, yang terdiri dari 14 responden sebagai
kelompok intervensi dan 14 responden sebagai kelompok kontrol. Adapun
karakteristik subjek penelitian disajikan pada tabel berikut ini :

49 Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


50

Tabel5.1
Distribusi Karakteristik Responden (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan
dan Pendapatan) di RSUP Persahabatan Jakarta
Juni- Juli 2014 (n= 28)
~~~
No Karakteristik ~~·~ ~

Int:rn' Kf~J Intervensi Kontrol


/
1 Umur
<50 tahun 9 7 64,3 50,0
:::::50 tahun 5 7 35,7 50,0

2 Jenis Kelamin
Laki -laki 9 11 64,3 78,6
Perempuan 5 3 35,7 21,4

3 Pendidikan
Dasar- Menengah 11 11 78,6 78,6
Tinggi 3 3 21,4 21,4

4 Pekerjaan
Tidak/belum bekerja 5 4 35,7 28,6
Bekerja 9 10 64,3 71,4

5 Pendapatan
< 2,2 Juta 10 9 71,4 64,3
2:2,2 Juta 4 5 28,6 35,7

Tabel 5.1 karakteristik tersebut di atas menunjukkan bahwa pada kelompok


intervensi, dilihat dari : umur, mayoritas berumur di bawah 50 tahun (64,3%)
dengan jenis kelamin laki-laki (64,3%), pendidikan dasar - menengah (78,6%),
status bekerja (64,3%) dan pendapatan kurang dari Rp. 2,2 Juta (71,4%).
Sementara pada kelompok kontrol dilihat dari : umur seimbang antara di bawah
50 tahun dan 50 tahun ke atas (50%) dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki
(78,6%), berpendidikan dasar - menengah (78,6%), status bekerja (71,4%) dan
berpendapatan kurang dari Rp. 2,2 Juta (64,3%).

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


51

5.1.2 Distribusi Tingkat Kecemasan Pasien Suspect Kanker Paru


5.1.2.1 Pre-test
Tingkat kecemasan pasien dengan suspect kanker paru yang akan menjalani
tindakan bronkoskopi sebelum intervensi (pre-test) pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol, setelah dilihat dari distribusi skor tingkat kecemasan pasien,
dapat dicermati seperti pada tabel berikut ini :

Tabel5.2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Kecemasan
pada Pre-Test Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUP Persahabatan Jakarta
Juni- Juli 2014 (n= 28)

No Karakteristik Frekuensi Prosentase

Intervensi Kontrol lntervensi Kontrol

1 Cernas
Cemas Sedang 3 2 21,4 14,3
Cemas Ringan 11 12 78,6 85,7

2 TidakCemas 0 0 0 0

Jumlah 14 ' 14 100 100

Berdasarkan tabel5.2 distribusi frekuensi tersebut di atas diketahui bahwa tingkat


kecemasan pasien suspect kanker pam yang akan menjalani tindakan bronkoskopi
sebelum intervensi (pre-test) pada kelompok intervensi, dari 14 responden
terdapat kategori cemas 100%, dengan rincian cemas ringan 78,6% dan cemas
sedang 21,4%. Pada kelompok kontrol, dari 14 orang responden terdapat kategori
cemas 100%, dengan rincian cemas ringan 85,7% dan cemas sedang 14,3%. Pada
kedua kelompok mayoritas tingkat kecemasan berada pada kategori cemas ringan.

5.1.2.2 Post-Tes I= 1 Jam Setelah Pijat


Tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi sesudah intervensi (post-test 1), yaitu satu jam setelah pre-test atau

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


52

setelah pijat pada kelompok intervensi. Berdasarkan hasil analisis data (distribusi
skor tingkat kecemasan) diperoleh sebagai berikut :

Tabel5.3
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Kecemasan
pada Post-Test I Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUP Persahabatan
Jakarta Juni- Juli 2014 (n= 28)

No Karakteristik Frekuensi Prosentase

Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol

1 Cemas
Cemas Sedang 0 3 0,00 21,4
Cemas Ringan 9 11 64,3 78,6

2 Tidak Cemas 5 0 35,7 0

Jumlah 14 14 100 100

Berdasarkan tabel 5.3 distribusi frekuensi tersebut di atas diketahui bahwa tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi sesudah intervensi (post-test I) pada kelompok intervensi, dari 14
responden dikategorikan cemas 64,3%, yaitu cemas ringan 64,3% dan cemas
sedang 0%. Sementara itu yang masuk dalam kategori tidak cemas 35,7%. Pada
kelompok kontrol, dari 14 responden 100% mengalami cemas, dengan rincian
cemas ringan 78,6% dan cemas sedang 21,4%. Pada kedua kelompok mayoritas
tingkat kecemasan berada pada kategori cemas ringan.

5.1.2.3 Post-Tes II= 1-2 Jam Sebelum ke Kamar Tindakan


Tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi sesudah intervensi (post-test II), yaitu 1 - 2 jam sebelum ke kamar
tindakan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, berdasarkan distribusi
skor tingkat cemas adalah sebagai berikut :

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


53

Tabel5.4
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Kecemasan
pada Post-Test II. Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUP Persahabatan
Jakarta Juni- Juli 2014 (n= 28)

No Karakteristik Frekuensi Prosentase

Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol

1 Cernas
Cemas Sedang 0 3 0,00 21,4
Cemas Ringan 8 11 57,1 78,6

2 TidakCemas 6 0 42,9 0

Jumlah 14 14 100 100

Berdasarkan tabel 5.4 distribusi frekuensi tersebut di atas diketahui bahwa tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi sesudah intervensi (post-test II) pada kelompok intervensi, dari 14
responden, dikategorikan tidak cemas 42,9% dan cemas 57,1% yaitu cemas
ringan 57,1% dan sedang 0%. Pada kelompok kontrol, dari 14 responden masuk
dalam kategori cemas 100%, dengan rincian 78,6% cemas ringan dan 21,4%
cemas sedang.

5.2 Analisis Bivariat


Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah : "Ada pengaruh terapi pijat
terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani
tindakan bronkoskopi", atau sebagai hipotesis alternatif. Hal penting yang
diperlukan untuk keperluan pengujian hipotesis adalah dengan mengubah menjadi
hipotesis nol (Ho), yaitu : "Tidak ada pengaruh terapi pijat terhadap tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi".

Variabel dependent dan independent yang telah diketahui frekuensi dan


persentasenya melalui analisis univariat, akan dilanjutkan pada tahap analisis

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


54

selanjutnya yaitu analisis bivariat. Sebelum dilakukan analisis bivariat, variabel


tingkat kecemasan oleh peneliti dilakukan pengelompokkan terlebih dahulu
melalui penggabungan tingkat cemas sedang dan cemas ringan menjadi kelompok
cemas. Sedangkan untuk kelompok tidak cemas tetap dalam kategori tidak cemas.
Analisis bivariat ditujukan untuk melihat hubungan antara variabel dependent
dengan variabel independent menggunakan uji statistik Wilcoxon dan Chi-Square
test. Hasil uji statistik tersebut terlihat pada tabel - tabel dibawah ini.
5.2.1 Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Post-test I Antar Kelompok
Tabel5.5
Hubungan Kekuatan Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Post-test I
Antar Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUP Persahabatan Jakarta
Juni- Juli 2014 (n= 28)
Tingkat Kecemasan
Kelompok TidakCemas Cemas Total OR p x2
F % F % F %

Intervensi 5 35,7 9 64,3 14 100

Kontrol 0 0,0 14 100 14 100 1,556 0,048 3,896

Jumlah 5 17,9 23 82,1 28 100

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa persentase pada kelompok intervensi yang tidak
cemas sebesar 35,7%, artinya lebih besar dibandingkan persentase pada kelompok
kontrol, yaitu 0%. Demikian pula persentase pada kelompok intervensi yang
masuk dalam kategori cemas sebesar 64,3%, artinya lebih kecil dibandingkan
persentase kelompok kontrol, yaitu 100%.

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai x2 = 3,896 (pada continuity


correction (khusus tabel kontingensi 2 x 2)) yang lebih besar dari x2s%(1) = 3,841
atau nilai p = 0,048 yang lebih kecil dari a = 0,05, maka hipotesis nol ditolak.
Hasil uji statistik ini menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna terapi pijat
terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani
tindakan bronkoskopi pada Post-Test I. Nilai OR (Odds Ratio) yang diperoleh
sebesar 1,556 dengan CJ 95% 1,053- 2,299, hal ini dapat diartikan bahwa pada

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


55

Post-Test I, pasien suspect kanker paru yang akan menjalani bronkoskopi yang
mendapatkan terapi pijat sebelumnya, memiliki kemungkinan 1,556 kali tidak
mengalami cemas dibandingkan dengan pasien yang tidak dilakukan terapi pijat.

5.2.2 Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Post-test ll Antar Kelompok


Tabel5.6
Hubungan Kekuatan Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Post-test II Antar
Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUP Persahabatan Jakarta
Juni- Juli 2014 (n= 28)
Tingkat Kecemasan
Kelompok TidakCemas Cemas Total OR p x2
F % F % F %

Intervensi 6 42,9 8 57,1 14 100

Kontrol 0 0,0 14 100 14 100 1,750 0,021 5,3030

Jumlah 5 17,9 23 82,1 28 100

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa persentase pada kelompok intervensi yang tidak
cemas sebesar 42,9%, artinya lebih besar dibandingkan persentase pada kelompok
kontrol, yaitu 0%. Demikian pula persentase pada kelompok intervensi yang
masuk dalam kategori cemas sebesar 57,1 %, artinya lebih kecil dibandingkan
persentase kelompok kontrol, yaitu 100%.

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai x. = 5,3030 (pada continuity


2

correction (khusus tabel kontingensi 2 x 2)) yang lebih besar dari x.25%(1) = 3,841
atau nilai p = 0,021 yang lebih kecil dari a = 0,05, maka hipotesis nol ditolak.
