Anda di halaman 1dari 60

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Mengajar guru

Keberhasilan dari suatu proses pendidikan dan pengajaran di sekolah salah

satunya banyak tergantung pada pelaksanaan dan pengajaran itu sendiri, yaitu dari

faktor guru. Gurulah yang secara langsung membimbing, membantu, mempengaruhi

dan mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa untuk mencapai tujuan.

Sebagai pelaksana pendidikan dan pengajaran guru dituntut untuk memiliki

kemampuan dasar yang diperlukan dalam menunjang profesionalisasinya.

Kemampuan guru tersebut tercermin dalam kompetensinya. Ada beberapa

kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai pendidik dan pengajar di

sekolah. Nana Sudjana (1982 : 2) mengemukakan bahwa : “ sebagai pendidik paling

tidak guru harus menguasai bahan yang diajarkannya dan terampil dalam

mengajarkannya ”. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1991 : 47) mengemukakan

bahwa :

Profesional seorang guru mengandung pengertian yang meliputi kepribadian,


keilmuan, dan keterampilan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa,
kompetensi profesional guru tentu saja akan meliputi ketiga unsur itu, kendatipun
yang lebih besar terletak pada unsur keterampilan sesuai dengan peranan yang
diperlukan

Jadi jelas bahwa, keterampilan mengajar sebagai salah satu unsur kompetensi

professional seorang guru mutlak diperlukan dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar untuk menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.


10

Oemar Hamalik (1991 : 109) mengemukakan 7 keterampilan yang harus

dimiliki oleh seorang guru yaitu,

1. Penguatan
2. Bermacam-macam stimulus
3. Keterampilan menyajikan induksi
4. Keterampilan menyajikan ceramah
5. Ilustasi dan pemberian contoh-contoh
6. Keterampilan penyajian
7. Siswa mengajukan pertanyaan

Moh. Uzer Usman (1995 : 74) mengemukakan 8 keterampilan mengajar yang

harus dimiliki oleh seorang guru yaitu,

1. Keterampilan bertanya (questioning skills)


2. Keterampilan memberi penguatan (reinforcement skills)
3. Keterampilan mengadakan variasi (variation skills)
4. Keterampilan menjelaskan (explaning skills)
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set induction and closure)
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
7. Keterampilan mengelola kelas
8. Keterampilan mengajar perseorangan

Menurut Ad. Rooijakkers (1991 : 36) mengungkapkan 10 keterampilan yang

harus dimiliki oleh seorang guru diantaranya :

1. Keterampilan 1 adalah keterampilan yang menyangkut cara memberi struktur


pada uraian atau pengajaran klasikal.
2. Keterampilan 2 adalah keterampilan untuk mengisi bagian pendahuluan suatu
jam pengajaran klasikal atau kuliah mimbar.
3. Keterampilan 3 adalah keterampilan yang berkaitan dengan pelaksanaan suatu
jam pelajaran.
4. Keterampilan 4 adalah keterampilan yang berkaitan dengan cara menyusun
bagian inti pelajaran secara teratur.
5. Keterampilan 5 adalah keterampilan yang menyangkut masalah penggunaan
alat peraga dan sarana lainnya.
6. Keterampilan 6 adalah keterampilan untuk mengisi bagian penutup.
7. Keterampilan 7 adalah keterampilan yang menyangkut sikap yang menunjang
dalam penyampaian bahan pelajaran.
11

8. Keterampilan 8 adalah keterampilan mengadakan variasi dalam penyampaian


bahan pelajaran
9. Keterampilan 9 adalah keterampilan yang berhubungan dengan cara
memperoleh umpan balik dari siswa.
10. Keterampilan 10 adalah hampir mirip dengan keterampilan 8 yaitu
keterampilan mengadakan variasi suara, nada bicara, kecepatan suara dan
tempat mengajar.
Menurut Nana Sudjana (1982 : 18) Mengungkapkan 12 kemampuan dasar yang

harus dimiliki oleh seorang guru diantaranya :

1. Penguasaan materi.
2. Pengetahuan proses belajar mengajar.
3. Penggunaan media dan sumber.
4. Pengelolaan kelas
5. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
6. Merencanakan program pengajaran.
7. Mengelola interaksi belajar mengajar.
8. Menguasai macam-macam metode mengajar.
9. Menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan mengajar.
10. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
11. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
12. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk
keperluan pengajar.

Berdasarkan keempat pendapat tersebut, secara konseptual tidak terlalu

berbeda, dalam arti mengacu kepada tujuan dan makna yang sama. Perbedaan hanya

terletak pada redaksi kalimat yang digunakan. Pelaksanaannya setiap jenis

keterampilan mengajar merupakan keterpaduan dengan jenis keterampilan mengajar

lainnya dan tidak dapat dipisahkan.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab I, bahwa keterampilan mengajar yang

akan dibahas adalah keterampilan mengajar sesuai yang dijelaskan oleh Moh. Uzer

Usman yaitu dari keterampilan bertanya sampai dengan keterampilan mengajar


12

perseorangan. Semua keterampilan mengajar tersebut di atas diuraikan sebagai

berikut :

1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan suatu rangkaian

yanng termasuk ke dalam proses belajar mengajar. Mengenai hal ini tentunya seorang

guru harus mampu membuka dan menutup pelajaran sesuai dengan prosedur yang

telah dibuat dalam rencana pengajaran sebelumnya dalam setiap pelaksanaan

pengajaran. Menurut Moh. Uzer Usman (1995 : 91) mengungkapkan keterampilan

membuka dan menutup pelajaran adalah :

Yang dimaksud membuka pelajaran atau set induction ialah usaha atau kegiatan
yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan pra
kondisi bagi murid agar mental atau perhatian terpusat pada apa yang akan
dipelajarinya sehingga uasha tersebut akan memberikan efek yang positif
terhadap kegiatan belajar.

Ad. Rooijakkers (1991 : 38) mengemukakan tentang keterampilan membuka

pelajaran adalah sebagai berikut :

Keterampilan membuka pelajaran merupakan bagian pendahuluan suatu jam


pelajaran yang membantu murid agar sejak semula sudah dapat membayangkan
isi pelajaran yang akan diajarkan. Di situ pengajar mencoba mengarahkan
perhatian murid serta mengarahkan timbulnya motivasi dalam diri murid, agar
mereka dapat menerima bahan pelajaran baru.

Dengan memperhatiakan pendapat di atas, jelaslah bahwa keterampilam

membuka pelajaran harus dimiliki seorang guru dalam mengawali, membimbing, dan

membantu siswa dalam pemahaman belajarnya. Dengan kata lain kegiatan yang
13

dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan

perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.

Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal jam

pelajaran, tetapi pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan

selama jam pelajaran itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengemukakan

tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian siswa, memberi acuan dan membuat

kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa dengan bahan yang akan

dipelajarinya.

Sedangkan menutup pelajaran menurut Moh. Uzer Usman (1995 : 92)

mengungkapkan bahwa : “ Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang

dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar “.

Menutup pelajaran adalah harus lebih hanya ucapan sampai jumpa lagi tetapi harus

memberi gambaran menyeluruh apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui

tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar

mengajar. Selanjutnya pada bagian penutup, guru dapat memberitahukan bahan yang

akan dibahas dalam pelajaran mendatang.

Keterampilan membuka pelajaran mempunyai tujuan-tujuan yang dapat

dirasakan oleh siswa, diantara

1. Menyiapkan mental siswa agar siap memasuki persoalan yang akan dipelajari

atau dibahas.

2. Menimbulkan minat serta pemusatan perhatian siswa terhadap apa yang akan

dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar.


14

3. Dapat membayangkan isi pelajaran yang akan dibahas.

4. Mempersiapkan siswa agar dapat mendengarkan dan menerima bahan

pelajaran baru dengan proporsi yang tepat.

Agar ketika membuka pelajaran dapat efektif, maka seorang guru harus

memiliki teknik-teknik dalam membuka pelajaran. Ad. Rooijakkers (1991 : 39)

mengemukakan langkah-langkah dalam membuka pelajaran yaitu :

1. Memberitahukan kegunaan bahan pelajaran saat ini.


2. Menempatkan pokok masalah pelajaran saat itu pada ruang lingkup yang
lebih luas.
3. Menjelaskan hubungan antara pelajaran saat ini dengan pelajaran yang lalu.
4. Menghubungkan bahan pelajaran saat itu dengan pengetahuan yang telah ada
dibenak murid.
5. Menunjukkan bahan pelajaran saat itu dari pokok masalah apa saja.

Berdasarkan pendapat di atas, seorang guru dalam memulai suatu pelajaran

harus bisa membawa pikiran siswa terhadap pelajaran yang akan dibahas dengan cara

memberitahukan pelajaran yang akan dibahas. Sehingga siswa akan benar-benar siap

untuk menerima pelajaran tersebut.

Selain memiliki kemampuan membuka pelajaran, keterampilan menutup

pelajaran juga harus dimiliki dengan baik. Guru harus mampu menguasai langkah-

langkah atau teknik menutup pelajaran, Moh. Uzer Usman (1995 : 92) menyatakan

sebagai berikut :

1. Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas atau
dipelajari sehingga siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang makna
serat esensi pokok persoalan yang baru dipelajari.
2. Mengkonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok dalam
pelajaran yang bersangkutan agar informasi yang telah diterimanya dapat
membangkitkan minat dan kemampuannya terhadap pelajaran selanjutnya.
15

3. Mengorganisasikan semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari


sehingga memerlukan suatu kebulatan yang berarti dalam memahami materi
yang baru dipelajari.
4. Memberikan tindak lanjut berupa saran-saran atau ajakan agar materi yang
baru dipelajari jangan dilupakan serta agar dipelajari lagi di rumah.

