1. Identifikasi Pasien :
1. Petugas UGD melakukan identifikasi pasien pertama kali secara verbal dengan menanyakan
nama dan tanggal lahir pasien saat pasien masuk ke UGD
2. Saat petugas admisi membawa status medis pasien ke UGD, petugas UGD kembali
melakukan cross cek identifikasi pasien dengan mencocokkan dengan berkas status medis
pasien.
3. Saat pemasangan gelang identifikasi, petugas UGD sekali lagi mencocokkan gelang
identifikasi pasien dengan berkas status medis dan dengan pasien sendiri.
4. Kalungkan Gelang Identifikasi tetap pada salah satu lengan pasien , jelaskan terlebih
dahulu apa maksud dan kegunaan pemasangan gelang identifikasi tersebut kepada pasien.
5. Pastikan bahwa Gelang Identifikasi pasien terdiri dari Nama, Tanggal Lahir dan Nomor
Rekam Medis. Tulisan pada gelang identifikasi terlihat jelas dan bisa dibaca.
6. Gelang Identifikasi pasien dipasang pada lengan pasien oleh petugas setelah pasien sudah di
daftarkan oleh bagian rekam medis dan telah mendapatkan nomor rekam medis.
7. Pasien yang mendapatkan tindakan medis segera atau pemeriksaan penunjang segera yang
mendahului pendaftaran pasien akan diberi tanda pengenal sementara dalam bentuk stiker
dan ditempel pada salah satu lengan pasien kecuali jika tindakan medis dilakukan pada
kedua lengan pasien atau tidak memungkinkan untuk ditempel pada lengan pasien maka
stiker boleh ditempel di bagian tubuh lain pasien
8. Tentukan tingkat kesadaran pasien (Sadar / Tidak sadar).
9. Jika Tidak sadar, Identifikasi orang yang membawa pasien (Kenal/Tidak kenal) dengan pasien
10. Jika Tidak kenal, cari identitas pasien dari pakaian atau barang milik pasien yang ada (KTP,
SIM, HP dll)
11. Jika tidak ada identitas yang ditemukan maka pasien dimasukkan dalam kategori pasien
Terlantar
12. Pasien terlantar untuk Laki-laki diberi kode nama : Terlantar X1 dst, untuk perempuan diberi
kode nama : Terlantar Y1 dst , untuk tanggal lahir cukup diberi perkiraan usia pasien.
13. Warna Gelang mengikuti SPO identifikasi pasien
14. Perkenalkan diri sebelum memasang gelang identifikasi kepada pasien atau keluarga pasien
15. Cek ulang gelang identifikasi pasien setiap melakukan pemeriksaan, pemberian obat, cairan,
transfusi darah dan tindakan medis kepada pasien
2. Komunikasi Efektif
1. Pemeriksaan dan Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh petugas di UGD disampaikan
baik secara verbal atau verbal via telpon ke dokter Jaga UGD.
2. Hasil pemeriksaan dan Asuhan keperawatan ditulis dalam status keperawatan dan
disampaikan kepada dokter UGD.
3. Dokter UGD wajib membaca ulang pemeriksaan dan Asuhan Keperawatan yang telah
dilakukan dan dibuat oleh petugas dan selanjutnya melakukan konfirmasi ulang kepada
petugas yang membuat asuhan keperawatan.
4. Stempel dan tanda tangan pemberi dan penerima pesan hasil pemeriksaan asuhan
keperawatan wajib dilampirkan sebagai bukti telah dilakukan komunikasi efektif
1. Dokter UGD yang meminta untuk dilakukan pemeriksaan diagnostik pasien kepada petugas,
menulis permintaan tersebut secara tertulis menggunakan formulir permintaan pemeriksaan
diagnostik.
