Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI

EKSKLUSIF DI POSYANDU TANAH BOLENG ADONARA


KABUPATEN FLORES TIMUR
2013

FACTORS ASSOCIATED WITH EXCLUSIVE BREAST FEEDING IN


POSYANDU TANAH BOLENG, ADONARA, EAST OF FLORES REGENCY
2013

OLEH:
MARIA ANGGRIANI SOMI1
MARIANI SUBRATA2
WILHELMUS HARRY SUSILO3

ARTIKEL ILMIAH

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN A


STIK SINT CAROLUS, JAKARTA
APRIL, 2014

1 Mahasiswa STIK Sint Carolus


2 Dosen Tetap STIK Sint Carolus
3 Dosen Tidak Tetap STIK Sint Carolus

1
2
ABSTRAK
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, tanpa makanan tambahan lain selama 6 bulan. ASI
eksklusif bermanfaat bagi bayi, ibu, ayah, keluarga, negara dan lingkungan. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif, di
Posyandu Tanah Boleng Adonara, Kabupaten Flores Timur. Desain penelitian adalah potong
lintang dengan metode kuantitatif. Populasi target berjumlah 54 orang. Pengambilan sampel
secara total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Metode analisis yang
digunakan adalah distribusi frekuensi dan Chi-square. Hasil analisis univariat menunjukkan
sebagian besar responden berusia 20-30 tahun (57,4%); berpendidikan tinggi (57,4%); jumlah
anak >1 (51,9%); memiliki pekerjaan (57,4%); berpengetahuan baik (51,9%); dan mendapat
dukungan dari keluarga (66,7%). Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi-square
menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara variabel usia
(p=0.272), paritas (p=0.513), pengetahuan (p=0.104) dan dukungan keluarga (p=0.314)
dengan pemberian ASI eksklusif. Sedangkan, pada variabel tingkat pendidikan didapatkan
p=0.024 dan pekerjaan p=0.001. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
bermakna antara tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Karena
itu, dibutuhkan penyuluhan kesehatan tentang ASI eksklusif dari petugas kesehatan sehingga
pemberian ASI eksklusif dapat terlaksana secara sukses. Bagi ibu yang bekerja diharapkan
memerah ASI saat meninggalkan bayi.

Kata Kunci : Pemberian ASI Eksklusif

ABSTRACT
Exclusive breast feeding is merely giving breast-feed, without other additional food in six
months of age and after six months. Breast feeding is useful for the baby, mother, father,
family, country and environment. The purpose of this research is to determine factors
associated with exclusive breast feeding in posyandu Tanah Boleng, Adonara, East of Flores
regency. The research design used is cross sectional with quantitative method. The amount of
sample frame is 54 people. The sampling method is total sampling. The data collection used
is a questionnaire. The analysis methods used are frequencies distribution and Chi-square.
The result of univariat analysis shows that most respondents are from 20 to 30 years of age
(57,4%); have higher education (57,4%); the number of parity is > 1 (51,9%); have a job
(57,4%); have good knowledge (51,9%); and have family support (66,7%). The result of Chi-
square test shows that statistically there is no significant relationship between age (p=0.272),
parity (p=0.513), knowledge (p=0.104) and family support (p=0.314) with exclusive breast
feeding. Meanwhile, the level of education obtained is p=0.024 and the job variable obtained
is p=0.001. Thus, It can be concluded that there is a meaningful relationship between
education level and job with exclusive breast feeding. Therefore, health education and
counseling about exclusive breast feeding from health workers and cadres of posyandu is
required so that the exclusive breast feeding can be done successfully. The working mothers
are suggested to flush the breast-feed when leaving their baby.