Hasil uji statistik ini menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna terapi pijat
terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker pam yang akan menjalani
tindakan bronkoskopi pada Post-Test II Nilai OR (Odds Ratio) yang diperoleh
sebesar 1,750 dengan C/ 95% 1,112-2,755, hal ini dapat diartikan bahwa pada
Post-Test II, pasien suspect kanker pam yang akan menjalani bronkoskopi yang
mendapatkan terapi pijat sebelumnya, memiliki kemungkinan 1,750 kali tidak
mengalami cemas dibandingkan dengan pasien yang tidak dilakukan terapi pijat.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


5.2.3 Perbedaan Tingkat Kecemasan Pre-Test Ke Post-Test pada Kelon
Kontrol dan Kelompok lntervensi
Tabel5.7
Perbedaan Tingkat Kecemasan Pre-Test Ke Post-Test pada Kelompok Kontrol
dan Kelompok Intervensi di RSUP Persahabatan Jakarta
Juni- Juli 2014 (n= 28)
Data Kelompok Z hitung Nilaip

Pre-test ke post-test I
Intervensi -2,828 0,005*)
Kontrol -1,000 0,317
Pre-test ke post-test II
Intervensi -3,000 0,003*)
Kontrol -1,732 0,083

= Signifikan pada taraf signifikansi 5% (p<0,05)

Berdasarkan hasil analisis yang dirangkum pada tabel 5. 7 tersebut di atas, dapat
diketahui bahwa penurunan tingkat kecemasan pasien dari pre-test ke post-test
(H-1 atau 1 jam setelah mendapatkan intervensi berupa pijat), dinyatakan ada
perbedaan yang signifikan penurunan antara kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol, yang dibuktikan dengan Zhitung = -2,828 dengan nilai p = 0,005;
temyata p < 0,05 yang berarti perbedaan tersebut signifikan. Demikian pula pada
hasil analisis pada data penurunan tingkat kecemasan dari pre-test ke post-test II
(H-0 atau 1-2 jam sebelum tindakan bronkoskopi), dinyatakan ada perbedaan
yang signifikan, ditunjukkan dengan Zmtung = -3,000 dengan nilai p = 0,003;
temyata p < 0,05 yang berarti perbedaan tersebut adalah signifikan.

Hasil tersebut di atas membuktikan bahwa hipotesis nol (Ho) yang menyatakan
"Tidak ada pengaruh terapi pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect
kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi" ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) yang menyatakan "Ada pengaruh terapi pijat terhadap tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi", diterima atau terbukti kebenarannya.

----·

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


57

5.3 Analisis Regresi Logistik


Pada analisis multivariat peneliti memutuskan untuk melakukan analisis regresi
logistik dikarenakan skala pengukuran pada variabel dependent berbentuk
variabel kategorik. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelompok
kontrol dan intervensi terhadap tingkat kecemasan, sekaligus untuk mengetahui
apakah terdapat interaksi antara variabel "terapi pijat" sebagai variabel
independent dengan variabel "Umur, jenis kelamin, pendidikan, peketjaan dan
pendapatan", sebagai confounding, terhadap tingkat kecemasan sebagai variabel
dependent. Uji statistik Regresi Logistik ini menggunakan pendekatan model
faktor resiko. Pemodelan faktor resiko bertujuan untuk menduga atau
mengestimasi hubungan satu variabel utama dengan mengontrol variabel
confounding secara valid.
5.3.1 Pemodelan Awal Regresi Logistik

Pemodelan regresi logistik yang dipakai adalah model resiko maka semua variabel

(dependent, independent dan confounding) dimasukkan dan dianggap memiliki

interaksi seperti yang diperlihatkan dibawah ini;

Tabel5.8
Gambaran Interaksi Variabel Dependent, Independent dan Confounding
Juni- Juli 2014
Dependent Independent Confounding Interaksi

Kelompok Umur Kelompok*Umur


Tingkat Intervensi Jenis Kelamin Kelompok*Jenis K
Kecemasan Pendidikan Kelompok*Pendidikan
Kontrol Pekerjaan Kelompok*Pekerjaan
Pendapatan Kelompok*Pendapatan

Berdasarkan tabel 5.8 di atas, akan dilakukan uji interaksi dengan cam
memasukkan semua variabel independent, variabel confounding dan variabel
interaksi ke dalam model.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


58

5.3.2 Post-Test I
5.3.2.1 Uji Interaksi padaPost-Test I
Uji interaksi pada Post-Test I ini dilakukan untuk: menduga variabel yang diduga
memiliki interaksi. Prosedur uji interaksi adalah dengan mengeluarkan variabel
interaksi yang tidak signifikan (p 2:: 0,05) secara bertahap, dimulai dari variabel
interaksi yang nilai p nya paling besar. Kemudian model diolah kembali dengan
cara tidak mengikutsertakan variabel interaksi yang tidak signifikan, sampai
diperoleh tabel hasil uji interaksi yang terakhir. Hasil uji Interaksi adalah sebagai
berikut:
Tabel5.9
Pemodelan Awal Uji Interaksi padaPost-Test I
Variabel B Db Nilaip

Independent Kelompok -40,810 1 0,999

Confounding Umur 0,000 1 1,000


Jenis Kelamin 0,000 I 1,000
Pendidikan 0,000 I I,OOO
Pekerjaan 0,000 I I,OOO
Penghasilan 0,000 I I,OOO

Interaksi Kelompok*Umur 19,607 I 0,999


Kelompok*Jenis K 40,017 I 0,999
Kelompok*Pnddkn I9,607 I 1,000
Kelompok*Pekerjaan18,914 1 1,000
Kelompok*Penghsln-18,9I4 1 0,999

Setelah dilakukan prosedur uji interaksi yaitu dengan mengeluarkan variabel


interaksi yang tidak signifikan (p 2:: 0,05) secara bertahap, maka diperoleh hasil
akhir uji interaksi sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


59

Tabel5.10
Hasil Akhir Uji Interaksi pada Post-Test I

Variabel B Db Nilaip OR

Kelompok -36,130 1 0,997 0,000

Umur 18,146 1 0,998 7,602E7


Jenis Kelamin 37,921 1 0,998 2,944E16
Pendidikan 18,146 1 0,998 7,602E7
Pekerjaan 17,453 1 0,998 3,801E7
Penghasilan -17,453 1 0,998 0,000

Constant 17,984 1 0,998 6,461E7

Dengan demikian hasil uji interaksi sudah selesai. Hasil dari uji interaksi terhadap
variabel-variabel interaksi, temyata tidak terdapat variabel interaksi karena nilai
p-nya > 0,05. Kesimpulannya adalah pada Post-Test I tidak terdapat variabel
interaksi yang bermakna. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji confounding
terhadap variabel-variabel confounding yang terdiri dari variabel umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

5.3.2.2 Uji confoundingpadaPost-Test I


Uji confounding adalah uji yang dilakukan dengan melihat perbedaan nilai OR
dari variabel utama dengan mengeluarkan variabel kandidat confounding, bila
terdapat perubahan nilai p > 10%, maka variabel itu dapat dikatakan sebagai
variabel confounding. Umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan
adalah variabel-variabel confounding yang akan diuji. Proses uji ini dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


60

Tabel5.11
Tahab Awal Hasil Uji Variabel Confounding pada Post-Test I

Variabel B Db Nilaip OR 95%CI


EXP(B)
Low Upp

Kelompok -36,130 1 0,997 0,000 0,000

Umur 18,146 1 0,998 7,602E7 0,000


Jenis Kelamin 37,921 1 0,998 2,944E16 0,000
Pendidikan 18,146 1 0,998 7,602E7 0,000
Pekerjaan 17,453 1 0,998 3,801E7 0,000
Pendapatan -17,453 1 0,998 0,000 0,000

Constant 17,984 1 0,998 6,461E7

Setelah dilakukan uji confounding secara bertahap, yaitu dengan mengeluarkan


variabel kandidat confounding yang memiliki nilai p terbesar terlebih dahulu dan
melihat perbedaan nilai OR untuk variabel utama, dalam hal ini adalah variabel
kelompok, temyata tidak ada perubahan OR > 10%.
Hasil akhir uji variabel confounding pada Post-Test I diperoleh kesimpulan bahwa
tidak ditemukan variabel confounding setelah mengeluarkan satu persatu mulai
dari kandidat variabel confounding yang memiliki nilai p terbesar.

