Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu wilayah yang
tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap anggotanya
dalam koridor kebersamaan. Dalam angan setiap anggota masyarakat, negara yang
dibentuk oleh merekaini akan melaksanakan fungsinya menyediakan kebutuhan
hidup anggota berkaitandengan konstelasi hidup berdampingan dengan orang lain di
sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama itu sering kita artikan
sebagai “kebutuhan publik”. Salahsatu contoh kebutuhan publik yang mendasar
adalah kesehatan. Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat
kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat
mutlak, negara dan aparat turnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang
bermutu dan Mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud nyata penyediaan
layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya Puskesmas. Tujuan utama dari
adanya Puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun
dengan biaya yanng relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan
kelas ekonomi menengah ke bawah. Dalam makalah ini, kami akan membahas
mengenai “Pelayanan Puskesmas” karenaPuskesmas sebagai bentuk nyata peran
birokrasi dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, khususnya dalam
bidang kesehatan sdan karena Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa peran perawat dalam kesehatan lingkungan ?
2. Bagaimana penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
perawat sebagai pelayanan kesehatan ?
3. Apasaja masalah-masalah yang terjadi kesehatan lingkungan masyarakat?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi dan peran perawat dalam kesehatan lingkungan
2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan
3. Mengetahui solusi mengatasi masalah-masalah yang muncul di lingkup
kesehatan lingkungan

1.4. Manfaat
Dari pembahasan materi yang tersedia dalam makalah ini, diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada pembaca untuk mengetahui tentang definisi dan fungsi
perawat dalam melakukan pelayanan, serta mengetahui penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas. Selain itu pembaca dapat mengetahui
masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di lingkup kesling dan
sekaligus dapat mengetahui solusi mengatasi masalah-masalah yang muncul di
lingkup kesehatan lingkungan .
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam
praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi
kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan
secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang
dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

B. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN


Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu :
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat


(3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

C. SASARAN KESEHATAN LINGKUNGAN


Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan
lingkungan adalah sebagai berikut :
Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada
dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar-besaran,
reaktor/tempat yang bersifat khusus.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN LINGKUNGAN


1. Penyediaaan air bersih / Water suplay
Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya. Manusia akan lebih cepat meninggal karena
kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri
sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan
terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65 % dan untuk bayi sekitar 80%. Air
dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan antara lain:
diminum, masak, mandi, mencuci dan pertanian.
Menurut perhitungan WHO, di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara
60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia,
tiap orang memerlukan air 30-60 liter per hari. Diantara kegunaan-kegunaan air
tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk
keperluan minum air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak
menimbulkan penyakit bagi manusia.
Air Bersih dan Sehat
Air minum harus steril (steril = tidak mengandung hama penyakit apapun).
Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan khususnya tidak
terlindung sehingga air tersebut tidak atau kurang memenuhi persyaratan kesehatan.
Untuk itu perlu pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan air untuk diminum dapat
dikerjakan dengan 2 cara, berikut :
a) Menggodok atau mendidihkan air, sehingga semua kuman¬kuman
mati. Cara ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat
dilakukan secara besar-besaran.
b) Dengan menggunakan zat-zat kimia seperti gas chloor, kaporit,
dan lain-lain. Cara ini dapat dilakukan secara besar¬besaran, cepat dan
murah.
Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya
diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidaknya diusahakan
mendekati persyaratan tersebut.
Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a) Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak
berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya sehingga dalam kehidupan sehari-hari.
Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
b) Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama
bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh
bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari
pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah
memenuhi syarat kesehatan.
c) Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah yang
tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air akan
menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Sesuai dengan prinsip teknologi
tepat guna di pedesaan maka air minum yang berasal dari mata air dan sumur dalam
adalah dapat diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ketiga persyaratan
tersebut diatas asalkan tidak tercemar oleh kotoran-kotoran terutama kotoran manusia
dan binatang. Oleh karena itu mata air atau sumur yang ada di pedesaan harus
mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar tidak dicemari oleh penduduk yang
menggunakan air tersebut.
Sumber-sumber Air Minum
Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air ini,
sebagai berikut:
a) Air hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi air hujan ini tidak
mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat
perlu ditambahkan kalsium didalamnya.
b) Air sungai dan danau
Air sungai dan danau berdasarkan asalnya juga berasal dari air hujan yang mengalir
melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau. Kedua sumber air ini sering juga
disebut air permukaan. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi
atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air minum
harus diolah terlebih dahulu.
c) Mata air
Air yang keluar dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah.
Oleh karena itu, air dari mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat
dijadikan air minum langsung. Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum
tercemar maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum.
d) Air sumur
Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari dalam tanah, sehingga disebut sebagai
air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan
air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda.
Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur
pompa dangkal ini belum begitu sehat karena kontaminasi kotoran dari permukaan
tanah masih ada. Oleh karena itu perlu direbus dahulu sebelum diminum.
Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah.
Dalamnya dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter. Oleh karena itu,
sebagaian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum
yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan).