2. Petugas yang mendapat perintah untuk melakukan pemeriksaan diagnostik pasien membaca
dan melakukan konfirmasi ulang kepada pemberi perintah (dokter UGD)
3. Stempel dan tanda tangan pemberi dan penerima pesan pemeriksaan diagnostik
dilampirkan di status Rekam Medis pasien sebagai bukti telah dilakukan komunikasi efektif
4. Setelah dilakukan Pemeriksaan Diagnostik oleh petugas (Radiologi,Lab,Perawat) . Hasil
Pemeriksaan Diagnostik tersebut disampiakan kembali oleh petugas secara verbal atau
verbal via telepon atau secara tertulis ke Dokter UGD
5. Pemeriksaan diagnostik ditulis dalam status keperawatan atau dalam berkas hasil
pemeriksaan dan disampaikan kepada dokter UGD
6. Pemeriksaan diagnostik pasien yang didapatkan hasilnya telah melewati batas nilai kritis
(Nilai Besaran Kritis sudah ditetapkan RS) segera dilaporkan oleh petugas ke dokter UGD
tanpa menunggu selesainya seluruh pemeriksaan diagnostik baik dilakukan secara verbal
maupun secara verbal via telepon.
7. Dokter UGD membaca ulang hasil pemeriksaan kritis tersebut dan dikonfirmasi oleh pemberi
pesan.
8. Pelaporan hasil nilai kritis pemeriksaan diagnostik ditulis secara lengkap pada formulir
Permintaan Pemeriksaan diagnostik sebelumnya atau pada lembar Status Keperawatan ,
ditandatangani dan distempel sebagai bukti telah dilakukan komunikasi efektif dan
dilampirkan pada status Rekam medis Pasien.
1. Dokter UGD melaporkan hasil pemeriksaan pasien secara lengkap kepada DPJP baik secara
verbal maupun secara verbal via telepon.
2. DPJP memberikan instruksi kepada dokter UGD setelah mendapatkan informasi hasil
pemeriksaan dari dokter UGD
3. Dokter UGD membaca ulang instruksi DPJP dan DPJP melakukan konfirmasi atas instruksi
yang disampaikan tersebut.
4. Dokter UGD mencatat semua instruksi DPJP pada lembar Rekam Medis pasien secara
lengkap, di tanda tangan dan di beri stempel
5. DPJP membaca ulang instruksi yang telah disampaikan tersebut pada rekam medis pasien
saat visit pertama kali dan membubuhkan tandatangan dan stempel pada lembar rekam
medis tersebut sebagai bukti telah dilakukan komunikasi efektif
6. Dokter UGD segera melaporkan hasil pemeriksaan nilai kritis ke DPJP segera setelah
menerima hasil pemeriksaan diagnostik dari petugas yang berwenang baik secara verbal
atau secara verbal via telepon.
7. Pelaporan hasil pemeriksaan nilai kritis tersebut di catat dalam berkas CPPT secara lengkap
dan dibubuhi tandatangan dan di cap stempel sebagai bukti telah dilakukan komunikasi
efektif. Langkah selanjutnya kembali mengikuti langkah langkah instruksi sebelunya seperti
diatas (mulai dari langkah pada point nomor 2)
D. PERAWAT/BIDAN KE PASIEN
B. PENYIMPANAN OBAT
1. Dokter di UGD meminta kepada petugas agar menyiapkan obat yang akan di berikan untuk
pasien
2. Dokter mengingatkan kepada petugas bahwa obat yang diberikan kemungkinan NORUM
atau termasuk kategori HIGH ALERT
3. Petugas mengecek pada Label box obat atau pada daftar obat UGD apakah obat yang
dimaksud masuk kategori NORUM atau HIGH ALERT
4. Setelah obat yang dimaksudkan sudah disiapkan, Petugas mencatat pada CPPT obat yang
akan diberikan tersebut dan melakukan konfirmasi ulang kepada dokter jaga UGD sebelum
diberikan kepada pasien
5. CPPT pemberian obat dibubuhi tandatangan dan baik oleh pemberi pesan (Dokter) maupun
oleh penerima pesan (Perawat/Bidan)
6. Khusus untuk obat HIGH ALERT, saat menyiapkan obat petugas yang menerima perintah
wajib untuk melakukan konfirmasi kepada petugas lain tentang obat yang akan diberikan.