5.3.3 Post-Test II

5.3.3.1 Uji Interaksi padaPost-Test II


Uji interaksi padaPost-Test II ini dilakukan untuk menduga variabel yang diduga
memiliki interaksi. Prosedur uji interaksi adalah mengeluarkan variabel interaksi
yang tidak signifikan (p ~ 0,05) secara bertahap. Dimulai dari variabel interaksi
yang nilai p nya paling besar. Kemudian modelnya diolah kembali dengan tidak
mengikutsertakan variabel interaksi yang tidak signifikan, sampai diperoleh tabel
hasil uji interaksi yang terakhir Hasil uji Interaksi adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


61

Tabel5.12
Pemodelan Awal Uji Interaksi padaPost-Test II
Variabel B Db Nilaip

Independent Kelompok -21,203 1 0,999

Confounding Umur 0,000 1 1,000


Jenis Kelamin 0,000 1 1,000
Pendidikan 0,000 1 1,000
Pekerjaan 0,000 1 1,000
Pendapatan 0,000 1 1,000

Interaksi Kelompok*Umur 0,000 1 1,000


Kelompok*Jenis K 21,527 1 1,000
Kelompok*Pnddkn 0,000 1 1,000
Kelompok*Pekerjaan-0,693 1 1,000
Kelompok*Pendptn -0,405 1 1,000

Setelah dilakukan prosedur uji interaksi yaitu dengan mengeluarkan variabel


interaksi yang tidak signifikan (p:::: 0,05) secara bertahap, maka diperoleh hasil
ak:hir uji interaksi sebagai berikut:
Tabel5.13
Hasil Akhir Uji Interaksi pada Post-Test II

Variabel B Db Nilaip OR

Kelompok -21,541 1 0,998 0,000

Umur 0,000 1 1,000 1,000


Jenis Kelamin 20,821 1 0,999 1,103E9
Pendidikan 0,000 1 1,000 1,000
Pekerjaan -0,693 1 0,780 0,500
Pendapatan -0,405 1 0,863 0,667

Constant 21,541 1 0,998 2,266E9

Dengan demikian hasil uji interaksi sudah selesai. Hasil dari uji interaksi terhadap
variabel-variabel interaksi yang ada, ternyata tidak terdapat variabel interaksi
karena nilai p-nya > 0,05. Kesimpulannya adalah pada Post-Test II tidak terdapat
variabel interaksi yang bermakna. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji
confounding terhadap variabel-variabel confounding yang terdiri dari variabel
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


62

5.3.3.2 Uji ConfoundingpadaPost-Test II


Uji confounding adalah uji yang dilakukan dengan melihat perbedaan nilai OR
dari variabel utama dengan mengeluarkan variabel kandidat confounding, bila
terdapat perubahan nilai p > 10%, maka variabel itu dapat dikatakan sebagai
variabel confounding. Umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan
adalah variabel confounding yang akan diuji. Proses uji ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel5.14
Tahap Awal Hasil Uji Variabel Confounding padaPost-Test II
Variabel B Db Nilaip OR 95% CI
EXP(B)
Low Upp

Kelompok -21,541 1 0,998 0,000 0,000

Umur 0,000 1 1,000 1,000 0,022 45,854


Jenis Kelamin 20,821 1 0,999 1,103E9 0,000
'
Pendidikan 0,000 1 1,000 1,000 0,022 45,854
Pekerjaan -0,693 1 0,780 0,500 0,004 64,974
Pendapatan -0,405 1 0,863 0,667 0,007 66,093

Constant 21,541 1 0,998 2,266E9

Setelah dilakukan uji confounding secara bertahap, yaitu dengan mengeluarkan


variabel kandidat confounding yang memiliki nilai p terbesar terlebih dahulu dan
melihat perbedaan nilai OR untuk variabel utama, dalam hal ini adalah variabel
kelompok, temyata tidak ada perubahan OR > 10%. Hasil akhir uji variabel
confounding pada Post-Test II diperoleh kesimpulan bahwa tidak ditemukan
variabel confounding setelah mengeluarkan satu persatu mulai dari kandidat
variabel confounding yang memiliki nilai p terbesar.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


BAB VI
PEMBAHASAN

Pada bah VI peneliti akan mendiskusikan tentang hasil penelitian, temuan-temuan


yang didapatkan selama penelitian berlangsung dengan konsep teori yang
mendasar terutama yang berkaitan dengan pengaruh terapi pijat terhadap tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bro~oskopi. Hasil penelitian secara umum telah mampu menjawab hipotesis
peneiiti bahwa ternyata ada pengaruh terapi pijat terhadap tingkat kecemasan
pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi, yang
secata rinci akan dijelaskan diuraian berikut ini. Selain itu peneliti akan
menyampaikan keterbatasan-keterbatasan selama penelitian berlangsung dan
benn:Ik implikasi dari hasil penelitian terhadap profesi keperawatan.

6.1 Karakteristik Responden


Berdasarkan tingkat umur, kasus pas1en dengan suspect kanker paru yang
direncanakan untuk tindakan bronkoskopi, periode bulan Juni s.d Juli 2014,
may(,tritas pada kelompok umur di bawah 50 tahun, sebesar 67,85 % (n = 28). Hal
ini berbeda dari berbagai dari hasil temuan kasus kanker paru di luar negeri,
disana dinyatakan bahwa angka kejadian kanker paru di dominasi pada kelompok
umui: diatas 50 tahun. Penelitian menurut Bernasconi (2009) yang bertujuan untuk
menilai kepuasan pasien menjalani tindakan bronkoskopi, rata-rata pada usia 65
tahm~. Menurut peneliti bahwa kesenjangan dilihat dari tingkat umur,
kem1mgkinan disebabkan karena adanya perbedaan dari jumlah sampel penelitian
yaitu (n = 28 dan n = 126).

Berd,:tsarkan dari jenis kelamin, pada penelitian ini secara jumlah didominasi oleh
jenis kelamin laki-laki, sebesar 71,42 %. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bernasconi (2009), laki-laki sebesar 61%. Penelitian lain oleh Poi,
Chuah, Srinivas dan Liam (1998), yang bertujuan untuk mengidentifikasi
kecemasan pasien yang menjalani bronkoskopi (fibreoptic broncoscopy)
mayvritas pada jenis kelamin laki-laki 65,36% (n = 104) dan berbanding lurus

63
Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


64

deng.m basil tingkat kecemasannya, laki-laki menunjukkan tingkat kecemasannya


lebih tinggi dari pada perempuan (33,65%: 25% dari n = 104). Menurut Colt, H.
G., l'owers, A., & Shanks, T. G. (1999), dalam penelitiannya yang bertujuan
untu1,: mengetahui pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan pasien yang
menjji.lani bronkoskopi, juga didominasi oleh responden dengan jenis kelamin
laki-laki 65% (n=60). Menurut analisa peneliti bahwa kejadian kanker paru
mayvritas pada kelompok laki-laki dikarenakan karena kebiasaan merokok dan
merokok memberikan kontribusi sebesar 80- 90 % untuk terjadinya kanker paru
(Sopori, 2002). Faktor lain juga laki-laki kebanyakan sebagai pekerja di daerah
indmtri, seperti di Yunnan, Cina. Namun dilihat dari tingkat kecemasan yang
diper~leh dari kedua kelompok ini, laki-laki memiliki kejadian kecemasan lebih
besar. dibandingkan dengan perempuan. Sehingga faktor hormonal belum dapat
diny~kini sekalipun secara konsep bahwa tingkat kecemasan pada perempuan
lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

Berdasar dati tingkat pendidikan, pada penelitian ini mayoritas responden


berpf;ndidikan dasar-menengah, sebesar 78,60% (n = 28). Hasil penelitian ini,
dilihG_Lt dari karakteristik responden tingkat pendidikan sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Poi (1999), sebesar 75,96% (n = 104). Apabila dilihat respon
responden dari aspek tingkat kecemasan, pendidikan dasar sampai-menengah
sebesar 42,30% dibandingkan dengan pendidikan tinggi yaitu 16,35%. Menurut
Soe\\<,adi (1999, dalam Hidayat 2008) bahwa tingkat pendidikan akan dipengaruhi
oleh kemampuan individu dalam menerima informasi dan berperilaku mengatasi
stres.

Selanjutnya karakter responden ditinjau dari aspek status pekerjaan, dalam


penelitian ini mayoritas pada kelompok bekerja, sebesar 67,86% (n = 28). Aspek
ini apabila dikaitkan dengan kejadian kanker paru berbanding lurus. Menurut
anali~is peneliti, hal ini dapat dikarenakan bahwa individu yang sudah memiliki
<

peker_iaan tetap, memiliki otoritas mempergunakan gajinya secara mudah,


misal nya untuk membeli rokok. Aspek lain adalah kemungkinan paparan dari
polutilll di tempat kerja.

Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014
65

Berdasar karakter responden ditinjau dari aspek pendapatan, dalam penelitian ini
mayoritas pada kelompok pendapatan kurang dari Rp. 2,2 Juta, sebesar 67,86%
(n = 28). Dari aspek ini, peneliti masih kesulitan menganalisis saat
menghubungkan kejadian kanker paru dengan besaran pendapatan individu,
dikart~nakan minimnya tinjauan literatur ataupun referensi.

6.2 P~ngaruh Terapi Pijat terhadap Kecemasan


Penelitian ini telah memberikan jawaban dari hipotesis altematif yang diajukan
oleh peneliti, yaitu ada pengaruh yang signifikan (p < 0,05) terapi pijat terhadap
tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi. Hasil ini ditunjukkan pada uji tingkat kecemasan antar kelompok
(interyensi dengan kontrol) menggunakan Chi-Square test, didapatkan Pvalue pada
datapost-test Ip = 0,048 ataup < 0,05 pada OR= 1,556 dengan CI95% 1,053-
2,299. Hasil ini menunjukkan bahwa pasien suspect kanker paru yang akan
menj'flani bronkoskopi yang mendapatkan terapi pijat sebelumnya, memiliki
kemungkinan I ,556 kali tidak mengalami cemas dibandingkan dengan pasien
yang tidak dilakukan terapi pijat.

Kem4dian untuk post-test II, didapatkan p = 0,021 artinya p < 0,005 pada OR
sebesar 1,750 dengan CI 95% 1,112- 2,755, hal ini dapat diartikan bahwa pada
Post-fest II, pasien suspect kanker paru yang akan menjalani bronkoskopi yang
mendapatkan terapi pijat sebelumnya, memiliki kemungkinan 1,750 kali tidak
mengalami cemas dibandingkan dengan pasien yang tidak dilakukan terapi pijat.
Dengim demikian terjadi perbedaan bermakna pada post-test I dan post-test II
pada saat kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Menurut Snyder (2010) bahwa pijat menghasilkan efek pada beberapa sistem
tubuh yaitu persyarafan, produksi getah bening, muskulo skeletal dan
kardi()vaskular. Adanya stimulus pijat memberikan stimulus pelepasan histamin
yang mampu mempengaruhi vasodilatasi pembuluh darah serta meningkatkan

Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014
66

aliran venous return akibat pergesekan dari Janngan kulit dengan jaringan
subku,tan.