Keyword : exclusive breast feeding

3
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Angka kelahiran di Indonesia mencapai 5 juta bayi pertahun. Menurut hasil
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 Angka Kematian Bayi (AKB)
Indonesia mencapai 44 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini berarti setiap 2,5 menit ada
satu bayi Indonesia meninggal. UNICEF, menyatakan sekitar 30 ribu kematian anak
Indonesia tiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) selama
6 bulan sejak bayi lahir di dunia. Pemberian ASI dapat menekan angka kematian bayi
hingga 13% dengan dasar asumsi jumlah penduduk 219 juta angka kelahiran hidup,
maka jumlah bayi yang terselamatkan sebanyak 30.000 (Gklinis, 2006).
ASI sangat bermanfaat untuk kesehatan dan tumbuh kembang bayi, kesehatan
ibu, menghemat ekonomi keluarga dan menurunkan angka kesakitan. Pemerintah
Republik Indonesia menjamin dukungan kepada ibu menyusui melalui Undang-
Undang Kesehatan No.36/2009. Dalam pasal 128 dinyatakan bahwa “setiap bayi
berhak mendapat ASI eksklusif sejak dilahirkan, kecuali atas indikasi medis. Dengan
memberikan kepada ASI pada bayi Indonesia, artinya kita turut menyukseskan target
MDGs ke-4 yaitu mengurangi dua pertiga tingkat kematian balita. Selama pemberian
ASI, pihak keluarga, pemerintah, dan masyarakat harus mendukung ibu dan bayi
secara penuh dan total agar praktik pemberian ASI dapat terlaksana dengan baik
sehingga manfaat ASI dapat dirasakan.
Faktor-faktor penunjang keberhasilan menyusui adalah melakukan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD), rawat gabung, posisi menyusui yang baik dan benar, serta
langkah-langkah menyusui yang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut telah
ditetapkan juga melalui Kep Menkes Republik Indonesia No.450/MENKES/2004
tentang pemberian ASI eksklusif bagi bayi Indonesia. Ada banyak faktor yang
menyebabkan ibu tidak memberikan ASI yaitu merasa ASI tidak cukup, bekerja,
pandangan ibu terhadap perubahan payudara. Faktor predisposisi yaitu, umur,
pendidikan, pengetahuan, paritas, sikap dan ibu. Faktor pendukung, pendapatan
keluarga, ketersedian waktu. Faktor pendorong, sikap petugas kesehatan dan
dukungan keluarga (Notoatmodjo, 2002).
Dari berbagai propinsi dilaporkan bahwa berdasarkan laporan riset kesehatan
dasar (RISKESDAS) 2010, Persentase ASI eksklusif (15,3%). IMD kurang dari satu
jam setelah bayi lahir (29,3%), tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%). Sebagian
besar proses IMD dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir tetapi
4
masih ada 11,1% proses mulai disusui dilakukan setelah 48 jam, Pemberian kolostrum
cukup baik (74,7%). Sedangkan Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6
bulan menurut propinsi NTT tahun 2010 (79,4%).
Pemberian ASI dapat melindungi bayi dari sindrom kematian mendadak. Di
kabupaten Flores Timur pada tahun 2009, dilaporkan dari seluruh bayi yang ada
4.429, untuk jumlah sasaran bayi 2.069, yang diberi ASI eksklusif sebesar 1.048
(51%) dari target 65%, maka pencapain ASI eksklusif di kabupaten Flores Timur
masih dibawah target. Sedangkan AKB di Flores Timur tahun 2009 mengalami
peningkatan menjadi 16,9% dari 14,15% per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2008.
Angka ini masih dibawah standar Nasional yaitu 40 per 1000 kelahiran hidup.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk
menemukan faktor yang paling dominan (Profil Kesehatan Flores Timur, 2009).
Laporan dari posyandu Tanah Boleng Adonara di dapatkan bahwa ada 1 bayi
meninggal per tahun (survey tahun 2007-2012), sedangkan program ASI eksklusif
yang diterapkan oleh tenaga kesehatan belum berhasil hingga tahun 2013. Hal ini
menunjukkan bahwa masih rendahnya pemberian ASI eksklusif di posyandu Tanah
Boleng Adonara. Sehubungan belum pernah dilakukan penelitian mengenai hal ini
maka peneliti berkeinginan mengetahui lebih jauh tentang apa saja faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Posyandu Tanah Boleng Adonara
Kabupaten Flores Timur Tahun 2013.

2. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
Eksklusif, di Posyandu Tanah Boleng Adonara kabupaten Flores Timur 2013.
b. Tujuan khusus
1) Diketahuinya gambaran mengenai pemberian ASI Eksklusif di Posyandu
Tanah Boleng Adonara kabupaten Flores Timur.
2) Diketahuinya karakteristik ibu (usia, pendidikan, paritas, pekerjaan), serta
pengetahuan dan dukungan keluarga di Posyandu Tanah Boleng Adonara.
3) Diketahuinya hubungan antara karakteristik ibu (umur, pendidikan, paritas,
pekerjaan), serta pengetahuan dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI
Eksklusif di Posyandu Tanah Boleng.

5
B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Tanah Adonara Boleng Kabupaten Flores


Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur (posyandu Lewat, Leworere, Orintobi, Bajunta’a,
Nihaone, Lewoblolong) pada tanggal 07 – 13 Agustus 2013. Penelitian ini dilakukan di
Posyandu Tanah Boleng Adonara karena pemberian ASI ekskusif masih rendah. Desain
penelitian ini menggunakan cross sectional dengan menggunakan metode pendekatan
kuantitatif deskriptif korelasi untuk mengkaji hubungan antar variabel dan bertujuan
mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel. Populasi penelitian ini adalah semua ibu
menyusui yang mempunyai bayi berusia 6-12 bulan di Posyandu Tanah Boleng Adonara
Kabupaten Flores Timur, yang berjumlah 54 0rang. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 54 orang, melihat populasi yang ada pada penelitian ini yang berjumlah 54 orang,
maka peneliti mengambil seluruh populasi yang ada menjadi sampel dalam penelitian ini,
yang disebut dengan total sampling/Exhaustive sampling yaitu peneliti mengambil semua
subjek penelitian didalam populasi berisiko, untuk mengungkapkan faktor-faktor penyebab
(Murti, 2010 : 76) yaitu 54 orang. Data hasil penelitian diperoleh dengan mengumpulkan
data primer.
Data primer meliputi data hasil yang diperoleh melalui kuesioner seperti data
demografi (umur, pendidikan, paritas dan pekerjaan) dan kuesioner tentang pengetahuan
responden dan dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut sebelumnya dilakukan uji coba untuk
menjamin validitas dan reliabilitas pada 30 0rang responden diambil dari posyandu lain
yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel penelitian diluar dari populasi yang sudah
ditetapkan pada penelitian. Kuesioner diolah dengan program SPSS 21, luaran uji validitas
perhatikan pada kolom corrected total item correlation yang dibandingkan dengan tabel r,
kemudian buat tabel baru dalam words, dan bandingkan nilai luaran dengan nilai tabel r,
dan tentukan tingkat validasi derajat bebas.
Derajad bebas dalam menentukan nilai r pada tabel adalah n-2 dengan tingkat
signifikan adalah 5% (0,05). Jika r > dari variabel r maka item tersebut dikatakan vailid, jika
nilai r < dari variabel r maka item tersebut dikatakan tidak valid. (Susilo, 2013). Setelah itu
dilakukan uji reliabilitas didapatkan Alfa Chronbach’s >0,70 (Uyanto. 2006). Hasil uji
validitas dan reliabitas, menggunakan 41 pertanyaan di dapatkan nilai df (39.00), nilai
r(.26), nilai t (1.68) dan Alfa Chronbach’s 0.876. Terdapat 31 pertanyaan yang valid, 4
pertanyaan marginal, 6 pertanyaan tidak valid, untuk satu pertanyaan marginal diperbaiki

