Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Puasa di bulan suci Ramadhan adalah merupakan rukun islam yang keempat.
Hukumnya fardhu ain atas muslim-muslimah yang sudah akil baligh,yaitu disyariatkan pada
tahun kedua Hijriyah,sesudah turunnya perintah shalat.Berdasarkan firman Allah SWT.dalam
surat Al-Baqarah ayat 183 dan berdasarkan sejarah,puasa bukanlah merupakan sesuatu yang
baru,yaitu sama tuanya dengan sejara manusia itu sendiri.Dalam sejarah agama-agama
besar,puasa merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat fundamental dan
urgent,karenanya Allah telah mewajibkan puasa kepada umat terdahulu dimana kepada
mereka diutus Pasul-rasul-Nya.
Puasa selain merupakan ibadah kepada Allah dalam rankan taqarrub guna mencapai
derajat “muttaqin”, juga hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan dimana bukan saja tidak
bertentagan tetapi juga memperlihtkan dukungannya terhadap ibadah ini.Segi-segi
pengetahuan psykology,paedagogi,sosiologi,ekonomi,kesehatan jasmani termasuk juga ilmu
hitung dan falak mempunyai relevansi yang baik.didalam ilmu jiwa dan pendidikan,orang
mengenal teori hidup disiplin,teori pengosongan,pemulihan tenaga,pembersihan dan lain
sebagainya semuanya meyakinkan bahwa ibadah puasa memberi manfaat bagi perkembangan
jiwa dan jasmani manusia.
2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas dapat dirumuskan mamsalah sebagai
Beriktut:
1. Pengertian bulan Ramadhan?
2. Sabda-sabda Nabi tentang bulan Ramadhan?
3. Keistimewaan-keistimawaan berpuasa ?
3.Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan kepada Allah dan kecintaan kepada
Nabi muhamad.Mungkin dengan menjalani ibadah puasa dalam satu bulan penuh kita bisa
mendapatkan pahala ynag berlimpah dari Allah SWT,dan juga dejar kita akan ditinggikan
oleh Allah dibandingkan orang yang tidak melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan.Selain
itu, bulan Ramadahan juga memberikan bermacam-macam manfaat bagi umat Islam,karena
bulan Ramadhan adalah bulan yang sanagt istimewa dari bulan-bulan lainya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Puasa Ramadhan
Secara etimologi, puasa berarti menahan diri. Sedangkan, secara terminologi puasa
berarti menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa, sejak fajar terbit hingga
matahari terbenam, disertai niat.para ulama sepakat bahwa puasa Ramadhan hukumnya wajib
bago seluruh kaum muslimin. Puasa Ramadhan termasuk rukun islam. Oran muslimin yang
tidak melaksanakan kewajiban ini, apabila sampai mengungkari status hukumnya, maka dia
murtad.
Allah SWT. Berfirman, yang artinya:
“bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan pebjelas-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang benar dan yang batil).karena itu, barang sipa diantara kamu ada pada bulan itu, maka
berpuasalah”(Al-Baqarah ayat 185). (Kamal,2007.211)
Kata puasa dikenal dalam bahasa Indonesia adalah dari bahasa sansekerta dan punya arti
sama dengan kata arab shiyam atau shawm,yakni pengendalian diri ,pengekangan
diri,menahan diri titik. Dalam bahasa Arab kedua kata ini,shiyam dan shawm, adalah
bentuk isim mashdar (kata benda abstrak,abstract noun) dari kata kerja (fi’l) shama-
yashum, bermakna berpuasa. Namun kata benda dalam bahasa Indonesia memiliki
perubahan-perubahan bentuk bermacam-macam, tidak beraturan,sehingga seringkali kita
kesulitan membuat kata benda, terutama saat mencari padanan dari bahasa asing. Misalnya,
untuk sedikit contoh perihal ketidakberaturan tersebut, kata kuat akan berubah
menjadi kekuatan untuk kata bendanya. Begitupun kata kuasa akan berubah
menjadikekuasaan.
Tetapi puasa tidak berubah menjadi kepuasaan, melainkan puaa saja (disini harus
dibedakan pula kepuasaan, dengan dua /a/ ,dari kepuasaan menjadi satu /a/,sebab kata
terakhir barasal dari kata puas, bukan puasa, dan keduanya memiliki makna berbeda jau).
Dengan demikian, dalam bahasa Indonesia, kata kerja berpuasa berubah menjadi puasa (kata
benda) adalah hasil dari
ketidakberaturan sistem dalam bahasa Indonesia itu sendiri. Namun hal kini hal tersebut
diterima,dipakai serta dijadikan konvensi-konvensi karena faktor kebiasaan. Pada gilirannya
ketidakberaturan ini juga mengimbas pada upaya penerjemah bahasa Asing ke bahasa
Indonesia.
Makna shawm dan shiyam dalam bahasa Arab secara etimologis (bahasa,
leksikal,lughatan) adalah imsak’an (menahan diri dari), atau al-imtina’an (larangan dari).
Menahan dan larangan disini adalah menahan diri atau larangan dari seluruh
perilaku tidur,bicara,makan,minum,seks dan sebagainya. Dalam bahasa Arab dikemukakan,
puasa adalah menahan diri dari makan,minum,bicara,berjalan dan sebagainya atau menahan
diri dari perbuatan apapun atau larangan untuk makan,minum dalam waktu-waktu
tertentu.Arti puasa dari sisi terminologi (istilah,ishthilahan) oleh ajaran Islam selalu
dihubungkan dengan puasa Ramadhan.Maka bagi Islam maksud terminologi puasa adalah
puasa Ramadhan.
Pada gilirannya, puasa-puasa selainnya, dikenal puasa sunah, mengikuti konsep puasa wajib
tersebut.Hanya dalam lama hari terjadi perbedaan antara puasa wajib dan sunnah.puasa
pertama berlangsung satu bulan penuh berturut-turut,adapun jenis kedua bebas (terpulang
pada kemampuan sang pelak puasa). (Aan Rukmana, 2012. 209-211)
2
Menurut pendapat beberapa sufi ialah:
-Nabi Muhamad SAW,”Puasa adalah perlindungan dari bencana dunia ini dan selubung
dari hukuman di akhirat.”Jika kamu berpuasa,maka berniatlah menahan dirimu dari nafsu
jasmaniyah dan memutuskan hasrat-hasrat duniawi yang muncul dari gagasan-gagasan setan
dan kawan-kawannya.
-Ibn Qayyim al-Jauzi,”puasa adalah menahan jiwa dari syahwat, menyapihnya dari hal-
hal yang disenangi dan menundukan kekuatan nafsu agar ia siap dalam mencari tujuan
kebahagiaan dan kenikmatannya serta bisa menerima kesucian kehidupannya yang abadi.
-Al-Ghazali, Allah berfirman,Wahai orang-orang beriman,diwajibkan atas kalian
berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian
bertakwa.Rasulullah SAW bersabda,”Bila datang malam pertama bulan Ramadhan,dibukalah
pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka. (Puasa bersama Sufi,2001.41)
gerakan menahan diri teryata telah dikenal orang-orang terdahulu. Hal ini seperti
dikemukakan oleh salah seorang mufassir,Abdullah Yusuf Ali, Beliau meyakini puasa orang-
orang terdahulu berbeda dari puasa masyarakat Muslim, namun tidak merinci bagaimana
perbedaan tersebut. Ia juga tidak menjelaskan secara detil maksud dari puasa berupa perisai
diri. Melainkan ia cuma memberikan penjelasan global saja. (Majelis Ulama Indonesia,
1987.15-16)
c.Rukun-rukun Puasa
1.Niat untuk berpuasa, sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT, sambil
mengharapka keridhaan-Nya.
3
Sama seperti dalam shalat, niat adalah perbuatan hati, tidak wajib
diucapkan.
Karenanya, apabila sesorang makan sahur dengan niat sebagai persiapan
untuk mberpuasa, misalnya, maka yang demikian itu sudah cukup
dianggap sebagai niat.
Dalam hal puasa wajib, niat untuk berpuasa harus sudah ditetepkan pada
malam menjelag puasa, paling lambat sebelum waktu fajar pada setiap hari
bulan Ramadahan.Sedangkan puasa-puasa sunah, boleh menetapkan niat
puasa waktu siang hari sebelum waktu dzuhur, dan tentunya sebelum
melakukan sesuatu yang memebatalkan puasa.
