Anda di halaman 1dari 20

UNIT GAWAT DARURAT

1. Identifikasi Pasien :

1. Petugas UGD melakukan identifikasi pasien pertama kali secara verbal dengan menanyakan
nama dan tanggal lahir pasien saat pasien masuk ke UGD
2. Saat petugas admisi membawa status medis pasien ke UGD, petugas UGD kembali
melakukan cross cek identifikasi pasien dengan mencocokkan dengan berkas status medis
pasien.
3. Saat pemasangan gelang identifikasi, petugas UGD sekali lagi mencocokkan gelang
identifikasi pasien dengan berkas status medis dan dengan pasien sendiri.
4. Kalungkan Gelang Identifikasi tetap pada salah satu lengan pasien , jelaskan terlebih
dahulu apa maksud dan kegunaan pemasangan gelang identifikasi tersebut kepada pasien.
5. Pastikan bahwa Gelang Identifikasi pasien terdiri dari Nama, Tanggal Lahir dan Nomor
Rekam Medis. Tulisan pada gelang identifikasi terlihat jelas dan bisa dibaca.
6. Gelang Identifikasi pasien dipasang pada lengan pasien oleh petugas setelah pasien sudah di
daftarkan oleh bagian rekam medis dan telah mendapatkan nomor rekam medis.
7. Pasien yang mendapatkan tindakan medis segera atau pemeriksaan penunjang segera yang
mendahului pendaftaran pasien akan diberi tanda pengenal sementara dalam bentuk stiker
dan ditempel pada salah satu lengan pasien kecuali jika tindakan medis dilakukan pada
kedua lengan pasien atau tidak memungkinkan untuk ditempel pada lengan pasien maka
stiker boleh ditempel di bagian tubuh lain pasien
8. Tentukan tingkat kesadaran pasien (Sadar / Tidak sadar).
9. Jika Tidak sadar, Identifikasi orang yang membawa pasien (Kenal/Tidak kenal) dengan pasien
10. Jika Tidak kenal, cari identitas pasien dari pakaian atau barang milik pasien yang ada (KTP,
SIM, HP dll)
11. Jika tidak ada identitas yang ditemukan maka pasien dimasukkan dalam kategori pasien
Terlantar
12. Pasien terlantar untuk Laki-laki diberi kode nama : Terlantar X1 dst, untuk perempuan diberi
kode nama : Terlantar Y1 dst , untuk tanggal lahir cukup diberi perkiraan usia pasien.
13. Warna Gelang mengikuti SPO identifikasi pasien
14. Perkenalkan diri sebelum memasang gelang identifikasi kepada pasien atau keluarga pasien
15. Cek ulang gelang identifikasi pasien setiap melakukan pemeriksaan, pemberian obat, cairan,
transfusi darah dan tindakan medis kepada pasien

2. Komunikasi Efektif

A. PERAWAT/BIDAN KE DOKTER UGD

1. Pemeriksaan dan Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh petugas di UGD disampaikan
baik secara verbal atau verbal via telpon ke dokter Jaga UGD.
2. Hasil pemeriksaan dan Asuhan keperawatan ditulis dalam status keperawatan dan
disampaikan kepada dokter UGD.
3. Dokter UGD wajib membaca ulang pemeriksaan dan Asuhan Keperawatan yang telah
dilakukan dan dibuat oleh petugas dan selanjutnya melakukan konfirmasi ulang kepada
petugas yang membuat asuhan keperawatan.
4. Stempel dan tanda tangan pemberi dan penerima pesan hasil pemeriksaan asuhan
keperawatan wajib dilampirkan sebagai bukti telah dilakukan komunikasi efektif

B. PETUGAS RADIOLOGI/LAB/PERAWAT KE DOKTER UGD

1. Dokter UGD yang meminta untuk dilakukan pemeriksaan diagnostik pasien kepada petugas,
menulis permintaan tersebut secara tertulis menggunakan formulir permintaan pemeriksaan
diagnostik.
2. Petugas yang mendapat perintah untuk melakukan pemeriksaan diagnostik pasien membaca
dan melakukan konfirmasi ulang kepada pemberi perintah (dokter UGD)
3. Stempel dan tanda tangan pemberi dan penerima pesan pemeriksaan diagnostik
dilampirkan di status Rekam Medis pasien sebagai bukti telah dilakukan komunikasi efektif
4. Setelah dilakukan Pemeriksaan Diagnostik oleh petugas (Radiologi,Lab,Perawat) . Hasil
Pemeriksaan Diagnostik tersebut disampiakan kembali oleh petugas secara verbal atau
verbal via telepon atau secara tertulis ke Dokter UGD
5. Pemeriksaan diagnostik ditulis dalam status keperawatan atau dalam berkas hasil
pemeriksaan dan disampaikan kepada dokter UGD
6. Pemeriksaan diagnostik pasien yang didapatkan hasilnya telah melewati batas nilai kritis
(Nilai Besaran Kritis sudah ditetapkan RS) segera dilaporkan oleh petugas ke dokter UGD
tanpa menunggu selesainya seluruh pemeriksaan diagnostik baik dilakukan secara verbal
maupun secara verbal via telepon.
7. Dokter UGD membaca ulang hasil pemeriksaan kritis tersebut dan dikonfirmasi oleh pemberi
pesan.
8. Pelaporan hasil nilai kritis pemeriksaan diagnostik ditulis secara lengkap pada formulir
Permintaan Pemeriksaan diagnostik sebelumnya atau pada lembar Status Keperawatan ,
ditandatangani dan distempel sebagai bukti telah dilakukan komunikasi efektif dan
dilampirkan pada status Rekam medis Pasien.

C. DOKTER UGD KE DPJP

1. Dokter UGD melaporkan hasil pemeriksaan pasien secara lengkap kepada DPJP baik secara
verbal maupun secara verbal via telepon.
2. DPJP memberikan instruksi kepada dokter UGD setelah mendapatkan informasi hasil
pemeriksaan dari dokter UGD
3. Dokter UGD membaca ulang instruksi DPJP dan DPJP melakukan konfirmasi atas instruksi
yang disampaikan tersebut.
4. Dokter UGD mencatat semua instruksi DPJP pada lembar Rekam Medis pasien secara
lengkap, di tanda tangan dan di beri stempel
5. DPJP membaca ulang instruksi yang telah disampaikan tersebut pada rekam medis pasien
saat visit pertama kali dan membubuhkan tandatangan dan stempel pada lembar rekam
medis tersebut sebagai bukti telah dilakukan komunikasi efektif
6. Dokter UGD segera melaporkan hasil pemeriksaan nilai kritis ke DPJP segera setelah
menerima hasil pemeriksaan diagnostik dari petugas yang berwenang baik secara verbal
atau secara verbal via telepon.
7. Pelaporan hasil pemeriksaan nilai kritis tersebut di catat dalam berkas CPPT secara lengkap
dan dibubuhi tandatangan dan di cap stempel sebagai bukti telah dilakukan komunikasi
efektif. Langkah selanjutnya kembali mengikuti langkah langkah instruksi sebelunya seperti
diatas (mulai dari langkah pada point nomor 2)