6
sehingga dijadikan instrument penelitian, dengan demikian kuesioner siap untuk digunakan
dalam penelitian adalah 32 pertanyaan.
Analisa univariat dalam penelitian ini akan melihat distribusi frekuensi dan porsentase
dari seluruh variabel karakteristik responden (umur, pendidikan, paritas, pekerjaan) serta
pengetahuan dan dukungan keluarga. Statistik Analisa bivariat digunakan untuk menguji
hubungan antara variabel independen (karakteristik responden: umur, pekerjaan,
pendidikan, paritas) serta pengetahuan dan dukungan keluarga dengan variabel dependen
(pemberian ASI eksklusif).
Uji statistik yang digunakan disesuaikan dengan skala variabelnya yakni variabel
skala nominal dengan ordinal maka digunakan uji satistik chi-square dengan menggunakan
program SSPS. Untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh bermakna, digunakan
tingkat kemaknaan (α) 5% = 0,05. Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak artinya ada
hubungan bermakna antara variabel indenpenden dengan variabel dependen, dan tidak
bermakna jika p value > 0,05 maka gagal ditolak Ho, artinya tidak ada hubungan yang
bermakna antara variabel indenpenden dengan variabel dependen.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Analisa Univariat
Tabel 1
Distribusi umur, pendidikan, paritas, pekerjaan, pengetahuan, dan dukungan keluarga
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten
Flores Timur Agustus 2013
Variabel Frekuensi (%)
Umur
<20 - >30 tahun 23 42,6
20-30 tahun 31 57,4
Pendidikan
Rendah 23 42,6
Tinggi 31 57,4
Paritas
1 anak 26 48,1
>1 anak 28 51,9
Pekerjaan
Bekerja 23 42,6
Tidak Bekerja 31 57,4
Pengetahuan
Baik 28 51,9
Buruk 26 48,1
Dukungan Keluarga
Mendukung 36 66,7
Tidak Mendukung 18 33,3

7
ASI Eksklusif
ASI Eksklusif 35 35,2
Tidak ASI Eksklusif 19 64,8
Sumber : data primer yang sudah diolah

Variabel umur dari 54 responden, yang mempunyai rentang umur 20-30 tahun
ada 31 responden (57,4%) sedangkan berumur <20 >30 tahun ada 23 responden
(42,6%). Variabel pendidikan dari 54 responden, yang berpendidikan tinggi ada 31
responden (57,4%) sedangkan yang berpendidikan rendah ada 23 responden (42,6%).
Variabel paritas dari 54 responden, yang mempunyai jumlah anak >1 orang ada 28
responden (51,9%) dan memiliki 1 anak ada 26 responden (48.1%).
Variabel pekerjaan dari 54 responden, yang bekerja ada 31 responden (57,4%)
sedangkan tidak bekerja ada 23 responden (42,6%). Variabel pengetahuan dari 54
responden, yang memiliki pengetahuan baik ada 28 responden (51,9%), dan yang
memiliki pengetahuan buruk ada 26 responden (48,1%). Variabel dukungan keluarga
dari 54 responden, yang mendapat dukungan dari keluarga ada 36 responden (66,7%)
sedangkan yang tidak mendapat dukungan dari keluarga ada 18 responden (33,3%).

2. Analisa Bivariat
Tabel 2
Distribusi Hubungan antara Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur 2013
ASI Eksklusif
Variabel Ya Tidak Nilai p
N % N %
Umur
<20 dan > 30 tahun 13 24.1 10 18.5 0.272
20-30 tahun 22 40.7 9 16.7
Pendidikan
Tinggi 24 44.4 7 13.0 0.024
Rendah 11 20.4 12 22.2
Paritas
1 anak 18 33.3 8 14.8 0.513
> 1 anak 17 31.5 11 20.4
Pekerjaan
Bekerja 26 48.1 5 9.3 0.001
Tidak Bekerja 9 16.7 14 25.9
Pengetahuan
Bak 21 38.9 7 13.0 0.104
Buruk 14 25.9 12 22.2
Dukungan Keluarga
Mendukung 25 46.3 11 20.4 0.314
Tidak Mendukung 10 18.5 8 14.8
(Sumber : dari data primer yang diolah)

8
HUBUNGAN UMUR DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Berdasarkan analisis bivariat dapat diketahui bahwa, responden yang memberikan


