Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN 2018 (8)

Komunitas Burung (Avifauna) di Kawasan


Kampus ITS, Wonorejo, dan PPLH Seloliman,
Mojokerto
A. Ameivia, A.L. Jannah, A.R. Cahya, E.D. Aulia, F.D. Ramadhanty, N.F Soraya, R.A. Putri,
F.K. Muzaki, Aunurohim, M. Muryono, dan I. Desmawati
Departemen Biologi, Fakultas Ilmu Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: Aunurohim@gmail.com

Abstrak—
Kata Kunci— biomassa, energi, produktivitas, tumbuhan. II. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat (ini perlu dibenerin lagi kata2 nya)
I. PENDAHULUAN
Pada praktikum komunitas burung Avifauna dimulai pada
B URUNG atau avifauna merupakan anggota satwa liar
yang memiliki kemampuan hidup hampir di semua tipe
habitat, dari kutub sampai gurun, dari hutan konifer sampai
tanggal 8 April 2018 di Rektorat Institut Teknologi Sepuluh
November,Surabaya, 15 April di Mangrove
Wonorejo,Surabaya dan 28 April 2018 di PPLH
hutan tropis, dari sungai, rawa-rawa sampai lautan. Di Seloliman,Mojokerto.
samping memiliki mobilitas yang tinggi, burung juga memiliki
kemampuan untuk beradaptasi di berbagai tipe habitat yang
luas (Welty,1982). Walaupun memiliki kemampuan hidup di
semua tipe habitat, namun komposisi jenis pada masing-
masing habitat menunjukkan adanya perbedaan dan hal ini
yang menjadi daya tarik burung sebagai obyek penelitian di
suatu tempat yang berinteraksi yang didasari adanya hubungan
saling membutuhkan antara sesama makhluk hidup untuk
membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu
terjadi oleh karena adanya arus materi dan energi yang
terkendalikan oleh arus informasi antara komponen dalam
ekosistem tersebut [1].
Secara umum, burung memanfaatkan habitat sebagai tempat
mencari makan,beraktivitas, berkembang biak, dan
berlindung.Keanekaragaman jenis burung telah diterima
secara luas sebagai indicator kualitas lingkungan. Hal ini Gambar 1. Lokasi Pengamatan Avifauna di Institut Teknologi
disebabkan burung merupakan jenis satwa yang terdapat Sepuluh November,Surabaya,Jawa Timur
hampir di seluruh habitat di permukaan bumi dan sangat
sensitif terhadap kerusakan lingkungan. Penggunaan burung Pada praktikum ini dimulai pada tanggal 8 April 2018 pada
sebagai indikator nilai keanekaragaman hayati merupakan pukul 06.00 sampai 09.00 WIB. Pengambilan data dibelakang
jalan tengah terbaik antara kebutuhan informasi ilmiah yang Rektorat Institut Teknologi Sepuluh November,Surabaya
akurat dengan keterbatasan waktuyang ada bagi aksi dengan koordinat 7°16'53.23"S, 112°47'45.35"E.
konservasi [1].
Penyebaran burung sangat erat kaitannya dengan
ketersediaan pakan, sehingga habitat burung berbeda antara
jenis satu dengan yang lainnya. Beberapa jenis burung hidup
di hutan yang lebat, yang lain hidup pada daerah semak-semak
maupun rerumputan dan beberapa jenis burung hidup di
lapangan terbuka tanpa atau dengan sedikit tumbuhan.
menyatakan bahwa persebaran suatu jenis burung disesuaikan
dengan kemampuan pergerakannya atau kondisi lingkungan
seperti pengaruh luas kawasan, ketinggian tempat, dan letak
geografis. Oleh karena itu, burung merupakan kelompok
satwaliar yang paling merata persebarannya.[1].
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN 2018 (8)

Gambar 2. Lokasi Pengamatan Avifauna di Mangrove


Wonorejo,Surabaya,Jawa Timur

Pada praktikum ini dimulai pada tanggal 15 April 2018


pukul 05.30 sampai 11.00 WIB di Mangrove
Wonorejo,Surabaya.Pengambilan data dilakukan pada lokasi
titik 8 dengan koordinat 7°19'2.50"S, 112°49'48.84"E Keterangan :
Di = Dominansi spesies i
ni = Jumlah individu spesies i
N = Jumlah total individu keseluruhan spesies

Indeks Shannon-Weiner (H’)