Sedangkan Ad. Rooijakkers (1991 : 48) berpendapat langkah-langkah menutup

pelajaran adalah :

1. Dengan bantuan kata-kata inti, guru sekali lagi menjelaskan garis besar
pengajaran.
2. Memberitahukan sekali lagi tujuan pengajaran saat ini, yang sebelumnya telah
dikatakan pada bagian pendahuluan.
3. Memberitahukan secara singkat bahan yang akan dihadapi oleh murid pada
pelajaran berikutnya.
4. Kadangkala guru merasa perlu mengatakan, bagian-bagian mana harus
diperhatikan untuk kepentingan ujian.

Dari kedua pendapat di atas, jadi jelas bahwa keterampilan menutup pelajaran

harus dilaksanakan dengan langkah-langkah yang benar dengan tujuan agar materi

yang disampaikan oleh guru dapat pahami secara jelas oleh siswa tersebut.

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran memiliki komponen-komponen

yang harus dikuasai oleh seorang guru, dengan tujuan agar ketika membuka dan

menutup pelajaran dapat berjalan dengan lancar dan lebih efektif. Moh. Uzer Usman

(1995 : 92-93) mengungkapkan bahwa :

Komponen membuka dan menutup pelajaran


1. Membuka Pelajaran
• Menarik perhatian siswa, dengan cara gaya mengajar guru, penggunaan alat
bantu pelajaran, pola interaksi yang bervariasi.
• Menimbulkan motivasi, dengan cara disertai kehangatan dan keantusiasan,
menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan,
memperhatikan minat siswa.
16

• Memberi acuan, dengan cara mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas,


menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah
pokok yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
• Membuat kaitan atau hubungan diantara materi-materi yang akan dipelajari
dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikusai oleh siswa.
2. Menutup pelajaran
• Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti
pelajaran dan membuat ringkasan.
• Mengevaluasi. Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan adalah
mendemontrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain,
mengekplorasi pendapat siswa sendiri, memberikan soal-soal tertulis.

Dengan menguasai dan mengimplementasikan komponen-komponen

keterampilan membuka dan menutup pelajaran dengan baik, seorang guru akan lebih

mampu menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa secara lebih efektif dan efisien,

sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa.

2. Keterampilan Mengelola Kelas

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur

siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang

menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang

baik antara dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas.

Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses

belajar mengajar yang efektif.

Keterampilan mengelola kelas menurut Moh. Uzer Usman (1995 : 97)

mengungkapkan bahwa :

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan


memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya jika terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan
17

untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya


proses belajar mengajar.

Keterampilan mengelola kelas menurut definisi diatas, pada dasarnya

merupakan suatu tindakan dan pemeliharaan situasi dan kodisi yang kondusif yang

mengarah pada pelaksanaan proses belajar mengajar yang efektif dan lebih optimal.

Yang termasuk ke dalam hal ini adalah penghentian tingkah laku siswa yang

menyeleweng dari perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan penyelesaian

tugas bagi siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.

Untuk mengendalikan situasi kelas, bagi seorang guru bukanlah pekerjaan yang

mudah, seorang guru harus tahu tentang prinsip penggunaan kelas. Dengan

mengetahui prinsip ini maka guru dapat mengendalikan siswanya agar situasi di

dalam kelas menjadi lebih kondusif. Prinsip penggunaan pengelolaan kelas adalah

sebagai berikut :

1. Kehangatan dan keantusiasan

Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas

yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi proses belajar

mengajar yang optimal.

2. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan

meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan

munculnya tingkah laku yang menyimpang.

3. Bervariasi
18

Penggunaan alat atau media, gaya dan interaksi belajar mengajar yang

bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan

menghindari kebosanan.

4. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat

mencegah munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar

mengajar yang efektif.

5. Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya, di dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan

pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada

hal-hal yang negatif.

6. Penanaman disiplin diri

Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari

pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu mendorong siswa untuk

melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi

contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung

jawab.

Keterampilam mengelola kelas memiliki komponen-komponen yang harus

diperhatikan oleh seorang guru, dengan tujuan untuk memudahkan pengaturan situasi

kelas. Komponen-komponen keterampilan mengelola kelas adalah :

1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi

belajar yang optimal (bersifat preventif).


19

Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil

inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan hal-hal tersebut yang meliputi keterampilan sebagai

berikut :

• Menunjukkan sikap tanggap. Tanggap terhadap perhatian, keterlibatan

ketidakacuhan, dan keterlibatan siswa dalam tugas-tugas di kelas. Kesan

ketanggapan dapat ditujukan dengan cara memandang secara seksama,

guru mendekati terhadap siswa, guru memberikan pernyataan dan guru

memberikan reaksi yang menimbulkan gangguan dan ketidakacuhan

siswa.

• Memberikan perhatian. Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru

mampu memberikan perhatian kepada beberapa kegiatan yang

berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi verhatian dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu dengan cara visual dan dengan cara verbal.

• Memusatkan perhatian kelompok. Kegiatan siswa dalam belajar dapat

dipertahankan apabila dati waktu ke waktu guru mampu memusatkan

perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang diberikan. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara menyiagakan siswa dan menuntut tanggung jawab

siswa terhadap tugas yang diberikan.


20

• Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas. Hal ini berhubungan dengan

cara guru memberikan petunjuk agar jelas dan singkat dalam pelajaran

sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri siswa.

• Menegur. Apabila terjadi tingkah laku siswa yang menggangu kelas,

hendaknya guru segara menegurnya secara verbal dengan syarat teguran

tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang menggangu, teguran tidak kasar

dan tidak menyakitkan, teguran tidak bersifat ocehan atau ejekan.

• Memberi penguatan. Dalam hal ini guru dapat menggunakan cara yaitu

guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang mengganggu dan

guru memberikan penguatan kepada siswa yang bertingkah laku yang

baik, dan siswa tersebut dijadikan contoh bagi siswa yang bertingkah laku

yang jelek.

2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang

optimal.

Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa

yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan

remedial untuk mengendalikan kondisi belajar yang optimal. Guru yang

profesional adalah guru yang dapat menangani setiap problema siswa di

kelas. Beberapa strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku siswa

yang terus menerus menimbulkan gangguan adalah sebagai berikut :


21

• Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku

siswa yang mengalami kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku

tersebut dengan mengaplikasikan penguatan secara sistematis.

• Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok

dengan cara memperlancar tugas-tugas siswa, memelihara dan

memulihkan semangat siswa dan menangani konflik yang timbul.

• Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah

Agar dalam mengelola kelas berjalan dengan lancar, maka seorang guru harus

memperhatikan hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Dengan demikian kodisi kelas

agar tetap terjaga dan situasi belajar menjadi lebih efektif. Hal-hal yang harus

diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Campur tangan yang berlebihan (teachers instruction)

Apabila guru menyela kegaiatan yang sedang asyik berlangsung dengan

komentar, pertanyaan, atau petunjuk mendadak, maka kegiatan itu akan

terputus. Hal ini akan memberikan kesan kepada siswa bahwa guru tidak

memperhatikan keterlibatan dan kebutuhan anak.

2. Kelenyapan (fade away)

Hal ini terjadi jika guru gagal melengkapi suatu instruksi, penjelasan,

petunjuk, dan kemudian menghentikan penjelasan yang jelas.

3. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stops and starts)


22

Hal ini terjadi bila guru memulai suatu aktifitas tanpa mengakhiri aktiviatas

sebelumya mengehentikan kegiatan pertama, memulai yang kedua, kemudian

kembali kepada yang pertama lagi. Dengan demikian guru tidak dapat

mengendalikan situasi di kelas dan akhirnya dapat menggangu kelancaran

proses belajar mengajar.

4. Penyimpangan (digression)

Akibat guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan atau bahan tertentu

memungkinkan ia dapat menyimpang. Penyimpangan tersebut dapat

menggangu kelancara kegiatan belajar siswa.

5. Bertele-tele (overdwelling)

Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal-hal

tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran yang

sederhana menjadi ocehan.

3. Keterampilan Menjelaskan

Betapapun pandainya seorang guru dalam menguasai bahan pelajaran, akan

kurang efektif apabila guru tersebut kurang atau tidak mampu menguasai

keterampilan menjelaskan bahan pelajaran yang dikuasainya. Demikian pula

sebaliknya, kurang efektif juga seorang guru apabila hanya pandai menjelaskan,

tetapi tidak menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan. Idealnya seorang

guru menguasai bahan pelajaran dan terampil dalam memberikan penjelasan bahan

pelajaran tersebut sehingga mudah dipahami bagi siswa.


23

Keterampilan menjelaskan secara sederhana dapat diartikan sebagai

keterampilan menyampaikan informasi lisan dari seseorang kepada orang lain. Dalam

kontek ini adalah keterampilan seorang guru dalam menyampaikan bahan pelajaran

kepada siswa. Moh. Uzer Usman (1995 : 88-89) mengungkapkan bahwa

Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian informasi secara


lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan
yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan
contoh, atau dengan sesuatu yang belum diketahui.

Sedangkan menurut J.J. Hasibuan dan Mudjiono (1986 : 70) berpendapat bahwa

“Keterampilan menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasi

secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan”. Ad. Rooijakkers (1991:41)

mengemukakan bahwa “ Keterampilan menjelaskan adalah keterampilan yang

berkaitan dengan pelaksanaan bagian utama jam pelajaran yaitu penjelasan bahan

pelajaran baru yang disajikan dalam bagian-bagian”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

menjelaskan bahan pelajaran adalah penyampaian informasi atau bahan pelajaran

pada waktu jam pelajaran secara lisan atau verbal yang diorganisasikan. Dalam arti

guru terlebih dahulu merencanakan dan mempersiapkan, yang kemudian

melaksanakan penjelasannya teraebut secara sistematis dan efekif sehingga bahan

pelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa.