ASI eksklusif terbanyak pada rentang umur 20-30 tahun, berjumlah 22 responden
(40,7%) dibandingkan responden dengan rentang umur <20 >30 tahun berjumlah 13
responden (24,1). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh (nilai p 0.272 > nilai α
0,05). Artinya tidak ada hubungan bermakna antara umur dengan pemberian ASI
eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susriyati (2007), yang menyatakan
tidak ada hubungan antara umur dengan pemberian ASI eksklusif, dan bertolak belakang
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Catur Prehatni (2009) yang menyatakan ada
hubungan yang signifikan antara umur dengan pemberian ASI eksklusif.
Hasil temuan penelitian ini mendukung teori bahwa umur sangat menentukan
kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta
cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun masih
belum matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi
kehamilan, serta persalinan. (Depkes, 1994). Sedangkan ibu yang berumur 20-30 tahun
disebut masa dewasa, dimana pada masa ini diharapkan telah mampu memecahkan
masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi
kehamilan, nifas dan merawat bayinya nanti, serta keterpaparan mengenai informasi ASI
eksklusif cenderung lebih besar. Sedangkan pada usia >30 tahun informasi yang didapat
kurang, karena pada usia tersebut sebagian besar ibu dianjurkan tidak hamil lagi untuk
mencegah terjadinya komplikasi.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2003), yang mengatakan
bahwa umur mempengaruhi seseorang, karena semakin tua usia maka pengetahuan
semakin bertambah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Soetjiningsih (1997), tidak
hanya umur yang mempengaruhi seseorang dalam memberikan ASI eksklusif tetapi
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor (budaya, psikologis, dan meningkatnya promosi
susu formula penggati ASI). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rr.Yosephi D.A
Natalia juga dikatakan bahwa faktor umur tidak berhubungan dengan dengan ibu
menyusui eksklusif, karena produksi ASI lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu
dan seberapa sering bayi disusui oleh ibunya.
Asumsi peneliti, responden yang berusia dalam rentang 20-30 tahun di daerah
penelitian mayoritas adalah keluarga baru dan sangat menginginkan agar anaknya sehat

9
sehingga informasi tentang kesehatan sangat dibutuhkan, dan selalu meluangkan waktu
datang ke posyandu dan fasilitas kesehatan untuk mengecek status kesehatanan bayi. dan
berpeluang mendapatkan informasi kesehatan. Dan pada ibu yang berusia <20 tahun
cenderung mengandalkan informasi kesehatan tentang bayi dari mertua atau orang tua,
sedangkan pada usia >30 tahun sudah mempunyai pengalaman mengasuh anak
sebelumnya sehingga dengan pengalaman itu yang akan diterapkan pada proses
mengasuh anak selanjutnya.
Pada tiap kelompok umur diperlukan dukungan dari petugas kesehatan bukan
hanya untuk rawat gabung dan IMD saja, tetapi juga untuk memberikan penyuluhan
kesehatan agar ibu dapat memahami dengan benar tentang praktik pemberian ASI
eksklusif serta manfaat ASI itu sendiri seperti bayi akan tumbuh sehat, mengurangi
pengeluran ekonomi keluarga, angka kesakitan bayi pun akan berkurang. Sehingga
tujuan MDGs tercapai.

HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Berdasarkan analisis bivariat dapat diketahui bahwa, responden yang


memberikan ASI eksklusif terbanyak pada responden yang berpendidikan tinggi,
berjumlah 24 responden (44,4%) dibanding responden yang berpendidikan rendah
berjumlah 11 responden (20,4%). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh (nilai p
0.024 < nilai α 0,05). Artinya ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan
pemberian ASI eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Catur, Prehatni
Winduastuti (2009), yang menyatakan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
pemberian ASI eksklusif, dan bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Yunisa (2009) yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif.
Orang yang berpendidikan tinggi cenderung berkeinginan tinggi dan akses
informasi yang luas, karena orang yang berpendidikan tinggi lebih ingin mencari tahu
informasi tertentu termasuk tentang ASI eksklusif karena mereka akan lebih mudah
memahami informasi yang baru. Penelitian ini didukung oleh teori yang mengatakan
bahwa semakin tinggi pendidikan yang ditempuh oleh sesorang maka semakin baik
pengetahuan dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah, Notoadmodjo
(2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Catur Prehatni menunjukkan bahwa

10
responden yang berpendidikan tinggi lebih besar presentasenya dibanding responden
yang berpendidikan rendah. Pendidikan yang rendah mengakibatkan kurangnya
pengetahuan dalam menghadapi dan memecahkan suatu masalah. Pendidikan dapat
diperoleh secara formal maupun non formal. Sedangkan berpendidikan tinggi umumnya
terbuka menerima perubahan atau hal-hal baru guna pemeliharaan kesehatannya.
(Depkes RI 1996).
Asumsi peneliti, responden yang berpendidikan tinggi dan berhasil dalam
pemberian ASI eksklusif di daerah penelitian mayoritas suka membaca majalah-majalah
kesehatan dan mengikuti acara televisi yang bertema kesehatan sehingga mereka dengan
mudah memperoleh hal-hal positif yang kemudian diterapkan dalam keluarga mereka.
Responden yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi, sebaiknya diimbangi juga
dengan dukungan petugas kesehatan melalui penyuluhan tentang ASI eksklusif sehingga
mampu menyamakan persepsi bahwa dengan pemberian ASI, bayi akan sehat dan
tumbuh kembang baik, mendukung program MDGs, menghemat pengeluaran ekonomi
keluarga.