Menurut Tappan (2004) bahwa dengan pijatan salah satunya akan memperbaiki
sistem sirkulasi jaringan lokal, meningkatkan venous return, mampu menurunkan
tekanan darah dan denyut jantung; dan selanjutnya akan memberikanperasaan
tenang, bahagia (general foeling of well being) serta kejernihan mental, relaks
(mental clarity). Selain itu menurut Smeltzer dan Bare (2002) bahwa cemas
sebag~i salah satu bagian penyebab stes. Persepsi stres akan diintegrasikan di
dalaffi' hipotalamus karena jalur neural dan neuroendokrin di bawah kendalinya,
sehingga hipotalamus akan diaktifkan dalam respon stres, yang pertama akan
mengilktifkan sistem saraf simpatis. Respon saraf simpatis akan mensekresi
hormon norepinefrin yang memiliki cepat dan mengakibatkan peningkatan
frekuynsi denyut jantung serta terjadi vasokontriksi perifer yang akan
mengakibatkan kenaikan tekanan darah.

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Brand, Munroe &
Gavin (2013), untuk menjawab pertanyaan peneliti apakah pasien yang akan
opera8i tingkat kecemasannya menurun setelah dilakukan pijatan tangan?. Hasil
analisis data didapatkan nilai p= 0,001 ataup< 0,05 artinya pada kelompok
interv_ensi atau pasien yang mendapatkan pijatan sebelum dilakukan operasi
menunjukkan hasil tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok kontrol.

6.3 aubungan Faktor Confounding terhadap Tingkat Kecemasan


Hasil· analisis multivariat untuk membuktikan faktor : umur, jenis kelamin,
pendi~ikan, pekerjaan dan pendapatan berfungsi sebagai faktor confounding yang
berinteraksi dengan terapi pijat terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien
suspe~:t kanker paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi. Hasil analisis
tersebut tidak terbukti sebagai confounding factor; sehingga dapat dinyatakan
bahwa pada penelitian ini tidak ada hubungan antara intervensi dan confounding
factor (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan) terhadap

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


-~-----··
67

penur~an tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani
tindak'an bronkoskopi.
6.3.1 Hubungan faktor umur terhadap tingkat kecemasan
Pada hasil penelitian ini tidak ada interaksi antara intervensi dan faktor umur
terha~ap penurunan tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan
menjalani tindakan bronkoskopi dengan p = 0,998 (post-test I) dan p = 1,000
(post-fest II) atau masing-masingp > 0,05. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nesami, Shorofi & Zagar. (2013) dengan tujuan penelitian ingin
mengt;tahui efek pijatan kaki terhadap tingkat kecemasan pasien bedah Coronary
Angio. f5raphy By Graft (CABG) dilihat dari faktor umur. Hasil penelitian
didap;ttkan nilai p = 0,94 untuk faktor umur dan p = 1,000 untuk faktor jenis
i

kelamin. Artinya nilai p > 0,05 (tidak ada pengaruh) terhadap tingkat kecemasan
pasien:. Menurut analisa peneliti tidak terdapat kecenderungan umur yang muda
lebih mengalami tingkat cemas yang lebih tinggi atau sebaliknya. Hal ini sangat
'
dimUI)gkinkan karena responden dalam penelitian ini merata dari kelompok umur,
yaitu ~libawah 50 tahun.

6.3.2 Hubungan faktor jenis kelamin terhadap tingkat kecemasan


Penelitian yang dilakukan oleh Poi (1998) yang bertujuan mengidentifikasi
tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani bronkoskopi, bahwa faktor jenis
kelamin antara laki-laki (n = 68) dan perempuan (36) memberikan pengaruh pada
hasil nilai tingkat kecemasan dengan Pvalue = 0,038 atau p < 0,05 dimana
perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
laki-le;ki. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
'
Pada penelitian ini ditegaskan bahwa jenis kelamin tidak memberikan pengaruh
terhadap penurunan tingkat kecemasan, baik laki-laki (n = 20) dan perempuan
(n = 8) dengan p = 0,998 (post-test I) dan p = 0,999 (post-test II) atau p > 0,05.
Sekalipun secara kodrat bahwa perempuan diciptakan memiliki respon ambang
cemas. atau takut lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dapat terjadi
dengan berbagai kemungkinan seperti jumlah responden, pengaruh budaya, sosial,
pengeiahuan dan lingkungan.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


68

6.3.3 Hubungan faktor pendidikan terhadap tingkat kecemasan


Pada hasil penelitian ini tidak ada interaksi antara intervensi dan pendidikan
terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan
menjalani tindakan bronkoskopi dengan p = 0,998 (post-test I) dan p = 1,000
(post-t,'est II) atau masing-masingp > 0,05. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Poi (1998), yang mana faktor pendidikan tidak memberikan
pengaruh terhadap tingkat kecemasan, nilai p = 0,585 atau p > 0,05. Menurutnya
bahwa sesungguhnya yang berpengaruh adalah penjelasan yang diberikan oleh
seorang dokter meliputi indikasi tindakan, prosedur sehingga pasien memahami
deng~1 baik manfaat dari tindakan tersebut, denganp = 0,011 ataup < 0,05. Hal
ini tentunya berkaitan dengan pemberian inform consent tindakan, artinya inform
conse1lt memegang peran penting terhadap aspek psikologis pasien dan aspek
legal ~ecara hukum. Sehingga dalam setiap prosedur tindakan, seperti di RSUP
Persahabatan inform consent sudah dijadikan standar baku yang harus
dilaks~makan bagi semua tenaga kesehatan. Maka dalam pelaksanaannya setiap
peraw1t memiliki kewajiban untuk selalu mengingatkan kepada profesi lain
(dokter) untuk melakukan inform consent secara lengkap dan detail sampai
tercapai tingkat pemahaman pasien secara baik. Dengan demikian diharapkan
pasien/keluarga dapat mengambil keputusan secara sadar tanpa paksaan dari
manapun.

6.3.4 Hubungan faktor pekerjaan terhadap tingkat kecemasan


Berdasarkan hasil penelitian ini tidak ada interaksi antara intervensi dan faktor
pekerjaan terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru
yang *an menjalani tindakan bronkoskopi dengan p = 0,998 (post-test I) dan p =

0,780 ·(post-test II) atau masing-masing p > 0,05. Hasil ini sesuai dengan
penelhian yang dilakukan oleh Nesami, Shorofi & Zagar. (2013) dengan tujuan
penelii:ian ingin mengetahui efek pijatan kaki terhadap tingkat kecemasan pasien
bedah, CABG dilihat faktor pekerj aan. Hasil penelitian tersebut didapatkan nilai p
= 0,24 untuk faktor pekerjaan. Artinya nilai p > 0,05 (tidak ada pengaruh)
terhadap tingkat kecemasan pasien. Menurut analisa peneliti sangat dimungkinkan
karena antara kelompok kontrol dan intervensi tidak dibedakan berdasarkan

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


69

fasilitas kamar rawat namun berdasarkan periode waktu. Sehingga sangat


dimungkinkan terjadi distribusi faktor pendidikan yang merata.

6.3.5 Hubungan faktor pendapatan terhadap tingkat kecemasan


Berda::>arkan hasil penelitian ini tidak ada interaksi antara intervensi dan faktor
pendapatan terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru
'
yang ikan menjalani tindakan bronkoskopi dengan p = 0,998 (post-test I) dan p =
0,863 (post-test II) atau masing-masingp > 0,05. Dari pencarian literatur, peneliti
belum dapat menemukan jenis penelitian yang hampir sama dengan peneliti
dengan melihat faktor pendapatan yang memungkinkan memberikan pengaruh
terhad,1p tingkat kecemasan. Hasil ini tidak memberikan bukti terhadap tingkat
kecemasan dimungkinkan karena responden penelitian ini sangat terdistribusi
merat~, baik di kelompok kontrol ataupun intervensi.

6.4 Keterbatasan Penelitian


Peneliti merasa bahwa dalam melaksanakan penelitian 1m, peneliti memiliki
bebera:pa keterbatasan, yaitu:
1. Jumlah sampel dalam penelitian ini, menurut anggapan peneliti masih sedikit,
s~hingga diharapkan dalam penelitian yang akan datang dapat menambah
jumlah sampel penelitian.
2. Pcnelitian ini belum menyertakan perubahan tanda-tanda vital pada setiap
responden baik pada kelompok kontrol ataupun intervensi. Dengan
m~lakukan obsevasi tanda-tanda vital akan memberikan data akurat pada
setiap perubahan tingkat kecemasan.

6.5 Implikasi basil penelitian


6.5.1 Bagi pelayanan keperawatan
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif yang
signifikan terapi pijat terhadap tingkat kecemasan pasien suspect kanker paru
yang akan menjalani tindakan bronkoskopi. Hal ini membuktikan bahwa terapi
pijat mampu menurunkan tingkat kecemasan yang akan menjalani prosedur
tindak~. Terapi pijat merupakan warisan nenek moyang yang berharga atau saat

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


70

ini di:mggap tidak modem sesungguhnya sangat membantu pas1en untuk


menc~pai tingkat relaksasi. Terapi ini memberikan kenyakinan yang cukup
efektii: inovatif dan menjadi ranah tindakan mandiri perawat atau sebagai
complementay alternative medis dalam upaya memperbaiki kualitas pelayanan
serta r~1emberikan rasa kenyamanan bagi pasien. Dengan adanya evidence based
nursing practice ini, peneliti mengharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
terapi dalam menurunkan tingkat kecemasan kepada pasien yang akan menjalani
prosedur tindakan.

6.5.2 Bagi pendidikan ilmu keperawatan


Hasil penelitian ini menambah khasanah literatur untuk intervensi mandiri
peraw~t dalam rangka mengatasi/mengurangi rasa cemas pasien suspect kanker
paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi atau dapat dijadikan sebagai
usulan sebagai salah satu mata kuliah pilihan bagi pendidikan keperawatan.