7. Saat pergantian jaga shift, petugas UGD melakukan inventarisasi obat kembali dan
dilaporkan kepada PJ Shift Jaga UGD
4. Hand Higiene
1. Petugas UGD melakukan 6 langkah cuci tangan saat memeriksa pasien dan saat selesai
memeriksa pasien
2. Jika kontak dengan lingkungan sekitar pasien masih dalam satu rangkaian pemeriksaan maka
petugas tidak perlu melakukan cuci tangan lagi
3. Jika tindakan antiseptik masih dalam satu rangkaian dengan pemeriksaan maka petugas
tidak perlu melakukan cuci tangan lagi
4. Jika Kontak dengan lingkungan sekitar pasien tidak dalam satu rangkaian dengan
pemeriksaan maka petugas wajib melakukan 6 langkah cuci tangan
5. Petugas UGD melakukan 6 langkah cuci tangan saat terkena cairan tubuh pasien
6. Jika petugas selesai melakukan langkah cuci tangan setelah habis memeriksa pasien maka
petugas tidak perlu melakukan langkah cuci tangan lagi untuk pemeriksaan pasien
berikutnya jika interval waktu tidak lebih dari 15 menit dan petugas tidak sedang kontak
dengan lingkungan sekitar pasien atau tidak terkena cairan tubuh pasien.
1. Petugas UGD melakukan assesmen awal secara verbal atas pasien yang datang melalui UGD
2. Petugas segera menilai kondisi pasien. Pasien Sadar, Setengah Sadar, Tidak Sadar
3. Jika pasien tidak sadar, maka petugas segera melakukan prosedur pemindahan pasien ke
brankar UGD
4. Jika pasien setengah sadar atau dalam status gangguan fungsional seperti gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan atau perubahan status kognitif maka petugas segera
membantu pasien jika memungkinkan menggunakan kursi roda, jika tidak memungkinkan
gunakan brankar. Petugas melakukan prosedur pemindahan pasien ke kursi roda atau
brankar
5. Untuk pasien sadar, petugas melakukan assesmen tentang riwayat jatuh pasien, konsumsi
obat tertentu atau konsumsi Alkohol
6. Gunakan score penilaian resiko jatuh pasien untuk menilai tingkat resiko jatuh pasien (LIHAT
FORMULIR RESIKO JATUH PASIEN)
7. Saat pasien dipindahkan dari ruang UGD ke ruangan rawat inap, identifikasi lokasi atau
situasi lingkungan RS yang beresiko terjadi resiko cedera akibat jatuh
8. Jika petugas kesulitan memindahkan pasien dari lingkunga atau dari lokasi RS yang sulit
misalnya ke lantai 2 maka petugas sebaiknya meminta bantuan petugas lain misalnya
sekuriti dll
6. Skrining Pasien
1. Pasien yang datang melalui pintu Unit Gawat Darurat RS segera diterima oleh petugas
UGD/Petugas Triase RS
2. Petugas UGD/TRIASE melakukan penilaian awal secara verbal tentang situasi dan
kondisi pasien,
(1) Cara datang : datang sendiri atau datang dengan diantar oleh keluarga/family,
teman, tenaga kesehatan, polisi, orang lain dll
(2) Kondisi saat datang :
a) Pasien Sadar
1. JALAN BIASA TANPA TERLIHAT EKSPRESI SAKIT
3. JALAN SENDIRI DENGAN BANTUAN (DI PAPAH, DIGENDONG) DENGAN ATAU TANPA
EKSPRESI SAKIT
1. Petugas UGD menerima telpon dari luar RS yang meminta pertolongan segera (Emergensi)
2. Petugas UGD menanyakan lokasi pasien.
3. Petugas menanyakan identitas pasien antara lain : Usia, Jenis Kelamin
4. Petugas menanyakan kondisi pasien : Sadar atau Tidak Sadar
5. Petugas UGD menanyakan apakah kasus trauma, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja,
Serangan jantung, Keracunan atau kasus darurat kebidanan
6. Petugas segera menilai kebutuhan pasien. Petugas mengecek ketersediaan tempat tidur di
ruang UGD dan jika pasien tidak sadar petugas mengecek ketersediaan tempat tidur ruang
ICU/HCU, DPJP terkait dan DPJP ICU/HCU
7. Petugas juga mengecek kesiapan mobil ambulans, ketersediaan alat resusitasi, dan obat –
obat yang diperlukan untuk tindakan emergensi dilokasi kejadian
8. Jika semua kebutuhan dapat dipenuhi RS maka petugas UGD menghubungi sopir ambulance
untuk melakukan penjemputan pasien
9. Petugas melakukan penjemputan pasien di lokasi kejadian
10. Jika RS tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien, maka petugas menyarankan untuk
menelepon RS lain yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap
1. Petugas UGD menerima rujukan via telepon dari klinik/RS lain yang dirujuk karena
kebutuhan pasien tidak terpenuhi di klinik/RS tersebut
2. Petugas menanyakan identitas pasien antara lain : umur, jenis kelamin
3. Petugas menanyakan kondisi pasien: kesadaran (Sadar/tidak), Kasus trauma/kecelakaan lalu
lintas, Penyakit jantung, Kasus Darurat Kebidanan.
4. Petugas menanyakan tujuan rujukan ke dokter spesialis apa atau untuk tujuan pemeriksaan
apa
5. Petugas segera menilai kebutuhan pasien. Petugas mengecek ketersediaan tempat tidur di
ruang UGD dan jika pasien tidak sadar petugas mengecek ketersediaan tempat tidur ruang
ICU/HCU, DPJP terkait dan DPJP ICU/HCU
6. Jika semua kebutuhan pasien dapat dipenuhi RS maka petugas UGD mengizinkan untuk
menerima rujukan tersebut.
7. Jika RS tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien, maka RS segera menganjurkan agar pasien
dirujuk ke RS lain yang fasilitasnya lebih lengkap
7. Pendaftaran Pasien
C. PENGELOLAAN PASIEN UGD JIKA UNIT YANG DITUJU PENUH/TIDAK TERSEDIA TEMPAT TIDUR
1. Petugas UGD menelepon bagian admisi rawat inap untuk menanyakan ketersediaan tempat
tidur. Untuk pasien umum, petugas UGD terlebih dahulu menanyakan ke pihak pasien kelas
ruangan yang diinginkan.
2. Bagian Admisi menelepon balik ke UGD (petugas UGD) tentang informasi ketersediaan
tempat tidur.
3. Jika tempat tidur yang diharapkan masih penuh maka petugas UGD melaporkan kepada
dokter UGD yang sedang bertugas tentang hal tersebut
4. Dokter UGD menerangkan kepada pihak pasien tentang ruangan penuh dan akan
mengusahakan secepatnya pindah ke ruangan jika ada tempat tidur yang kosong.
5. Dokter UGD menerangkan kepada pasien bahwa selama menunggu tersedianya ruangan
dengan tempat tidur yang kosong maka pasien akan dirawat di ruang rawat sementara di
UGD dengan tetap mengikuti prosedur perawatan tingkat lanjut layaknya rawat inap.
6. Setelah memberi penjelasan, pihak pasien diminta untuk menandatangani persetujuan
perawatan di ruangan rawat sementara di UGD
7. Jika pasien menolak di rawat inap sementara di ruang UGD RS maka dokter UGD wajib
menganjurkan untuk pindah ke RS lain yang memiliki ruangan rawat inap yang setara yang
masih tersedia di RS lain
8. Dokter UGD melengkapi berkas medis yang dibutuhkan untuk proses transfer pasien, dan
menyiapkan apa apa saja yang perlu disiapkan.
9. Petugas UGD menelepon ke UGD RS yang dituju setelah berdiskusi dengan pihak pasien RS
mana yang dipilih.
10. Dokter UGD/Petugas UGD menjelaskan pada petugas UGD/dokter jaga RS yang dituju
tentang rencana transfer pasien dengan alasan Ruang Rawat Inap Penuh dan memilih untuk
pindah ke RS lain.
11. Dokter UGD/Petugas IGD menyampaikan kondisi medis pasien kepada pihak RS yang dituju
12. Jika RS yang dituju menyatakan bahwa ruangan yang dibutuhkan pasien dalam keadaan
penuh maka dokter UGD segera menyampaikan ke pihak keluarga pasien alasan tersebut.
13. Dokter/Petugas UGD menawarkan ke pihak pasien untuk Rujuk ke RS lain. Jika pasien setuju
maka prosedur poin 11 diatas diulangi
14. Jika RS yng dihubungi semuanya telah penuh, maka dokter UGD menyarankan pihak pasien
agar tetap dirawat di RS di ruang rawat sementara sampai Ruang Rawat Inap yang
dibutuhkan tersedia.
