Status Internus
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : tidak dilakukan
Nadi : 90 x/menit
1
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,7 oC
Pemeriksaan Kulit
Warna : Coklat
Turgor : Cepat kembali
Sianosis : Negatif
Ikterus : Negatif
Edema : Negatif
Pemeriksaan Kepala
Kepala : Normocephali
Rambut : Hitam
Wajah : Simetris
Mata : konjungtiva anemi (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-), RCL
(+/+), RCTL (+/+), pupil bulat isokor (+/+)
Telinga : CAE lapang (+/+) serumen (-/-) MT intak (+/+) RC
(buram/buram)
Hidung : Kavum nasi lapang (+/+), Konka Inferior (eutrofi/eutropi)
Septum deviasi (-), sekret (-/-), pasase udara (+/+)
Cavum Oris:
Bibir : lembab, sianosis (-)
Lidah : Simetris, kesan kotor/putih (-), laserasi (-) tampak massa
berwarna kemerahan, bentuk bulat, tepian rata, ukuran sekitar 2x2cm
Gigi geligi : karies (+), kalkulus (+)
Orofaring
Tonsil : T1/T1, kripta melebar (-/-), detritus (-/-)
Faring : mukosa merah muda, laserasi (-), granul (-), PND (-)
PemeriksaanLeher
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-), massa (-)
Pemeriksaan Thorax
2
Paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, iga tampak jelas (+)
Palpasi : SF kanan = kiri
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronchi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Auskultasi : BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris,distensi(-)
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), tapping pain (-)
Auskultasi : Peristaltik 5x/menit, kesan normal
Ekstremitas
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
Fraktur - - - -
3.4 PemeriksaanPenunjang
3
USG (21/3/2018)
4
5
6
7
8
9
Di
agnosa
10
BAB I
I. PENDAHULUAN
11
Pemeriksaan radiologis merupakan modalitas pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan penunjang pertama karena pemeriksaan
radiologis merupakan pemeriksaan yang non invasif. Untuk pemeriksaan
radiologis seperti foto polos, USG, CT-scan dan MRI memiliki sensitivias dan
spesifitas yang berbeda – beda untuk setiap penyakit khususnya penyakit tumor
lidah di lidah.1 setiap modalitas radiologi juga memiliki tujuan yang berbeda
untuk melihat suatu penyakit tumor lidah.5
II. EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian tumor pada lidah relatif umum, dengan 3% dari seluruh
penyakit berbahaya yang timbul dalam rongga mulut. Tumor pada lidah adalah
kasus kedua tersering dari jenis keganasan rongga mulut dengan presentase 30%
dari seluruh jumlah kasus. Tumor lidah jarang terjadi sebelum usia 40 dan insiden
tertinggi penyakit ini dalam dekade-dekade 6 dan 7 dengan perbandingan pria dan
wanita 3:1. Secara geografis, tumor ditemukan di seluruh dunia, tetapi ada variasi
yang signifikan dalam insiden. Penyakit ini terjadi dengan kejadian tertinggi pada
populasi India.1,3,4
Insiden karsinoma lidah di Indonesia masih belum diketahui dengan pasti
tetapi bila dibandingkan dengan hasil penelitian di luar negeri dapat dikatakan
bahwa insidennya masih jarang. Insiden pada penderita laki-laki di Perancis
adalah 8 per 100.000 orang sedangkan di India adalah 6 per 100.000 orang. Pada
tahun 2009 di Amerika ditemukan 10.520 kasus baru karsinoma lidah dan
diperkirakan terjadi 1900 kematian. Karsinoma lidah lebih sering terjadi pada
laki-laki dengan perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1 serta lebih sering
ditemukan pada usia lanjut dari pada usia muda.1,4
Kanker ganas dari lidah berkisar antara 20 sampai dengan 50 % dari
semua kanker ganas rongga mulut. Insiden kanker ganas tertinggi terdapat pada
pars corpus linguae (2/3 anterior) jika dibandingkan dengan pars radix linguae
(1/3 posterior).1,4
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lidah terdiri atas 2/3 bagian anterior dan 1/3 bagian posterior yang
berbeda dalam perkembangan, struktur, fungsi, topografi, innervasi dan
permukaannya. Pars anterior atau 2/3 bagian anterior lingua tampak menonjol dari
dasar kavum oris, disebut pars oralis atau corpus linguae. Pars posterior atau 1/3
bagian posterior turut membentuk dinding anterior pharynx, oleh karena itu
dinamakan pars pharyngealis atau radix linguae. Batas antara kedua bagian
tersebut adalah sulcus terminalis, yaitu sebuah garis berbentuk huruf V yang
membuka ke arah anterior, pada ujung posterior garis ini tepat pada linea mediana
terdapat foramen cecum linguae. 1, 5
Otot lidah terdiri atas 3 pasang otot ektrinsik dan 3 pasang otot intrinsik.