6.5.3 Bagi penelitian yang akan datang


Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan dapat menginspirasi
peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan
jumlall cakupan responden yang lebih banyak dan metodologi penelitian yang
berbeoa.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.l Simp ulan


Berdasarkan hasil analisis data, uji hipotesis dan pembahasan pada bah terdahulu
daP;at diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan karakteristik responden (n = 28), mayoritas : a) berumur
dibawah 50 tahun, b) jenis kelamin laki-laki; c) pendidikan dasar-menengah;
d) pekerjaan, masih aktifbekerja; dan e) pendapatan kurang dari Rp. 2,2 Juta.
2. Tidak ada pengaruh yang signifikan (p > 0,05) terapi pijat terhadap tingkat
kecemasan pada pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi pada kelompok kontrol.
3. Ada pengaruh yang signifikan (p < 0,05) terapi pijat terhadap tingkat
kecemasan pada pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi pada kelompok intervensi.
4. Ada perbedaan signifikan (p < 0,05) tingkat kecemasan antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi pada : a) post-test I p = 0,048 atau p < 0,05
pada OR = 1,556 memiliki makna bahwa pasien yang dilakukan terapi pijat
sebelum tindakan memiliki kemungkinan 1,556 tidak mengalami cemas
dibandingkan dengan pasien yang tidak dilakukan terapi pijat; b) post-test II,
didapatkan p = 0,021 artinya p < 0,005 pada OR sebesar 1,750 memiliki
makna bahwa pasien yang dilakukan terapi pijat sebelum tindakan memiliki
kemungkinan 1,750 tidak mengalami cemas dibandingkan dengan pasien yang
tidak dilakukan terapi pijat.
5. Tidak ada hubungan antara terapi pijat dan confounding factor (umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan) terhadap penurunan tingkat
kecemasan pasien suspect kanker paru yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi.

71 Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


72

7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian bahwa terapi pijat dapat memberikan pengaruh
terl_mdap penurunan tingkat kecemasan, maka peneliti memberikan saran :
7.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan
Terapi pijat sebagai bagian complementay alternative medis untuk upaya
memperbaiki kualitas pelayanan dalam memberikan rasa nyaman dikarenakan
tidqk semua permasalahan pasien, terutama berkaitan dengan aspek psikologis
da~at diintervensi dengan semua tindakan medis. Sehingga berdasar hasil
penelitian ini, terapi pijat dapat dijadikan sebagai salah satu prosedur tetap
tin~akan mandiri keperawatan dalam menurunkan respon kecemasan pasien yang
akan menjalani suatu prosedur tindakan bronkoskopi.

7.2,2. Bagi Pendidikan Keperawatan


Berdasarkan hasil penelitian ini (evidence based nursing practice) dapat sebagai
ma~ukan pembelajaran dalam meningkatkan ilmu pengetahuan keperawatan serta
menambah khasanah literatur untuk intervensi mandiri perawat dalam upaya
mengurangi-mengatasi perasaan cemas pasien saat akan menjalani sebuah
proJedur tindakan.

7.2.3 Bagi Peneliti yang akan datang


Pada peneliti selanjutnya dapat memasukkan faktor-faktor tanda-tanda vital (nadi,
tekc,man darah, pemafasan dan suhu) karena tingkat kecemasan akan memberikan
dampak pada perubahan aspek tersebut. Selain itu peneliti yang akan datang dapat
meuambah jumlah responden baik pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi agar dalam pengambilan kesimpulan lebih representatif dan lebih baik.

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Balfour-Lynn, I. M., & Spencer, H. (2002). Bronchoscopy-how and when?.


Paediatric respiratory reviews, 3(3), 255-264.

Brand, L. R., Mumoe, D. J., & Gavin, J. (2013). The Effect of Hand Massage on
Preoperative Anxiety in Ambulatory Surgery Patients. AORNjournal, 97(6),
708-717.

Brown, KM; Keats JJ, Sekulic A et al. (2010). "Chapter 8". Holland-Frei Cancer
Medicine (8th ed. ). People's Medical Publishing House USA ISBN 978-1-
60795-014-1.

Cassileth, B. R., & Vickers, A J. (2004). Massage therapy for symptom control:
outcome study at a major cancer center. Journal of pain and symptom
management, 28(3), 244-249.

Cogliano, VJ; Baan, R; Straif, K; Grosse, Y; Lauby-Secretan, B; El Ghissassi, F;


Bouvard, V; Benbrahim-Tallaa, L; Guha, N; Freeman, C; Galichet, L; Wild,
CP (Dec 21, 2011 ). "Preventable exposures associated with human
cancers.". Journal of the National Cancer Institute 103 (24): 1827-39.
doi:10.1093/jnci/djr483. PMID 22158127.

Collins, LG; Haines C, Perkel R, Enck RE. (2007). "Lung cancer: diagnosis and
management". American Family Physician (American Academy of Family
Physicians) 75 (1): 56-63. PMID 17225705.

Colt, H. G., Powers, A, & Shanks, T. G. (1999). Effect of music on state anxiety
scores in patients undergoing fiberoptic bronchoscopy. CHEST Journal,
116(3), 819-824.

Corbirr, L. (2005). Safety and efficacy of massage therapy for patients with
cancer. Cancer Control: Journal ofthe Moffitt Cancer Center.

Dahlan. 2012. Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan.


Jakarta. Sagung Seto.

Dharma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta. Trans Info Media.

Dudley, Joel (2013). Exploring Personal Genomics. Oxford University Press. p.


25. ISBN 978-0-19-964448-3

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


Ernst, E. (2009). Massage therapy for cancer palliation and supportive care: a
systematic review of randomised clinical trials. Supportive Care in Cancer,
17(4), 333-337.

Fauci, Anthony S. (2000). Harrison's Principles of Internal Medicine. 14th ed.


New York: McGraw-Hill.

Ferlay, J; Shin HR, Bray F et al. (December 2010). "Estimates of worldwide


burden of cancer in 2008: GLOBOCAN 2008". International Journal of
Cancer 127 (12): 2893-2917.

Ferrell-Torry, AT., & Glick, 0. J. (1993). The use of therapeutic massage as a


nursing intervention to modify anxiety and the perception of cancer pain
Cancer nursing, 16(2), 93-101.

Handayani, S. A. 2007. Pengaruh Masase Punggung Terhadap Pola Nafas Dan


Tingkat Kecemasan Pasien Asma di RSCM Jakarta. (Tesis tidak
dipublikasikan). Universitas Indonesia, Depok, Indonesia.

Hansen, N. V., Jorgensen, T., & Ortenblad, L. (2006). Massage and touch for
dementia. Cochrane Database Syst Rev, 4.

Hawari. (200 1). Managemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI.

Hecht, S (October 2003). "Tobacco carcinogens, their biomarkers and tobacco-


induced cancer". Nature Reviews Cancer (Nature Publishing Group) 3 (10):
733-744. doi:10.1038/nrcll90. PMID 14570033.

Hegazy, S. M., Ragheb, M. M., Ragheb, S. G., El-Sayed, N. 0., & Rashad, M. A
(2012). Health Needs Management among Patients Undergoing Day Case
Cataract Surgery: A Proposed Protocol. Life Science Journal, 9(2).

Hidayat, T. (2008). Gambaran Kecemasan Penderita GGK yang menjalani


Hemodialisa di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Skripsi.
Yogyakarta. Perpustakaan FK UGM.

Kaplan; Sadock. (2003). Sinopsis Psikiatri. Edisi XIX. USA. Lippincott


Williams and Wilkins.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


Kim, M. S., Cho, K. S., Woo, H. M., & Kim, J. H. (2001). Effects of hand
massage on anxiety in cataract surgery using local anesthesia. Journal of
Cataract & Refractive Surgery, 27(6), 884-890.

Leach, M., Tanner, S., & Zernike, W. (2000). How anxious are surgical patients?.
ACORN Journal: Official Journal of the Australian Confederation of
Operating Room Nurses, 13(1), 28.

Lindgren, L., Rundgren, S., Winso, 0., Lehtipalo, S., Wiklund, U., Karlsson, M.,
... & Brolin, C. (2010). Physiological responses to touch massage in healthy
volunteers. Autonomic Neuroscience, 158(1), 105-110.

Looker, T; Gregson, 0. (2005). Managing Stress: Mengatasi Stress Secara


Mandiri. Yogyakarta.

Lu, C; Onn A, Vaporciyan AA et al. (2010). "78: Cancer of the Lung". Holland-
Frei Cancer Medicine (8th ed. ). People's Medical Publishing House. ISBN
978-1-60795-014-1.

Mackereth, P., & Gale, E. (1994). Touch/massage workshops-a pilot study.


Complementary Therapies in Medicine, 2(2), 93-98.

Mok, E., & Pang Woo, C. (2004). The effects of slow-stroke back massage on
anxiety and shoulder pain in elderly stroke patients. Complementary
Therapies in Nursing and Midwifery, 10(4), 209-216.

Moraska A, Pollini RA, Boulanger K, Books MZ, Teitlebaum L. (2008).


Physiological adjustments to stress measures following massage therapy: a
review of the literature. Evid Based Complement Alternat Med.;7(4):409-
418.

Muttaqin, A (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta. Salemba Medika.

Nesami, Shorofi & Zagar. (2013). The effect of foot reflexology massage on
anxiety patients following coronary artery bypass graft surgery. Iranian
journal of nursing and complementary Therapies in Clinical Practice 20
(2014) 42- 47.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2011). Pedoman Diagnosis dan


Penatalaksanaan Kanker Paru di Indonesia. Jakarta. PT. Metro Offset
Printing.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


Perhimpunan Onkologi Indonesia. (2010). Pedoman Tata Laksana Kanker.
Jakarta. Badan Penerbit FKUI.

Poi, P. J., Chuah, S. Y., Srinivas, P., & Liam, C. K. (1998). Common fears of
patients undergoing bronchoscopy. European Respiratory Journal, 11(5),
1147-1149.

Polit, D. F., & Beck, C.T. (2006). Essentials of Nursing Research: Methods
Appraisal, and Utilization sixth edition, Philadelphia: Lippincot Williams &
walkins.