2.Rukun kedua puasa ialah menahan diri sejak terbit fajar sampai matahari
tarbenam dari makan, minum dan hubungan seksual, serta segala sesuatu
yang menbatalkan puasa. (Muhamad Bagir, 2000.346)
Diwajibkan untuknkita menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh sejak dari
terbit fajar hingga terbenam matahari,adalah karena mengingat firman Allah yang
artinya:”Dan makan serta minumlah kamu hingga nyata kepadamu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam hari dan jangan lah kamu
menyetubuhi mereka (isteri-istrimu)
sedang kamu lagi beri’tikaf dal mesjid.”(Al-Baqarah :187) (Hasbi Ash Shiddieqy, 1993.61)
sampai ia sadar kembali (yakni dari sebuah kegilaan), orang yang dalam keadaan tidur
sampai ia terjaga, dan anak kecil sampai ia baligh.(HR Ahmad, Abu Daud At-Tirmidzi).
Walaupun demikian, berkaitan dengan anak-anak yang belum baligh, dianjurkan kepada wali
4
mereka agar memerintahkan wali mereka berpuasa meskipun tidak harus sehari penuh. Hal
ini semata-mata sebagai latihan fisik dan mental, dan dikerjakan sekedar kemampuan
mereka. (Muhamad Bagir, 2000.347)
Bila seorang muslim percaya bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah, maka segala isi
Al-Qur’an yang brisi perintah seperti yag terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 183, dan
diirirngi pula dengan Hadist Nabi yang menyatakan bahwa puasa adalah salah satu rukun
Islam, seperti hadis terdahulu, maka tidak ada alasan bagi orang Muslim untuk tidak berpuasa
di bulan Ramadhan Laranagan utama dalam berpuasa adalah makan, minum, dan hubungan
kelamin mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.(zakiah,1996.13)
E.Bagian-bagian Puasa
1.PuasaWajib
Ulama mazhab sepakat bahwa puasa Ramadhan, Qadhakifarah dan puasa untuk
mlaksanakan nadzar, dua imam madhab menambah dua bagian, yaitu:bab haji dan ban
i”tikaf. Kami telah menjelaskan secara panjang lebar dimuka tentang puasa bulan Ramadhan,
sayarat-syaratnya dan hal-hal yang membatalkannya.
2.Puasa Kifarah
Puasa kifarah memiliki dua bentuk, diantaranya adalah:
Puasa kifarah karena salah membunuh, puasa kifarah karena sumpah dan nadzar. Bentuk-
bentuk ini mempunyai hukum-hukum tertentu yang akan dibahas nanti dalam bab-bab
khusus. Pembahasan sekarang ini hanya akan mencakup hukum orang yang berpuasa kifarah,
karena berbuka puasa pada waktu puasa Ramadhan.
Syafi’i, Maliki dan Hanafi, menyatakan :”orang yang berpuasa dua bulan berturut-turut
karena kifarah, yang disebabkan berbuka pada puasa bulan Ramadhan, ia tidak boleh berbuka
walau hanya satu hari di tenag-tengan dua bulan tersebut, karena kalau berbuka, berarti ia
telah memutuskan (memenggal) kelangsunagn yang berturut-turut itu. Apalagii ia berbuka,
baik karena ada
Udzur atau tidak, ia wajib memulai puasa dari awal lagi selama dua bulan berturut-turut”.
3.Puasayang diharamkan
Ulama madhab sepakat bahwa puasa pada hari raya idul Fitri dan idul Adhadiharamkan,
kecuali Hanafi, Hanafi berpendapat bahwa berpuasa pada hari raya tersebut adalah makruh
yang diharamkan. Menurut Hanafi bahwa makruh diharamkan itu adalah hampir mendekati
ke haraman.
4.Puasa yang disunahkan
Puasa yang disunahkan itu adalah pada hari-hari sepanjang tahun, kecuali hari-hari
yang dilarang untuk berpuasa. Tetapi ada hari-hari yang ditentukan. Diantaranya adalah
selama tiga hari setiap bulan. Yang lebih utamaadalah pada hari-hari putih. Hari-hari putih iu
adalah hari tiga belas, empat belas dan lima belas pada bulan arab.Diantaranya juga hari
Arafah, yaitu hari kesembilan pada bulan Dzulhijah, puasa Rajab, Sya’ban, setiap hari senin,
hari kamis, dan lain-lainnya secara panjang lebar.