HUBUNGAN PARITAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Berdasarkan analisis bivariat dapat diketahui bahwa, responden yang memberikan


ASI eksklusif, hampir sama yaitu pada responden yang memiliki jumlah anak 1 orang
berjumlah 18 responden (33,5%), sedangkan pada responden yang memiliki jumlah anak
>1 orang berjumlah 17 orang (31,5%). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh (nilai p
0.513 > nilai α 0,05). Artinya tidak ada hubungan bermakna antara paritas dengan
pemberian ASI eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hajijah, Septia Utami
(2012), yang menyatakan tidak ada hubungan antara paritas (jumlah anak) dengan
pemberian ASI eksklusif.
Friedman (2005), mengatakan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi
paritas yaitu, pengetahuan, latar belakang budaya, keadaan ekonomi, pekerjaan dan
pendidikan. Komponen-komponen ini dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
dalam memberikan ASI secara eksklusif pada bayi. Namun untuk mencapai keberhasilan
dalam memberikan ASI secara eksklusif ibu harus berusaha mencari informasi tentang
ASI eksklusif bagi ibu yang primipara yaitu salah satu cara melalui pengalaman orang
lain dalam pemberian ASI eksklusif dan untuk ibu mulitipara dengan jarak kelahiran

11
yang dekat cenderung mempengaruhi pikiran, perasaan dan sensasi yang akan
mempengaruhi peningkatan dan menghambat pengeluaran ASI.
Roesli (2000), mengatakan bahwa semakin banyak anak yang dilahirkan akan
mempengaruhi produktivitas ASI, karena sangat berhubungan dengan status kesehatan
ibu dan kelelahan serta asupan gizi. Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan pencarian
informasi dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh
pengalaman sendiri maupun orang lain, bahwa pengalaman ibu berpengaruh dalam
mengurus anak serta berpengaruh pula terhadap pengetahuan tentang ASI eksklusif
(Soetjiningsih,1997).
Dalam penelitian (Proveravati, 2010), mengatakan bahwa pada ibu yang
melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI jauh lebih tinggi dibanding ibu yang
melahirkan pertama kali. Jumlah persalinan yang pernah dialami ibu memberikan
pengalaman dalam memberikan ASI kepada bayi. Semakin banyak paritas ibu akan
semakin berpengalaman dalam memberikan ASI dan mengetahui cara untuk
meningkatkan produksi ASI sehingga tidak ada masalah bagi ibu dalam memberikan ASI
(Hastuti, 2006). Pada ibu yang baru pertama kali melahirkan anak, sering kali
menemukan masalah dalam memberikan ASI pada bayinya. Masalah yang sering muncul
adalah puting susu lecet akibat kurangnya pengalaman yang dimiliki atau belum siap
menyusui secara fisiologis (Neil, WR.R, 1996).
Menurut asumsi peneliti bahwa, ibu yang mempunyai anak satu orang di daerah
penelitian, lebih banyak meluangkan waktunya untuk datang ke fasilitas kesehatan
dimana difasilitas kesehatan mereka mempunyai kesempatan untuk memperoleh
informasi terkait dengan praktik pemberian ASI eksklusif secara baik dan benar. Jumlah
anak belum mampu menjamin terlaksananya ASI secara eksklusif, karena selain IMD,
rawat gabung dan variabel lain yang mendukung, dukungan dari petugas kesehatan
memainkan peranan yang sangat penting lewat penyuluhan kesehatan yang terjadwal
dengan baik, sehingga responden mampu mengetahui secara tepat tentang manfaat ASI.

HUBUNGAN PEKERJAAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Berdasarkan hasil analisis bivariat dapat diketahui bahwa, responden yang


memberikan ASI eksklusif terbanyak pada responden yang bekerja berjumlah 26
responden (48,1%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja
berjumlah 9 responden (16,7%). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh (nilai p

12
0.001< nilai α 0,05). Artinya ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan
pemberian ASI eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Catur, Prehatni
(2009), yang menyatakan ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI
eksklusif, dan bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunisa
(2009) yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan
pemberian ASI eksklusif. Beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang
bekerja yaitu, Susui bayi sebelum bekerja, ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah
sebelum berangkat bekerja, ASI dapat disimpan di lemari pendingin dan dapat diberikan
pada bayi dengan menggunakan cangkir pada saat ibu bekerja, pada saat ibu di rumah
sesering mungkin bayi disusui dan jadwal menyusui diganti sehingga banyak menyusui
di malam hari, minum dan makan makanan yang bergizi selama bekerja dan menyusui,
dimana komponen tersebut diatas dapat membentuk suatu kekuatan yang utuh, sehingga
dapat mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif.
Pekerjaan ibu juga dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam
memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik daripada
responden yang tidak bekerja. Hal ini terjadi karena ibu yang bekerja diluar rumah
mendapatkan akses informasi yang lebih baik, termasuk mendapatkan informasi
mengenai ASI eksklusif. (Depkes RI,1999). Bekerja bukan alasan untuk menghentikan
pemberian ASI eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila memungkinkan hingga 6
bulan, meski cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang
menyusui, adanya perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang
ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif. Menurut Roesli (2005).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sr.Paula Athu, OSA yang mengatakan
bahwa perilaku pemberian ASI eksklusif lebih banyak dijumpai pada responden yang
bekerja dibanding responden yang tidak bekerja, hal ini disebabkan karena ibu yang
bekerja lebih sungguh-sungguh punya kemauan yang kuat untuk menyusui bayinya
dibanding ibu yang tidak bekerja.
Menurut asumsi peneliti, responden yang bekerja di daerah penelitian cenderung
mencari tahu lebih jauh tentang ASI eksklusif itu sendiri dibanding ibu yang tidak
bekerja karena ibu yang bekerja cenderung berinteraksi dengan orang-orang diluar rumah
sehingga informasi terbaru mengenai kesehatan mudah diperoleh dibandingkan ibu yang
tidak bekerja lebih banyak waktunya mengurus keluarga dan urusan rumah tangga di