Otor intrinsik meliputi m.longitudinalis superior, m.longitudinalis inferior,
13
m.transversus linguae, dan m.verticalis linguae, sedangkan otot-otot ekstrinsik
meliputi m.genioglossus, m.hyoglossus dan m.styloglossus.1,5
Pada corpus linguae terdapat 4 macam papillae, yaitu papillae filiformis,
fungiformis, vallata dan foliata. Taste buds (indera pengecapan) terutama terdapat
pada papilla fungiformis. Pada radix linguae tidak terdapat papilla, melainkan
terdapat beberapa tuberkel yang tidak lain adalah nodus lymphaticus yang
dibungkus oleh capsula, dan membentuk tonsilla lingualis. Dengan demikian
maka permukaan dorsum linguae tampak kasar sedangkan permukaan inferior
dari linguae adalah halus. 1,5
Persarafan pada lidah dibagi atas 2 bagian yaitu motorik dan sensorik.
Untuk persarafan motoris yaitu untuk semua otot-otot lidah baik yang instrinsik
maupun ekstrinsik dipersarafi oleh nervus hipoglossus (nervus cranialis XII)
kecuali m.palatoglossus yang disarafi oleh nervus aksesorius (nervus cranialis
XI).1,5
Sensorik lidah berfungsi untuk pengecapan yang diinervasi oleh n.
lingualis cabang n. mandibularis yang merupakan cabang ke tiga dari N.
trigeminus sedangkan sekretomotorik diinervasi oleh korda timpani cabang dari
N. fasialis. Bagian posterior lidah baik sensorik maupun sekretomotorik diinervasi
oleh N. Glosofaringeus.1,5
14
Untuk persarafan sensoris dua pertiga bagian anterior lidah disarafi oleh n.
lingualis (cabang n. mandibularis) untuk sensasi umum, dan chorda tympani
(cabang n. facialis yang menuju ke lidah) untuk gustasi (pengecap). Sepertiga
bagian posterior lidah dan papillae valatae disarafi oleh ramus Lingualis nervus
glossopharyngeus (nervus cranialis IX) untuk sensasi umum dan gustasi cabang-
cabang kecil nervus Laryngeus internus, cabang nervus Vagus (n.Cranial X)
mempersarafi daerah kecil pada lingua, tepat anterior terhadap epiglottis.1,5
Gambar
3 : Inervasi otot ekstrinsik dan intrinsik lidah 5
15
Gambar 4 ;Vaskularisasi lidah5
Aliran limfe pada lidah penting peranannya oleh karena berhubungan
dengan penyebaran dini karsinoma lidah. Penyaluran limfe melalui lingua terjadi
melalui 4 jalur : 1,6
1. Limfe dari bagian 1/3 posterior lingua disalurkan ke nodus limfatikus
cervikalis profunda superior di kedua sisi.
2. Limfe dari bagian medial 2/3 anterior lingua disalurkan langsung ke nodus
limfatikus cervicalis profunda inferior.
3. Limfe dari bagian lateral 2/3 anterior lingua disalurkan ke nodus limfatikus
submandibularis
4. Limfe dari ujung lingua disalurkan ke nodus limfatikus submentalis
2.2 ETIOLOGI
16
Sejumlah besar penyebab tumor lidah telah diduga, tetapi berdasarkan
penelitian para ahli belum ada pernyataan yang dapat dibuat secara tegas. Namun
ada beberapa dugaan bahwa tumor lidah terjadi karena ada hubungan dengan
beberapa gangguan tertentu atau penyakit-penyakit tertentu. Beberapa faktor lain
juga diduga merupakan penyebab terjadinya tumor lidah diantaranya adalah
higiene mulut yang jelek, trauma kronik dan gangguan alkohol serta tembakau.