2. Sanitasi makanan
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut
WHO, yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances, whether in a
natural state or in a manufactured or preparedform, wich are part of human
diet”.Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-
substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan.
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut
layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :
a. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
b. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
c. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-
kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
d. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan oleh makanan (food borne illness).
Higiene dan Sanitasi
Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci
tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan
piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan
secara keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari
segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum
makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,
sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan
kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin
keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah
penjualan makanan yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan /
pemborosan makanan.
Keadaan bahan makanan
Semua jeis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta
kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau
rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah, dsb. Baham
makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan
makanan yang begirtu panjangdan melalui jarngan perdagangan yang begitu luas.
Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baika dalah menghindari
penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang
dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.
Cara penyimpanan bahan makanan
Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh
masyarakat. Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering dan
penyelenggaraan makanan RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat bahan
makanan yang berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya dapat
terjaga. Cara penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan adalah
sebagai berikut :
a. Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan
memenuhi syarat.
b. Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak
memberi kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari lalat/tikus
dan untuk produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan pada suhu yang
dingin.
Proses pengolahan
Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian
Yaitu :
a. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat
pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam
proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya
harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan
sanitasi.
b. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan
Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung
berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan,
pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan
makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah
makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang
ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan
melalui hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus,
Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus
selalu dalam keadan sehat dan terampil.
c. Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan
sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip
higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good manufacturing practice).
Cara pengangkutan makanan yang telah masak
Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau
penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari
serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan tidak
berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur shunya dalam
keadaan panas 60 C atau tetap dingi 4 C. (lebih lengkap, klik disini)
Cara penyimpanan makanan masak
Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tempat
penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu dingin.
Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu dingin yaitu < 40C.
Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam suhu -5 s/d -10C.
Cara penyajian makanan masak
Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan
tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan
bersih, petugas yang menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga kesehatan dan
kebersihan pakaiannya.