Post-White, J., Kinney, M. E., Savik, K., Gau, J. B., Wilcox, C., & Lerner, I.
(2003 ). Therapeutic massage and healing touch improve symptoms in
cancer. Integrative cancer therapies, 2(4), 332-344.

Prakash. (1997). Broncoscopy. New York. Raven Pres.

Rosfiati, E. 2013. Pengaruh Back-rub Terhadap Tingkat Kecemasan dan


Kenyamanan Pasien Angina Pectoris Stabil Sebelum Tindakan Coronary
Angiography di R.S. Jantung dan Pembuluh Darah Harapan kita. (Tesis
tidak dipublikasikan). Universitas Indonesia, Depok, Indonesia.

Sansone, P., & Schmitt, L. (2000). Providing tender touch massage to elderly
nursing home residents: a demonstration project. Geriatric Nursing, 21(6),
303-308.

Santosa, B. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Yogyakarta. Prima


Medika.

Smelter, S.C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi
8, Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Jakarta. EGC

Snyder, M & Lindquist, R. (2002). Complementary Alternative Therapies


Nursing, 4th. Springger Publising Company.

Somantri. (2010). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Jakarta. Salemba Medika.

Sood, A (2012). "Indoor fuel exposure and the lung in both developing and
developed countries: an update.". Clinics in chest medicine 33 (4): 649-65.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


Sopori, M. (2002). "Effects of cigarette smoke on the immune system". Nature
Reviews Immunology 2 (5): 372-7. doi:10.1038/nri803. PMID 12033743.

Stephenson, N. N., & Weinrich, S. P. (1997). The effects offoot reflexology on


anxiety and pain in patients with breast and lung cancer (Doctoral
dissertation, University of South Carolina).

Sugiono. 2005. Metodologi Penelitian Administratif. Bandung. CV Alfabeta.

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung. CV


Alfabeta.

Swidarmoko, B. & Susanto, A D. (2010). Pulmonologi lntervensi dan Gawat


Darurat Nafas. Jakarta. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran
Respirasi FKUI.

Tappan, F. M. & Benyamin, P.J. (2004). Healing Massage Techniques. The


United Stated Of America. Appleton & Lange.

Taylor, D. L. (2010). Bronchoscopy: what critical care nurses need to


know. Critical care nursing clinics of North America, 22(1), 33-40.

Teixeira, J., Martin, D., Prendiville, 0., & Glover, V. (2005). The effects of acute
relaxation on indices of anxiety during pregnancy. Journal of
Psychosomatic Obstetrics & Gynecology, 26(4), 271-276.

Usman, R. D. (2009). Pengaruh Terapi Masase Terhadap Intensitas Nyeri pasien


Kanker Payudara di Makasar. Tesis. Jakarta.
http://lib. ui. ac. id/opac/ui/template.j sp?inner=jelajah.j sp?kategori=Koleksi+
UI-ana

Wilkinson, S., Barnes, K., & Storey, L. (2008). Massage for symptom relief in
patients with cancer: systematic review. Journal ofadvanced nursing, 63(5),
430-439.

Wilkinson, S., Lockhart, K., Gambles, M., & Storey, L. (2008). Reflexology for
symptom relief in patients with cancer. Cancer nursing, 31(5), 354-360.

Wilson KG, Chochinov HM, Skirko MG, et al.: Depression and anxiety disorders
in palliative cancer care. J Pain Symptom Manage 33 (2): 118-29,2007.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


LEMBAR KONSULTASI TESIS

Nama Mahasiswa : Puji Raharja Santosa


NPM : 1206303512
Pembimbing I (Satu): Dr. Ratna Sitorus, SKp., M.App. Sc

No Tanggal Materi Konsultasi Masukan Pembimbing Tanda

Tangan

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


LEMBAR KONSULTASI TESIS

Nama Mahasiswa : Puji Raharja Santosa


NPM : 1206303512
Pembimbing II (Dua): Riri Maria, SKp., MANP

No Tanggal Materi Konsultasi Masukan Pembimbing Tanda

Tangan

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


LAMPIRAN

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


Lampiran 1

NO I URAIAN TUGAS
:MEI
IIIIIIIIV

Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014
Lampiran2

URAIAN KEGIATAN BASIL TESIS

WAKTU
No URAIAN TUGAS MEl
I" I I I II I III

Universitas Indonesia
Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014
Lampiran3

PENJELASANPENELnaAN
Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Suspect
Kanker Paru Yang Akan Menjalani Tindakan Bronkoskopi
Di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta

Saya, Nama : Puji Raharja Santosa, adalah mahasiswa Program


Magister Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu
keperawatan Universitas Indonesia, yang beralamat di Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia Kampus Depok, kode pos 16424. Nomor HP yang dapat
dihubungi : 0813 15 43 73 29, yang akan melakukan penelitian atau "sebagai
peneliti". Penelitian ini merupakan bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan
Program Pendidikan Magister di Universitas Indonesia, dengan pembimbing
pertama adalah Ibu Dr. Ratna Sitorus, SKp., M.App. SC dan pembimbing ll
Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP, dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia..

Pada kesempatan ini saya bermaksud memberikan penjelasan tentang penelitian


denganjudul "Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Suspect
Kanker Paru Yang Akan Menjalani Tindakan Bronkoskopi Di Rumah Sakit
Persahabatan Jakarta", dengan tujuan untuk mengidentifikasi pengaruh terapi pijat
terhadap tingkat kecemasan pada pasien suspect kank:er paru yang akan menjalani
tindakan bronkoskopi.

Pada penelitian ini, peneliti akan 1) mengukur tingkat kecemasan responden


dengan melakukan pengisian kuisioner yang akan dibantu oleh peneliti, pada saat
sebelum dan sesudah (pre-post test) terapi pijat; 2) megukur tanda-tanda vital
setelah selesai mengisi kuisener (pre-test) : tekanan darah, nadi, pemafasan dan
suhu, kemudian dilanjutkan dengan terapi pijat pada daerah tungkai/kaki, masing-
masing membutuhkan waktu 10 menit dan lengan tangan, masing-masing
membutuhkan waktu 5 menit. Total dalam penelitian ini untuk setiap responden
sekitar 45-60 menit. Terapi pijat perlu dilakukan penelitian dikarenakan sudah
terdapat cukup bukti ilmiah bahwasannya terapi pijat mampu memberikan efek
teraupetik untuk menurunkan tingkat kecemasan dan mampu memberikan

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


kenyamanan, seperti mengurangi nyeri serta meningkatk:an kualitas hidup bagi
penerima pijatan.

Sehubungan dengan penelitian diatas, peneliti memohon kesediaan Saudara untuk


membantu jalannya penelitian ini, agar dapat berpartisipasi menjadi responden
penelitian tersebut secara sukarela. Partisipasi Saudara dalam penelitian ini
mungkin tidak akan memberikan keuntungan secara langsung, namun hasil
penelitian ini diharapkan akan membawa manfaat bagi : I) Pasien suspect kanker
paru yang akan menjalani tindakan bronkoskopi setelah dilakukan Terapi Pijat,
diharapkan jauh dari perasaan cemas dan merasa akan lebih relaks; 2). Profesi
perawat untuk mengembangkan intervensi mandiri keperawatan melalui terapi
pijat sebagai altematif, inovasi dan kombinasi mengatasi mengurangi perasaan
cemas pada pasien suspect kanker pam yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi. Keputusan Saudara untuk ikut ataupun tidftk dalam penelitian ini,
tidak berpengaruh terhadap pelayanan keperawatan yang akan diberikan kepada
Saudara. Keterlibatan Saudara dalam penelitian ini, sejauh yang saya ketahui,
tidak menyebabkan risiko yang besar. Resiko yang mungkin ditimbulkan dari
terapi pijat relatif sangat kecil terjadi yaitu nyeri, lebam atau bengkak apabila
pijatan dilakukan terlalu keras menekannya.

Jika Saudara memutuskan berpartisipasi dalam penelitian ini, kemudian selama


penelitian berlangsung, saudara merasa tidak aman atau tidak nyaman, Saudara
bebas untuk mengundurkan diri dari penelitian kapan pun, dan Saudara tidak akan
dilibatkan dalam penelitian dan akan tetap mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Saya akan menjaga kerahasiaan dan keterlibatan Saudara dalam penelitian ini.
Nama tidak akan dicatat dimanapun. Semua kuisioner yang telah terisi hanya akan
diberikan nomor kode respondcn yang tidak bisa digunakan untuk
mengidentifikasi identitas Saudara. Apabila basil penelitian ini dipublikasikan,
tidak ada satu identitas yang berkaitan dengan Saudara akan ditampilkan dalam
publikasi tersebut.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


Demikian penjelasan penelitian yang dapat saya sampaikan, dan saya
mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga atas perhatian dan kerjasamanya
dari Saudara.

Jakarta, .............................. 2014

(Puji Raharja Santosa)

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


Lampiran4

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA


BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Puji Rahruja Santosa
Umur 38 tahun
Alamat Jl. Balai Pustaka III/04A RT 004/010 Rawamangun Pulo-Gadung
Jakarta TimurHp. 0813 15 43 73 29

Saya menyatakan bersedia dan memberi izin atas permohonan peneliti agar saya
turut berperan serta sebagai responden dalam penelitian denganjudul: "Pengaruh
terapi pijat terhadap tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani tindakan
bronkoskopi di RumahSakit".

Peneliti telah menjelaskan dengan lengkap mengenai informsi tentang penelitian


yang akan dilakukan. Saya memahami bahwa penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran bagaimana pengaruh terapi pijat terhadap rasa cemas pada
pasien kanker paru sebelum menjalani tindakan bronkoskopi.