1,3,5.
1. Tembakau
Penggunaan tembakau dalam waktu lama merupakan faktor utama yang
penting dan berhubungan erat dengan timbulnya karsinoma lidah. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa hampir 90% penderita karsinoma lidah
mempunyai riwayat penggunan tembakau dan meningkat dengan kebiasaan
merokok. Insiden karsinoma lidah pada penderita yang merokok diperkirakan 6
kali lebih sering terjadi dibandingkan pada penderita yang tidak merokok.1,3,5
Tembakau digunakan dengan cara dikunyah atau diisap. Efek penggunaan
tembakau yang tidak dibakar ini erat hubungannya dengan timbulnya leukoplakia
dan lesi mulut lainnya termasuk lidah.3,5
Tembakau mengandung banyak molekul karsinogenik seperti hidrokarbon
polisiklik, nitrosamin, nitrosodicthanolamine, nitrosoproline dan polonium.
Paparan tembakau menyebabkan perubahan yang progresif dari mukosa mulut
dan penggunaan dalam waktu lama menyebabkan transformasi keganasan
terutama perubahan dalam ekspresi mutasi3,5
Efek karsinogenik dari tembakau sebagian besar dirangsang oleh zat kimia
yang terdapat pada asap rokok. Asap rokok merangsang perubahan genetik
termasuk mutasi gen, gangguan kromosom, mikronuklei, perubahan kromatin,
rusaknya rantai DNA. Mutasi gen menyebabkan hiperaktif onkogen, gangguan
proliferasi, penolakan G-S, G-M dan M pada siklus sel, mencegah apoptosis dan
gangguan kelangsungan hidup sel. Selain itu juga mutasi gen akan
menginaktifkan tumor supresor yang secara normal berperan untuk mencegah
perubahan sel-sel menjadi ganas.1,3,5
17
Nitrosamin merupakan zat kimia yang bersifat mutagen dalam asap rokok.
Zat kimia yang lain adalah tobacco-specific nitrosamines (TSNAs) yang berasal
dari alkaloid utama tembakau, nikotin, nornikotin, anabasin dan anatabin.
Nitrosonomikotin dan 4-(N-methyl-N-nitrosamino)-I-(3-pyridyl)-I- butanone
berasal dari nikotin dan karsinogen poten. Asap rokok mengandung berbagai
mutagenik dan karsinogenik termasuk nitroso-compounds, hidrokarbon aromatik
polisiklik heterosiklik amin. Sebagian besar karsinogen dan mutagen
dimetabolisme menjadi bentuk yang lebih aktif dalam tubuh manusia dan
menyebabkan gangguan kromosom. Karakteristik molekuler dari kecurigaan
adanya perubahan genetik masih belum jelas tetapi adanya tumor supresor seperti
TP53, CDKN2A dan pRb sudah tampak pada stadium awal.3,5
Efek genotoksik secara langsung dari tembakau merupakan alur
prokarsinogenik ke dua yang meliputi penipisan folat dan reduksi kofaktor. Folat
dan kofaktor berperan penting untuk membantu efisiensi sintesis DNA, perbaikan
dan metilasi. Penipisan folat menyebabkan gangguan genetik seperti kesalahan
dalam penggabungan urasil, putusnya rantai DNA spesifik-p53 dan hipometilasi
p53 spesifik.5
18
Gambar 6: A. Gambaran klinis karsinoma lidah, B. Gambaran histopatologi, C. Gambaran
5,6,7
molekul
2. Alkohol
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara konsumsi alkohol
yang tinggi terhadap terjadinya karsinoma sel skuamosa lidah. Minuman alkohol
mengandung bahan karsinogen seperti etanol, nitrosamin, urethane contaminant.
Alkohol merupakan zat pelarut yang dapat meningkatkan permeabilitas sel
terhadap bahan karsinogen dari tembakau. Alkohol merupakan salah satu faktor
yang memudahkan terjadinya leukoplakia karena penggunaan alkohol dapat
menimbulkan iritasi pada mukosa. Selain itu penggunaan alkohol dalam waktu
lama dapat meningkatkan respon enzim sitokrom p450 yang berfungsi untuk
mengaktivasi protokarsinogen menjadi karsinogen. Kemungkinan mekanisme
yang lain adalah rusaknya aktivitas makrofag dan berkurangnya jumlah T limfosit.
Alkohol juga menurunkan aktivitas enzim yang berperan untuk perbaikan DNA
sehingga terjadi peningkatan kerusakan kromosom.5,6
Kombinasi kebiasaan merokok dan minum alkohol menyebabkan efek
sinergis sehingga mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya karsinoma
19
lidah. Alkohol menyebabkan dehidrasi dan rasa panas yang mempengaruhi selaput
lendir mulut. Peningkatan permeabilitas mukosa ini menimbulkan rangsangan
menahun dimana timbul proses kerusakan dan pemulihan jaringan yang berulang-
ulang sehingga mengganggu keseimbangan sel dan sel mengalami displasia.5,6
3. Infeksi virus
Virus dapat menyebabkan keganasan dengan mengubah struktur DNA dan
kromosom sel yang diinfeksinya. Virus human papilloma (HPV) berhubungan
dengan timbulnya karsinoma lidah. HPV subtipe 16, 18, 31 dan 33 merupakan
jenis yang dilaporkan paling sering berhubungan dengan timbulnya displasia dan
karsinoma sel skuamosa. Virus human papilloma merupakan virus DNA rantai
ganda yang menyerang sel epitel.1,5,6
4. Faktor Gigi dan Mulut
Keadaan rongga mulut dengan higien yang jelek ikut berperan memicu
timbulnya karsinoma lidah. Iritasi kronis yang terus menerus berlanjut dari gigi
yang kasar atau runcing, gigi yang karies, akar gigi dan gigi palsu yang letaknya
tidak sesuai akan dapat memicu terjadinya keganasan.5,6
2.3 PATOGENESIS
Faktor utama yang menyebabkan inisiasi keganasan adalah akibat
ketidakmampuan DNA untuk memperbaiki sistem yang mendeteksi adanya
transformasi sel akibat paparan onkogen. Kerusakan pada DNA meliputi
hilangnya atau bertambahnya kromosom, penyusunan ulang kromosom, dan
penghapusan kode kromosom serta inaktivasi dari gen supresor tumor.
Penghapusan atau penggandaan bagian-bagian kromosom memungkinkan untuk
ditempati oleh onkogen atau gen supresor tumor. Sedangkan penyusunan ulang
kromosom dapat berubah menjadi aktivasi karsinogenik. 3,8
P53 merupakan gen supresor tumor yang berperan penting dalam
penghentian aktivitas pembelahan sel pada sel yang mengalami kerusakan DNA
dan memicu apoptosis sel. Mutasi dan inaktivasi dari P53 dapat berakibat pada
akumulasi kerusakan DNA dan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol. Telah
20
dibuktikan bahwa mutasi P53 meningkatkan progresivitas lesi pre-malignan
menjadi karsinoma yang invasif. 3,8
2.4 DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Diagnosis berdasarkan pada gejala dan tanda yang menonjol, yaitu adanya
perdarahan, sumbatan, dan benjolan yang nyeri. Langkah pertama ketika
mengevaluasi pasien dengan kanker lidah adalah riwayat menyeluruh dan
komprehensif pemeriksaan kepala dan leher. Pasien harus akan ditanya tentang
gejala disfagia, odynophagia, dysarthria, globus sensasi, kesulitan bernapas,
hemoptisis, otalgia (mungkin disebut), penurunan berat badan, atau konstitusi
gejala dan sekitar, konsumsi tembakau dan alkohol, kerja eksposur (termasuk
paparan sinar matahari), dan paparan radiasi sebelumnya.1,3,5
Pada umumnya penderita tumor atau karsinoma lidah memberikan keluhan
disfagi, odinofagi, disartria, nyeri yang menjalar ke telinga ipsilateral dan kadang-
kadang trismus. Leukoplakia dan eritroplakia yang tidak hilang dengan
pengobatan biasa harus dicurigai kemungkinan adanya keganasan. Keluhan lain
yang sering membawa penderita berobat adalah adanya benjolan di leher. Hampir
40% penderita datang dengan tumor koli yang merupakan tanda stadium lanjut
sehingga menurunkan five year’s survival dari 90% menjadi 30%.1,3,5,6