Keterampilan menjelaskan harus dikuasi secara profesional oleh guru, karena

secara umum metode pengajaran yang banyak dilakukan adalah dengan metode

ceramah. Hal yang paling penting dalam metode ceramah adalah guru harus
24

profesional dalam menjelaskan. Oleh karena itu tujuan dari keterampilan menjelaskan

seperti yang diungkapkan Moh. Uzer Usman (1995 : 89) adalah :

1. Membimbing murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, fakta,


definisi dan prinsip secara objektif dan bernalar.
2. Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau
pertanyaan
3. Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan
untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan
menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa tujuan dari keterampilan menjelaskan

adalah merangsang siswa untuk lebih aktif dan terlibat dalam proses belajar

mengajar.

Tujuan dari adanya keterampilan menjelaskan sangatlah besar. Oleh karena itu,

seorang guru diharuskan/perlu untuk menguasai atau memiliki keterampilan

menjelaskan. Seperti yang dikemukakan oleh Moh. Uzer Usman (1995 : 89)

berpendapat alasan pentingnya keterampilan menjelaskan dikuasai oleh seorang guru,

yaitu

1. Dapat meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar meupakan


penjelasan yang bermakna bagi siswa karena pada umumnya pembicaraan
lebh didominasi oleh guru daripada oleh siswa.
2. Penjelasan yang diberikan oleh guru kadang-kadang tidak jelas bagi
muridnya, tetapi hanya jelas bagi gurunya sendiri.
3. Tidak semua murid dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau dari
sumber yang lainnya.
4. Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh murid dalam
belajar.
25

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam keterampilan menjelaskan

ketika berlangsung proses belajar mengajar. Ad. Rooijakkers (1991 : 42)

mengemukakan sebagai berikut :

1. Membagi bahan pengajaran menjadi beberapa masalah.


2. setelah satu pokok masalah selesai dibahas, hendaknya diadakan evaluasi
singkat.
3. Mencatat secara teratur sampai dimana suatu pembahasan telah berlangsung.
4. Membedakan secara jelas antara hal pokok dengan hal yang tambahan.
5. Memberi tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
siswa.

Keterampilan menjelaskan memiliki bagian-bagian yang penting, yang harus

dimiliki oleh seorang guru. Bagian penting tersebut tertera dalam komponen-

komponen keterampilan menjelaskan.

Moh. Uzer Usman (1995 : 90) berpendapat bahwa komponen keterampilan

menjelaskan adalah :

Komponen-komponen keterampilan menjelaskan


1. Merencanakan
Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik,
terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerima pesan. Yang
berkenaan dengan isi pesan (materi) meliputi penganalisisan masalah secara
keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang
dikaitkan dan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai
dengan hubungan yang telah ditentukan.
2. Penyajian suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
• Kejelasan.
• Penggunaan contoh dan ilustrasi.
• Pemberian tekanan.
• Penggunaan balikan.
26

Ad. Rooijakker (1991 : 44-45) berpendapat bahwa komponen keterampilan

menjelaskan adalah :

1. Merumuskan pokok permasalahan.


2. Menulis kata inti atau kata kunci.
3. Menguraikan pokok masalah secara lebih lanjut dengan penjelasan dan
contoh-contoh.
4. Memahami tingkat pemaham siswa terhadap materi yang disampaikan.
5. Mengulangi secara secara singkat pokok masalah yang baru dijelaskan

Dari kedua pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komponen

keterampilan menjelaskan terbagi dua komponen besar yaitu bagian perencanaan

sebelum pengajaran dan bagian penyajian penjelasan yaitu ketika berlangsung

pengajaran.

4. Keterampilan Mengadakan Variasi

Keterampilan mengadakan variasi dalam mengajar kiranya bukanlah suatu

pekerjaan yang sulit. Untuk itu guru hanya membutuhkan keberanian serta bakat

untuk mengorganisir jam pelajaran. Keterampilan mengadakan variasi sangat besar

manfaatnya, seperti pendapat dari beberapa ahli dibawah ini

Ad. Rooijakkers (1991 : 55) berpendapat bahwa :

Keterampilan mengadakan variasi dapat menjaga tingkat perhatian,


meningkatkan minat serta mencegah timbulnya rasa bosan dalam diri siswa.
Prestasi belajar siswa akan meningkat bilamana terdapat cukup variasi dalam
proses belajar mengajar. Seorang guru dapat dikatakan bekerja dengan baik, kalau
ia mampu mengusahakan variasi dengan sukses.

J.J. Hasibuan dan mudjiono (1986 : 64) adalah sebagai berikut :

Keterampilan mengadakan variasi diartikan perbuatan guru dalam proses


belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosaanan siswa, sehingga
dalam proses belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan,
keantusiasan, dan berperan serta aktif.
27

Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman (1995 : 84) keterampilan mengadakan

variasi diartikan sebagai berikut :

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam proses interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam
situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme,
serta penuh berpartisipas.

Bertolak dari ketiga pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

keterampilan mengadakan variasi adalah suatu proses pengubahan kegiatan yang

dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas yang ditujukan untuk

mengatasi kebosanan dan kejenuhan siswa, sehingga dapat mendorong dan

menumbuhkan minat dan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh

guru.

Keterampilan mengadakan variasi memiliki tujuan dan manfaat yang besar,

baik bagi guru atapun bagi siswa itu sendiri. Tujuan dari adanya variasi dalam proses

belajar mengajar adalah :

1. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap aspek-aspek

belajar mengajar yang relevan

2. Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui

dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.

3. Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan

berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih

baik.
28

4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara

menerimapelajaran yang disenanginya.

Seorang guru harus mampu mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar

secara tepat sehingga manfaat yang dirasakan oleh siswa sangat tinggi. Guru jangan

asal-asalan dalam mengadakan variasi ini. Oleh karena itu guru harus tahu prinsip

dari penggunaan mengadakan variasi. Prinsip penggunaan variasi adalah sebagai

berikut :

1. Variasi digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan

yang hendak dicapai

2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak

akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.

3. Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana

pelajaran atau satuan pelajaran.

Keterampilan mengadakan variasi memiliki beberapa komponen. Jika seorang

guru sudah memiliki komponen-komponen ini, maka guru tersebut telah menguasai

secara penuh tentang keterampilan mengadakan variasi.

Ad. Rooijakkers (1991 : 50-51) mengemukakan tentang komponen-komponen

keterampilan mengadakan variasi dalam cara mengajar adalah sebagai berikut :

1. Perumusan yang jelas dan sederhana.


2. Penggunaan nada suaara.
3. Gerak dan sikap.
4. Pemberian tanggapan secara positif.
29

Sedangkan komponen keterampilan mengadakan variasi penggunaan alat

peraga dan sarana lain, Ad. Rooijakkers (1991 : 46) berpendapat bahwa “ beberapa

alat peraga dan sarana lain yang mudah diperoleh adalah papan tulis, lembaran berisi

ikhtisar, dan slide “.

Menurut Moh. Uzer Usman (1995 : 85-88) mengungkapkan keterampilan

mengadakan variasi adalah sebagai berikut :

1. Variasi dalam cara mengajar guru


• Penggunaan variasi suara (teacher voice).
• Pemusatan perhatian siswa (focusing).
• Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence).
• Mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement).
• Gerakan badan mimik.
• Pergantian posisi di dalam kelas dan gerak guru (teachers movement
2. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran
• Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids). Alat atau media
yang termasuk ke dalam jenis ini adalah yang daapt dilihat seperti grafik,
bagan, poster, gambar, film dan lainlain.
• Variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids). Suara guru
termasuk ke dalam media komunikasi yang utama di dalam kelas.
Rekaman suara, suara radio, musk, deklamasi puisi, sapat dipakai sebagai
penggunaan indera dengan yang dapat divariasikan dengan indera
lainnya.
• Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan
(motorik). Penggunaan alat yang termasuk ke dalam jenis ini akan dapat
menarik perhatian siswa dan dapat melibatkan siswa dalam membentuk
dan memperagakan kegiatannya, baik secara perseorangan ataupun secara
kelompok. Misalnya, peragaan yang dilakukan oleh guru dan siswa,
model, patung, topeng, boneka dll.
• Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba (audiao
visual aids). Penggunaan jenis ini merupakan tingkat yang paling tinggi
karena melibatkan semua indera yang kita miliki. Media yang termasuk
AVA adalah film, televisi, radio, slide projector yang diiringi penjelasan
oleh guru sehingga media yang digunakan lebih efektif.
3. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
• Pola guru – murid.
Komunikasi sebagai aksi (satu arah)
30

• Pola guru – murid – guru


Ada balikan bagi guru (feedback), tidak ada interaksi antar siswa
(komunikasi sebagai interaksi)
• Pola guru – murid – murid
Ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
• Pola guru – murid, murid – guru, murid – murid.
Interaksi maksimal antara guru dengan murid dan antara murid denagn
murid (komunikasi sebagai transaksi, multi arah)
• Pola melingkar
Setiap siswa mendapatkan giliran untuk mengemukakan sambuatan atau
jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa
belum mendapatkan giliran.

Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

mengadakan variasi secara garis besar memiliki dua komponen utama. Komponen

tersebut yaitu variasi dalam cara mengajar guru dan variasi dalam penggunaan

alat/media yang mendukung terhadap proses belajar mengajar.