Saya mengetahui bahwa hasil penelitian ini mungkin belum akan memberikan
keuntungan secara langsung bagi saya, namun saya berharap banyak bahwa
penelitian ini akan membawa manfaat bagi : 1) pasien kanker pam yang akan
menjalani tindakan bronkoskopi setelah dilakukan terapi pijat, jauh dari perasaan
cemas dan merasa akan lebih relaks; 2) profesi perawat untuk mengembangkan
intervensi mandiri keperawatan melalui terapi pijat sebagai alternatif, inovasi dan
kombinasi mengurangi serta mengaatasi perasaan cemas pada pasien kanker paru
yang akan menjalani tindakan bronkoskopi dimasa mendatang.

Saya memahami bagaimana prosedur yang akan dilaksanakan terhadap diri saya,
dan apabila saya mendapatkan perlakuan yang merugikan, saya berhak secara
penuh untuk menghentikan keterlibatan saya dalam penelitian ini kapan saja dan

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


bebas dari tuntutan hokum tanpa kehilangan hak saya selama dalam masa
perawatan dan pengobatan di rumah sakit.

Saya memahami kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang akan dialami


dalam mengikuti penelitian ini dan peneliti akan meminimalisir kejadian yang
merugikan terhadap diri saya pada saat dilakukan terapi tersebut. Saya memahami
bahwa peneliti akan melakukan antisipasi dan bertanggungjawab apabila terjadi
efek samping dari pemberian terapi yang dilakukan.

Saya memahami bahwa segala catatan pribadi mengenai diri saya akan
dirahasiakan oleh peneliti. Seluruh data hanya akan digunakan untuk keperluan
penelitian saja dan apabila semua data telah selesai digunakan, data tersebut akan
dimusnahkan.

Pemyataan persetujuan ini saya nyatakan dengan penuh kesadaran dan secara
sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Jakarta ........................... 2014


Responden

( ......................................... )
Nama lengkap

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


Lampiran 5

KUISIONER
INDENTITAS RESPONDEN

Nomer kuesioner : DD
Tanggal Pengisian
Ruangan
No Rekam medis

A. Identitas Responden
1. Umur anda sekarang : tahun

2. Jenis kelamin :
Laki-laki ( ) Perempuan ()

Sosial ekonomi
3. Pendidikan terakhir:
SD ( )
SLTP/SLTA ( )
DIIUsarjana ( )

4. Pekerjaan :
Belum bekerja ( )
Tidak bekerja ( )
Sudah/Masih bekerja ( )

5. Penghasilan perbulan:
Belum berpenghasilan ( )
< Rp 1.000.000,00 ( )
Rp 1.000.000,00- Rp 2.200.000,00 ( )
> Rp 2.200.000,00 ( )

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


A. KUISIONER TINGKAT KECEMASAN
Petunjuk pengisian: Berilah tanda silang (x) pada kolom, yang ada di sebelah kanan
pada masing-masing butir pemyataan yang sesuai dengan kondisi yang saudara alami
saat ini; kosongkan pada kolom skor. Arti angka 0: tidak ada; 1 : ringan; 2 : Sedang;
3: berat; 4 : grossly disabling: berat sekali. Bagaimana perasaan bapaklibu terhadap
rencana dilakukan tindakan bronkoskopi?
NO. PERNYATAAN 0 1 2 3 4 SKOR
1. Apakah Saudara mengalami kecemasan
dengan kondisi penyakit dan rencana
tindakan? Seperti mudah tersinggung.
2. Apakah Saudara mengalami
ketegangan? Seperti gelisah, gemetaran,
tidak bisa istirahat.
3. Apakah Saudara mengalami ketakutan
menjalani tindakan bronk:oskopi?
4. Apakah Saudara mengalami gangguan
tidur? Seperti sulit memulai tidur, tidur
tidak nyenyak.
5. Apakah Saudara mengalami gangguan
berkonsentrasi? Seperti mudah lupa,
bingung?
6. Apakah Saudara merasa bersedih?
7. Apakah Saudara merasa sakit sendi,
otot atau gemetaran?
8. Apakah Saudara mengalami
penglihatan kabur atau perasaan lemas?
9. Apakah Saudara mengalami gangguan
iramajantung, berdebar-debar?
10. Apakah Saudara mengalami perasaan
sesak, tercekik atau dada seperti
terhimpit?
11. Apakah Saudara mengalami gangguan
pencemaan? Seperti perut melilit,
perasaan mual, muntah?
12. Apakah Saudara mengalami gangguan
perkemihan? Seperti sering huang air
kecil, ngompol?
13. Apakah Saudara mengalami keluhan
mulut kering atau mudah berkeringat
atau kepala pusing?
14. Apakah Saudara merasa sikap Saudara
gelisah, gemetaran menghadapi
tindakan bronk:oskopi?

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


Lampiran6

Prosedur Pelaksanaan Terapi Pijat

Terapi pijat pada penelitian ini akan menggunakan teknik Ejjlueurage (mengusap)
dan petrissage (menekan) pada daerah kaki dan tangan.
A. Persiapan Terapi Pijat
I. Persiapan Lingkungan
Ciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan tetap menjaga privasi pasien
untuk membantu percepatan pencapaian proses kenyaman yang optimal, relaks
dan mereduksi perasaan cemas pasien.
2. Persiapan Responden
a. Membina hubungan saling percaya melalui komunikasi yang baik,
memahami kondisi pasien.
b. Mengkaji dan mengukur tanda vital pasien: frekuensi nafas, frekuensi nadi,
suhu dan tekanan darah.
c. Mengatur posisi pasien dengan nyaman : terlentang atau duduk.
3. Persiapan Alat
a. Lotion (baby oil)
b. Kain pengalas
c. Guling
d. Handuk kecil atau tissue
e. Sarung tangan (jika dimungkinkan pasten memiliki resiko penularan
infeksi)

B. Prinsip Umum Pijat


Prinsip umum pijat untuk menghindari cedera pada pasten dari kerusakan
struktur selama pijat, yaitu :
1. Atur tekanan pijat, tiap bagian tubuh memberikan sensasi yang berbeda.
2. Hindari tekanan yang berlebih pada daerah saraf, pembuluh darah, atau
struktur lain yang tidak terlindungi oleh otot rangka atau tulang.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


3. Jika merasakan terdapat denyutan nadi, artinya bahwa daerah tersebut
dekat dengan pembuluh arteri besar, dan hindari pijat pada daerah tsb.
4. Jika individu merasakan sensasi seperti sengatan, terbakar atau kebas
artinya praktisi melakukan pijatan pada daerah saraf, sehingga harus
segera dipindahkan.
5. Jika didapatkan daerah yang abnormal, lakukan klarifikasi dan yakin
bahwa daerah tersebut arnan untuk dilakukan pijatan atau jika tidak arnan
hindari pijatan.
6. Hindari semua kesernpatan yang dapat menimbulkan cedera terhadap
individu.
7. Lakukan pijat secara kontinyu dan luwes/relaks.
8. Hindari gerakan terputus-putus atau tersentak-sentak, upayakan berirarna
dan lernbut.

C. Pelaksanaan Terapi Pijat


Pijatan Kaki
1. Lakukan cuci tangan dengan air mengalir atau dengan handrub.
2. Pijatan dimulai dari daerah kaki, dilanjutkan daerah tangan dan lengan,
bergantian antara sebelah kanan dan kiri.
3. Bebaskan kain atau pakaian yang menutupi daerah pijatan dengan tetap
menJaga pnvast.
4. (Pasien pada posisi duduk atau terlentang), letakkan guling dibawah
tumit kaki; kepala pasien diletakkan diatas banta] atau duduk bersandar,
kedua tangan disamping tubuh pasien.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


5. Oleskan, ratak:an baby oil pada tangan praktisi selanjutnya dioleskan pada
daerah pijatan (sebelah kanan dan kiri dilakukan secara bergantian).

6. Lakukan pijatan dengan teknik :


Pijatan daerah kaki dibagi ke dalam 2 bagian : I) jari, telapak kaki sampai
dengan punggung kaki; dan 2) betis. Setiap bagian dilakukan pijatan
dengan tahapan E.fflueurage (mengusap) - Petrissage (Menekan) -
Ejjlueurage (mengusap). Waktu yang dialokasikan teknik ini selama 10
me nit.
a. E.fflueurage (mengusap)
Teknik ini dilakukan kurang lebih 5 menit (diawal dan diakhir pijatan),
dapat bersamaan pada saat praktisi mengoleskan minyak. Dilakukan
dengan mengusap daerah, jari, sela-sela jari, punggung kaki dan betis.
Arah usapan dari bawah ke atas (menuju ke bagian proximal). Sentuhan
dilakukan secara lembut, penuh perasaan, luwes, sambil mengenali dan
mengidentifikasi ketegangan otot. Praktisi dapat pula menanyakan
kepada pasien apakah sentuhan yang diberikan sudah nyaman atau ada
hal lain, seperti sentuhan tidak terasa, terlalu ringan, sakit atau cukup.

b. Petrissage (Menekan)
Daerahjari, telapak, punggung kaki (alokasi waktu sekitar 2,5 menit)
• Praktisi melakukan penekanan pada punggung kaki, dengan cara
meletakkan punggung tangan kanan praktisi diatas punggung kaki,
kemudian melakukan remasan dengan keempat jari tangan kanan

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


praktisi. Pada saat bersamaan telapak tangan kanan dan ibu jari
praktisi melakuk:an remasan dengan arah berlawanan, sehingga terjadi
gerakan peremasan. Peremasan dilakukan mulai darijari, sela-selajari
kaki, sampai tumit. Tangan kiri praktisi dapat menjaga stabilisasi kaki
atau membantu peremasan. Ulangi gerakan ini sampai merata dan
benar-benar sentuhan dapat dirasakan nyaman oleh pasien, sekitar 3-
5 gerakan.
• Bagian telapak kaki pas1en dilakukan pijatan dengan meletakkan
kedua ibu jari tangan praktisi diatas punggung kaki pasien dan
menghadap ke arah pasien, kemudian ke dua punggung jari tangan
dan jari tangan praktisi memijat bagian telapak kaki pasien, ulangi 3 -
5 gerakan.