13
rumah sehingga keterpaparan informasi kesehatan termasuk ASI eksklusif kurang
didapatkan secara baik sehingga bayi 0-6 bulan lebih dini diberikan makanan selain ASI.
Status pekerjaan, baik responden yang bekerja maupun tidak bekerja sebaiknya
dibutuhkan dukungan dari petugas kesehatan agar ASI eksklusif bisa berhasil secara
seimbang melalui penyuluhan, agar responden dapat meyakini manfaat ASI, baik untuk
kesehatan dan tumbuh kembang bayi, dapat menghemat pengeluaran ekonomi keluarga,
mendukung program MDGs, dengan demikian angka kesakitan bayi akan menurun.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Berdasarkan analisi bivariat dapat dilihat bahwa, responden yang memberikan


ASI eksklusif terbanyak pada responden yang memiliki pengetahuan baik, berjumlah 21
responden (38,9%) dibanding dengan responden yang memiliki pengetahuan buruk
berjumlah 14 orang (25,9%). Berdasarkan hasil chi-square diperoleh (nilai p 0.104> nilai
α 0,05). Artinya tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan pemberian
ASI eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susriyati (2007) yang
menyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif,
dan bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Catur, Prehatni
Winduastuti (2009) dan Sr. Paula Athu, OSA (2004) yang menyatakan ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif.
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan melalui panca indera terhadap suatu objek tertentu dimana sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan mencakup
domain kognitif yang mempunyai 6 tingkatan, dimulai dari tahu, memahami, aplikasi,
analisis, sintesis sampai evaluasi. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, (Notoadmodjo, 2007). ASI
eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi, dan tim, (Roesli (2002).
Walaupun tidak ada program penyuluhan tentang ASI eksklusif di posyandu
namun, secara spontan ibu-ibu selalu berinisiatif bertanya tentang ASI eksklusif pada
petugas kesehatan pada saat kegiatan posyandu dan sering mendapat informasi dari
keluarga atau teman yang berlatar belakang kesehatan. sehingga responden dapat

14
mengisi kuesioner dengan baik dan mayoritas berpengetahuan baik. Pengetahuan tentang
ASI eksklusif tidak hanya bisa diperoleh melalui pendidikan formal tetapi bisa melalui
informasi dari rekan yang berlatar belakang kesehatan, ataupun dari media massa, karena
pengetahuan bukan hanya dari keyakinan atau kepercayaan individu melainkan suatu
usaha untuk mencari tahu, atau melalui pengalaman pribadi bersama orang lain.
Menurut asumsi peneliti, pengetahuan baik responden terhadap pemberian ASI
eksklusif yang ada di daerah penelitian dipengaruhi inisiatif responden untuk selalu
bertukar informasi dengan responden yang lain saat bertemu ditempat arisan, kelompok
doa, posyandu, dan mengikuti acara-acara di balai desa. Pada variabel pengetahuan,
hanya sekedar tahu saja tidak menjamin perilaku terhadap ASI eksklusif bisa berhasil,
walau variabel lain sudah mendukung, namun dukungan dari petugas kesehatan melalui
penyuluhan sangat dibutuhkan, agar manfaat ASI dapat tersampaikan ke responden, dan
manfaat ASI pun dapat dirasakan seperti, kesehatan dan tumbuh kembang bayi baik,
menghemat biaya ekonomi keluarga, mendukung program MDGs, sehingga dapat
menekan angka kesakitan bayi.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN ASI


EKSKLUSIF

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan, dapat dilihat bahwa responden yang


memberikan ASI eksklusif terbanyak pada responden yang mendapat dukungan dari
keluarga berjumlah 25 responden (46,3%) dibanding dengan responden yang tidak
mendapat dukungan dari keluarga berjumlah 10 responden (18,5%). Sedangkan pada
presentase tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi, terbesar pada responden yang
mendapat dukungan dari keluarga berjumlah 11 responden (20,4%) dibanding dengan
responden yang tidak mendapat dukungan dari keluarga hanya berjumlah 8 responden
(14,8%). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh (nilai p 0.314> nilai α 0,05). Artinya
tidak ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI
eksklusif di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunisa (2004), yang menyatakan tidak
ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif, dan bertolak
belakang dengan penelitian Catur, Prehatni (2009), yang menyatakan ada hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini
mendukung teori bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya faktor pendorong