5. Keterampilan Memberi Penguatan

Keterampilan memberi penguatan adalah keterampilan yang bisa dilakukan

dengan kata-kata atau dengan perbuatan dengan tujuan untuk meningkatkan perhatian

siswa terhadap materi yang sedang disampaikan. Menurut Moh. Uzer Usman (1995 :

80) menyatakan bahwa :

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal


atau non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi dari tingkah laku siswa,
yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si
pemenerima (siswa) atas perbuatannya sebagai tindakan dorongan ataupun
koreksi. Atau, pengautan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa pemberian penguatan merupakan suatu

tindakan yang dilakukan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar, tiada lain
31

dimaksudkan untuk menganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat

berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar. Penguatan mempunyai pengaruh

positip terhadap proses belajar siswa dan bertujuan seperti yang dijelaskan oleh Moh.

Uzer Usman (1995 : 81) adalah :

1. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.


2. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
3. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa menjadi
produktif

Jadi jelas bahwa pemberian penguatan dapat meningkatkan perhatian dan

motivasi siswa terhadap bahan pelajaran yang sedang berlangsung sehinga tingkah

laku siswa menjadi lebih produktif.

Untuk mencapai suatu keterampilan memberi penguatan yang baik dan utuh,

maka seorang guru harus menguasai dan mengimplikasikan beberapa jenis

penguatan. Jenis-jenis penguatan adalah :

1. Penguatan verbal

Biasanya diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian,

penghargaan, persetujuan dan sebagainya.

2. Penguatan non verbal

• Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan, gelengan kepala, senyuman,

kerut kening,acungan jempol, wajah mendung, wajah ceria, sorot mata yang

bersahabat atau tajam memandang.

• Penguatan pendekatan, guru mendekatu siswa untuk menyatakan perhatian

dan kesenangannya terhadap pelajaran, tingkah laku atau penampilan siswa.


32

• Penguatan dengan sentuhan, guru dapat menyatakan persetujuan dan

penghargaan terhadap usaha dan penampilan siswa dengan cara konak fisik

dengan siswa, seperti menepuk bahu atau berjabat tangan.

• Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, guru dapat menggunakan

kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi oleh siswa sebagai

penguatan.

• Penguatan berupa simbol atau benda. Guru dapat memberikan simbol atau

benda sebagai penguatan kepada siswa, seperti pemberian piala atau lencana,

kartu bergambar dan komentar berupa tulisan.

• Penguatan tidak penuh (partial)

Seorang guru dalam memberikan penguatan terhadap siswa harus

memperhatikan prinsip penggunaan penguatan dengan tujuan agar siswa yang diberi

penguatan lebih termotivasi dalam belajar. Prinsip penggunaan penguatan adalah

sebagai berikut,

1. Kehangatan dan keantusiasan

Sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan akan menunjukkan

adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan. Dengan

demikian tidak terjadi kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan

penguatan karena disertai kehangatan dan keantusiasan

2. Kebermaknaan
33

Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan

siswa sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan

demikian penguatan itu bermakna baginya.

3. Menghindari penggunaan respons yang negatif

Walaupun teguran dan hukuman masih bisa digunakan, respons negatif yang

diberikan oleh guru berupa komentar yang jelek, bercanda menghina, ejekan yang

kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk

mengembangkan dirinya.

Ada beberapa teknik untuk menggunakan penguatan yang bisa dilakukan oleh

guru terhadap siswa agar pemberian penguatan menjadi lebih efektif. Cara

menggunkan penguatan adalah sebagai berikut :

1. Penguatan kepada pribadi tertentu

Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan sebab bila tidak, akan kurang

efektif. Oleh karena itu sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu

menyebutkan nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepada siswa yang

diberi penguatan.

2. Penguatan kepada kelompok

Penguatan dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya apabila satu

tugas telah diselesaikan dengan baik oleh satu kelas, guru membolehkan untuk

beristirahat.

3. Pemberian penguatan dengan segera


34

Penguatan harusnya diberikan dengan segera setelah muncul tingkah laku atau

respons siswa yang diharapkan. Penguatan yang ditunda pemberiaanya cenderung

kurang efektif.

4. Variasi dalam penggunaan

Jenis atau macam penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi, tidak terbatas

pada satu jenis saja karena hal ini akan menimbulkan kebosanan dan lama-

kelamaan akan kurang efektif.

6. Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya dalam proses belajar mengajar, memainkan peranan

penting, baik pengajuan pertanyaan oleh guru ataupun pengajuan pertanyaan oleh

siswa itu sendiri. Keterampilan dan kelancaran bertanya dari seorang guru perlu

dilatih dan ditingkatkan, baik isi pertanyaan maupun teknik bertanya. Dengan

pertanyaan, guru dapat menggiatkan serta mengikut sertakan murid untuk

memikirkan bahan yang akan dibahas. J.J. Hasibuan dan Mudjiono (1986 : 62)

mengungkapkan bahwa keterampilan bertanya adalah :

Bertanya adalah ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang
dikenal. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang
merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang
mendorong kemampuan berpikir.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil garis besarnya bahwa keterampilan

bertanya adalah keterampilan bertanya berupa ucapan verbal yang diajukan penannya

untuk menerima respons dari individu yang dikenai pertanyaan itu berupa

pengetahuan atau hal-hal yang dipertimbangkan oleh penanya. Dalam hal ini
35

keterampilan bertannya adalah keterampilan seorang guru dalam memberikan

pertanyaan berupa ucapan verbal yang ditujukan kepada siswa untuk meminta

jawaban. Pertanyaan yang diajukan adalah berhubungan dengan pengetahuan atau

hal-hal yang dipertimbangkan dalam proses belajar mengajar.

Hal yang terpenting dalam pengajuan pertanyaan bagi seorang guru adalah

menjajaki, sejauh mana materi yang disampaikan dimengerti oleh siswanya. Oleh

sebab itu pertanyaan harus mengena, harus memberikan keterangan bagi guru hal

yang belum dan sudah dipahami oleh siswa. Agar pertanyaan itu mengena dan efektif

maka pertanyaan harus tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan

memberikan dampak yang positif terhadap siswa. Moh. Uzer Usman (1995 : 74)

mengungkapkan dampak positif yang timbul adalah :

1. Meningkat prestasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.


2. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa tentang suatu masalah yang
sedang dihadapi atau yang sedang dibicarakan.
3. Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpikir sendiri
sesungguhnya adalah bertanya.
4. Menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu
siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.
5. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil garis besarnya bahwa pertanyaan

dari seorang guru jika disajikan dengan teknik yang baik dapat

memotivasi/mendorong siswa untuk belajar dengan lebih giat dan aktif sehingga

prestasi belajarnya lebih meningkat.

Penyajikan pertanyaan harus dengan teknik yang baik dan dengan dasar-dasar

pertanyaan yang baik, dengan tujuan agar siswa cepat tanggap terhadap pertanyaan
36

tersebut serta memberikan dampak positif bagi siswa itu sendiri. Moh. Uzer Usman

(1995 : 75) mengungkapkan dasar-dasar pertanyaan yang baik adalah sebagai berikut

1. Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa


2. Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan
3. Difokuskan pada masalah atau tertentu.
4. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menjawab
pertanyaan.
5. Bagikanlah pertanyaan kepada seluruh murid secara merata.
6. Berikan respons yang baik dan menyenangkan sehingga timbul kebenarian
untuk menjawab ataupun bertanya.
7. Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka bisa menemukan sendiri jawaban
yang benar.

Jadi jelas bahwa dalam menyajikan pertanyaan tidak hanya teknik penyajian

saja yang diperhatiakan, tetapi dasar-dasar pertanyaan pun harus diperhatikan dengan

tujuan agar pertanyaan yang diajukan benar-benar efektif.

Keterampilan bertanya yang dilaksanakan oleh guru mempunyai tujuan untuk

menciptakan kondisi belajar yang lebih kondusif sehingga dapat mendorong siswa

untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar yang salah satunya dengan cara

mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang kurang dimengerti. Oleh karena itu,

guru harus pandai membedakan pertanyaan yang relevan dan kurang relevan yang

diajukan oleh siswanya. Pertanyaan yang relevan dari seorang siswa memiliki daya

guna yaitu dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat mengerti atau paham terhadap

materi yang disampaikan. Guru harus segera menanggapi pertanyaan siswa tersebut

agar merasa diperhatikan.


37

Ad. Rooijakkers (1991 : 67-68) mengungkapkan cara memberi jawaban

terhadap pertanyaan yang relevan :

1. Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh murid.


2. Menempatkan pertanyaan murid dalam hubungan dengan keseluruhan bahan
pelajaran.
3. Merangsang murid agar mereka mau mengajukan pertanyaan.
4. Memeriksa apakah murid-murid lain juga mengalami masalah seperti yang
dialami oleh murid penanya.
5. Memikirkan terlebih dahulu jawaban yang akan disampaikan.

Pertanyaan yang diajukan oleh siswa bisa terjadi terlalu banyak sedangkan

waktu untuk menjawabnya sangat sedikit. Menghadapi hal seperti itu, guru harus

membatasi dan pandai memilih pertanyaan yang akan dijawab dan yang tidak akan

dijawab. Tetapi, kadangkala juga pertanyaan yang diajukan oleh siswa sangat sedikit

sedangkan waktu belajar masih panjang. Untuk menghadapi masalah tersebut, guru

dapat menugaskan murid mencari dan menyusun pertanyaan dalam kelompok-

kelompok kecil.

Seorang guru harus memperhatikan hal-hal yang perlu dihindari dalam

mengajukan pertanyaan terhadap siswanya, dengan tujuan agar pertanyaan yang

dilontarkan mendapat respon yang baik dari siswa tersebut. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam bertanya adalah sebagai berikut :

1. Kehangatan dan keantusiasan

Untuk meningkatkan prestasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu

menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika

menerima jawaban siswa. Sikap dan cara guru termasuk suara, eskpresi wajah,
38

gerakan dan posisi badan menampakkan ada-tidaknya kehangatan dan

keantusiasan.