Daerah betis (alokasi waktu sekitar 2,5 menit)


• Pada saat dilakukan teirnik Efllueurage (mengusap), kaki pada posisi
Iurus. Teknik ini dilakukan diawal dan diakhir pijatan.

• Pada saat melakukan teknik Petrissage (Menekan), atur posisi dengan


menekuk lutut pasien sampai telapak kaki pasien benar - benar
menapak di tempat tidur.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


• Dilanjutkan dengan penekanan pada bagian tepi tulang kering
(samping kanan dan kiri) dengan dua jari (jari telunjuk dan jari
tengah), dari distal ke proksimal dan kearah sebaliknya. Tekanan ini
dapat diulang 3 - 5 siklus.

• Lakukan remasan menggunakan pungung dan telapak tangan paktisi,


dari arah distal ke proksimal dengan sentuhan sedang

• Kemudian lakukan kembali pijatan dengan teknik Ejjlueurage


(mengusap), sebagai pertanda bahwa terapi pijat sudah selesai.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


• Kemudian keringkan baby oil dengan handuk kering sambil
memberikan remasan pada bagian tersebut

Pijatan Tangan
1. Lakukan cuci tangan dengan handrub.
2. Bebaskan kain atau pakaian yang menutupi daerah pijatan dengan cara
menaikan lengan baju (menggulung ke atas) serta tetap menjaga privasi.
3. (Pasien pada posisi duduk atau terlentang), letakkan handuk kecil
dibawah lengan yang akan dipijat (pijatan dapat dimulai dari lengan kanan
atau kiri), secara bergantian.
4. Oleskan, ratakan baby oil pada tangan praktisi selanjutnya dioleskan pada
telapak dan punggung tangan
5. Jika baby oil dinyakini sudah merata, ratakan ke arah lengan atas, sampai di
bawah siku, dilanjutkan gerakan ke arah telapak tangan dengan menyisir
permukaan lengan bagian bawah (gerakan ini dilakukan sebanyak 5 kali,
kurang lebih 1 menit); tahapan ini dilakukan dengan teknik Ejjlueurage
(mengusap).
6. Lakukan teknik Petrissage (Menekan), dari UJung - UJung Jan tangan,
telapak tangan sampai dengan bagian bawah siku, selama kurang lebih 2 -
3 menit.
7. Kemudian lakukan kembali pijatan dengan teknik Ejjlueurage (mengusap),
sebagai pertanda bahwa terapi pijat sudah selesai (sama dengan langkah
nomor 5).
8. Kemudian keringkan baby oil dengan handuk kering sambil memberikan
remasan pada bagian tersebut.
9. Lakukan pijatan pada bagian lengan yang lain dengan langkah- langkah
yang sama.
10. Tanyakan respon pijatan dan diakhiri pemberian informasi kepada
responden bahwa proses pijatan sudah selesai serta menentukan kontrak
waktu pertemuan berikutnya atau langsung dilakukan terminasi.
11. Menyampaikan ucapan terima kasih atas keterlibatan responden dalan
penelitian ini.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


12. Merapikan peralatan.
Sumber: Tappan, F. M. & Benyamin, P.J. (2004).

D. Evaluasi
1. Selama terapi pijat, selalu lakukan pengkajian terhadap respon pijatan
kepada pasien baik secara verbal dan visual.
2. Menanyakan sensasi sentuhan selama pemijatan.
3. Menanyakan kepada pasien, efek setelah dilakukan pijatan dan
memberikan kuisener terhadap pengaruh pijatan terhadap tingkat
kecemasan.

Universitas Indonesia

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Kampus Ul Depok Telp. (021)78849120, 78849121 Faks. 7864124
Email: humasfik@ui.ac.id Web Site: www.fik.ui.ac.id

KETERANGAN LOLOS KAJI ETIK


No. IJI/H2.F12.D/HKP.02.04/2014

Komite Etik Penelitian, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dalam upaya
melindungi hak azasi dan kesejahteraan subyek penelitian keperawatan, telah mengkaji dengan
teliti proposal berjudul :
Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Paru Yang Akan
Menjalani Tindakan Bronkoskopi di Rumah Sakit

Nama peneliti utama : Puji Raharja Santosa

Nama institusi : Fakultas llmu Keperawatan Universitas Indonesia

Dan telah menyetujui proposal tersebut.

Jakarta, 26 Mei 2014


Ketua,

ar, SKp.,M.App.Sc., PhD llrDra. · etyowati, SKp, M.App.Sc, PhD

NIP. 195701151980032002 NIP. 19540427 197703 2 001

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


FORMUUR PERSETUJUAN PUBUKASI NASKAH RINGKAS

Yang bertaooa tangan di bawah ini: RA 'A 5 (


Nama
NIP/NUP . ... J.9.f.t.9.....0-.....
: ·--~-~ ..:.... J-~·····i
~
. . . . w. (r ..i·o·8··i······-P.:2.
k M A- .s 5 e
.............r.f.:L ..................................
:3...... .9.ZL.~.......................................................................................
adalah pembimbing dari ~a~&Jt~'~~~tv~~~ialisJ
4 'fJ,Th.SA
~~~·
Fakultas . :
: :1¥'·~··~
···~-;,;~·
~~~~~~·~:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
K€;-~ffiiki~·~·-N·····K··~,{'Jr
f.'l4.p£"/Z,IrWAIA-"-f
Program Stud• . : ..
Judul Naskah R•ngkas .
.
P~t{?;5lLJ··:· ·.-rl5·~··r·. .plJ~f.....~({_Jf~i5~···y·t~·JGA-r-
--~ ·e:wftr~1-~:·:···rA-s~. ~--~~--.-~·cr- -~K~·R·.··p~-~~--··wiJb.. _..
--~S.C.....,...~N:r:.il\tA:-ur······n·R::u,f£!§··~'tJr····b1· fl·wf.:.:t>~ ~~ .g~ ~A-
1 v
menyatak~il bahwa naskah rinQra"s 1ni tefah dipeni<Sci (fan disetUJUi untuk (ilih safah s!Jtu deng~n memt>eri tali< a .
silang): · 1
· •. • · • · · . . ._ . · • · · ~• - - -· - ·- · ~' - -' • - •

~Oapat diakses di UIANA (lib.ui.ac.~d) ~j-a.


o Tidak dapat diakses di UIANA karena:

0 Data yang digunakan untuk penulisan berasal dari instansi tertentu yang bersifat
konfidensiai.
0 Akan ditunda fJUblikasinya mengingat akan atau se<iang daldm proses pengajuan Hak
Paten!Hak Qpta hirgga tahun ... ;...........................................................................
0 Akan dipresertt~sikan sebagai makalal't pada Seminar Nasion:II yaitu:

yang dirr~dif.:si akan dipublikasil\a~ sebagai prosidiny pada t-ulnn ..................... ..


tahun ..................
0 Akan ditulis da!am bahasa lnggris dan c.iipresanta~ikail sebagai maka!nh pada Seminar
intemasional yaitu:

yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan ..................... ..


tahun ..................
o Akan diterbitkan pada Jumal Program Studi/Oepartemen/FaklJitas di Ul ya!tu:

yang dipredil<si al<an dipublikasil<an pada bulan .................... tahun .................... .


0 Akan diterbitkan pada Jumal Nasional yaitu:

yang diprediKsi aJcan dipubJikasikan pada buJan .................... tahun ................... ..


0 Akan ditulis dalam bahasa lnggris untuk dipe!'Siapl<an terbit pada Jumal lntemasional yaitu:

yang diprediksi akan dipublikasikan pada bulan .................... tahun ....................

( D~. ~TN-4 ·roM, ~9>-, M-Apf.~}~-


Pembimbin9

•pilih salah satu

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014


KEMENTERIAN KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN
Jalan Persahabatan Raya No. 1 Jakarta Timur 13230 Indonesia
Telepon (62-21) 4891708, 4891745, Faksimile (62-21) 4711222
Laman: www.persahabatan.co.id Pos-el (Email): rsp@persahabatan.co.id

Nomor : DL.01.03/11.3/ ~~!Y2014 3 Juni 2014


Hal : Tanggapan ljin Penelitian

Yang terhormat,

Wakil Dekan
Bidang Pendidikan Penelitian dan Kemahasiswaan
Fakultas llmu Keperawatan
Universitas Indonesia
Depok

Sehubungan dengan surat Saudara Nomor : 577 /H2.F12.D1/PDP.04.02/2014 tanggal 17


Februari 2014 tentang permohonan ijin penelitian a.n : Puji Raharja Sentosa dengan judul
" Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Paru Yang akan
Menjalani Tindakan Bronkoskopi di Rumah Sakit". pada prinsipnya dapat kami setujui
dengan catatan hasil kegiatan tersebut diserahkan ke RSUP Persahabatan melalui Bagian
Diklit dalam bentuk hard copy dan soft copy.

Kami harapkan peneliti agar menghubungi Bagian Diklit RSUP Persahabatan telepon (021}
4891708 Pes. 299 I 666, sebelum pelaksanaan dimulai dan membawa pas photo berwarna
2x3 dan 4x6 sebanyak 11embar.

Adapun sebagai pendamping lapangan adalah : dr.Wahyu Ani Widyaningsih SpP(K)Phd


( Kepala Devisi lntervensi dan Gawat Nafas SMF Paru RSUP Persahabatan )

Diinformasikan bahwa kegiatan tersebut dikenakan biaya sebagai berikut:


- penelitian : Rp. 1.250.000,-

Biaya tersebut dapat di transfer melalui :

Bank BRI Cabang Kemayoran Unit RS.Persahabatan


a.n. Bendahara Penerima RS persahabatan
Nomor Rekening : 0965.01.000.008.30.5
Bukti Transfer harap dibawa dan diserahkan melalui Bagian Diklit

Demikian atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih

Pengaruh terapi..., Puji Raharja Santosa, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai