Anda di halaman 1dari 10

TEORI AKUNTANSI

“AKUNTANSI ASET”

DISUSUN OLEH:

ULFAH MEISYA (461 14 039)

NUR MUHAMMAD ABDULLAH (461 14 046)

SAIFUL (461 15 032)

ANITA DWI WAHYUNI (461 15 055)

3A-D4

JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TAHUN 2017/2018
PEMBAHASAN

AKUNTANSI ASET

1. Pengertian Aset
Ada beberapa pengertian dari lembaga-lembaga akuntansi mengenai aset,
diantaranya adalah sebagai berikut:
 Menurut FASB (1980: par 19): “Assets are probable future economic benefits
obtained orcontrolled by a perticular entity as a result of past transactions or
events” atau Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau
diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau
kejadian masa lalu.
 Menurut IASC/IAI: “An asset is resource controlled by the enterprise as a result
of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the
enterprise.” Atau Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa
depan diharapkan mengalir ke perusahaan.
 Menurut AASB: “Assets are service potential or future economic benefits
controlled by the reporting entity as a result of past transaction or other past
events.” Atau Aset adalah potensi layanan atau manfaat ekonomi masa depan
yang dikendalikan oleh entitas pelaporan sebagai akibat dari transaksi masa lalu
atau peristiwa masa lalu lainnya.
 Menurut IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menjabarkan definisi
aset sebagai berikut: “Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa
depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.”
 Menurut APB mendefinisikan aet sebagai sumber ekonomik karena adanya unsur
kelangkaan sehingga suatu entitas harus mengendalikannya dari akses pihak lain
melalui transakasi ekonomik. APB juga membedakan aset menjadi yang
digolongkan sebagai sumber ekonomik sebagai berikut:
1) Sumber produktif : Sumber produkitf kesatuan usaha yang meliputi bahan
baku, gedung, pabrik, perlengkapan, sumber alam, paten dan semacamnya,
jasa, dan sumber lain yang digunakan dalam produksi barang dan jasa dan
hak kontraktual atas sumber produktif meliputi semua hak untuk
menggunakan sumber ekonomik pihak lain dan hak untuk mendapatkan
barang atau jasa dari pihak lain.
2) Produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha terdiri atas: Barang jadi
yang menunggu penjualan dan barang dalam proses.
3) Uang.
4) Klaim untuk menerima uang.
5) Hak kepemilikan atau investasi pada perusahaan lain.

2. Karateristik dari Aset


Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh FASB, dikatakan aset mempunyai
tiga karakteristik utama, yaitu:
1) Memiliki manfaat ekonomi di masa yang akan datang (future economics benefit)
 Aktiva dapat dioperasikan dan diprediksi secara rasionil dan masuk akal
dapat menghasilkan laba bagi perusahaan.
 Semakin besar manfaat ekonominya semakin besar pula nilainya,
sebaliknya, bila semakin kecil manfaat ekonominya semakin kecil pula
nilainya
 Dapat ditukarkan dengan kas, barang, atau jasa.
 Dapat digunakan untuk memproduksi barang.
 Dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.
2) Dikendalikan oleh perusahaan (control by entity)
 Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki
oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Oleh, karena itu, konsep
penguasaan atau kendali lebih penting daripada konsep kepemilikan.
 Penguasaan disini berarti kemampuan entitas untuk mendapatkan,
memelihara/menahan, menukarkan, menggunakan manfaat ekonomik dan
mencegah akses pihak lain terhadap manfaat tersebut.
3) Hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu
 Kepemilikan atau penguasaan suatu aset harus didahului oleh transaksi
atau kejadian ekonomis yang telah terjadi.
 IAS memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset dengan
alasan transaksi atau kejadian tersebut dapat memengaruhi jumlah aset,
baik menambah maupun mengurangi. Contoh: pembelian building,
asuransi yang dibayar di muka, dan lainnya.
Aset juga memiliki karateristik pendukung. Menurut Suwardjono dalam buku
Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan edisi ketiga, karakteristik pendukung
aset antara lain:
1) Melibatkan Cost (acquired at a cost)
Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan cost sebagai harga
kesepakatan. Jika cost terjadi karena pemerolehan suatu objek dari pertukaran
atau pembelian, maka objek tersebut lebih kuat masuk sebagai aset.
2) Berwujud (tangible)
Bila suatu sumber ekonomik secara fisik dapat diamati, maka objek
tersebut lebih kuat disebut sebagai aset. Namun keterwujudan bukan kreteria
untuk mendefinisikan aset.
3) Tertukarkan (exchangeable)
Salah satu syarat suatu objek atau sumber ekonomik dapat disebut sebagai
aset yaitu harus dapat ditukarkan dengan sumber ekonomik lainnya.
4) Berkekuatan Hukum (legally enforceable)
Penguasaan atas aset tidak harus didukung dengan cara yuridis. 3laim atas
piutang tidak harus diidukung oleh dokumen yang mempunyai daya
paksa secara hukum untuk memenuhidefinisi aset

3. Kriteria Pengakuan Aset


Ada beberapa kriteria pengakuan aset dalam akuntansi, yaitu:
1) Reliance on the Law (berdasarkan hukum)
Pengakuan untuk sebagian besar aktiva tergantung dari substansi
hukumnya. Piutang diakui karena adanya transaksi penjualan kredit dan
pembelian aktiva tetap didukung oleh hak pemakaian secara hukum.
2) Use of the conservatism priciple (penggunaan prinsip konservatisme)
Kerugian boleh diakui meskipun belum terealisir, tapi keuntungan belum
boleh diakui sebelum terealisir. Ini berarti juga hutang diakui lebih awal, tidak
demikian dengan aktiva.
3) Penentuan suatu transaksi memiliki substansi ekonomi
Penentuan suatu transaksi memiliki substansi ekonomi berhubungan
dengan kualitas informasi akuntansi yang relevan. Bila suatu transaksi dinyatakan
memiliki substansi ekonomi, maka penting untuk dicatat dan dilaporkan. Nilai
substansi ekonomi sulit ditentukan, apalagi menyangkut masa yang akan datang.
4) Nilainya dapat ditukar
Apabila aktiva tidak dapat diukur secara pasti, maka aktiva tersebut tidak
bisa diakui.

4. Pengukuran Aset
Salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukuran (measureability)manfaat
ekonomik yang akan datang. Yang dimaksud pengukuran di sini adalah penentuan jumlah
rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada saat terjadinya, yang akan
dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut.
Dan jika suatu sumberdaya yang diperoleh suatu perusahaan tidak
andal (reliable) pada elemen pengukurannya, maka sumberdaya tersebut tidak dapat
ditampilkan sebagai aset melainkan diakui sebagai pendapatan ketika terjadi transaksi.
 Menaksir Nilai Ekonomi Secara Wajar
1) Nilai tunai
Dalam menghitung Nilai Kas Sekarang, terdapat tiga hal yang diperlukan,
yaitu perkiraan jumlah kas masuk bersih, tingkat bunga, dan jangka waktu
produksi mesin.
2) Nilai pasar
Kondisi yang mempengaruhi harga pasar adalah:
o Adanya pasar yang berbeda, tidak saja lokasi yang berbeda, tetapi juga
kondisi lingkungan pun berpengaruh terhadap harga pasar untuk produk
yang sama meskipun di kota yang sama.
o Dalam pasar yang tidak sempurna, waktu dan upaya untuk mendapatkan
harga terbaik tetap dilakukan oleh pembeli, sehingga dapat menimbulkan
harga yang berbeda di antara pembeli.
o Pelayanan purna jual juga berpengaruh terhadap harga yang disetujui.

5. Penilaian Aset
Di dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan
karena adanya asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur
makna ekonomik (economic attribute) suatu objek, pos, atau elemen. Pengukuran
biasanya digunakan dalam akuntansi untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah
yang harus dicatat untuk objek pada saat pemerolehan. Penilaian biasanya digunakan
untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen
atau pos statemen keuangan pada saat penyajian.
Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-pos aset yang
berpaut dengan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang
sesuai. Sedangkan tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat
membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas
bersih ke badan usaha. Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan
pelaporan keuangan.
FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat direpresentasi
berkaitan dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat
diringkas sebagai berikut:
1) Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan
kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos* historisnya yaitu jumlah rupiah
kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos historis ini
tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi atau
diamortisasi.
2) Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang
atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan
kalau aset tertentu diperoleh sekarang.
3) Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan
atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat
diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan
yang normal (tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga digunakan untuk
aset yang kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai bukunya.
4) Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan persediaan barang
disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya
yang akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi dengan
pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi kas
atau setaranya.
5) Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka
panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang
sampai piutangterlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi dengan tambahan
kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.
 Beberapa Atribut Nilai
1) Nilai sekarang (present value)
Digunakan untuk aset moneter jangka panjang, seperti piutang jangka
panjang, hutang jangka panjang, obligasi jangka panjang dan sewa guna usaha.
2) Kas yang diharapkan
Yaitu uang tunai yang dapat diharapkan terkumpul dalam jangka pendek.
Nilai ini digunakan untuk menilai piutang yang kemungkinan dapat ditagih.
3) Harga historis
Biasanya digunakan untuk aset non-moneter seperti persediaan, tanah,
gedung, mesin dan peralatan. Alternatif lain untuk menilai aset-aset tersebut
adalah harga terkini dan exit price.
4) Harga pasar
Dalam hal menilai persediaan dapat digunakan harga pasar atau perolehan
mana yang lebih rendah. Bahkan dalam kondisi tertentu, misal barang yang
ketinggalan jaman atau rusak dapat dinilai dengan nilai yang lebih realistis,
karena harga historis tidak memadai lagi.
6. Penyajian Aset
Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang
mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman
penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:
1) Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau di bagian
atas dalam neraca berformat laporan.
2) Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan aset tetap.
3) Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling
lancar dicantumkan pada urutan pertama.
4) Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan
(misalnya metoda depresiasi aset tetap dan dasar penilaian sediaan barang.

7. Jenis Penghargaan Aset Nonkas


1) Barter
Barter atau pertukaran aset merupakan pemerolehan aset dengan
penghargaan berupa aset berwujud atau non moneter lainnya.
Adapun prinsip – prinsip penentuan kos aset yang diterima dalam barter
atau pertukaran:
o Pertukaran tak sejenis, tanpa pembayaran tombok.
o Pertukaran tak sejenis, dengan pembayaran tombok.
o Pertukaran sejenis, tanpa pembayaran tombok.
o Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok.
o Pertukaran sejenis, dengan penerimaan tombok.
2) Saham
Saham sebagai penghargaan merupakan salah atau bentuk pemerolehan
aset dengan barter. Dalam beberapa hal, jumlah setara saham dapat dicari dengan
membandingkan harga tunai jenis saham yang sama untuk memperoleh dana tunai
(kas) yang diterbitkan kira – kira bersamaan dengan penyerahan saham untuk
memperoleh aset bersangkutan.
3) Kos dalam Reorganisasi
Jika suatu perusahaan sudah berjalan atau beroperasi cukup lama kemudian
mengalami reorganisasi, perusahaan tersebut biasanya tidak mempunyai data kos
yang memadai untuk menentukan kos aset yang dikuasainya. Karena tujuan
reorganisasi biasanya adalah menentukan nilai perusahaan pada saat tersebut.
4) Hadiah atau Hibah
Dalam hal ini, kita ambil contoh suatu perusahaan memperoleh gedung
beserta tanahnya melalui sumbangan atau hibah. Perolehan ini tetap dicatat
sebagai aset tanpa kos. Karena setiap fasilitas atau faktor ekonomik yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tanpa memandang asalnya, harus
diperlakukan dengan saksama sebagai potensi jasa.
DAFTAR PUSTAKA

Suwarjono. 2010. Teori Akuntansi, Perekayasaan Pelaporan Indonesia, Edisi Ketiga.


Yogyakarta: BPFE.

Ridho Darul Fadli. (2015), “Teori Akuntansi Konsep Aset”, 1-9. (online),
(https://www.academia.edu/13569506/Teori_Akuntanai_Bab_5_Konsep_Aset), diakses
(14 April 2018).

Sijenius Weblog. (2008), “Teori “Aset: Sekilas Tentang Aset”. (online),


(https://sijenius.wordpress.com/2008/08/25/aset-sekilas-tentang-aset/), diakses (14 April
2018).

Anda mungkin juga menyukai