15. Semua proses yang terjadi diatas ditulis dalam berkas medis, termasuk jam, waktu
16. Pihak pasien diminta untuk menandatangani persetujuan di rawat di Ruang rawat
sementara.
17. Jika pasien jadi di rujuk ke RS lain, Pihak keluarga pasien juga tetap diminta menandatangani
persetujuan pindah RS dengan alasan ruangan rawat inap penuh
D. PROSES PENERIMAAN PASIEN UGD KE RUANG INTENSIVE (HCU/ICU)
1. Setelah pasien stabil, dokter UGD menghubungi DPJP, dokter UGD melaporkan kondisi
pasien ke DPJP dan menjelaskan ke DPJP tentang kemungkinan pasien dirawat di Ruang
rawat HCU/ICU sesuai hasil triase di UGD dan sesuai kriteria Masuk ICU. Pertimbangan
masuk ICU juga bisa berasal dari pertimbangan medis DPJP setelah menerima laporan dari
dokter UGD tentang penilaian hasil triase
2. Petugas UGD menghubungi petugas ruang ICU untuk memastikan ketersediaan tempat
tidur.
3. DPJP wajib sudah datang dan memeriksa pasien tidak lebih dari satu jam setelah dihubungi
oleh dokter UGD
4. Setelah Dokter UGD selesai melakukan konsultasi ke DPJP, dokter UGD menghubungi dokter
penanggung jawab ICU (dokter Anestesi) untuk konsultasi sesuai arahan DPJP bahwa pasien
akan di masukkan ke Ruang HCU/ICU sesuai arahan DPJP berdasarkan hasil penilaian triase
pasien dan sesuai dengan kriteria masuk Ruang ICU/HCU
5. Petugas IGD menghubungi petugas Ruang ICU untuk persiapan transfer pasien ke Ruang
ICU/HCU
6. Petugas HCU/ICU menghubungi dokter Anestesi penanggung Jawab ICU/HCU
7. Dokter Penanggung Jawab ICU (Anestesi) wajib sudah datang dan memeriksa pasien tidak
lebih dari satu jam setelah di hubungi oleh dokter UGD
8. Setelah dokter penanggung jawab ICU (anestesi) mengizinkan masuk ICU sesuai
pertimbangan medis kriteria masuk ICU petugas UGD menghubungi ruang ICU untuk
mempersiapkan transfer pasien ke ruang ICU/HCU.
9. Petugas UGD mempersiapakan semua kebutuhan dan laporan transfer pasien sebelum di
transfer ke ICU,
10. Setelah petugas ICU selesai mempersiapkan kebutuhan pasien di ruang ICU sesuai arahan
DPJP Anestesi, petugas ICU/HCU menghubung petugas UGD untuk transfer pasien dari UGD
ke Ruang ICU/HCU
11. Setelah sampai di ruang ICU, petugas UGD melakukan serah terima pasien, berkas rekam
medis dan semua kebutuhan pasien yang dibawa sat transfer
12. Petugas UGD menjelaskan kondisi pasien, apa-apa saja yang sudah dilakukan dan instruksi
dokter yang harus dipenuhi
13. Serah terima pasien dari UGD ke Petugas ICU ditulis dan ditandatangani oleh kedua belah
pihak dan dilampirkan di berkas rekam medis.
8. Kesinambungan Pelayanan UGD dan Rencana Pemulangan pasien UGD
1. Pasien yang berobat ke UGD dengan kriteria Non Urgensi atau False Emergensi dipulangkan
rawat jalan oleh dokter UGD setelah observasi sudah menunjukkan tanda tanda perbaikan
2. Dokter UGD mengecek daftar penyakit di UGD yang butuh pelayanan berkesinambungan
(Lihat Daftar Penyakit Yang Butuh Pelayanan Berkesinambungan).