D. PERAWAT/BIDAN KE PASIEN

1. Petugas UGD memeriksa atau melakukan tindakan/pemberian obat kepada pasien


2. Sebelum memeriksa atau melakukan tindakan/pemberian obat, petugas UGD mengucapkan
salam kepada pasien/keluarga dan memperkenalkan diri dan meminta izin kepada
pasien/keluarga
3. Petugas mengecek identifikasi pasien pada gelang identifikasi dan melakukan kroscek baik
kepada pasien/keluarga maupun dengan melihat status rekam medis pasien
4. Petugas menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan atau tindakan/pemberian obat
kepada pasien
5. Petugas memberi kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya/berdiskusi

E. DOKTER UGD/DPJP KE PASIEN

1. Dokter memeriksa atau melakukan tindakan/pemberian obat kepada pasien


2. Sebelum melakukan pemeriksaan atau melakukan tindakan/pemberian obat kepada pasien
terlebih dahulu dokter memperkenalkan diri dan meminta izin kepada pasien/keluarga
3. Dokter mengecek identifikasi pasien pada gelang identifikasi dan melakukan kroscek baik
kepada pasien/keluarga maupun dengan melihat status rekam medis pasien
4. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menjelaskan hasil pemeriksaan tersebut kepada
pasien yang dituangkan dalam berkasi rekam medis pasien (formulir pemberian informasi).
Pasien/Keluarga diminta untuk menandatangani bukti pemberian informasi tersebut
5. Jika akan dilakukan pemeriksaan diagnostik, dokter menjelaskan kepada pasien/keluarga
maksud dan tujuan akan dilakukan pemeriksaan diagnostik tersebut
6. Jika akan dilakukan tindakan atau pemberian obat, dokter menjelaskan kepada pasien
maksud, tujuan dan prosedur serta efek yang mungkin timbul atas tindakan tersebut
7. Untuk Tindakan medis atau Pemberian obat yang beresiko mengancam jiwa pasien (Lihat
Daftar Tindakan yang memerlukan Informed Consent), dokter menjelaskan kepada pasien
secara detail dan meminta persetujuan kepada pasien/keluarga. Persetuan tersebut
dituangkan dalam formulir Informed Consent
8. Untuk Tindakan atau Pemberian Obat yang tidak mengancam jiwa pasien, dokter
menjelaskan kepada pasien secara detail dan meminta persetujuan kepada pasien/keluarga.
Persetuan tersebut dituangkan dalam formulir General Consent
9. Setelah pemeriksaan, dokter memberi kesempatan kepada pasien/keluarga untuk bertanya
atau berdiskusi
10. Semua pemeriksaan, tindakan medis maupun pemberian obat dituangkan dalam formulir
pemberian informasi (lihat point 4)

3. High Alert Medication

A. PERMINTAAN OBAT UGD KE GUDANG FARMASI


1. Petugas UGD melakukan inventarisasi Obat/Alkes yang dibutuhkan di UGD dan dicatat di
Buku Inventarisasi Obat UGD setiap pergantian shift Jaga UGD
2. Petugas UGD membuat permintaan obat ke Gudang Farmasi berdasarkan jumlah kebutuhan
obat yang diperlukan untuk stok obat UGD setelah menghitung kebutuhan obat dari hasil
inventarisasi obat UGD
3. Permintaan obat dicatat di formulir Permintaan obat yang dicek, disetujui dan
ditandatangani oleh Kepala Tim Jaga UGD shift Jaga Malam dan diserahkan ke Petugas
Apotik Shift Jaga Malam pada saat pagi hari jam.....
4. Petugas Apotik meneruskan formulir permintaan obat UGD tersebut ke Petugas Gudang
Farmasi Jaga Pagi besok paginya.
5. Setelah petugas gudang farmasi selesai menyiapkan obat kebutuhan UGD, petugas gudang
farmasi menelepon petugas ugd shift pagi untuk mengambil obat yang telah diminta
sebelumnya.
6. Petugas shift jaga pagi mengambil obat/alkes yang telah disiapkan petugas gudang farmasi
7. Petugas UGD melakukan inventarisasi Obat/Alkes yang diserahkan oleh petugas gudang
farmasi dan mencatat dilaporan inventarisasi obat stok UGD.
8. Serahterima obat dan konfirmasi ulang jumlah obat dan alkes dicatat dalam berkas serah
terima obat dan disimpan dalam tempat penyimpanan berkas RS

B. PENYIMPANAN OBAT

1. Tempat penyimpanan obat di UGD telah disiapkan oleh RS


2. Obat di simpan di dalam box-box penyimpanan yang diatur berdasarkan atas data spesifik
sesuai dengan regulasi dan kemudian diberi LABEL
3. Box-box obat yang tergolong NORUM dipisahkan agak jauh satu sama lain. Box obat
NORUM atau HIGH ALERT diberi Label khusus dengan huruf cetak, warna jelas,
dan label cetakan
4. Label khusus pada obat Norum di beri warna....................
5. Label khusus pada obat HIGH ALERT diberi warna..........
6. Obat –obat High Alert disimpan di lemari khusus/brankar obat yang ada kuncinya. Kunci
lemari untuk high alert di UGD dibawah tanggung jawab Ketua Tim Shift Jaga dan saat
pergantian shift jaga dilakukan serah terima kunci dan dicatat dalam buku serah terima
kunci penyimpanan obat High Alert.
7. Obat-obat yang diterima dari Gudang Farmasi kemudian dipilah pilah untuk ditempatkan ke
box masing masing
8. Petugas UGD terlebih dahulu mengecek label dari tiap tiap obat dan disimpan di tempat
yang seharusnya
9. Petugas UGD mengenali label untuk obat HIGH ALERT dan label obat untuk obat NORUM
10. Obat yang sudah dimasukkan dalam box-box penyimpanan segera diinventarisasi ulang.
11. Inventarisasi ulang di tulis pada form inventarisasi obat UGD dan ditandatangani oleh
petugas ugd dan PJ Shift jaga

C. PENYIAPAN DAN PENGGUNAAN OBAT NORUM DAN HIGH ALERT

1. Dokter di UGD meminta kepada petugas agar menyiapkan obat yang akan di berikan untuk
pasien
2. Dokter mengingatkan kepada petugas bahwa obat yang diberikan kemungkinan NORUM
atau termasuk kategori HIGH ALERT
3. Petugas mengecek pada Label box obat atau pada daftar obat UGD apakah obat yang
dimaksud masuk kategori NORUM atau HIGH ALERT
4. Setelah obat yang dimaksudkan sudah disiapkan, Petugas mencatat pada CPPT obat yang
akan diberikan tersebut dan melakukan konfirmasi ulang kepada dokter jaga UGD sebelum
diberikan kepada pasien
5. CPPT pemberian obat dibubuhi tandatangan dan baik oleh pemberi pesan (Dokter) maupun
oleh penerima pesan (Perawat/Bidan)
6. Khusus untuk obat HIGH ALERT, saat menyiapkan obat petugas yang menerima perintah
wajib untuk melakukan konfirmasi kepada petugas lain tentang obat yang akan diberikan.
7. Saat pergantian jaga shift, petugas UGD melakukan inventarisasi obat kembali dan
dilaporkan kepada PJ Shift Jaga UGD

D. PENGELOLAAN ELEKTROLIT KONSENTRAT

1. Dokter UGD/DPJP mengeluarkan resep Elektrolit Konsentrat (LIHAT DAFTAR ELEKTROLIT


KONSENTRAT)
2. Petugas UGD membawa resep obat tersebut ke bagian farmasi
3. Petugas Farmasi mengecek resep obat yang dibuat oleh dokter
4. Petugas Farmasi menyiapkan Elektrolit Konsentrat yang sudah diracik/dilarutkan sesuai
dengan resep dokter yang diminta dan untuk sekali pakai
5. Elektrolit Konsentrat yang sudah siap, diberi label nama obat, jumlah, konsentrasi, dan
tanggal kadaluarsa
6. Larutan Elektrolit Konsentrat yang sudah siap diberikan kepada petugas UGD yang meminta
7. Cairan Larutan Elektrolit Konsentrat dibawa oleh petugas UGD untuk diberikan kepada
pasien
8. Cairan larutan Elektrolit Konsentrat di cek ulang oleh dokter yang meminta sebelum
diberikan kepada pasien
9. Elektrolit konsentrat umumnya hanya digunakan sekali pakai
10. Elektrolit Konsentrat yang tidak digunakan atau sisa tidak disimpat di ruang UGD tetapi
langsung dikembalikan oleh petugas UGD ke bagian Farmasi.
11. Formulir berita acara pengembalian elektrolit konsentrat yang tersisa diisi dan dibubuhi
tandatangan oleh petugas UGD dan bagian Farmasi dan di beri tanggal, jam waktu
pengembalian.

4. Hand Higiene

1. Petugas UGD melakukan 6 langkah cuci tangan saat memeriksa pasien dan saat selesai
memeriksa pasien
2. Jika kontak dengan lingkungan sekitar pasien masih dalam satu rangkaian pemeriksaan maka
petugas tidak perlu melakukan cuci tangan lagi
3. Jika tindakan antiseptik masih dalam satu rangkaian dengan pemeriksaan maka petugas
tidak perlu melakukan cuci tangan lagi
4. Jika Kontak dengan lingkungan sekitar pasien tidak dalam satu rangkaian dengan
pemeriksaan maka petugas wajib melakukan 6 langkah cuci tangan
5. Petugas UGD melakukan 6 langkah cuci tangan saat terkena cairan tubuh pasien
6. Jika petugas selesai melakukan langkah cuci tangan setelah habis memeriksa pasien maka
petugas tidak perlu melakukan langkah cuci tangan lagi untuk pemeriksaan pasien
berikutnya jika interval waktu tidak lebih dari 15 menit dan petugas tidak sedang kontak
dengan lingkungan sekitar pasien atau tidak terkena cairan tubuh pasien.

5. Resiko Jatuh Pasien

1. Petugas UGD melakukan assesmen awal secara verbal atas pasien yang datang melalui UGD
2. Petugas segera menilai kondisi pasien. Pasien Sadar, Setengah Sadar, Tidak Sadar
3. Jika pasien tidak sadar, maka petugas segera melakukan prosedur pemindahan pasien ke
brankar UGD
4. Jika pasien setengah sadar atau dalam status gangguan fungsional seperti gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan atau perubahan status kognitif maka petugas segera
membantu pasien jika memungkinkan menggunakan kursi roda, jika tidak memungkinkan
gunakan brankar. Petugas melakukan prosedur pemindahan pasien ke kursi roda atau
brankar
5. Untuk pasien sadar, petugas melakukan assesmen tentang riwayat jatuh pasien, konsumsi
obat tertentu atau konsumsi Alkohol
6. Gunakan score penilaian resiko jatuh pasien untuk menilai tingkat resiko jatuh pasien (LIHAT
FORMULIR RESIKO JATUH PASIEN)
7. Saat pasien dipindahkan dari ruang UGD ke ruangan rawat inap, identifikasi lokasi atau
situasi lingkungan RS yang beresiko terjadi resiko cedera akibat jatuh
8. Jika petugas kesulitan memindahkan pasien dari lingkunga atau dari lokasi RS yang sulit
misalnya ke lantai 2 maka petugas sebaiknya meminta bantuan petugas lain misalnya
sekuriti dll

6. Skrining Pasien

A. PASIEN MASUK RS LEWAT UGD

1. Pasien yang datang melalui pintu Unit Gawat Darurat RS segera diterima oleh petugas
UGD/Petugas Triase RS
2. Petugas UGD/TRIASE melakukan penilaian awal secara verbal tentang situasi dan
kondisi pasien,
(1) Cara datang : datang sendiri atau datang dengan diantar oleh keluarga/family,
teman, tenaga kesehatan, polisi, orang lain dll
(2) Kondisi saat datang :
a) Pasien Sadar
1. JALAN BIASA TANPA TERLIHAT EKSPRESI SAKIT

2. JALAN SENDIRI DENGAN EKSPRESI TAMPAK SAKIT

3. JALAN SENDIRI DENGAN BANTUAN (DI PAPAH, DIGENDONG) DENGAN ATAU TANPA
EKSPRESI SAKIT

4. MEMERLUKAN BANTUAN KURSI RODA


5. MEMERLUKAN BANTUAN BRANKAR

6. MEMAKAI ALAT BANTU (OKSIGEN, INFUS DLL)

7. PENGANTAR TAMPAK PANIK, GELISAH , TERGESA GESA

b) Pasien Tidak Sadar


1. Tampak Gelisah
2. Tidak bergerak atau hanya diam
3. Petugas UGD/Triase RS segera melakukan evakuasi dan penilaian Triase kepada
pasien untuk menilai kebutuhan medisnya, darurat atau tidak
4. Petugas Triase menilai kondisi pasien dan membagi pasien menjadi 2 kategori yaitu
Emergency dan Non emergency. Kategori Emergency terdiri dari
I. RESUSITASI
II. EMERGENSI
III. URGENT
5. Kategori resusitasi akan ditempatkan di bed Resusitasi, kategori Emergency dan Urgency di
tempatkan di bed Semi Resusitasi
6. PASIEN KATEGORI RESUSITASI
 Dokter UGD menghubungi petugas Code Blue RS untuk melakukan prosedure
resusitasi
 Prosedur Resusitasi dijelaskan di SPO Prosedur Resusitasi
7. PASIEN KATEGORI EMERGENSI
 Dokter UGD melakukan tindakan emergensi sesuai prosedur Emergensi
 Prosedur Emergensi dijelaskan di SPO Prosedur Emergensi
8. PASIEN KATEGORI URGENSI
 Dokter UGD melakukan pemeriksaan dan tindakan urgensi sesuai prosedur Urgensi
 Prosedur Urgensi dijelaskan di SPO Prosedur Urgensi
9. Kategori Non emergency terdiri dari
I. NON URGENSI
II. FALSE EMERGENCY
10. Kategori Non Urgensi dan False Emergency ditempatkan pada bed non resusitasi
11. PASIEN KATEGORI NON URGENSI
 Dokter UGD melakukan pemeriksaan dan tindakan sesuai prosedur pasien kategori
Non Urgensi
 Dokter IGD melakukan penilaian dan melakukan observasi pada pasien Non Urgent
maksimal 6 jam dan memutuskan apakah kebutuhan pasien di rawat inap atau cukup
rawat jalan
 Prosedur Pasien kategori Non Urgensi dijelaskan di SPO Prosedur Non Urgensi
12. PASIEN KATEGORI FALSE EMERGENSI
 Dokter UGD melakukan pemeriksaan dan tindakan sesuai prosedur pasien kategori
False Emergensi
 Dokter UGD melakukan penilaian dan melakukan observasi pada pasien False
Emergency maksimal 1 jam dan memutuskan apakah kebutuhan pasien di rawat inap
atau cukup rawat jalan
 Prosedur Pasien kategori False Emergensi dijelaskan di SPO Prosedur False Emergensi
13. Setelah melakukan penilaian, pemeriksaan tes diagnostic minimal dan tindakan medis,
dokter UGD segera menentukan kebutuhan pasien
14. Semua proses penilaian, pemeriksaan tes diagnostic minimal dan tindakan medis, dokter
UGD tetap melakukan koordinasi dengan DPJP terkait
15. Pasien kategori Resusitasi yang sudah dilakukan tindakan resusitasi dan stabilisasi segera di
lakukan prosedur pemindahan ke ruang intensive (ICU, HCU, NICU, PICU)
16. Pasien kategori Emergensi yang sudah dilakukan tindakan emergensi dan stabilisasi segera
dilakukan prosedur pemindahan ke ruang intensive atau ruang ranap non intensive sesuai
hasil penilaian medis
17. Pasien kategori Urgensi yang sudah dilakukan tindakan emergensi dan stabilisasi segera
dilakukan pemindahan ke ruang rawat inap non intensive atau HCU
18. Pasien kategori Non Urgensi yang sudah dilakukan pemeriksaan dan penangan segera
dilakukan pemindahan ke ruang rawat inap jika hasil perkembangannya tidak menunjukkan
perbaikan. Jika sebelum 6 jam menunjukkan tanda tanda perbaikan maka dokter UGD
menganjurkan rawat jalan
19. Pasien kategori False Emergensi yang sudah dilakukan pemeriksaan dan penanganan, dokter
ugd cukup menganjurkan rawat jalan jika tidak perlu dilakukan observasi. Jika dilakukan
observasi dalam 1 jam tidak menunjukkan tanda perbaikan, pasien di observasi kembali
sampai 6 jam mengikuti kategori pasien non Urgensi
20. Semua proses triase pasien di masukkan dalam berkas rekam medis pasien baik dalam status
Asuhan Medis pasien maupun dalam status Asuhan Keperawatan (dijelaskan dalam standar
operasional tersendiri)
21. Petugas UGD melakukan penilaian atas semua kebutuhan pasien dan di tulis dalam Formulir
Kebutuhan Pasien
22. Jika hasil penilaian kebutuhan pasien ditemukan bahwa pasien butuh ruang ICU atau HCU
dan ICU/HCU RS tidak memungkinkan untuk pasien karena alasan antara lain : Penuh, Alat
Rusak, Dalam Perbaikan, Dokter Penanggung jawab tidak ada dll maka dokter UGD segera
melakukan prosedur rujuk pasien ke RS lain (Prosedur Rujuk dijelaskan dalam standar
tersendiri)
23. Jika hasil penilaian kebutuhan pasien ditemukan bahwa pasien butuh penangan khusus
seperti Hemodialialisa dan Unit Hemodialisa RS tidak memungkinkan untuk pasien karena
alasan antara lain: Penuh, Alat Rusak, Dlam Perbaikan, DPJP tidak ada dll maka dokter UGD
segera melakukan prosedur rujuk pasien ke RS lain (Prosedur Rujuk dijelaskan dalam standar
tersendiri)
24. Jika hasil penlaian kebutuhan pasien ditemukan bahwa pasien butuh ruang isolasi atau ruang
rawat inap biasa dan RS tidak memungkinkan untuk menyediakan karena alasan antara lain:
Penuh, ruangan dalam perbaikan atau DPJP tidak masuk, cuti dll maka dokter UGD segera
melakukan prosedur rujuk pasien ke RS lain (prosedur Rujuk dijelaskan dalam standar
tersendiri)
25. Jika hasil penilaian kebutuhan pasien ditemukan bahwa pasien butuh dokter spesialis
tertentu dan RS tidak memiliki dokter spesialis yang dimaksud maka dokter ugd segera
melakukan prosedur rujuk pasien ke RS lain (Prosedur Rujuk dijelaskan dalam standar
tersendiri)
26. Jika hasil penilaian kebutuhan pasien ditemukan bahwa pasien butuh pemeriksaan
diagnostik tertentu yang tidak ada di RS maka dokter UGD segera melakukan prosedur
pemeriksaan diagnostik di tempat lain jika memungkinkan tergantung kondisi pasien dan
kemampuan finansial pasien (Prosedur Pemeriksaan Diagnostik dijelaskan dalam standar
prosedur tersendiri)

B. PASIEN DI LUAR RUMAH SAKIT

1. Petugas UGD menerima telpon dari luar RS yang meminta pertolongan segera (Emergensi)
2. Petugas UGD menanyakan lokasi pasien.
3. Petugas menanyakan identitas pasien antara lain : Usia, Jenis Kelamin
4. Petugas menanyakan kondisi pasien : Sadar atau Tidak Sadar
5. Petugas UGD menanyakan apakah kasus trauma, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja,
Serangan jantung, Keracunan atau kasus darurat kebidanan
6. Petugas segera menilai kebutuhan pasien. Petugas mengecek ketersediaan tempat tidur di
ruang UGD dan jika pasien tidak sadar petugas mengecek ketersediaan tempat tidur ruang
ICU/HCU, DPJP terkait dan DPJP ICU/HCU
7. Petugas juga mengecek kesiapan mobil ambulans, ketersediaan alat resusitasi, dan obat –
obat yang diperlukan untuk tindakan emergensi dilokasi kejadian
8. Jika semua kebutuhan dapat dipenuhi RS maka petugas UGD menghubungi sopir ambulance
untuk melakukan penjemputan pasien
9. Petugas melakukan penjemputan pasien di lokasi kejadian
10. Jika RS tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien, maka petugas menyarankan untuk
menelepon RS lain yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap

C. PASIEN EMERGENSI RENCANA RUJUK DARI KLINIK ATAU RS LAIN

1. Petugas UGD menerima rujukan via telepon dari klinik/RS lain yang dirujuk karena
kebutuhan pasien tidak terpenuhi di klinik/RS tersebut
2. Petugas menanyakan identitas pasien antara lain : umur, jenis kelamin
3. Petugas menanyakan kondisi pasien: kesadaran (Sadar/tidak), Kasus trauma/kecelakaan lalu
lintas, Penyakit jantung, Kasus Darurat Kebidanan.
4. Petugas menanyakan tujuan rujukan ke dokter spesialis apa atau untuk tujuan pemeriksaan
apa
5. Petugas segera menilai kebutuhan pasien. Petugas mengecek ketersediaan tempat tidur di
ruang UGD dan jika pasien tidak sadar petugas mengecek ketersediaan tempat tidur ruang
ICU/HCU, DPJP terkait dan DPJP ICU/HCU
6. Jika semua kebutuhan pasien dapat dipenuhi RS maka petugas UGD mengizinkan untuk
menerima rujukan tersebut.
7. Jika RS tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien, maka RS segera menganjurkan agar pasien
dirujuk ke RS lain yang fasilitasnya lebih lengkap

7. Pendaftaran Pasien

A. PROSES PENERIMAAN PASIEN UGD KE RUANG RAWAT INAP

1. Dokter UGD melakukan konsultasi medis ke Dokter penanggung Jawab (DPJP/Dokter


Spesialis) tentang kondisi pasien di UGD
2. DPJP membuat pertimbangan medis sesuai informasi yang disampaikan oleh dokter UGD
agar pasien di rawat inap
3. Dokter UGD mencatat instruksi DPJP dan Terapi Lanjutan yang sudah diberikan di UGD dan
menginventaris kebutuhan pasien untuk rawat inap
4. Petugas UGD meminta pihak pasien (keluarga /penanggung jawab) untuk pendaftaran rawat
inap ke bagian admisi RS
5. Setelah kebutuhan ruangan rawat inap terpenuhi, petugas admisi meminta keluarga pasien
kembali ke ruang UGD dengan membawa berkas formulir rawat inap dan berkas lain yang
dibutuhkan
6. Dokter UGD memberikan instruksi kepada petugas UGD/Perawat untuk menelpon petugas
ruang rawat inap untuk menyiapkan ruangan dan segala kebutuhan pasien di ruang rawat
inap
7. Waktu tunggu untuk mempersiapkan kebutuhan pasien diruang rawat inap berkisar antara
10-30 menit tergantung jenis dan banyaknya kebutuhan yang ingin disiapkan
8. Setelah petugas ruang rawat inap selesai menyiapkan tempat ruang rawat inap, petugas
ruang rawat inap menelpon ke bagian IGD untuk segera memindahkan pasien ke ruang
rawat inap dengan menyebutkan nama ruangan yang telah disiapkan
9. Petugas IGD segera mempersiapkan proses pemindahan pasien, melengkapi berkas berkas
yang diperlu dibawa dan mengecek alat-alat kesehatan yang terpasang pada pasien (infus,
oksigen,kateter dll)
10. Pemilihan jenis alat transportasi /pemindahan pasien rawat inap sesuai petunjuk KRITERIA
RESIKO JATUH PASIEN
11. Setelah sampai di ruang rawat inap, petugas IGD dan petugas Ruang rawat Inap menuju ke
ruang rawat inap pasien. Petugas IGD melakukan serah terima pasien kepada petugas rawat
inap.
12. Petugas UGD menjelaskan kondisi pasien, apa-apa saja yang sudah dilakukan dan instruksi
dokter yang harus dipenuhi
13. Serah terima pasien dari UGD ke Petugas Rawat Inap ditulis dan ditandatangani oleh kedua
belah pihak dan dilampirkan di berkas rekam medis

B. OBSERVASI PASIEN DI UGD

1. Dokter UGD menetapkan kriteria triase pasien


2. Dokter UGD melakukan observasi pasien setelah melakukan pemeriksaan dan tindakan
medis kepada pasien
3. Dokter UGD melakukan stabilisasi pasien setelah melakukan penanganan pertama
4. Observasi dilakukan tiap 5 – 15 menit sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya. Hal-
hal yang perlu diobservasi :
(a) Keadaan umum pasien
(b) Kesadaran pasien
(c) Airway (Jalan napas)
(d) Tanda – tanda vital
5. Observasi pasien ditulis dalam berkas CPPT pasien di status rekam medis pasien
6. Dari hasil triase, dokter UGD menetapkan kriteria triase pasien dan berapa lama pasien di
observasi di UGD
7. Observasi kepada pasien di IGD dilakukan maksimal dalam waktu :
 Pasien dengan level I (RESUSITASI) , setelah dilakukan penanganan/observasi maka
akan diputuskan 30 menit – 1 jam masuk ke ruang perawatan ICU, dan NICU
 Pasien dengan level II (EMERGENSI) setelah dilakukan penanganan maka akan
diputuskan 1-2 jam masuk ke ruang rawat inap baik dewasa ataupun anak
 Pasien dengan level III (URGENSI) setelah dilakukan penanganan maka akan
diputuskan 2-4 jam pasien boleh pulang atau rawat inap
 Pasien dengan level IV (NON URGENSI) setelah penanganan oleh dokter akan
diobservasi maksimal 6 jam, jika sebelum 6 jam ada perbaikan pasien boleh
dipulangkan sebagai pasien rawat jalan
 Pasien dengan level V (FALSE EMERGENSI) setelah penanganan oleh dokter akan
diobservasi maksimal 1 jam, jika sebelum 1 jam ada perbaikan pasien boleh
dipulangkan sebagai pasien rawat jalan, jika belum ada perbaikan setelah 1 jam
dilanjutkan obervasi 6 jam dan mengikuti kriteria pasien NON URGENSI
8. Apabila dalam masa observasi keadaan pasien memburuk maka petugas yang melakukan
observasi akan melaporkan kepada Dokter UGD.
9. Dokter UGD melakukan Re-Assessment terhadap kondisi pasien.
10. Dokter UGD tetap berkoordinasi dengan Konsulen Penanggung jawab Profesi (Dokter
Spesialis) sesuai dengan kasus penyakitnya

C. PENGELOLAAN PASIEN UGD JIKA UNIT YANG DITUJU PENUH/TIDAK TERSEDIA TEMPAT TIDUR

1. Petugas UGD menelepon bagian admisi rawat inap untuk menanyakan ketersediaan tempat
tidur. Untuk pasien umum, petugas UGD terlebih dahulu menanyakan ke pihak pasien kelas
ruangan yang diinginkan.
2. Bagian Admisi menelepon balik ke UGD (petugas UGD) tentang informasi ketersediaan
tempat tidur.
3. Jika tempat tidur yang diharapkan masih penuh maka petugas UGD melaporkan kepada
dokter UGD yang sedang bertugas tentang hal tersebut
4. Dokter UGD menerangkan kepada pihak pasien tentang ruangan penuh dan akan
mengusahakan secepatnya pindah ke ruangan jika ada tempat tidur yang kosong.
5. Dokter UGD menerangkan kepada pasien bahwa selama menunggu tersedianya ruangan
dengan tempat tidur yang kosong maka pasien akan dirawat di ruang rawat sementara di
UGD dengan tetap mengikuti prosedur perawatan tingkat lanjut layaknya rawat inap.
6. Setelah memberi penjelasan, pihak pasien diminta untuk menandatangani persetujuan
perawatan di ruangan rawat sementara di UGD
7. Jika pasien menolak di rawat inap sementara di ruang UGD RS maka dokter UGD wajib
menganjurkan untuk pindah ke RS lain yang memiliki ruangan rawat inap yang setara yang
masih tersedia di RS lain
8. Dokter UGD melengkapi berkas medis yang dibutuhkan untuk proses transfer pasien, dan
menyiapkan apa apa saja yang perlu disiapkan.
9. Petugas UGD menelepon ke UGD RS yang dituju setelah berdiskusi dengan pihak pasien RS
mana yang dipilih.
10. Dokter UGD/Petugas UGD menjelaskan pada petugas UGD/dokter jaga RS yang dituju
tentang rencana transfer pasien dengan alasan Ruang Rawat Inap Penuh dan memilih untuk
pindah ke RS lain.
11. Dokter UGD/Petugas IGD menyampaikan kondisi medis pasien kepada pihak RS yang dituju
12. Jika RS yang dituju menyatakan bahwa ruangan yang dibutuhkan pasien dalam keadaan
penuh maka dokter UGD segera menyampaikan ke pihak keluarga pasien alasan tersebut.
13. Dokter/Petugas UGD menawarkan ke pihak pasien untuk Rujuk ke RS lain. Jika pasien setuju
maka prosedur poin 11 diatas diulangi
14. Jika RS yng dihubungi semuanya telah penuh, maka dokter UGD menyarankan pihak pasien
agar tetap dirawat di RS di ruang rawat sementara sampai Ruang Rawat Inap yang
dibutuhkan tersedia.
15. Semua proses yang terjadi diatas ditulis dalam berkas medis, termasuk jam, waktu
16. Pihak pasien diminta untuk menandatangani persetujuan di rawat di Ruang rawat
sementara.
17. Jika pasien jadi di rujuk ke RS lain, Pihak keluarga pasien juga tetap diminta menandatangani
persetujuan pindah RS dengan alasan ruangan rawat inap penuh
D. PROSES PENERIMAAN PASIEN UGD KE RUANG INTENSIVE (HCU/ICU)