15
(reinforcing factor) yang salah satunya adalah adanya dukungan atau dorongan yang
diberikan oleh keluarga, teman dan masyarakat. (Green, 1980).
Roesli (2000), mengatakan bahwa ayah merupakan bagian vital dalam
keberhasilan atau kegagalan menyusui. Banyak ayah yang berpendapat salah bahwa
menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat
pasif saja. Sebenarnya ayah mempunyai peran penting dalam menentukan keberhasilan
menyusui karena ayah akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI yang
sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Dalam penelitian Catur
Prehatni (2009) mengatakan bahwa proporsi terbesar dalam pemberian ASI eksklusif
adalah responden yang mendapat dukungan dari keluarga dibanding responden yang
tidak mendapat dukungan dari keluarga.
Keberhasilan dalam memberikan ASI mempunyai pengaruh dari dukungan orang
terdekat seperti suami, orangtua, mertua, karena pada saat ibu merasa dapat dukungan
dari keluarga, ibu akan tenang dan nyaman saat menyusui bayi, yang akan berpengaruh
terhadap produksi ASI. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara singkat dengan
beberapa responden yang mendapat dukungan dari keluarga cenderung tidak
memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya karena ibu beranggapan bahwa jika
anaknya diberikan makanan pendamping susu formula maka anak akan berkembang
lebih cepat dan sehat seperti iklan-iklan di televisi dan media massa lainnya.
Menurut asumsi peneliti, beberapa responden yang mendapat dukungan dari
keluarga di daerah penelitian, memiliki pengetahuan yang kurang tentang ASI eksklusif,
memiliki budaya keluarga bahwa bayi 0-6 bulan selain mendapat ASI, bayi juga harus
diberi makanan tambahan seperti pisang dan air putih agar bayi lebih sehat dan
responden mudah terpengaruh dari iklan di televisi dan media masa sehingga mereka
keliru dalam memahami konsep ASI eksklusif secara benar. Dengan adanya dukungan
keluarga, diharapkan ASI eksklusif lebih berhasil, namun ada faktor lain yang
mendukung yaitu dukungan dari petugas kesehatan lewat penyuluhan agar responden
mampu mengetahui dengan jelas manfaat ASI seperti kesehatan dan tumbuh kembang
bayi akan baik, menghemat pengeluaran ekonomi keluarga, mendukung program MDGs,
sehingga dapat menekan angka kesakitan bayi.

16
D. SIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Gambaran distribusi responden, dari 54 responden di Posyandu Tanah Boleng
Adonara Kabupaten Flores Timur persentase terbesar berusia 20-30 tahun (57,4%);
berpendidikan tinggi (57,4%); mayoritas memiliki jumlah anak >1 orang (51,9%);
memiliki pekerjaan (57,4%); berpengetahuan baik (51,9%); dan mendapat dukungan
dari keluarga (66,7%).
b. Tidak ada hubungan yang bermakna antara usia (p value 0.272> 0.005), paritas (p
value 0.513> 0.005), pengetahuan (p value 0.104> 0.005), dukungan keluarga (p
value 0.314) dengan pemberian ASI eksklusif di Posyandu Tanah Boleng Adonara
Kabupaten Flores Timur.
c. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan (p value 0.024< 0.005) dan
pekerjaan (p value 0.001< 0.005) dengan pemberian ASI eksklusif di Posyandu
Tanah Boleng Adonara, Kabupaten Flores Timur.

2. Saran
a. Bagi Institusi Pendidikan
Agar hasil penelitian ini bisa dimasukkan dalam acuan pembelajaran yang
berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif dan mahasiswa dilatih dalam pemberian
penyuluhan tentang ASI eksklusif.
b. Bagi Pelayanan kesehatan
Dukungan petugas kesehatan, lewat penyuluhan sangat penting agar
informasi tentang ASI eksklusif dapat tersampaikan kepada responden dengan benar
sehingga ASI eksklusif bisa berhasil, dan manfaat ASI dapat dirasakan.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Di perlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain yang
belum diteliti yang mungkin dapat berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif,
terutama faktor tentang dukungan petugas kesehatan terhadap pemberian ASI
Eksklusif, di lokasi penelitian yang jumlah populasi lebih banyak baik di Posyandu,
Puskesmas, Maupun Rumah Sakit guna memperoleh hasil penelitian lebih baik.

