TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3 kali
sehari), juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi (feses cair). Hal ini biasanya
berkaitan dengan dorongan, rasa tak nyaman pada area perianal, inkontinensia, atau
kombinasi dari faktor ini. Tiga faktor yang menentukan keparahannya : sekresi intestinal,
perubahan penyerapan mukosa, dan peningkatan motilitas. Diare dapat akut atau kronis.
(Baughman, 2000).
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyakdari pada biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer
lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar tersebut dapat / tanpa disertai lendir dan darah.
Diare kronik adalah diare yang berlangsung dari 15 hari. Sebenarnya para pakar di dunia
telah mengajukan berapa criteria mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada
yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih 15
hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab diare dengan
lebih tepat.
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-
infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang
menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik
adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.
Diare kronis didefinisikan sebagai suatu peningkatan frekuensi defekasi dan keenceran
tinja yang berlangsung selama lebih dari 2 minggu (Schwartz, 2004). Diare kronik ini
disertai kehilangan berat badan atau tidak bertambah berat badannya selama masa
tersebut.
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : (Sudoyo Aru, dkk 2009)
1. Lama waktu diare :
- Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu.
- Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu.
2. Mekanisme patofisiologi : osmotik atau skretorik dll
3. Berat ringan diare : kecil atau besar.
4. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi.
5. Penyebab organik atau tidak : organik atau fungsional.
B. ETIOLOGI
Behrman (1999), menerangkan bahwa penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa
faktor :
1. Faktor infeksi
a. Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, campylobacler, tersinia,
aeromonas, dsb.
2) Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cakseaclere, poliomyelitis),
adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain.
3) Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, Oxyuris, Strong Ylokles, protzoa
(Entamoeba histolytica, Giarella lemblia, tracomonas homonis), jamur
(candida albicans).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti : otitis
media akut (OMA), tonsilitist tonsilofasingitis, bronkopneumonia, ensefalitis
dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2
tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan terseirng intoleransi laktasi.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
Penyebab diare berdasarkan lamanya diare :
1. Diare akut
Virus, protozoa ; Giardia lambdia, Entamoeba hystolitica; bakteri : yang
memproduksi enterotoksin (S aureus, C perfringens, E coli, V cholera, C difficile)
dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus (Shingella, Salmonella sp, Yersinia),
iskemia intestinal, inflammatory Bowel Disease (acute on chronic), colitis radiasi.
2. Diare kronik
Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori patogenesis
terjadinya
- Diare osmotic
- Diare sekretorik
- Diare karena gangguan motilitas
- Diare inflamatorik
- Malabsorbsi
- Infeksi kronik
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik
dan hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia). Gangguan
gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah).
Diare disebabkan oleh 4 faktor yaitu infeksi virus, makanan, melabsorbsi dan psikologis.
Virus berkembang di dalam usus halus dan melabsorbsi KH, lemak meningkat tekanan
osmotic sehingga terjadi kelebihan pengeluaran air dan elektrolit dan peningkatan ini
rongga usus, kemudian abdomen menjadi distensi dan menyebabkan diare. Sedangkan
dari faktor makanan dan pesikologi ini menyebabkan gerakan peristaltik yang berlebih di
usus, sehingga makanan tidak dicerna dengan baik yang menyebabkan penurunan
kemumpuan absorbi makanan di dalam usus, kemudian terjadi diare.
Ketika seseorang terkena diare, maka frekuensi BAB menjadi meningkat. Peningkatan
frekuensi BAB ini menyebabkan kekurangan cairan (dehidrasi), dan hipovelemi. Frekunsi
yang meningkat dapat menyebabkan gangguan integritas kulit perianal.
Diare juga menyebabkan distensi abdomen, yang menyebabkan mual muntah, sehingga
nafsu makan menurun. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
(Nurarif, Amin &Kusuma, H., 2013).
D. KOMPLIKASI
Penderita diare dapat sembuh tanpa mengalami komplikasi, namun sebagian kecil
mengalami komplikasi dari dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit atau pengobatan
yang diberikan. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain (Depkes RI, 1999;
Suraatmaja, 2007; Subagyo & Santoso, 2011) :
a. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit dapat terjadi karena elektrolit ikut keluar dalam
tinja cair saat diare terjadi. Gangguan keseimbangan elektrolit akibat diare ada tiga
yang sering terjadi yaitu hipo/hipernatremia dan hipokalemia.
Hiponatremia dapat terjadi pada anak yang diare yang hanya minum air putih atau
cairan yang hanya mengandung sedikit garam. Hiponatremia sering terjadi pada
anak dengan shigellosis dan anak malnutrisi berat dengan oedema. Kejadian
hiponatremia ditemukan sebanyak 44,8% pada diare akut dengan dehidrasi berat.