2. Manifestasi Klinis
3. Pemeriksaan Fisik
21
Pemeriksaan fisik seperti inspeksi harus dilakukan secara seksama dan
sistematik, khususnya pada pemeriksaan di rongga dan dasar mulut, dengan
memperhatikan adanya asimetri. Palpasi dasar lidah dengan menggunakan jari
merupakan pengenalan tumor dini yang paling baik. 1,3,5
Pada stadium awal, kelainan di lidah bermanifestasi dalam berbagai
bentuk dapat berupa leukoplakia, eritroplakia, penebalan atau bentuk ulkus yang
merupakan kelainan yang paling sering ditemukan6
- Leukoplakia - Eritroplakia
- Liken planus
22
Gambar 8. Gambaran ulkus pada karsinoma lidah dikutip dari kepustakaan 5
23
1. Hemangioma Lingua
Hemangioma lingua adalah neoplasma vaskuler jinak yang memiliki
perjalanan klinis karakteristik ditandai dengan proliferasi awal dan diikuti
dengan involusi spontan. Selama fase proliferatif pada periode neonatal
atau awal masa bayi, proliferasi sel endotel cepat membagi bertanggung
jawab untuk pembesaran hemangioma kekanak-kanakan. Akhirnya, fase
involusional terjadi, dimana hemangioma infantil kebanyakan klinis
diselesaikan pada usia 9 tahun.3
2. Kista ductus tiroglosus
Duktus tiroglossus adalah suatu transitory endodermal tube, yang
membawa jaringan pembentuk tiroid pada ujung kaudal, duktus ini
menghilang setelah tiroid berpindah ke lokasi sebenarnya di leher, titik
asalnya biasanya ditandai pada dasar lidah orang dewasa dengan foramen
saekum; terkadang, hasil perkembangannya yang tidak sempurna
menyebabkan pembentukan kista sepanjang jalur embrioniknya.1
3. Ektopik Tiroid
Kelenjar tiroid gagal bermigrasi dari foramen sekum, pada
dasar lidah, sepanjang duktus tiroglosus untuk mencapai lokasi
akhirnya pada leher. Kondisi ini menyebabkan adanya lokasi tiroid
ektopik mulai dari dasar lidah (lingual tiroid) sepanjang daerah
perjalanan tiroid.1,6
24
selanjutnya. Cara ini dapat dilakukan pada tumor lidah yang masih kecil
dengan atau tanpa metastase. Biospi eksisi jaringan yang diduga tumor
dilakukan dengan jarak 1 – 1,5 cm dari jaringan sehat. 1,5
A B
25
akan ada zat warna yang tertinggal. Untuk lesi jinak biasanya akan
memberi gambaran tepi yang rata sedangkan pada lesi pre-malignan dan
malignan akan menmberi gambaran tepi yang tidak teratur. Berikut adalh
perosedur lengkapnya:
Kumur dengan larutan asam asetat 1% selama 20 detik
Kumur dengan air selama 20 detik sebanyak 2 kali
Kumur dengan larutan toluidine blue 1% dengan volume 5-10 cc
Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1% selama 1 menit
Kumur dengan air
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian
4. Radiologi
Pemeriksan radiologi meliputi foto polos cervical, USG, CT scan dan
MRI. Pemeriksaan radiologi ini memiliki sensitivitas dan spesivitas yang
berbeda – beda untuk menunjang penegakan diagnosa dengan PET
menggunakan tirosin sebagai tracer memiliki sensitivitas dan spesifisitas
cukup tinggi untuk kasus keganasan. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi
tumor dengan ukuran di bawah 4mm.2
2.7 STAGING
Staging pada tumor lidah secara umum mirip dengan staging pada tumor
rongga mulut lainnya. Salah satu sistem staging yang sering digunakan adalah
berdasarkan sistem TNM.1,3,5,10
TN KETERANGAN
M
T0 Tidak ditemukan tumor
TIS Tumor in situ
T1 diameter 2 cm
T2 diameter >2 cm - 4 cm
T3 diameter > 4 cm
26
T4a Corpus / Oral tongue:
tumor menginvasi tulang kortikal hingga ke otot ekstrinsik, sinus
maksilaris, atau permukaan kulit wajah.