2. Kebiasaaan yang perlu dihindari

a. Jangan mengulang-ulang pertanyaan jika siswa tidak mampu menjawabnya.

b. Jangan mengulang-ulang jawaban siswa.

c. Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa

memperoleh kesempatan untuk menjawabnya.

d. Usahakan siswa untuk tidak menjawab pertanyaan secara serempak.

e. Pertanyaan hendaknya diajukan dahulu untuk seluruh siswa, baru jika tidak

ada yang menjawab guru menunjuk salah seorang siswa untuk menjawabnya.

f. Jangan mengajukan pertanyaan yang bersifat ganda.

Seorang guru harus mengetahui jenis-jenis pertanyaan untuk dilontarkan kepada

siswa dengan tujuan agar tingkat pemahaman siswa menjadi lebih tinggi. Ad.

Rooijakkers (1991 : 66) berpendapat jenis-jenis pertanyaan yang dapat diajukan

adalah sebagai berikut :

Jenis pertanyaan terbagi dalam dua kelompok, yaitu pertama pertanyaan tingkat
rendah yakni pertanyaan yang menyangkut fakta, pengetahuan sederhana, dan
penerapan pengertian. Kedua pertanyaan tingkat tinggi yakni pertanyaan yang
menuntut pemikiran abstrak.
Menurut Moh. Uzer Usman (1995 : 75-76) mengungkapkan jenis-jenis

pertanyaan yaitu :

1. Jenis pertanyaan menurut maksudnya


• Pertanyaan permintaan, yakni pertanyaan yang mengharapkan agar siswa
mematuhi perintah yang disampaikan.
• Pertanyaan retoris, yakni pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban.
39

• Pertanyaan mengarahkan atau menuntun, yakni pertanyaan yang diajukan


untuk memberikan arah kepada siswa dalam proses berpikir.
• Pertanyaan menggali, yakni pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa
untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan pertama.
2. Jenis pertanyaan menurut taksonomi bloom
• Pertanyaan pengetahuan, atau ingatan dengan menggunakan kata-kata apa,
dimana, kapan, siapa, dan sebutkan.
• Pertanyaan pemahaman, yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa
pemahaman dengan kata-kata sendiri.
• Pertanyaan penerapan/aplikasi, yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban
untuk menerapkan pengetahuan atau informasi yang diterimanya.
• Pertanyaan analisis, yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang
bersifat analisis.
• Pertanyaan sintesis, yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar,
tidak tunggal, tetapi lebih dari satu dan menuntut murid untuk membuat
prediksi, memecahkan masalah dan mencari komunikasi.
• Pertanyaan evaluasi, yaitu pertanyaan menghendaki jawaban dengan cara
memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu yang ditampilkan.

Dapat disimpulkan dari kedua pendapat diatas, bahwa dari setiap jenis

pertanyaan memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda, semakin tinggi tingkat

pertanyaan maka semakin tinggi ilmu/sumber yang dibutuhkan untuk menjawab

pertanyaan tersebut.

Guru yang profesional harus mengetahui apa saja komponen-komponen yang

ada dalam keterampilan bertanya, baik komponen keterampilan bertanya tingkat

dasar atau komponen keterampilan bertanya tingkat lanjut. Moh. Uzer Usman (1995 :

77-79) mengungkapkan bahwa :

Komponen-komponen keterampilan bertanya dasar adalah :


1. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat.
2. Pemberian acuan
3. Pemindahan giliran
4. Penyebaran
5. Pemberian waktu berpikr
6. Pemberian tuntunan
40

Komponen-komponen bertannya lanjut adalah sebagai berikut


1. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan
2. Pengaturan urutan pertanyaan
3. Penggunaan pertanyaan pelacak
4. Peningkatan terjadinya interaksi

Berdasarkan pendapat di atas jadi jelas bahwa komponen-komponen

keterampilan bertanya tersebut merupakan hal yang paling pokok yang harus dikuasai

bagi seorang guru agar guru tersebut benar-benar menjadi guru yang professional.

7. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang harus ada dalam proses

belajar mengajar. Akan tetapi, tidak setiap guru mampu membimbing siswanya untuk

berdiskusi tanpa mengalami latihan. Oleh karena itu keterampilan ini perlu

diperhatikan agar para guru mampu melaksanakan tugas ini dengan baik.

Menurut Nana Sudjana (1987 : 74) mengemukakan bahwa :

Diskusi kelompok adalah suatu metode mengajar untuk memecahkan atau


membahas permasalahan yang dilakukan oleh sekelompok kecil siswa (3-5
orang) dengan arahan dan bimbingan guru. Yang mana kegiatan ini dilaksanakan
pada saat mengajar atau pada saat kegiatan pengajaran.

Menurut Moh. Uzer Usman (1995 : 94) menyatakan bahwa :

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan terarah yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai
pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.

Pengertian diskusi kelompok dalam proses belajar mengajar tidak jauh berbeda

dengan pengertian di atas. Siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil

dibawah pimpinan guru atau temannya untuk berbagi informasi, pemecahan masalah,

atau pengambilan keputusan. Diskusi tersebut berlangsung dalam suasana terbuka.


41

Setiap siswa bebas mengemukakan ide-ide tanpa merasa ada tekanan dari temannya

atau dari guru, dan setiap siswa harus mentaati peraturan yang telah ditetapkan

Seorang guru akan mampu membimbing siswanya dalam diskusi, jika guru

tersebut memahami dan menguasai komponen keterampilan membimbing diskusi

kelompok kecil. Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok

kecil adalah sebagai berikut :

1. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi.

Caranya adalah sebagai berikut :

• Rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi.

• Kemukakan masalah-malsalah khusus.

• Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan.

• Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi.

2. Memperluas masalah dan urunan pendapat.

Selama diskusi berlangsung sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas

hingga sukar ditanggap oleh anggota kelompok, yang akhirnya menimbulkan

kesalahpahaman hingga keadaan menjadi tegang. Dalam hal ini tugas guru

dalam memimpin diskusi untuk memperjelasnya, yakni dengan cara :

• Menguraikan kembali atau merangkum urunan tersebut hingga menjadi

jelas.

• Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang membantu mereka memperjelas ide tersebut.


42

• Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan.

3. Menganalisis pandangan siswa.

Di dalam diskusi sering terjadi perbedaan diantara anggota kelompok.

Dengan demikian guru hendaknya mampu menganalisis alasan perbedaan

tersebur dengan cara sebagai berikut :

• Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat.

• Memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.

4. Meningkatkan urunan siswa.

Beberapa cara untuk meningkat urunan pikir siswa adalah :

• Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa untuk

berpikir.

• Memberikan contoh-contoh verbal atau nonverbal yang sesuai dan tepat.

• Memberikan waktu untuk berpikir

• Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa dengan penuh perhatian.

5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi.

Penyebaran kesempatan berpatisipasi dapat dilakukan dengan cara :

• Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi dengan

mengarahkan pertanyaan langsung secara bijaksana.

• Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan memberi giliran

kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu.

• Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan


43

• Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga interaksi

antar siswa dapat ditingkatkan

6. Menutup diskusi

Keterampilan akhir yang harus dikuasai oleh guru adalah menutup diskusi.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

• Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan para siswa. Ini lebih

efektif jika dibandingkan merangkum dengan sendiri.

• Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi ataupun tentang

topik diskusi yang akan datang.

• Mengajak siswa untuk menilai proses atau hasil diskusi yang telah

dicapai.

7. Hal-hal yang perlu diperhatikan.

• Mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi kesempatan.

• Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi.

• Membiarkan terjadinya penyimpangan dari tujuan diskusi.

• Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi.

• Tidak memperjelas atau mendukung urunan pikir siswa.

• Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.

8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru memberikan

perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara
44

guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa . adakalanya siswa lebih

mudah belajar dari temannya sendiri, ada pula siswa yang lebih mudah belajar karena

harus mengajar atau melatih temannya sendiri. Pengajaran ini memungkinkan siswa

belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar,

berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa, serta dapat

memenuhi kebutuhan siswa secara optimal.

Menurut Moh. Uzer Usman (1995 : 102) mengungkapkan bahwa keterampilam

mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah :

Secara fisik bentuk pengajaran ini adalah bila jumlah siswa yang dihadapi oleh
guru terbatas, yaitu berkisar antara 3 – 8 orang untuk kelompok kecil, dan
seorang untuk perseorangan. Ini tidak berarti bahwa guru tidak menghadapai satu
kelompok atau seorang siswa saja sepanjang waktu belajar. Guru menghadapi
banyak siswa yang terdiri dari beberapa kelompok yang dapat bertatap muka,
baik secara perseorangan maupun secara kelompok.

Berdasarkan penejelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada

hakekatnya sistem pengajaran ini adalah :

• Terjadi hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa

dengan siswa.

• Siswa belajar dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing.

• Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya.

• Siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar.

Peran guru dalam pengajaran ini adalah :

• Organisator kegiatan belajar mengajar.

• Sumber informasi bagi siswa.


45

• Motivator bagi siswa untuk belajar.

• Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa.

• Pembimbing belajar siswa

• Peserta kegiatan siswa.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa kombinasi pengajaran klasikal, kelompok

kecil dan perseorangan memberikan peluang yang besar bagi tercapainya tujuan

pengajaran. Dengan demikian, penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil

dan perseorangan merupakan satu kebutuhan yang esensial bagi setiap guru yang

profesional.

Dalam keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan, ada beberapa

cara yang dapat digunakan oleh seorang guru ketika di dalam kelas. Cara yangdapat

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Variasi pengorganisasian

• Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal untuk memberikan informasi

dasar, penjelasan tentang tugas yang diberikan, serta hal-hal lain yang

dianggap perlu. Setelah pertemuan kelas, siswa diberikan kesempatan

untuk memilih kegiatan dengan bekerja secara kelompok atau

perseorangan. Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri

dengan pertemuan kelas kembali untuk melaporkan segala sesuatu yang

telah dikerjakan.
46

• Pertemuan diawali dengan pengarahan dan penjelaan secara klasikal

tentang materi, tugas serta cara yang digunakan. Setelah itu bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil yang diakhiri dengan laporan kelompok.