3. Pengolahan bahan – bahan buangan (limbah)


Agroindustri atau industri pengolahan hasil pertanian merupakan salah industri yang
menghasilkan air limbah yang dapat mencemari lingkungan. Bagi industri-industri
besar, seperti industri pengolahan kelapa sawit, teknologi pengolahan limbah cair
yang digunakan mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil
atau sedang. Namun demikian, mengingat tingginya potensi pencemaran yang
ditimbulkan oleh air limbah yang tidak dikelola dengan baik maka diperlukan
pemahaman dan informasi mengenai pengelolaan air limbah secara benar.
Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan
pengurangan (minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling),
pemanfaatan dan pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai hasil yang
optimal, kegiatan-kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan dan
bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja. Bila pengelolaan
limbah hanya diarahkan pada kegiatan pengolahan limbah maka beban kegiatan di
Instalasi Pengolahan Air Limbah akan sangat berat, membutuhkan lahan yang lebih
luas, peralatan lebih banyak, teknologi dan biaya yang tinggi. Kegiatan pendahuluan
pada pengelolaan limbah (pengurangan, segregasi dan penanganan limbah) akan
sangat membantu mengurangi beban pengolahan limbah di IPAL.
Tren pengelolaan limbah di industri adalah menjalankan secara terintergrasi
kegiatan pengurangan, segregasi dan handling limbah sehingga menekan biaya dan
menghasilkan output limbah yang lebih sedikit serta minim tingkat pencemarnya.
Integrasi dalam pengelolaan limbah tersebut kemudian dibuat menjadi berbagai
konsep seperti: produksi bersih (cleaner production), atau minimasi limbah (waste
minimization).
Secara prinsip, konsep produksi bersih dan minimasi limbah mengupayakan
dihasilkannya jumlah limbah yang sedikit dan tingkat cemaran yang minimum.
Namun, terdapat beberapa penekanan yang berbeda dari kedua konsep tersebut yaitu :
produksi bersih memulai implementasi dari optimasi proses produksi, sedangkan
minimasi limbah memulai implementasi dari upaya pengurangan dan pemanfaatan
limbah yang dihasilkan.
Produksi Bersih menekankan pada tata cara produksi yang minim bahan
pencemar, limbah, minim air dan energi. Bahan pencemar atau bahan berbahaya
diminimalkan dengan pemilihan bahan baku yang baik, tingkat kemurnian yang
tinggi, atau bersih. Selain itu diupayakan menggunakan peralatan yang hemat air dan
hemat energi. Dengan kombinasi seperti itu maka limbah yang dihasilkan akan lebih
sedikit dan tingkat cemarannya juga lebih rendah. Selanjutnya limbah tersebut diolah
agar memenuhi baku mutu limbah yang ditetapkan.
Strategi produksi bersih yang telah diterapkan di berbagai negara
menunjukkan hasil yang lebih efektif dalam mengatasi dampak lingkungan dan juga
memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
a. Penggunaan sumberdaya alam menjadi lebih efektif dan efisien;
b. Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar;
c. Mencegah berpindahnya pencemaran dari satu media ke media yang lain;
d. Mengurangi terjadinya risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan;
e. Mengurangi biaya penaatan hukum;
f. Terhindar dari biaya pembersihan lingkungan (clean up);
g. Produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional;
h. Pendekatan pengaturan yang bersifat fleksibel dan sukarela.
Minimasi limbah merupakan implementasi untuk mengurangi jumlah dan
tingkat cemaran limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi dengan cara
pengurangan, pemanfaatan dan pengolahan limbah.
Pengurangan limbah dilakukan melalui peningkatan atau optimasi efisiensi
alat pengolahan, optimasi sarana dan prasarana pengolahan seperti sistem perpipaan,
meniadakan kebocoran, ceceran, dan terbuangnya bahan serta limbah.
Pemanfaatan ditujukan pada bahan atau air yang telah digunakan dalam
proses untuk digunakan kembali dalam proses yang sama atau proses lainnya.
Pemanfaatan perlu dilakukan dengan pertimbangan yang cermat dan hati-hati agar
tidak menimbulkan gangguan pada proses produksi atau menimbulkan pencemaran
pada lingkungan.
Setelah dilakukan pengurangan dan pemanfaatan limbah, maka limbah yang
dihasilkan akan sangat minimal untuk selanjutnya diolah dalam instalasi pengolahan
limbah.
Pada kegiatan pra produksi dapat dilakukan pemilihan bahan baku yang baik,
berkualitas dan tingkat kemunian bahannya tinggi. Saat produksi dilakukan, fungsi
alat proses menjadi penting untuk menghasilkan produk dengan konsumsi air dan
energi yang minimum, selain itu diupayakan mencegah adanya bahan yang tercecer
dan keluar dari sistem produksi.
Dari tiap tahapan proses dimungkinkan dihasilkan limbah. Untuk
mempermudah pemanfaatan dan pengolahan maka limbah yang memiliki
karakteristik yang berbeda dan akan menimbulkan pertambahan tingkat cemaran
harus dipisahkan. Sedangkan limbah yang memiliki kesamaan karekteristik dapat
digabungkan dalam satu aliran limbah. Pemanfaatan limbah dapat dilakukan pada
proses produksi yang sama atau digunakan untuk proses produksi yang lain.
Limbah yang tidak dapat dimanfaatkan selanjutnya diolah pada unit
pengolahan limbah untuk menurunkan tingkat cemarannya sehingga sesuai dengan
baku mutu yang ditetapkan. Limbah yang telah memenuhi baku mutu tersebut dapat
dibuang ke lingkungan. Bila memungkinkan, keluaran (output) dari instalasi
pengolahan limbah dapat pula dimanfaatkan langsung atau melalui pengolahan
lanjutan.
Pengolahan limbah adalah upaya terakhir dalam sistem pengelolaan limbah
setelah sebelumnya dilakukan optimasi proses produksi dan pengurangan serta
pemanfaatan limbah. Pengolahan limbah dimaksudkan untuk menurunkan tingkat
cemaran yang terdapat dalam limbah sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan.
Limbah yang dikeluarkan dari setiap kegiatan akan memiliki karakteristik
yang berlainan. Hal ini karena bahan baku, teknologi proses, dan peralatan yang
digunakan juga berbeda. Namun akan tetap ada kemiripan karakteristik diantara
limbah yang dihasilkan dari proses untuk menghasilkan produk yang sama.
Karakteristik utama limbah didasarkan pada jumlah atau volume limbah dan
kandungan bahan pencemarnya yang terdiri dari unsur fisik, biologi, kimia dan
radioaktif. Karakteristik ini akan menjadi dasar untuk menentukan proses dan alat
yang digunakan untuk mengolah air limbah.
Pengolahan air limbah biasanya menerapkan 3 tahapan proses yaitu
pengolahan pendahuluan (pre-treatment), pengolahan utama (primary treatment), dan
pengolahan akhir (post treatment). Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk
mengkondisikan alitan, beban limbah dan karakter lainnya agar sesuai untuk masuk
ke pengolahan utama. Pengolahan utama adalah proses yang dipilih untuk
menurunkan pencemar utama dalam air limbah. Selanjutnya pada pengolahan akhir
dilakukan proses lanjutan untuk mengolah limbah agar sesuai dengan baku mutu
yang ditetapkan.
Terdapat 3 (tiga) jenis proses yang dapat dilakukan untuk mengolah air
limbah yaitu : proses secara fisik, biologi dan kimia. Proses fisik dilakukan dengan
cara memberikan perlakuan fisik pada air limbah seperti menyaring, mengendapkan,
atau mengatur suhu proses dengan menggunakan alat screening, grit chamber, settling
tank/settling pond, dll.
Proses biologi deilakukan dengan cara memberikan perlakuan atau proses
biologi terhadap air limbah seperti penguraian atau penggabungan substansi biologi
dengan lumpur aktif (activated sludge), attached growth filtration, aerobic process
dan an-aerobic process. Proses kimia dilakukan dengan cara membubuhkan bahan
kimia atau larutan kimia pada air limbah agar dihasilkan reaksi tertentu.
Untuk suatu jenis air limbah tertentu, ketiga jenis proses dan alat pengolahan
tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau dikombinasikan. Pilihan
mengenai teknologi pengolahan dan alat yang digunakan seharusnya dapat
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi dan pengelolaannya.