Radix / Pharyngeal tongue:
Tumor menginvasi : larynx, otot ekstrinsik lidah, pterygoid medial,
palatum durum, mandibula
T4b Corpus / Oral tongue:
Tumor menginvasi ruang mastikasi, pterygois plates, atau dasar tengkorak
atau arteri karotis interna.
Radix / Pharyngeal tongue:
Tumor menginvasi : otot pterygoid lateral, larynx, otot ekstrinsik lidah,
pterygois plates , nasofaring lateral, dasar tengkorak, atau arteri karotis
interna.
Nx KGB tidak dapat dievaluasi
N0 Tidak terdapat metastase regional
N1 KGB Ipsilateral singel, 3 cm
N2a KGB Ipsilateral singel, > 3 - 6 cm
N2b KGB Ipsilateral multipel, < 6 cm
N2c KGB Bilateral / kontralateral, < 6 cm
N3 KGB > 6 cm
Mx Metastase tidak dapat dievaluasi
M0 Tidak ditemukan metastase jauh
M1 Metastase jauh
27
Tiap T N3 M0
IV B
T4b Tiap N M0
IV C Tiap T Tiap N M1
2.8 PENATALAKSANAAN
Secara umum, penanganan tumor lidah sama halnya dengan penanganan
tumor pada rongga mulut lainnya dimana penanganan sebaiknya dilakukan secara
multidisipliner yang melibatkan beberapa bidang spesialis. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penanganan ialah eradikasi dari tumor, pengembalian
fungsi dari lidah, serta aspek kosmetik/ penampilan penderita.1
Terapi kuratif diberikan pada tumor lidah stadium I, II, dan III. Terapi
utama untuk stadium I dan II ialah operasi atau radioterapi yang masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sampai saat ini terapi
kanker dengan operasi memberikan angka kesembuhan yang paling besar. Operasi
tidak hanya mengangkat kanker tetapi juga meningkatkan fungsi dan memperbaiki
kosmetik. Seiring dengan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan maka sekarang
pembedahan dilakukan tidak mengangkat tumor seluruhnya secara radikal karena
terapi sering dikombinasikan dengan radioterapi yang dianggap mampu
membersihkan sisa tumor. Tidak semua kanker dapat dioperasi, baik karena
keadaan pasien tidak mengizinkan maupun ukuran kanker yang terlalu besar atau
bahkan telah terjadi penyebaran jauh. Pada beberapa keadaan, radioterapi dapat
berdiri sendiri dalam memberantas sel-sel kanker (misal: kanker / tumor lidah).
Sedangkan untuk stadium III dan IV yang masih operabel ialah kombinasi operasi
dan radioterapi pasca bedah. 1,3,5,11
28
Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi saja
dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa pada
kasus tumor ganas pilihan radioterapi saja pada T2 memberikan angka
kekambuhan yang lebih tinggi dari pada tindakan operasi. Untuk T3 dan T4, terapi
kombinasi operasi dan radioterapi memberikan hasil yang paling baik. Pemberian
neo-adjuvant radioterapi dan atau kemoterapi sebelum tindakan operasi dapat
diberikan pada kanker rongga locally advanced (T3,T4). 1,3,5,11
2.9 PROGNOSIS
Prognosis pada tumor jinak lidah umumnya baik apabila ditangani dengan
cepat dan tepat. Sedangkan prognosis pada tumor ganas biasanya jelek, meskipun
angka statistik penyakit bervariasi diantara kelompok penderita angka
penyembuhan selama lima tahun bergantung pada stadium.1,5
Untuk stadium I dan II, angka five year survival rates-nya mencapai 60-
75% sedangkan untuk stadium III dan IV hanya 25-49%. Karsinoma lidah yang
terjadi pada bagian 1/3 dorsum lidah (20 – 30 %) keadaannya lebih ganas namun
dengan jumlah kasus yang lebih sedikit, jika dibandingkan dengan 2/3 anterior
lidah (70 – 80 %). Angka survival rates juga bervariasi pada negara industri dan
negara berkembang. Negara industri memiliki angka survival rates 54,5 %
sedangkan pada negara berkembang hanya 30%. 1,5
Faktor-faktor yang sangat berpengaruh pada prognosis penderita
karsinoma lidah adalah ada atau tidaknya metastase. Pada akhir-akhir ini
dilaporkan bahwa angka five year survival rates untuk karcinoma lidah terus