• Pertemuan diawali dengan penjelasan secara klasikal. Setelah itu siswa

keberja secara perseorangan dan kemudian bergabung dalam kelompok-

kelompok kecil untuk mengolah hasil yang dicapai dan diakhiri dengan

laporan kelompok.

• Pertemuan diawali dengan penejelasan secara klasikal tentang kegiatan

atau tugas yang akan dilaksanakan. Setelah itu bekerja secara

perseorangan.

2. Hal-hal yang perlu diperhatikan

• Bagi guru yang sudah biasa dengan pelajaran klasikal,sebaiknya dimulai

dengan pelajaran kelompok, kemudian secara bertahap mengarah kepada

pelajaran perseorangan.

• Tidak semua topik atau pokok bahasan dapat dipelajari secara efektif

dalam kelompok kecil atau perseorangan. Hal-hal yang bersifat besar dan

umum sebaiknya disampaikan dalam kelas besar.

• Dalam pengajaran kelompok kecil, langkah pertama adalah

mengorganisasi siswa, sumber, materi, ruangan, serat waktu yang

diperlukan, dan diakhiri dengan kegiatan kulminasi yang dapat berupa

rangkuman, pemantapan atau laporan.


47

• Dalam pengajaran perseorangan guru harus mengenal siswa secara pribadi

sehingga kondisi belajar dapat diatur.

• Kegiatan dalam pengajaran perseorangan dapat dilakukan melalui paket

belajar atau abhan yang telah disiapkan oleh guru.

Seperti halnya keterampilan-keterampilan yang telah diungkapkan di atas, maka

keterampilan mengajar kelompok kecil atau perseorangan memiliki juga komponen-

komponennya. Komponen-komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan

perseorangan adalah :

1. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi

Salah satu prinsip pengajaran kelompok kecil atau perseorangan adalah

terjadi hubungan yang akrab dan sehat antar guru dengan siswa dan siswa

dengan siswa. Hal ini dapat diwujudkan bila guru memiliki keterampilan

berkomunikasi secara pribadi yang dapat diciptakan dengan cara :

• Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa baik

dalam kelompok kecil atau perseorangan.

• Mendengar secara simpatik ide-ide yang dikemukakan oleh siswa.

• Memberikan respons yang positif terhadap buah pikiran siswa.

• Membangun hubungan yang saling mempercayai.

• Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa.

• Menerima perasaan siswa dengan penuih perhatian dan terbuka.


48

• Berusaha mengendalikan situasi hingga siswa merasa aman, penuh

pemahaman, dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

2. Keterampilan mengorganisasi

Selama kegiatan kelompok kecil atau perseorangan berlangsung, guru

berperan sebagai organisator yang mengatur dan memonitor kegiatan dari

awal sampai akhir. Dalam hal ini guru haru memiliki keterampilan sebagai

berikut :

• Memberikan orientasi umum tentang tujuan dan tugas yang akan

diberikan.

• Memvariasikan kegiatan yang mencakup penyediaan ruangan, peralatan

dan cara melaksanakannya.

• Membentuk kelompok yang tepat.

• Mengkoordinasikan kegiatan.

• Membagi perhatian kepada berbagai tugas dan kebutuhan siswa.

• Mengakhiri kegiatan dengan laporan hasil yang dicapai oleh siswa.

3. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar

Keterampilan ini memungkinkan guru membantu siswa untuk maju tanpa

mengalami prustasi. Hal ini dapat dicapai bila guru memiliki keterampialn

sebagai berikut :

• Memberikan penguatan yang merupakan dorongan yang penting bagi

siswa untuk maju.


49

• Mengembangkan suvervisi proses awal, yakni sikap tanggap guru

terhadap siswa baik individu maupun kelompok yang memungkinkan

guru mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan lancar sesuai

dengan yang diharapkan.

• Mengadakan supervisi proses lanjut yang memusatkan perhatian pada

penekanan dan pemberian bantuan ketika kegiatan berlangsung.

• Mengadakan supervisi pemanduan yang memusatkan penilaian

pencapaian tujuan dari berbagai kegiatan yang dilakukan dalam

menyiapakan rangkuman dan pemantapan sehingga siswa saling belajar

dan memperoleh wawasan yang menyeluruh.

4. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar

Tugas guru yang utama adalah membantu siswa melakukan kegiatan, baik

secara perseorangan maupun kelompok.untuk itu guru harus mampu

menyiapkan perencanaan kegaitan belajar mengajar yang tepat bagi setiap

siswa dan kelompok serta mampu melaksanakannya. Untuk membuat

perencanaan yang tepat, guru dituntut mampu mengdiagnosis kemampuan

akademis siswa, memahami gaya belajar mengajar, minat siswa, dan

sebagainya. Berdasarkan hasil diagnosis tersebut guru diaharapkan mampu

menetapkan kondisi dan tuntutan belajar berupa belajar mandiri, paket

kegiatan belajar, belajar dengan tutor sejawat, simulai, dan sebagainya yang
50

bisa memandu siswa untukmenghayati pengalaman bekerja sama atau bekerja

dengan pengarahan sendiri.

Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar

mencakup sebagai berikut :

• Membantu siswa menetapkan tujuan pelajaran dan menstimulasi siswa

untuk mencapai tujuan tersebut.

• Merencanakan kegiatan belajar bersama siswa yang mencakup kriteria

keberhasilan, langkh-langkah kerja, waktu, serta kondisi belajar.

• Bertindak atau berperan sebagai penasihat bagi siswa jika diperlukan.

• Membantu siswa menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri. Ini berarti

memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki dirinya sendiri

yang merupakan kerja sama guru dengan siswa dalam situasi pendidikan

yang manusiawi.

B. Prestasi Belajar siswa

1. Belajar

Dalam mengajar seorang pengajar, harus mengetahui tujuan-tujuan yang harus

dicapai dalam mengajarkan suatu pokok bahasan. Gagne mengemukakan lima macam

prestasi belajar, tiga diantaranya bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor.

Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-prestasi belajar disebut

kemampuan-kemampuan (capabilities) (Gagne,1988 dalam Wilis, 1996:134).

Menurut Gagne ada lima kemampuan bila ditinjau dari segi hasil yang diharapkan
51

dari suatu pengajaran atau instruksi, kemampuan-kemampuan itu perlu dibedakan,

karena kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan manusia, dan

juga karena kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan yang berbeda.

Kemampuana itu adalah:

a. Keterampilan Intelektual

Keterampilan-keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi

dengan lingkungannya melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan.

Belajar keterampilan intelektual ini sudah dimulai sejak tingkat-tingkat pertama

sekolah dasar atau tingkat kanak-kanak, dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan

kemampuan intelektual sesorang. Selama bersekolah, banyak jumlah keterampilan-

keterampilan intelektual yang dipelajari oleh seseorang. Keterampilan-keterampilan

intelektual ini, untuk bidang studi apa pun, dapat digolongkan berdasarkan

kompleksitasnya. Perbedaan-perbedaan yang berguna antara keterampilan intelektual

untuk tujuan pengajaran, diperlihatkan pada gambar berikut:


52

P e m e c a h a n M a s a la h

M e lib a tk a n p e m b e n tu k a n

A tu ra n -a tu ra n tin g k a t tin g g i

Y a n g m e m b u tu h k a n
se b a g a i p ra sy a ra t

A tu ra n d a n k o n s e p te rd e fin is i

Y a n g m e m b u tu h k a n
se b a g a i p ra sy arat

K o n se p -k o n se p k o n k re t

Y a n g m e m b u tu h k a n
se b a g a i p ra sy a ra t

D is k rim in a s i-d is k rim in a s i

Gambar 2.1:
Tingkat Komplektisitas dalam Keterampilan Intelektual

Belajar mempengaruhi perkembangan intelektual seseorang dengan cara yang

disarankan pada tebel di atas. Untuk memecahkan masalah, siswa memerlukan

aturan-aturan tingkat tinggi, yaitu aturan-aturan yang kompleks. Demikian pula

diperlukan aturan-aturan dan konsep-konsep terdefinisi. Untuk memperoleh aturan-

aturan ini, siswa sudah harus belajar beberapa konsep konkret, dan untuk belajar

konsep konkret ini, harus menguasai diskriminasi-diskriminasi.

b. Strategi-Strategi Kognitif

Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan

tertentu bagi belajar dan berpikir ialah strategi kognitif. Strategi kognitif merupakan

suatu proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa untuk memilih
53

dan mengubah cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir. (Gagne,

1985 dalam Willis, 1996:134). Strategi kognitif dapat dikelompokan sebagai berikut:

1). Strategi menghafal


2). Strategi elaborasi (pembuatan ringkasan, catatan, dan pertanyaan)
3). Strategi pengaturan (penyusunan materi yang akan dipelajari)
4). Strategi metakognitif (penentuan tujuan belajar)
5). Strategi afektif (memusatkan dan mempertahankan perhatian)

c. Informasi Verbal

Informasi verbal disebut juga pengetahuan verbal. Informasi verbal diperoleh

sebagai prestasi belajar di sekolah, dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, dari

membaca, mendengar, dan melihat.

d. Sikap-sikap

Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi

perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk-makhluk

hidup lainnya. Suatu sikap mempengaruhi sekumpulan besar perilaku-perilaku

khusus seseorang.

e. Keterampilan-keterampilan motorik

Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik,

melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan

intelektual, misalnya membaca, menulis, memainkan sebuah instrumen musik, atau

dalam pelejaran sains, bagaimana menggunakan berbagai macam alat sepert

mikroskop, berbagai alat listrik dalam pelajaran fisika, dan lain-lain.