Hipernatremia biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah dengan intake
cairan/makanan yang kurang, atau cairan yang diminum terlalu banyak mengandung
natrium. Ditemukan 10,3% anak yang menderita diare akut dengan dehidrasi berat
mengalami hipernatremia.
d. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya
basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi, terjadi alkalosis
respiratorik, yang ditandai dengan pernapasan kusmaul. Sinuhaji (2007)
menemukan 6,6%-7% bayi/anak yang dirawat dengan diare akut
mengalami asidosis metabolik. Komplikasi diare akut dengan dehidrasi
berat yang ditemukan terbanyak adalah asidosis metabolik sebesar 75,9%
(Jurnalis, Sayoeti & Dewi, 2008) .
e. Ileus Paralitik
Ileus paralitik dapat terjadi akibat penggunaan obat antimotalitas. Ileus
paralitik ditandai dengan perut kembung, muntah, dan peristaltik usus
berkurang atau tidak ada.
f. Kejang
Kejang dapat terjadi pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi
atau selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebut dapat disebabkan oleh
hipoglikemia, kebanyakan terjadi pada anak dengan malnutrisi berat,
hiperpireksia, hipernatremia atau hiponatremia.
g. Gagal Ginjal Akut
Dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat dan syok. Bila pengeluaran
kencing belum terjadi dalam waktu 12 jam setelah hidrasi cukup, maka
dapat didiagnosis gagal ginjal akut.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Peningkatan frekuansi dan kandungan cairan dalam feses.
2. Kram abdomen, distensi, bising usus (borborigmus), anoreksia dan rasa
haus.
3. Kontraksi spasmodik yang sakit dari anus dan mengejan tak efektif
(tenesmus) mungkin terjadi setiap kali defekasi.
4. Sifat dan awitannya dapat eksplosif dan bertahap. Gejala yang berkaitan
adalah dehidrasi dan kelemahan.
5. Feses yang banyak mengandung air menandakan penyakit usus halus.
6. Feses yang lunak, semipadat berkaitan dengan kelainan kolon.
7. Feses berwarna keabu-abuan menandakan malabsorpsi usus.
8. Mukus dan pus dalam feses menunjukkan enteritis inflamasi atau kolitis.
9. Bercak minyak pada air toilet merupakan diagnostik dari insufisiensi
pankreas.
10. Diare nokturnal mungkin merupakan manifestasi neuropati diabetik.
(Baughman, 2000).
Menurut (Rubebsten dkk, 2007) jika merupakan episode akut tunggal dan
belum mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan
berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah
untuk Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya
bila ada riwayat perjalanan ke luar negeri.
b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan
parasit (ameba, Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid,
Campylobacter, Clostridium difficile).
c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau
kangkaer (atau kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki
nilai diasnostik.
G. PATHWAY
Pathway diare
(Nurarif, Amin
&Kusuma, H., 2013)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan
menyembuhkan penyakit yang mendasari (Baughman, 2000).
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin
diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan
loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber
non-infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau
diare memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat
muda atau lansia.
C. Intervensi Keperawatan
Membrane
mucus lembab (
skala 5 )
Fluid Management mengetahui
perkembangan
Label NOC : Vital sign Monitor status rehidrasi
hidrasi (
Monitor
pemberian
terapi IV
Monitor vital
sign klien
Setelah dilakukan asuhan NIC Label >> Nutrition NIC Label >> Nutrition
keperawatan selama 5×24 management management
jam diharapkan pemenuhan 1. Kaji status nutrisi 1. Pengkajian
kebutuhan pasien tercukupi pasien penting dilakukan
dengan kriteria hasil : untuk mengetahui
2. Jaga kebersihan
status nutrisi
mulut, anjurkan
NOC Label >> Nutritionl pasien sehingga
untuk selalu
status dapat menentukan
melalukan oral
intervensi yang
hygiene.
diberikan.
Intake nutrisi
tercukupi. 3. Delegatif pemberian
2. Mulut yang bersih
nutrisi yang sesuai
dapat
Asupan makanan dengan kebutuhan
meningkatkan
dan cairan pasien : diet pasien
nafsu makan
tercukupi diabetes mellitus.
3. Untuk membantu
NOC Label >> Nausea dan 4. Berian informasi
memenuhi
vomiting severity yang tepat terhadap
kebutuhan nutrisi
pasien tentang
yang dibutuhkan
Penurunan kebutuhan nutrisi
pasien.
intensitas yang tepat dan
terjadinya mual sesuai. 4. Informasi yang
muntah diberikan dapat
5. Anjurkan pasien
memotivasi pasien
Penurunan untuk
untuk
frekuensi mengkonsumsi
meningkatkan
terjadinya mual makanan tinggi zat
intake nutrisi.
muntah. besi seperti sayuran
hijau 5. Zat besi dapat
NOC Label >> Weight :
membantu tubuh
Body mass NIC Label >> Nausea
sebagai zat
management
penambah darah
Pasien
sehingga
mengalami 1. Kaji frekuensi mual, mencegah
peningkatan durasi, tingkat terjadinya anemia
berat badan keparahan, faktor atau kekurangan
frekuensi, darah
presipitasi yang
NIC Label >> Nausea
menyebabkan mual.
management
2. Anjurkan pasien
makan sedikit demi 1. Penting untuk
sedikit tapi sering. mengetahui
karakteristik mual
3. Anjurkan pasien
dan faktor-faktor
untuk makan selagi
yang
hangat
menyebabkan
4. Delegatif pemberian mual. Apabila
terapi antiemetik : karakteristik mual
dan faktor
Ondansentron 2×4
penyebab mual
(k/p)
diketahui maka
1. Membantu
memilih alternatif
pemenuhan nutrisi
yang adekuat.
2. Dengan
menimbang berat
badan dapat
memantau
peningkatan dan
DAFTAR PUSTAKA