meningkat karena ditemukannya pilihan reseksi menyeluruh pada lidah /
glossektomi total.1,5
29
BAB III
MODALITAS RADIOLOGI
30
Pemeriksaan dengan MRI akan tampak : T1: -low signal( jika rendah
protein atau tanpa komplikasi), - high signal, yang tersering (Infeksi sebelumnya);
T2: typically high signal; T1 C+: Tidak terdapat enhancement pada kista tanpa
komplikasi. MRI memiliki sensitivitas 60% dan spesifitas 75% untuk
mendiagnosa kista duktus tiroglosus
31
BAB IV
GAMBARAN RADIOLOGIS
32
Gambar 12: ATAS. a) potongan sagital T2, area hiperintens menunjukkan karsinoma
lidah pada 1/3 anterior corpus linguae (panah putih), b) potongan sagital T2 pada pasien
yang sama menunjukkan karsinoma telah menginvasi dasar rongga mulut (panah putih)
BAWAH. a) Potongan aksial T2 menunjukkan karsinoma lidah pada sisi kanan dengan
ukuran di atas 5 mm dari margin lateral, b) Potongan koronal T2 menunjukkan
limphadenopati submandibular bilateral. 2
33
4.2 Hemangioma Lidah
Gambar 14: A 10-year-old girl with lobulated mass in posterior half of tongue
diagnosed as hemangioma. Transverse high resolution ultrasonography of tongue
through submandibular approach revealed a well-defined homogeneously
hyperechoic space occupying lesion (SOL) in the posterior third of tongue (large
arrow) and the Sol showed abnormally increased vascularity on color Doppler
suggesting a vascular etiology (small arrow)
34
Gambar 15: 10-year-old girl with lobulated mass in posterior half of tongue
diagnosed as hemangioma. On computed tomography scan of neck, axial images
shows a well-defi ned moderate sized homogenously iso to hyperdense space
occupying lesion (large arrow) with clear margins with strong homogenous
enhancement on postcontrast scans (small arrow) was noted
Gambar 16: 10-year-old girl with lobulated mass in posterior half of tongue
diagnosed as hemangioma. On magnetic resonance imaging, sagittal images
shows a well-defi ned rounded space occupying lesion with serpiginous fl ow
voids representing the intra tumoral vessels showing area of signal alterations iso
to slightly hyperintense on T1-weighted image (large arrow), hyperintense on T2-
weighted (small arrow) and homogenous enhancement on postcontrast T1-
weighted images (star)
35
4.3 Kista Duktus Tiroglosus
36
Gambar 19: potongan axial CT scan dengan kontras menunjukkan kista
duktus tiroglosus
37
Gambar 15: Gambaran USG pada ektopik tiroid
Gambar 14: potongan axial CT scan dengan kontras menunjukkan ektopik tiroid
38
BAB V
KESIMPULAN
39
multidisipliner yang melibatkan beberapa bidang spesialis. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penanganan ialah eradikasi dari tumor, pengembalian
fungsi dari lidah, serta aspek kosmetik/ penampilan penderita.1
Prognosis pada tumor jinak lidah umumnya baik apabila ditangani dengan
cepat dan tepat. Sedangkan prognosis pada tumor ganas biasanya jelek, meskipun
angka statistik penyakit bervariasi diantara kelompok penderita angka
penyembuhan selama lima tahun bergantung pada stadium.1,5
40
DAFTAR PUSTAKA
4. Petersen PE. Oral Cancer Prevention and Control. The approach of the
world. Health organization. In : Oral cancer. Switzerland. Elsevier. 2008.
p.1-7
6. Irsigler NG. Cancer of the lip, tongue and floor of mouth. In:
Heggenhougen K, Quah S, editors.International Encyclopedia of Public
Health , vol. 4. San Diego: Academic Press; 2008. p. 668–77.
41
9. Gosselin BJ. Malignant tumors of the mobile tongue. Update on 2011.
Available from : http://emedicine.medscape.com/article/847428-
overview#showall. Cited on [ 28 Juni 2013].
10. Deschler DG, Day T. Neck dissection classification TNM staging Of head
and neck cancer. American academy of otholaringology head and neck
surgery foundation. Inc. Alexandria. 2008. p. 9, 16, 23.
42