1. Setelah pasien stabil, dokter UGD menghubungi DPJP, dokter UGD melaporkan kondisi
pasien ke DPJP dan menjelaskan ke DPJP tentang kemungkinan pasien dirawat di Ruang
rawat HCU/ICU sesuai hasil triase di UGD dan sesuai kriteria Masuk ICU. Pertimbangan
masuk ICU juga bisa berasal dari pertimbangan medis DPJP setelah menerima laporan dari
dokter UGD tentang penilaian hasil triase
2. Petugas UGD menghubungi petugas ruang ICU untuk memastikan ketersediaan tempat
tidur.
3. DPJP wajib sudah datang dan memeriksa pasien tidak lebih dari satu jam setelah dihubungi
oleh dokter UGD
4. Setelah Dokter UGD selesai melakukan konsultasi ke DPJP, dokter UGD menghubungi dokter
penanggung jawab ICU (dokter Anestesi) untuk konsultasi sesuai arahan DPJP bahwa pasien
akan di masukkan ke Ruang HCU/ICU sesuai arahan DPJP berdasarkan hasil penilaian triase
pasien dan sesuai dengan kriteria masuk Ruang ICU/HCU
5. Petugas IGD menghubungi petugas Ruang ICU untuk persiapan transfer pasien ke Ruang
ICU/HCU
6. Petugas HCU/ICU menghubungi dokter Anestesi penanggung Jawab ICU/HCU
7. Dokter Penanggung Jawab ICU (Anestesi) wajib sudah datang dan memeriksa pasien tidak
lebih dari satu jam setelah di hubungi oleh dokter UGD
8. Setelah dokter penanggung jawab ICU (anestesi) mengizinkan masuk ICU sesuai
pertimbangan medis kriteria masuk ICU petugas UGD menghubungi ruang ICU untuk
mempersiapkan transfer pasien ke ruang ICU/HCU.
9. Petugas UGD mempersiapakan semua kebutuhan dan laporan transfer pasien sebelum di
transfer ke ICU,
10. Setelah petugas ICU selesai mempersiapkan kebutuhan pasien di ruang ICU sesuai arahan
DPJP Anestesi, petugas ICU/HCU menghubung petugas UGD untuk transfer pasien dari UGD
ke Ruang ICU/HCU
11. Setelah sampai di ruang ICU, petugas UGD melakukan serah terima pasien, berkas rekam
medis dan semua kebutuhan pasien yang dibawa sat transfer
12. Petugas UGD menjelaskan kondisi pasien, apa-apa saja yang sudah dilakukan dan instruksi
dokter yang harus dipenuhi
13. Serah terima pasien dari UGD ke Petugas ICU ditulis dan ditandatangani oleh kedua belah
pihak dan dilampirkan di berkas rekam medis.
8. Kesinambungan Pelayanan UGD dan Rencana Pemulangan pasien UGD

1. Pasien yang berobat ke UGD dengan kriteria Non Urgensi atau False Emergensi dipulangkan
rawat jalan oleh dokter UGD setelah observasi sudah menunjukkan tanda tanda perbaikan
2. Dokter UGD mengecek daftar penyakit di UGD yang butuh pelayanan berkesinambungan
(Lihat Daftar Penyakit Yang Butuh Pelayanan Berkesinambungan).
3. Jika penyakit pasien termasuk dalam kategori penyakit yang butuh pelayanan
berkesinambungan maka dokter UGD wajib menjelaskan kepada pasien rencana pengobatan
selanjutnya setelah pulang
4. Untuk kasus kasus trauma ringan dan luka luka, digigit binatang dibuatkan formulir kontrol
ulang untuk berobat kembali pada tanggal yang ditentukan atau jika memungkinkan dokter
UGD membuat surat rekomendasi kontrol ulang di klinik terdekat atau yang mudah dijangkau
oleh pasien. Khusus untuk pasien BPJS, dokter ugd membuat surat rujuk balik ke FKTP jika
memungkinkan untuk kontrol ulang cukup di FKTP asal
5. Untuk kasus kasus spesifik yang sifatnya tidak emergensi , dokter UGD membuat rujukan
rawat jalan ke Poliklinik Penyakit sesuai diagnosis penyakitnya. Khusus untuk pasien BPJS,
dokter UGD membuat rujukan rawat jalan ke Poliklinik sesuai diagnosis penyakit dan
dilampirkan dengan surat rujukan online dari BPJS

9. Rujukan Pasien

1. Dokter UGD melakukan penilaian triase pasien dan menentukan kebutuhan pelayanan
medis pasien. Jika dari hasil skrining pasien tidak memungkinkan di rawat di rs dengan
alasan antara lain: fasilitas pelayanan yang tidak memadai/tidak ada, tidak ada dokter
spesialis yang sesuai, ruangan penuh dll maka dokter ugd melakukan prosedur transfer
pasien ke rs lain atau merujuk ke RS lain
2. Informasikan kepada pasien/keluarga rencana merujuk pasien dan terangkan juga alasan
sehinggal pasien akhirnya di rujuk
3. Informasi alasan dan prosedur rujuk ke RS lain ditulis dalam berkas rekam medis pasien
4. Petugas UGD melakukan koordinasi dengan RS terkait sehubungan akan dilakukannya
Transfer Pasien yang meliputi :
 Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
 Diagnosa medis dan Riwayat Penyakit
 Keadaan umum pasien
 Dokter yang merawat
 Alasan pasien dipindahkan
5. Pastikan adanya tempat dan pelayanan yang dibutuhkan pasien
6. Jika RS yang dituju tidak dapat menerima karena alasan tidak dapat memenuhi kebutuhan
lanjut pasien (misalnya ruang penuh atau dokter yang dituju tidak tersedia, cuti atau
sedang berhalangan), maka petugas UGD mencari alternatif RS lain yang representatif
7. Jika RS yang dituju bersedia menerima rujukan pasien maka segera dilakukan prosedur
rujukan pasien
8. Periksa kelayakan kondisi pasien untuk ditransfer (oleh DPJP/ Dokter Anesthesi/ Dokter
IGD)
9. Tentukan SDM yang akan mendampingi pasien selama transfer dengan ketentuan sebagai
berikut:

 Pasien Level 0: Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat
biasa di unit/ rumah sakit yang dituju. Biasanya didampingi oleh petugas yang
memiliki kompetensi minimal kemampuan BLS
 Pasien Level 1: Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang
sebelumnya menjalani perawatan di High Care Unit (HCU); di mana
membutuhkan perawatan di ruang rawat biasa dengan saran dan dukungan
tambahan dari tim perawatan kritis. Biasanya didampingi oleh petugas yang
memiliki kompetensi & cara pemberian oksigen, sudah berpengalaman dalam
memberikan obat-obatan yang spesifik, dapat melakukan suction dan perawatan
tracheostomi bila memungkinkan
 Pasien Level 2: Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat,
termasuk penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-
operasi, dan pasien yang sebelumnya dirawat di HCU. Harus didampingi oleh
petugas yangmemiliki kompetensi BLS dan perawat yang mempunyai kompetensi
seperti pada level 1 ditambah dengan kompetensi: mempunyai pengalaman kerja 2
tahun merawat pasien kritis, dapat memberikan bantuan pernafasan menggunakan
ambu bag, dapat menggunakan defibrilator, dapat melakukan perawatan CVP
 Pasien Level 3: Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced
respiratory support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory support)
dengan dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-
pasien yang membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ. Harus
didampingi oleh petugas yang memiliki kompetensi seperti pada level 2 ditambah
dengan dokter yang memiliki kompetensi ACLS dan pengetahuan tentang panduan
monitor pasien saat transfer.

10. Siapkan peralatan yang harus disertakan saat transfer pasien, sesuai dengan kondisi
pasien berdasarkan Level yaitu:

 Pasien Level 0: Status rekam medis pasien, hasil pemeriksaanpenunjang (foto


rontgen, dll), formulir pemindahan antar ruangan yang sudah diisi dengan lengkap,
kursi roda/ tempat tidur
 Pasien Level 1: Semua peralatan yang disertakan pada level 0 ditambah dengan
tabung oksigen dan canul, standar infus, mesin suction dan pulse oximetri bila
memungkinkan
 Pasien Level 2: Peralatan yang disertakan pada level 1 ditambah dengan Monitor
EKG dan mesin defibrilator bila memungkinkan
 Pasien Level 3: Peralatan yang disertakan pada level 2 ditambah dengan alat bantu
pernafasan.
11. Hubungi petugas ambulan dan informasikan tentang rencana transfer pasien
12. Isi formulir Transfer/ Serah terima dengan lengkap
13. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien, sebelum pasien ditransfer oleh
perawat pendamping
14. Informasikan pada pasien dan keluarga saat pasien akan ditransfer dan sebutkan RS
rujukan yang akan di tuju
15. Antar pasien ke rumah sakit yang dituju
16. Monitor kondisi pasien (keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital) selama transfer
17. Catat hasil monitor kondisi pasien pada format Monitor Pasien
18. Lakukan serah terima dengan petugas (dokter/ perawat) rumah sakit yang dituju. Hal-hal
yang diserahterimakan adalah:
- Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
- Dokter yang merawat
- Diagnosa medis dan riwayat penyakit
- Keadaan umum, kesadaran dan hasil observasi tanda-tanda vital pasien
- Tindakan yang telah dilakukan
- Terapi yang telah diberikan (cairan infus, obat-obatan)
- Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan serta administrasinya (Laboratorium,
radiologi, dll, serta untuk follow up hasil pemeriksaan yang belum selesai)
- Alergi obat
- Rencana tindakan, pemeriksaan penunjang, terapi yang akan dilakukan/ dilanjutkan
serta administrasinya
- Status Rekam Medis Pasien
- Daftar barang pasien (bila pasien tidak ada keluarga)
- Informasi lain yang dianggap perlu
19. Tandatangani formulir serah terima
20. Kembalikan peralatan yang telah selesai dipakai saat transfer ke tempat semula

10. Hak Pasien dan Keluarga

A. HAK PASIEN ATAS AGAMA DAN KEYAKINAN AGAMA

1. Setiap petugas wajib mengidentifikasi agama atau kepercayaan yang dianut oleh pasien baik
ditanyakan langsung atau secara verbal dari kegiatan rohani yang dilakukan pasien atau
keluarga
2. Jika pasien atau keluarga meminta untuk dilakukan kegiatan kerohanian seperti pelayanan
doa dll yang berhubungan dengan kepercayaan pasien, maka petugas memberi izin untuk
dilakukan pelayanan kerohanian tersebut
3. Jika pasien meminta dilakukan pelayanan kerohanian dan meminta tolong petugas agar
dicarikan tenaga/ staf kerohanian, maka petugas segera berkoordinasi dengan staf
kerohanian RS untuk disediakan petugas kerohanian sesuai agama atau kepercayaan pasien
4. Petugas UGD segera menyiapkan formulir permintaan layanan kerohanian yang akan diisi
oleh pihak keluarga jika pasien meminta layanan kerohanian dari RS
5. Petugas UGD terlebih dahulu mengidentifikasi apakah pelayanan kerohanian dapat
dilakukan ditempat. Jika dapat dilakukan ditempat, petugas UGD wajib meminta izin kepada
pasien lain disekitar apakah dapat memahami hal tersebut
6. Jika ada pasien lain yang merasa terganggu kenyamanannya karena kegiatan pelayanan
kerohanian yang dilakukan pasien lain, maka petugas UGD mencari jalan keluar dengan cara
memindahkan pasien yang membutuhkan pelayanan kerohanian ke ruang khusus yang
cukup representatif dan tidak terkesan menggangu kenyamanan pasien lain disekitarnya

B. HAK PASIEN ATAS PRIVASI

1. Dokter UGD memberitahukan tata cara pemberian informasi kepada pasien


 Informasi medis hanya disampaikan kepada pasien (jika memungkinkan) atau
keluarga pasien yang diberi izin oleh pasien, kecuali jika pasien tidak sadar maka
penjelasan medis akan disampaikan ke pihak keluarga terdekat atau yang berperan
sebagai pihak penanggung jawab pasien.
 Pihak keluarga atau pihak lain yang diberi izin oleh pasien atau keluarga (atas
persetujuan pasien) wajib dicatat dalam formulir pemberian informasi.