54

Hasil-prestasi belajar siswa dapat di ukur berdasarkan perbedaan tingkah laku

sebelum dan sesudah belajar di lakukan. Sehubungan dengan hal di atas maka prestasi

belajar adalah terdapatnya perubahan tingkah laku, perbuatan, pengetahuan konsep,

dan kebiasaan sikap.

2. Teori-Teori Belajar

Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang

saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan

yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Diantara teori belajar yang dikembangkan

pada abad ke-20 dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perilaku

(behavioristik) yang meliputi teori stimulus respons conditioning, dan kelompok teori

Gestalt yang meliputi teori kognitif.

a. Teori Behavioristik

Menurut teori ini belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang dapat

diamati, yang terjadi melalui terkaitnya stimulus-stimulus dan respons. Belajar

melibatkan terbentuknya hubungan-hubungan tertentu antara satu seri stimulus-

stimulus dan respons-respons. Stimulus, yaitu penyebab belajar, agen-agen

lingkungan, yang bertindak terhadap suatu organisme itu memberikan respons, atau

meningkatkan probabilita terjadinya respons tertentu. Teori lain yang menganut teori

ini diantaranya:
55

1). Teori Koneksionisme

Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949)

berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimennya

menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.

Berdasarkan kesimpu;annya Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah

hubungan antara stimulus dan respons. Itulah sebabnya, teori ini disebut juga “S-R

Bond Theory” dan “S-R Psychology of Learning” atau juga disebut dengan sebutan

“Trial and Error Learning”. Jika sebuah respons menghasilkan efek yang

memuaskan, hubungan antara stimulus dan respons akan semakin kuat. Sebaliknya efek

yang dicapai respons semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons semakin lemah

hubungan respons dan stimulus tersebut.

2). Teori Pembiasaan Klasik

Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan

Pavlov (1849-1936), eksperimennya menggunakan binatang juga terutama anjing.

Berdasarkan eksperimennya disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang

ditandai denga adanya hubungan antara stimulus dan respons. Pada dasarnya hasil

eksperimen Pavlov sama dengan hasil eksperimen Thorndike yang

mengemukakanbahwa prestasi belajar dikarenakan terdapat kebiasaan.

3). Pembiasaan Perilaku Respons

Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen dari Burrhus Frederic

Skinner. Dalam eksperimennya yang menggunakan seekor tikus mirip sekali dengan

teori dari eksperimen Thorndike. Dalam hal ini fenomena tingkah laku belajar
56

menurut Thorndike selalu melibatkan kepuasan, sedangkan menurut Skinner

fenomena tersebut melibatkan penguatan.

Dalam teori behavioristik yang dikemukakan bebarapa cabang teori di atas,

teori behavioristik adalah setiap manusia lahir tanpa warisan kecerdasan, warisan

bakat, warisan perasaan, dan warisan absrak. Semua kecerdasan, perasaan baru

timbul setelah manusia manusia melakukan kontak dengan lingkungannya terutama

pendidikan. Artinya manusia akan pintar, terampil, dan berperasaan hanya

bergantung pada bagaimana individu itu dididik. Keyakinan lain yang anut adalah

peranan refleks, yakni reaksi jasmaniah yang dianggap tidak memerlukan kesadaran

mental. Apapun yang dilakukan manusia hanyalah kegiatan refleks.

b. Teori Gestalt-field

Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman. Menurut teori

Gestalt-field belajar merupakan suatu proses perolehan atau perubahan pengetahuan

(insight), pandangan-pandangan, harapan-harapan, atau pola berfikir. Perilaku yang

tidak tampak atau yang tidak dapat diamati adalah mungkin untuk dipelajari denga

cara ilmiah, misalnya piliran-pikiran. Oleh karerna memusatkan diri pada

menganalisa proses-proses kognitif, maka prinsip-prinsip dan kesimpulan-kesimpulan

yang para ahli sarankan disebut teori kognitif. Adanya penyesuaian dalam

memperoleh resposn yang tepat untuk memecahkan masalah masalah yang dihadapi.

Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti

atau memperoleh insight. Sifat-sifat belajar dengan insight menurut (Slameto

2003:9):
57

1). Insight tergantung dari kemampuan dasar.


2). Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan.
3). Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga
segala aspek yang perlu dapat diamati.
4). Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit.
5). Belajar dengan Insight dapat diulangi.
6). Insight sekali dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
7). Belajar berdasarkan keseluruhan.

Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt (Slameto 2003:9-10):

1). Belajar berdasarkan keseluruhan, belajar bila dihubungkan dengan pelajaran


lain akan memudahkan dalam belajar tersebut.
2). Belajar adalah proses perkembangan, manusia sebagai organisme yang
berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh
kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan karena lingkungan dan
pengalaman.
3). Siswa sebagai organisme keseluruhan, belajar tidak hanya intelek saja, tetapi
juga emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran guru disamping
mengajar, juga mendidik untuk membentuk pribadi siswa.
4). Terjadi transfer, pokok penting dari belajar adalah memperoleh respons yang
tepat. Mudah atau sukarnya problem itu terutama adalah masalah
pengamatan, bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul maka
dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain.
5). Belajar adalah reorganisasi pengalaman.
6). Belajar harus denga insight, dalam proses belajar ketika seseoang melihat
pengertian tentang sangkut-paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam
unsur yang mengadung suatu problem.
7). Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat keinginan dan tujuan siswa.
8). Belajar berlangsung terus-menerus.

Dari pernyataan diatas teori kognitif lebih menekankan arti penting proses

internal, mental manusia. Para penganut kognitif berlawanan dengan para penganut

behavioristik tetapi tidak berarti psikologi kognitif anti terhadap aliran behavioristik.

Hanya menurut teori kognitif, aliran behavioristik itu tidak lengkap sebagai sebuah

teori psikologi, sebab tidak memperhatikan proses kejiwaan yang berdimensi ranah
58

cipta seperti berpikir, mempertimbangkan pilihan dan mengambil keputusan, dan

membahas tentang perasaan.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Setiap kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa akan menghasilkan

perubahan dalam dirinya. Perubahan ini meliputi kawasan kognitif, afektif, dan

psikomotor. Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa diukur berdasarkan perbedaan

tingakah laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan. Prestasi belajar menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 : 700) adalah sebagai berikut : “ Prestasi

belajar adalah penguasaan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru “.

Moh. Surya (1979 : 40) mengungkapkan bahwa : “ Prestasi belajar adalah

keseluruhan kecakapan hasil capai yang diperoleh melalui proses belajar di sekolah ,

yang dinyatakan dengan nilai-nilai…”. Hamdani Nawawi (1980 : 133) menyatakan

bahwa : “ Prestasi belajar adalah sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor,

diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran yang disajikan “.

Abas Nurdin (1984 : 41) mengungkapkan bahwa :

Prestasi belajar adalah hasil belajar dari individu yang merupakan perubahan
yang terdapat dalam diri individu yang dimanifestasikan dalam pola tingkah laku
dan perbuatan skill (keterampilan) dan pengetahuan yang tepat yangdapat dilihat
pada hasil itu sendiri.
59

Menurut (March dalam Syamsudin 1986 : 28) mengungkapkan tentang

pengertian dan karakteristik prestasi belajar adalah sebagai berikui :

1. Prestasi belajar merupakan tingakh laku yang dapat diukur. Untuk mengukur
tingkah laku yang dapat diukur tersebut dapat digunakan tes proses belajar.
2. Prestasi menunjukkan kepada individu sebagai sebab, artinya individu sebagai
pelakunya.
3. Proses belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya, baik berdasarkan atas
kriteria yang ditetapkan terlebih dahulu oleh panitia atau ditetapkan menurut
standar yang dicapai oleh kelompok.
4. Prestasi belajar menunjuk kepada hasil-hasil dari kegiatan yang dilakukan
secara sengaja.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diambil garis besarnya adalah

prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai seorang individu setelah proses

belajar mengajar selesai yang dilakukan di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk

skor, diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran yang diberikan serta

dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Dengan demikian prestasi

belajar dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi anatara

berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri siswa, maupun dari luar diri

siswa. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi

belajar penting sekali, artinya dalam rangka membantu siswa dalam mencapai proses

belajar yang sebaik-baiknya.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut A. Tabrani Rusyan (1994 :

81) adalah sebagai berikut :


60

1. Faktor jasmani (fisiologis), baik yang bersifat bawaan maupun yang


diperoleh.
2. Faktor psikologis terdiri dari :
a. Faktor intelektual yang meliputi faktor potensial dan faktor kecakapn
nyata.
b. Faktor non intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu
meliputi : minat, sikap, kebutuhan, motivasi, konsep diri, penyesuaian
diri, emosional, dan sebagainya.
3. Faktor kematangan fisik maupun psikis :
a. Faktor sosial yang terdiri dari : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, faktor belajar dan iklim.
d. Faktor spritual dan agama.

Menurut Moh. Surya (1981 : 87) mengungkapkan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah :

1. Faktor dari dalam individu, antara lain :


a. Kurangnya kemampuan dasar ( intelektual ) yang dimiliki oleh siswa.
b. Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu.
c. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar.
d. Faktor-faktor jasmaniah
2. Faktor dari luar individu adalah sebagai berikut :
a. Faktor lingkungan sekolah yang memadai bagi situasi belajar anak
b. Situasi dalam belajarnya yang kurang mendukung situasi belajar.
c. Situasi lingkungan sosial yang mengganggu kondisi anak
61

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut MD. Dahlan (1979:8-9)

1. faktor Siswa : 2. Faktor Interaksi 3. faktor Guru :


• Kematangan mental dan Guru dan Siswa : • Keterampilan mengajar
intelektual • Kognitif guru
• Kematangan fisik dan • Afektif • Penguasaan bahan dan
keterampilan psycomotorik • Psikomotor pemahaman siswa.
• Faktor psikologis • Gerak dan gaya guru
• Kesehatan, konsep tentang • Faktor psikologis
dirinya, pengamatan, • Kesehatan
situasi, jenis kelamin.