B. PERAN PERAWAT DALAM KESEHATAN LINGKUNGAN


Care Giver :
Pada peran ini perawat diharapkan mampu :
1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok
atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah
yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus
memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien.
3. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis
keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.
Elemen Peran
Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat professional
antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator
change agent, consultant dan interpersonal proses.
Client Advocate (Pembela Klien)
Tugas perawat :
Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan
informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya.
Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang
sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan.
Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien,
sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk
didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien.
Hak-Hak Klien antara lain :
1. Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya
2. Hak atas informasi tentang penyakitnya
3. Hak atas privacy
4. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
5. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :
1. Hak atas informasi yang benar
2. Hak untuk bekerja sesuai standart
3. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien
4. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok
5. Hak atas rahasia pribadi
6. Hak atas balas jasa
Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik
dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan
emosional dan intelektual.
Peran perawat :
Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya.
Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga
dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan lingkungnan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang
khusus menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam
keseimbangan ekologis.

Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan :


- Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai
- Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
- Mengolah tanah sebagaimana mestinya
- Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong

3.2 Saran
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal
yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan
faktor keturunan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi.1991. Transformasi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan


Kerja di Indonesia. Jakarta : UI Press.

Arif, Latar M. 2012. Hygiene Industri Dasar-dasar Pengetahuan Hygiene Industri


Dan Aplikasi Ditempat Kerja. Jakarta: Etaprima
Riwidikdo,Handoko. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Rohima Press
Slamet J.S. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Suma’mur, P.K. 2009.Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Sagung
Seto

Anda mungkin juga menyukai