3. Jika penyakit pasien termasuk dalam kategori penyakit yang butuh pelayanan
berkesinambungan maka dokter UGD wajib menjelaskan kepada pasien rencana pengobatan
selanjutnya setelah pulang
4. Untuk kasus kasus trauma ringan dan luka luka, digigit binatang dibuatkan formulir kontrol
ulang untuk berobat kembali pada tanggal yang ditentukan atau jika memungkinkan dokter
UGD membuat surat rekomendasi kontrol ulang di klinik terdekat atau yang mudah dijangkau
oleh pasien. Khusus untuk pasien BPJS, dokter ugd membuat surat rujuk balik ke FKTP jika
memungkinkan untuk kontrol ulang cukup di FKTP asal
5. Untuk kasus kasus spesifik yang sifatnya tidak emergensi , dokter UGD membuat rujukan
rawat jalan ke Poliklinik Penyakit sesuai diagnosis penyakitnya. Khusus untuk pasien BPJS,
dokter UGD membuat rujukan rawat jalan ke Poliklinik sesuai diagnosis penyakit dan
dilampirkan dengan surat rujukan online dari BPJS
9. Rujukan Pasien
1. Dokter UGD melakukan penilaian triase pasien dan menentukan kebutuhan pelayanan
medis pasien. Jika dari hasil skrining pasien tidak memungkinkan di rawat di rs dengan
alasan antara lain: fasilitas pelayanan yang tidak memadai/tidak ada, tidak ada dokter
spesialis yang sesuai, ruangan penuh dll maka dokter ugd melakukan prosedur transfer
pasien ke rs lain atau merujuk ke RS lain
2. Informasikan kepada pasien/keluarga rencana merujuk pasien dan terangkan juga alasan
sehinggal pasien akhirnya di rujuk
3. Informasi alasan dan prosedur rujuk ke RS lain ditulis dalam berkas rekam medis pasien
4. Petugas UGD melakukan koordinasi dengan RS terkait sehubungan akan dilakukannya
Transfer Pasien yang meliputi :
Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin)
Diagnosa medis dan Riwayat Penyakit
Keadaan umum pasien
Dokter yang merawat
Alasan pasien dipindahkan
5. Pastikan adanya tempat dan pelayanan yang dibutuhkan pasien
6. Jika RS yang dituju tidak dapat menerima karena alasan tidak dapat memenuhi kebutuhan
lanjut pasien (misalnya ruang penuh atau dokter yang dituju tidak tersedia, cuti atau
sedang berhalangan), maka petugas UGD mencari alternatif RS lain yang representatif
7. Jika RS yang dituju bersedia menerima rujukan pasien maka segera dilakukan prosedur
rujukan pasien
8. Periksa kelayakan kondisi pasien untuk ditransfer (oleh DPJP/ Dokter Anesthesi/ Dokter
IGD)
9. Tentukan SDM yang akan mendampingi pasien selama transfer dengan ketentuan sebagai
berikut:
Pasien Level 0: Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat
biasa di unit/ rumah sakit yang dituju. Biasanya didampingi oleh petugas yang
memiliki kompetensi minimal kemampuan BLS
Pasien Level 1: Pasien dengan risiko perburukan kondisi, atau pasien yang
sebelumnya menjalani perawatan di High Care Unit (HCU); di mana
membutuhkan perawatan di ruang rawat biasa dengan saran dan dukungan
tambahan dari tim perawatan kritis. Biasanya didampingi oleh petugas yang
memiliki kompetensi & cara pemberian oksigen, sudah berpengalaman dalam
memberikan obat-obatan yang spesifik, dapat melakukan suction dan perawatan
tracheostomi bila memungkinkan
Pasien Level 2: Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat,
termasuk penanganan kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-
operasi, dan pasien yang sebelumnya dirawat di HCU. Harus didampingi oleh
petugas yangmemiliki kompetensi BLS dan perawat yang mempunyai kompetensi
seperti pada level 1 ditambah dengan kompetensi: mempunyai pengalaman kerja 2
tahun merawat pasien kritis, dapat memberikan bantuan pernafasan menggunakan
ambu bag, dapat menggunakan defibrilator, dapat melakukan perawatan CVP
Pasien Level 3: Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut (advanced
respiratory support) atau bantuan pernapasan dasar (basic respiratory support)
dengan dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien-
pasien yang membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ. Harus
didampingi oleh petugas yang memiliki kompetensi seperti pada level 2 ditambah
dengan dokter yang memiliki kompetensi ACLS dan pengetahuan tentang panduan
monitor pasien saat transfer.