2. Setelah memberikan penjelasan medis kepada pasien atau keluarga pasien yang telah
mendapat izin dari pasien (kecuali pasien tidak sadar), dokter UGD meminta pasien (jika
memungkinkan) atau keluarga pasien (yang telah diberi izin) untuk menandatangani bukti
pemberian informasi medis dan mengingatkan untuk membaca pernyataan bahwa segala
informasi tentang kesehatan pasien adalah rahasia dan kerahasiaan itu akan dijaga sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Jika ada pihak lain yang ingin mendapatkan informasi pasien, diambil foto atau direkam atau
di ikut sertakan dalam survei wawancara tentang penelitian, maka dokter ugd atau petugas
ugd wajib meminta izin kepada pasien (jika memungkinkan) atau keluarga pasien dan
menerangkan tujuan pihak lain meminta informasi medis pasien. Pihak lain yang mendapat
persetujuan atas informasi medis pasien wajib di tambahkan dalam formulir pemberian
informasi pasien sebagai pihak yang telah mendapatkan izin tentang informasi medis pasien.
4. Dokter UGD mengidentifikasi jenis pasien yang kemungkinan memerlukan privasi khusus
misalnya pasien dengan HIV/AIDS, TB PARU, Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), Kasus
Perkosaan/Pencabulan, Hamil diluar Nikah atau Penyakit Menular Seksual dan kasus
permintaan Visum et Repertum. Baik diindentifikasi secara verbal maupun berasal dari
permintaan privasi pasien sendiri. Dokter UGD dapat memberikan saran kepada pasien
apakah ingin menggunakan haknya untuk privasi khusus, atau tidak mengizinkan orang –
orang tertentu untuk mengetahui kondisi medisnya.
5. Jika pasien ingin menggunakan haknya secara khusus untuk privasi pada orang orang
tertentu, maka pihak pasien diminta mengisi formulir siapa siapa saja yang tidak diizinkan
untuk mendapatkan akses tentang informasi medis pasien.

C. HAK ATAS PERLINDUNGAN HARTA BENDA MILIK PASIEN

1. Petugas UGD menerangkan kepada pasien sadar yang tidak memungkinkan untuk menjaga
harta miliknya sendiri untuk mengamankan harta milik pasien. Jika pasien datang ditemani
oleh pihak keluarga atau orang yang dikenal maka atas izin pasien, harta benda milik pasien
akan diserahkan kepada pihak keluarga yang telah diberi izin. Jika memungkinkan
sebaiknya diserahkan di depan pasien
2. Jika pasien datang tanpa ditemani oleh pihak keluarga maka harta milik pasien akan
diamankan sementara oleh pihak RS sampai pihak keluarga datang atau orang terdekat yang
diberi izin oleh pasien untuk menyimpan harta milik pasien
3. Jika pasien datang tidak sadar atau dalam kondisi tidak memungkinkan untuk menjaga harta
miliknya, maka harta milik pasien akan diamankan sementara oleh pihak RS sampai pihak
keluarga datang atau orang terdekat yang sudah dipastikan benar adalah merupakan pihak
keluarga atau orang terdekat pasien atau saat pasien sadar dan pasien mengenali keluarga
atau orang dekatnya tersebut.
4. Jika harta milik pasien diamankan oleh petugas UGD, maka petugas UGD berkoordinasi
dengan sekuriti RS melakukan inventarisasi harta milik pasien. Jika pasien sadar, petugas
UGD atau sekuriti wajib melakukan konfirmasi ulang kepada pasien dan bukti formulir
inventarisasi harta milik pasien wajib ditandatangani oleh petugas UGD, sekuriti dan pasien
sadar. Jika pasien tidak sadar, maka bukti inventarsasi harta milik pasien cukup
ditandatangani oleh petugas UGD dan Sekuriti RS saja
5. Serah terima bukti inventarisasi Harta milik pasien kepada pihak keluarga wajib
ditandatangani juga oleh pihak penerima harta milik pasien saat serah terima
6. Petugas UGD atau sekuriti menyimpan harta milik pasien dalam lemari tempat
penyimpanan harta milik pasien yang dijaga dan dikunci.
7. Penanggung jawab lemari dan kunci lemari penyimpanan harta milik pasien harus
terindentifikasi dan terdaftar sebagai penanggung jawab lemari dan kunci lemari
penyimpanan harta milik pasien.

D. HAK ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK

1. Petugas UGD mengidentifikasi kelompok pasien beresiko tinggi yang tidak dapat melindungi
dirinya sendiri
2. Petugas UGD juga mengidentifikasi pasien pasien kasus kekerasan fisik akibat tauran,
kejahatan baik sebagai pelaku maupun sebagai korban, kekerasan seksual, kekerasan dalam
rumah tangga
3. Petugas berkoordinasi dengan petugas sekuriti agak mengawasi ketat pengunjung pasien
dengan kriteria seperti disebut diatas

E. HAK PASIEN DAN KELUARGA UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PROSES ASUHAN

1. Dokter UGD memperkenalkan diri kepada pasien dan kompetensinya


2. Dokter UGD menjelaskan tentang informasi medis kepada pasien atau pihak keluarga yang
mendapat izin dari pasien tentang :
 Diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding)
 Dasar Diagnosis ditegakkan
 Kondisi pasien

Jika Ada Tindakan :

 Tindakan yang diusulkan


 Tata cara dan tujuan tindakan
 Manfaat dan risiko tindakan
 Nama orang yang mengerjakan tindakan
 Kemungkinan Alternatif dari tindakan
 Prognosis tindakan
 Hasil yang tidak terduga
 Kemungkinan hasil bila tidak dilakukan tindakan

Informasi tentang DPJP :

 Nama DPJP
 Kompetensi DPJP UTAMA
 Kompetensi DPJP Tambahan :

3. Dokter UGD memberi kesempatan kepada pasien atau pihak pasien untuk bertanya jika
masih ada yang kurang dimengerti oleh pihak pasien
4. Dokter UGD memberi kesempatan kepada pasien atau pihak pasien jika ingin memberikan
saran tentang pelayanan medis yang telah diberikan
5. Dokter UGD juga perlu menjelaskan dan meluruskan informasi keliru, salah dan tidak akurat
yang disampaikan oleh pihak pasien terkait penyakit pasien.

F. HAK ATAS PENOLAKAN ATAU TIDAK MELANJUTKAN PENGOBATAN

1. Jika pasien memutuskan untuk menolak pengobatan atau tidak melanjutkan pengobatan
maka dokter UGD wajib memberikan informasi berikut
 Konsekwensi dari keputusan tersebut
 Tanggung jawab pasien/pihak pasien berkaitan dengan keputusan tersebut
 Seandainya Ada Alternatif pelayanan dan pengobatan
2. Penolakan atau keputusan tidak melanjutkan pengobatan dibuktikan dengan formulir
Penolakan pengobatan yang ditandatangani oleg dokter UGD dan pihak pasien

G. HAK ATAS PENOLAKAN PELAYANAN RESUSITASI (DO NOT RESUSITATION/DNR)

1. Jika pasien memutuskan untuk menolak pelayanan resusitasi atau tidak melanjutkan
pelayanan resusitasi maka dokter UGD wajib memberikan informasi berikut
 Konsekwensi dari keputusan tersebut
 Tanggung jawab pasien/pihak pasien berkaitan dengan keputusan tersebut
 Seandainya Ada Alternatif pelayanan dan pengobatan
2. Penolakan atau keputusan tidak melanjutkan pelayanan resusitasi dibuktikan dengan
formulir Penolakan pelayanan resusitasi yang ditandatangani oleg dokter UGD dan pihak
keluarga pasien

Anda mungkin juga menyukai