17
E. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Salemba


Medika
Athu, Paula. (2004). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif. Unit Post Partum RSIA Fatima Ketapang
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. (2010). Riset Kesehatan
Dasar. (RISKESDAS) 2010. http://www.dinkes.DKIprov.go.id
Budiarto, E., (2003). Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
EGC
Bunga, A.L., & Emiliana T,. (2011). Panduan Riset Keperawatan Program SI
Keperawatan. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus
Cadwell, K & Cindy, T, M,. (2011). Buku Saku : Manajemen Laktasi. Jakarta : EGC
Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur (2009). Profil Kesehatan Kabupaten Flores
Timur Tahun 2010. Propinsi Nusa Tenggara Timur
Depkes RI. (2002). Manajemen Laktasi Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Gizi Masyarakat
Depkes RI dan Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. (1992). Manajemen
Laktasi. Cetakan I. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Farer, H. (1999).Perawatan Maternitas. Ed.2.Jakarta : EGC
G.J Ebrahim. (1991). Air Susu Ibu. Jakarta: Yayasan Essentia Medika
Green, LW. (1980). Health Education Planning A Diagnostic Approach. California :
Mayfield Publishing Company.
Hubertin, S. (2004). Konsep Penerapan ASI Ekslusif. Cetakan 1.Jakarta : EGC
Huka, Christina Legawati.(2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Pemberian ASI Eksklusif. Puskesmas Cijeruk. Skripsi. Depok :FKM UI
Husaini. (1998). Pertumbuhan Bayi Sehat Sejak Lahir Sampai Berumur 12 Bulan.Gizi
Indonesia. Vol. X (1)
Jitowitono, S & Weni K,. (2010). Asuhan Keperawatan : Neonatus dan Anak.
Yogyakarta : Nuha Medika
Kemenkes RI. (2010). Pedoman Pekan ASI sedunia (PAS) tahun 2010. Langkah Menuju
Sayang Bayi. Jakarta : Kemenkes RI.
Keraf, A.S., & Mikhael, D,. (2001). Ilmu Pengetahuan : Sebuah Tinjauan Filosofis
Jakarta: Kanisius
Klinik kesehatan. (2012). Cara Menyusui yang Benar. (http://klinik kesehatan.com/cara-
menyusui-yang benar.htm). Diakses tanggal 01 Mey 2013.
Maryunani, A., (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. (Post Partum). Cetakan 1.
Jakarta : CV.Trans Info Media.
Maryunani, A., & Nurhayati. (2009). Asuhan Bayi Baru Lalhir Normal. Edisi 1. Jakarta :
Trans Info Media
Moehhyi, S., (2008). Bayi Sehat & Cerdas Melalui Gizi dan Makanan Pilihan :
Pedoman Asupan Gizi untuk Byi dan Balita. Jakarta : Pustaka Mina
Murti, B., (2010). Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif Di Bidang
Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Madah University Press

18
Neil, W.R. (1996). Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta : Dian Rakyat.
Notoatmodjo, dkk.(2012). Pomosi Kesehatan di Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., (2010). Pendidikan & Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
______________ (2010). Promosi kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
______________ (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
(2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta :Rineka Cipta
(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
(2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2003). Konsep dan Penelitian Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Novita, R.,. (2011). Keperawatan Maternitas. Bogor : Ghalia Indonesia
Pujiadi. (2010). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi keempat. Balai Penerbit FK UI:
Depok.
Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia). (2003). Management Laktasi.
Perinasia .(1994). Melindungi, Meningkatkan dan Mendukung ASI. Cetakan 2. Jakarta :
Binarupa Aksara
Polit, D. F., & Hungler, B. P.,(2002). Nursing Research : Principles and Methods 6th
edition. Philadelphia : Lippincott Wiliams & Wilkins.
Prasetyono, D.S., (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta: DIVA Press
Prawiroharjo.(1997). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Prehatni, C., (2009). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Pada Ibu Bersalin. Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Barat. Skripsi. Jakarta
:STIK Sint Carolus
Proverawati, Rahmawati.2010.Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Rahmawati dan Kuntari. (2007). ASI Ekslusif Demi Sang Bayi.
http://tamanfirdaus.multiply.com/review/item/7.html. Diakses tanggal 02 Mei
2013. Pukul 11.02 WIB.
Roesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusui Dini. Cetakan II. Pustaka Bunda : Jakarta
(2001). Bayi Sehat Berkat ASI Ekslusif : Makanan Pendamping Tepat dan
Imunisasi Lengkap. Jakarta : Elex Media Komputindo
(2000). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : Trubus Agriwidya
Susilo, W. H., (2013). Diktat 01: Biostatistika & Praktikum Untuk Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : tidak dipublikasikan.
(2013). Skala dan Instrument Penelitian : Aplikasi SPSS Pada
Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : IN MEDIKA
Susriyati. (2007). Faktor Eksternal dan Internal Yang Berhubungan Dengan Sikap Ibu
dalam Pemberian ASI Eksklusif. Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading.
Skripsi. STIK Sint Carolus : Jakarta.
Soekanto. (2003). Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : Raja Grafindo
Syaifuddin. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia: Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.2.
Jakarta : Salemba Medik
Utami, Hajijah.Septia,. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu
Dalam Praktek Pemberian ASI Eksklusif. Di Puskesmas Kecmatan Koba. Skripsi.
Universitas Indonesia : Depok.
Whorthington, Robert. (1993). Nutrition In Pregnancy and Lactation. Fifth Edition,
Mosby-YEAR Book Inc. Missoury USA.

19
Widodo, Y.(2003). Kebiasaan Memberikan Makanan Kepada Bayi Baru Lahir di
Propinsi Jawa Barat. Medika Litbang Kesehatan VXI.
Wilson, D., (2011). Pendidikan Kesehatan Pada Wanita Usia Poduktif.
Yunisa. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan menyusui ASI
Eksklusif pada ibu pekerja. Di rumah sakit mitra keluarga kelapa gading. Skripsi.
Jakarta: STIK Sint Carolus
http://www.rumahbunda.com/breastfeeding/beberapa-posisi-menyusui-yang-benar/
attachment/breastfeeding-position/Diakses tanggal 01 Mei 2013. Pukul 09.25
WIB.
http://www.botolkacaasi.com/bagaimana-cara-menyusui-dengan-baik-dan-
benar.Diakses tanggal 6 juni 2013.
http://www. Mediaindonesia.com.1.2008. Definisi Mitos. Diakses tanggal 8 mei 2013.

20

Anda mungkin juga menyukai