4. Faktor Keluarga Siswa 5. Faktor


• Besarnya keluarga Prestasi Lingkungan
• Struktur, sikap belajar • Fisik
• Kepemimpinan

6. Faktor Pendorong Lain


- Kondisi siswa sebelumnya - kondisi sekolah
- Rumah tetangga, kebudayaan - Petugas sekolah
- Harapan masyarakat - Administrasi sekolah

Gambar 2.2:Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Berdasarkan gambar di atas dapat diambil garis besarnya bahwa faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar terdapat 6 faktor yaitu faktor dari siswa, interaksi guru

dan siswa, guru, keluarga siswa, lingkungan, dan faktor pendorong lainnya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik garis besarnya bahwa faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor intern, yaitu berbagai karakteristik yang
62

dimiliki siswa yang dapat memperlancar atau menghambat siswa dalam proses

belajar mengajar diantaranya adalah kecerdasan, bakat, minat, emosi dan motivasi.

Sedangkan faktor ekstern, yaitu yaitu kelengkapan belajar, yang terdiri dari atas guru,

metode mengajar, bahan pelajaran, sosial budaya, dan fisik.

C. Teknik Evaluasi (Hasil Belajar)

Kegiatan belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan perubahan-

perubahan pada dirinya yang oleh Bloom dalam Makmun, (1997: 116)

dikelompokkan ke dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil-hasil yang

diperoleh siswa dapat diukur atau diketahui berdasarkan perubahan perilaku sebelum

dan sesudah dilakukan kegiatan belajar dalam bentuk hasil belajar.

Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengn nilai test atau angka

nilai yang diberikan oleh guru, (1999: 787). Hasil belajar juga diartikan sebagai

perubahan perilaku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan informasi yang

diperoleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu suasana atau

kondisi pembelajaran (Ibrahim, 2003: 3).

Lebih lanjut Machr Nupuz (2003: 25) mengemukakan hasil belajar sebagai

berikut:

1. Hasil belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan


menggunakan tes hasil belajar.
2. Hasil belajar merupakan hasil dari perubahan individu itu sendiri bukan
hasil dari perbuatan orang lain.
3. Hasil belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang telah ditetapkan
oleh kelompok.
63

4. Hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja
dan disadari, jadi bukan suatu kebiasaan atau perilaku yang tidak disadari.

Sudjana (1995: 390) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi

oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa, seperti faktor kemampuan

yang dimilikinya dan faktor dari luar diri siswa atau faktor lingkungannya. Secara

rinci Rusyan et. al (1994: 81) menjelaskan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor internal, yang terdiri dari:

a. Faktor fisiologis/jasmani individu yang bersifat bawaan, seperti

penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

b. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,

terdiri dari:

1) Faktor-faktor intelektif, meliputi: faktor potensial seperti

intelegensi dan faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang

dimiliki.

2) Faktor-faktor non intelektif, meliputi: unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi,

emosi dan penyesuaian diri.

c. Faktor kematangan fisik dan psikis.

2. Faktor eksternal, meliputi:

a. Faktor sosial, yaitu:


64

1) Lingkungan keluarga, seperti suasana rumah, didikan orang tua,

relasi antar keluarga, dan sebagainya.

2) Lingkungan sekolah, seperti kurikulum, strategi pembelajaran,

metode pembelajaran, waktu sekolah, relasi guru dan siswa, dan

sebagainya.

3) Lingkungan masyarakat, seperti kehidupan siswa dalam bergaul,

masyarakat, media, dan sebagainya.

b. Faktor budaya, seperti adapt istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan

kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas belajar, fasilitas rumah dan

iklim.

d. Faktor spiritual seperti lingkungan agama.

Hasil belajar pada penelitian ini diartikan sebagai kemampuan siswa yang

ditunjukkan melalui pre test dan post test berupa skor atau angka yang diperoleh

siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam mengikuti proses belajar

mengajar. Hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan siswa secara

sengaja dan disadari melalui proses belajar mengajar.

Evaluasi Pembelajaran pada Mata Pelajaran DKKTM

Dari hasil belajar tersebut dapat diketahui bahwa siswa tersebut mengalami

peningkatan atau tidaknya prestasi belajar siswa itu. Maka dari itu dapat dianalisis

dengan menggunakan pendekatan-pendekatan penilaian, yaitu berupa pendekatan

Penilaian Acuan Patokan (PAP), Penilaian Acuan Normatif (PAN).


65

Sistem evaluasi yang digunakan pada pembelajaran Dasar Kompetensi

Keahlian Teknik Mes)n (DKKTM) adalah sistem evaluasi Penilaian Acuan Patoan

(PAP) atau dengan sebutan lain standar penilaian mutlak dan Penialai Acuan Norma

(PAN). Dalam standar ini penentuan tingkatan (grade) didasarkan pada nila yang

telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk presentase. Untuk mendapatkan kelulusan

pada mata pelajaran DKKTM, seorang peserta didikharus mendapatkan nilai tertntu

sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh performan yang

diperoleh peserta didik lain dalam kelasya. Namun ada kelemahan dalam

menggunakan standar mutlak adalah nilai siswa berga tung pada tingkat kesulitan tes

yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah akan sangat

mungkin para siswa mendapatkan nulai kelulusan, dan sebaliknya apabila tes tersebut

terlalu sulit untuk diselesaikan maka kemungkinan untuk mendapatkan nilai

kelulusan menjadi sngat kesil. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan

memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat pencapaianya.

Dalam menginterpretasi nilai mentah menjadi nilai dengan menggunakan

pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan criteria kelulusan dengan batas-

batas nilai kelulusan. Kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut

Rentang Skor Nilai : x ≥ 70 LULUS

x ≤ 70 TIDAK LULUS
66

Dalam Penilaian Acuan Normatif (PAN) memiliki sedikit perbedaan dengan

Penilaian Acuan Patokan (PAP), perbedaan yang terdapat adalah pada standar

performa yang digunakan. Pada pendekatan acuan norma standar performa yang

digunakan bersifat relative. Artinya tingkat performa seorang peserta didik ditetapkan

berdasarkan pada posisi relative dalam kelompoknya. Tinggi rendahnya performa

seorang peserta didik sangat bergantung pada kondisi performan kelomponya.

Dengan kata lain standar pengukuran yang digunakan ialah norma kelompok.

Dengan demikian, untuk mengetahui nilai masing-masing kelas pada mata

pelajaran DKKTM dapat diketahui melalui kriteria PAN karena keberhasilan masing-

masing kelas tidak sama, sehingga keberhasilan seseorang peserta didik, baru dapat

ditentukan setelah prestasi kelompoknya atau kelasnya diketahui.

Salah satu keuntungan dari standar relative ini adalah penempatan nilai

(performa) peserta didik dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti.

Namun kekurangan dari penggunaan standar relative diantaranya adalah (1) dianggap

tidak adil, karena bagi mereka yang berada dikelas yang memiliki nilai yang tinggi

harus berusaha mendapatkan nilai yang lebih tinggi, situasi seperti ini menjadi baik

bagi motivasi beberapa siswa.(2) standar relative membuat terjadinya persaingan

yang kurang sehat diantara para siswa, karena pada saat seorang atau kelompok siswa

mendapat nilai tinggi akan mengurangi kesempatan pada yang lain untuk

mendapatkannya.

Untuk teknik penilaiannya, mata pelajaran DKKTM menggunakan teknik

penilaian hasil tes sumatif.


67

Acuan penialain tersebut di klasifikasikan pada penilain skala 1 – 10 dan 1 –

4. Adapun klasifikasi nilai tersebut yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi Penilaian 1 - 10

SKOR ANGKA KLASIFIKASI


1–4 E Sangat Kurang
5–6 D Kurang
6–7 C Cukup
7–8 B Baik
9 – 10 A Sangat Baik
Sumber (Suharsimi Arikunto, 2006:276)

Tabel 2.2 Klasifikasi Penilaian Skor 1 – 4

SKOR ANGKA KLASIFIKASI


1 D SANGAT KURANG
2 C KURANG
3 B BAIK
4 A SANGAT BAIK
Sumber (Suharsimi Arikunto, 2006:276)

D. Anggapan Dasar

Suharsini Arikunto, (1998:55), penelitian perlu perumusan anggapan dasar:

1. Agar ada dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti.
2. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatiannya.
3. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.

Penelitian ini bertitik tolak pada asumsi dasar sebagai berikut:

1. Pendapat siswa berbeda-beda terhadap keterampilan mengajar guru.

2. Keterampilan mengajar guru berbeda-beda dalam proses belajar mengajar.

3. Prestasi belajar setiap siswa tidak sama.


68

E. Hipotesis Penelitian

Syafaruddin,. (2004:129) mengungkapkan bahwa hipotesis adalah :

Hipotesis adalah dugaan (penaksiran) sementara mengenai suatu hal, melalui


sekolompok sampel yang terukur, untuk menjelaskan populasinya, tetapi
kebenarannya belum teruji. Pembuktian dilakukan melalui pengukuran dan
analisis terhadap sampel yang diambil dari populasi, baik secara sensus ataupun
sampling.

Hipotesis substantif dalam penelitian ini adalah:

“ Terdapat hubungan yang positif antara keterampilan mengajar guru DKKTM

berdasarkan pendapat/penilaian siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran DKKTM ”

Anda mungkin juga menyukai