5.Puasa yang dimakruhkan
Didalam buku Al-Fiqhu ‘ala Al-Madzahib Al-Arba’ah dijelaskan bahwa yang termasuk
puasa dimakruhkan adalah puasa pada hari jum’atdan hari sabtu. Begitu juga hari Anniruz
(hari awal tahun Arab). (Muhamad Jawad, 1994.217-223)
f.Hikmah Puasa
1. puasa membiasakan manusia agar takut terhadap Allah baik
secara raharsia maupun terang-terangan, dalam kesendirian maupun dalam
keramaian, sebab orang yang berpuasa tidak ada yang mengawasi
kecuali allah.
5
2. puasa menundukan keganasan hawa nafsu dan menjadikan diri
mampu menguasai sesuai syari’at,.
3. puasa membiasakan empati dan kasih sayang terhadap kaum fakir
miskin dan segera mamberiakn bantuan. Ia memperbaiki dirinya dengan
amal saleh.
4. puasa menghilangkan zat-zat merugikan yang mengendap dalam
tubuh, terutama dalam tubuh orang-orang yang terbiasa hidup mewah
karena mereka kurang aktivitas, meringankan bagian-bagian lembab
didalam tubuh yang membahayakan, membersihkan lambung racun,
mengeluarkan lemak yang sanagt berbahaya bagin hati.
5. sebagian eropa mengatakan, puasa satu bula penuh dalam setahun
menghilangkan sisa-sisa zat makanan yang tidak berguna yang
menggumpal
dalam tubuh selama satu tahun. Orang yang berpuasa akan merasa senang
dan tentram, tidak merasakan kegalauan dan kegelisahan dari gangguan
berbagai penyakit yang berbahaya.
6. puasa melatih kesabaran, dan kesabaran merupakan jalan menuju
takwa, Orang yang berpuasa, ketika menahan diri dari keinginan nefsu perut
dan kemaluan karena menjalankan perintah Allah, berarti tabah. Oleh
karena itu, ia dapat bmendapatkan kemuliaan dari Allah.”Sesungguhnya
hanya orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas.” (QS. Az-Zumar :100). (Azzam Abdul, Absul Wahab, 2010.440-444)
7.Melepaskan diri dari cengkraman kebiasaan
Pada umumnya orang tahu bahwa merokok itu nmerusak kesehatan, bahkan berbahaya
Akan tetapi mmenghentikan merokok bagi seorang yang telah mencandu baginya merokok,
apapun yang dikatakan padanayal,tidak akan mengubah kebiasaannya. Sebab merokok
baginya merokok baginya memberikan kenikmatan tertentu, apalagi bila merokok itu telah
dimulai sejak masa remaja.(Zakiah, 1996.46)
6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Puasa dibulan suci Ramadhan adalah merupakan rukun iislam yang ketiga, hukumnya
fardu ain bagi tiap muslim-muslimah yang sudah akil baligh. Yaitu disyariatkan pada tahun
kedua Hijriyah sesudah turunnya perintah shalat.Berdasarkan firman Allah SWT, dalam surat
Al-Baqarah ayat 183 dan berdasarkan sejarah, puasa bukanlah merupakan sesuatu yang baru.
Yaitu sama tuanya denagn sejarah manusia itu sendiri. Dalam sejarah agama-agama besar,
puasa merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat fundamental dan urgent, karenanya
Allah telah mewajibkan puasa kepada umat terdahulu dimana kepada mereka diutus Rasul-
rasul-Nya.
Sebagaimana arti kata puasa dalam bahasa Arab “shaumun”, artinya menahan diri dari
segala sesuatu, maka berdasarkan dari kata asalnya, Nabi telah meletakkan nilai yang
sebenarnya tentang puasa. Beliau bersabda :”bukanlah puasa itu sekedar menahan diri dari
makan dan minum, sesungguhnyaa puasa itu ialah mencegah diri dari segala perbuatan yang
tidak bermanfaat dan menjauhi perkataan yang kotor dan keji.
7
DAFTAR PUSTAKA