10. Siapkan peralatan yang harus disertakan saat transfer pasien, sesuai dengan kondisi
pasien berdasarkan Level yaitu:
1. Setiap petugas wajib mengidentifikasi agama atau kepercayaan yang dianut oleh pasien baik
ditanyakan langsung atau secara verbal dari kegiatan rohani yang dilakukan pasien atau
keluarga
2. Jika pasien atau keluarga meminta untuk dilakukan kegiatan kerohanian seperti pelayanan
doa dll yang berhubungan dengan kepercayaan pasien, maka petugas memberi izin untuk
dilakukan pelayanan kerohanian tersebut
3. Jika pasien meminta dilakukan pelayanan kerohanian dan meminta tolong petugas agar
dicarikan tenaga/ staf kerohanian, maka petugas segera berkoordinasi dengan staf
kerohanian RS untuk disediakan petugas kerohanian sesuai agama atau kepercayaan pasien
4. Petugas UGD segera menyiapkan formulir permintaan layanan kerohanian yang akan diisi
oleh pihak keluarga jika pasien meminta layanan kerohanian dari RS
5. Petugas UGD terlebih dahulu mengidentifikasi apakah pelayanan kerohanian dapat
dilakukan ditempat. Jika dapat dilakukan ditempat, petugas UGD wajib meminta izin kepada
pasien lain disekitar apakah dapat memahami hal tersebut
6. Jika ada pasien lain yang merasa terganggu kenyamanannya karena kegiatan pelayanan
kerohanian yang dilakukan pasien lain, maka petugas UGD mencari jalan keluar dengan cara
memindahkan pasien yang membutuhkan pelayanan kerohanian ke ruang khusus yang
cukup representatif dan tidak terkesan menggangu kenyamanan pasien lain disekitarnya
2. Setelah memberikan penjelasan medis kepada pasien atau keluarga pasien yang telah
mendapat izin dari pasien (kecuali pasien tidak sadar), dokter UGD meminta pasien (jika
memungkinkan) atau keluarga pasien (yang telah diberi izin) untuk menandatangani bukti
pemberian informasi medis dan mengingatkan untuk membaca pernyataan bahwa segala
informasi tentang kesehatan pasien adalah rahasia dan kerahasiaan itu akan dijaga sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Jika ada pihak lain yang ingin mendapatkan informasi pasien, diambil foto atau direkam atau
di ikut sertakan dalam survei wawancara tentang penelitian, maka dokter ugd atau petugas
ugd wajib meminta izin kepada pasien (jika memungkinkan) atau keluarga pasien dan
menerangkan tujuan pihak lain meminta informasi medis pasien. Pihak lain yang mendapat
persetujuan atas informasi medis pasien wajib di tambahkan dalam formulir pemberian
informasi pasien sebagai pihak yang telah mendapatkan izin tentang informasi medis pasien.
4. Dokter UGD mengidentifikasi jenis pasien yang kemungkinan memerlukan privasi khusus
misalnya pasien dengan HIV/AIDS, TB PARU, Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), Kasus
Perkosaan/Pencabulan, Hamil diluar Nikah atau Penyakit Menular Seksual dan kasus
permintaan Visum et Repertum. Baik diindentifikasi secara verbal maupun berasal dari
permintaan privasi pasien sendiri. Dokter UGD dapat memberikan saran kepada pasien
apakah ingin menggunakan haknya untuk privasi khusus, atau tidak mengizinkan orang –
orang tertentu untuk mengetahui kondisi medisnya.
5. Jika pasien ingin menggunakan haknya secara khusus untuk privasi pada orang orang
tertentu, maka pihak pasien diminta mengisi formulir siapa siapa saja yang tidak diizinkan
untuk mendapatkan akses tentang informasi medis pasien.
1. Petugas UGD menerangkan kepada pasien sadar yang tidak memungkinkan untuk menjaga
harta miliknya sendiri untuk mengamankan harta milik pasien. Jika pasien datang ditemani
oleh pihak keluarga atau orang yang dikenal maka atas izin pasien, harta benda milik pasien
akan diserahkan kepada pihak keluarga yang telah diberi izin. Jika memungkinkan
sebaiknya diserahkan di depan pasien
2. Jika pasien datang tanpa ditemani oleh pihak keluarga maka harta milik pasien akan
diamankan sementara oleh pihak RS sampai pihak keluarga datang atau orang terdekat yang
diberi izin oleh pasien untuk menyimpan harta milik pasien
3. Jika pasien datang tidak sadar atau dalam kondisi tidak memungkinkan untuk menjaga harta
miliknya, maka harta milik pasien akan diamankan sementara oleh pihak RS sampai pihak
keluarga datang atau orang terdekat yang sudah dipastikan benar adalah merupakan pihak
keluarga atau orang terdekat pasien atau saat pasien sadar dan pasien mengenali keluarga
atau orang dekatnya tersebut.
4. Jika harta milik pasien diamankan oleh petugas UGD, maka petugas UGD berkoordinasi
dengan sekuriti RS melakukan inventarisasi harta milik pasien. Jika pasien sadar, petugas
UGD atau sekuriti wajib melakukan konfirmasi ulang kepada pasien dan bukti formulir
inventarisasi harta milik pasien wajib ditandatangani oleh petugas UGD, sekuriti dan pasien
sadar. Jika pasien tidak sadar, maka bukti inventarsasi harta milik pasien cukup
ditandatangani oleh petugas UGD dan Sekuriti RS saja
5. Serah terima bukti inventarisasi Harta milik pasien kepada pihak keluarga wajib
ditandatangani juga oleh pihak penerima harta milik pasien saat serah terima
6. Petugas UGD atau sekuriti menyimpan harta milik pasien dalam lemari tempat
penyimpanan harta milik pasien yang dijaga dan dikunci.
7. Penanggung jawab lemari dan kunci lemari penyimpanan harta milik pasien harus
terindentifikasi dan terdaftar sebagai penanggung jawab lemari dan kunci lemari
penyimpanan harta milik pasien.
1. Petugas UGD mengidentifikasi kelompok pasien beresiko tinggi yang tidak dapat melindungi
dirinya sendiri
2. Petugas UGD juga mengidentifikasi pasien pasien kasus kekerasan fisik akibat tauran,
kejahatan baik sebagai pelaku maupun sebagai korban, kekerasan seksual, kekerasan dalam
rumah tangga
3. Petugas berkoordinasi dengan petugas sekuriti agak mengawasi ketat pengunjung pasien
dengan kriteria seperti disebut diatas
Nama DPJP
Kompetensi DPJP UTAMA
Kompetensi DPJP Tambahan :
3. Dokter UGD memberi kesempatan kepada pasien atau pihak pasien untuk bertanya jika
masih ada yang kurang dimengerti oleh pihak pasien
4. Dokter UGD memberi kesempatan kepada pasien atau pihak pasien jika ingin memberikan
saran tentang pelayanan medis yang telah diberikan
5. Dokter UGD juga perlu menjelaskan dan meluruskan informasi keliru, salah dan tidak akurat
yang disampaikan oleh pihak pasien terkait penyakit pasien.
1. Jika pasien memutuskan untuk menolak pengobatan atau tidak melanjutkan pengobatan
maka dokter UGD wajib memberikan informasi berikut
Konsekwensi dari keputusan tersebut
Tanggung jawab pasien/pihak pasien berkaitan dengan keputusan tersebut
Seandainya Ada Alternatif pelayanan dan pengobatan
2. Penolakan atau keputusan tidak melanjutkan pengobatan dibuktikan dengan formulir
Penolakan pengobatan yang ditandatangani oleg dokter UGD dan pihak pasien
1. Jika pasien memutuskan untuk menolak pelayanan resusitasi atau tidak melanjutkan
pelayanan resusitasi maka dokter UGD wajib memberikan informasi berikut
Konsekwensi dari keputusan tersebut
Tanggung jawab pasien/pihak pasien berkaitan dengan keputusan tersebut
Seandainya Ada Alternatif pelayanan dan pengobatan
2. Penolakan atau keputusan tidak melanjutkan pelayanan resusitasi dibuktikan dengan
formulir Penolakan pelayanan resusitasi yang ditandatangani oleg dokter UGD dan pihak
keluarga pasien