Keterangan :
H’ = Indeks diversitas Shannon- Weiner
Ni = Jumlah individu spesies i
N =Jumlah total individu keseluruhan spesies.
Gambar 3. Lokasi Pengamatan Avifauna di PPLH
Seloliman,Trawas,Mojokerto,Jawa Timur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dimuali pada tanggal 28 April 2018 A. Metode Pengamatan (hanya nemukan 2 metode, kurang
pukul 06.00 sampai 08.00 WIB di PPLH alasan juga)
Seloliman,Mojokerto.Pengambilan data dilakukan pada lokasi
Pada penelitian biodiversitas avifauna digunakan
sekitar taman toga dengan koordinat 07°
kombinasi 2 metode, yakni metode line transect (garis
36’27.9’’S,112°35’07.0’’E.
transek) dan metode point count (titik hitung). Metode line
transect merupakan jalur sempit melintang pada lahan, yang
B. Alat dan Bahan akan dipelajari menggunakan garis-garis sebagai petak [8].
Selain itu, metode Line transect digunakan untuk membuat
Alat dan bahan yang digunakan pada peneltian ini adalah observasi secara kontinu sepanjang garis, karena luas lahan
teropong binokuler, kamera digital, alat tulis, form tabel pada penelitian keanekaragaman avifauna di sangat besar.
data pengamatan, GPS, dan buku panduan identifikasi jenis
burung McKinnon. Metode line transect yang digunakan adalah sepanjang
300 meter dan dibuat titik pada jarak 0 meter, 100 meter,
C. Prosedur Kerja dan 200 meter. Selain menggunakan metode line transect,
Dibuat suatu garis transek sepanjang 300 meter. Dibuat pada penelitian ini juga menggunakan metode point count
suatu titik hitung dengan radius 50 meter (diameter 100m) pada tiga titik di line transect tersebut.
pada titik ke 0,100,200, dan 300.Disetiap titik hitung
pengamat mengidentifikasi setiap individu dari setiap jenis Point count ini digunakan untuk mengamati aktivitas
burung yang tampak,baik dalam posisi terbang,bertengger burung pada lokasi pengamatan disekitar titik pada transek.
maupun aktivitas lainnya dengan menggunakan binokuler. Pengamatan di tiap point count selama 30 menit, hal ini
Dilakuakan pengamatan dengan durasi 15 menit.Dilakukan dilakukan karena waktu selama 30 menit dianggap mampu
penentuan tegakan tumbuhan di lokasi tersebut dengan merepresentasikan populasi avifauna di sekitar point count.
mencatat jenis pohon tersebut untuk memungkinkan kaitan
antara burung yang ditemukan dengan vegetasi tempatnya Pada point count dicatat perilaku burung dan kategori
ditemukan terkait dengan pola makan,jenis makanan ataupun tegakan apabila burung bertengger, data ini digunakan
perilaku.Dicatat pula variable seperti burung teramati, posisi sebagai data sekunder untuk memudahkan mengidentifikasi
ertengger, tipe tegakan tempat bertengger (semak,pohon dan spesies burung yang ditemui [8].
sebagainya).

D.Rumus Analisa Data (kurang pembahasan hasil dan alasan B. Metode Identifikasi (kurang hasil gak sih?)
kenapa pake rumus tersebut) Penelitian avifauna dengan melakukan identifikasi pada
Struktur komunitas avifauna dapat ditampilkan melalui burung dilakukan berdasarkan karakter morfologi dan habitat,
beragam indeks indeks ekologis : menggunakan indeks setelah dilakukan identifikasi berdasarkan karakter morfologi,
dominansi dan indeks diversitas Shannon- Weiner (H’). habitat dan perilaku, identifikasi dilakukan dengan
Indeks Dominansi menggunakan buku McKinnon, hal ini sesuai dengan literatur
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN 2018 (8)

yang menyatakan bahwa observasi burung secara langsung


dapat dilakukan dengan mengamati morfologi, perilaku, dan PPLH Seloliman
aktivitas burung maupun secara tidak langsung dengan
mengidentifikasi suara, jumlah individu dan waktu 3%3%3% Apodidae
perjumpaan (Ekowati, 2016). Pada identifikasi burung 2%5%
Pycnonotidae
dilakukan dengan menggunakan buku McKinnon (2010) 47%
(Safanah, 2017). Alcedinidae
37% Estrildidae
C. Analisis Data Nectariniidae
a. Dominansi Per Lokasi (kurang pembahasan dikaitkan
literatur) Gambar.6.Diagram Keanekaragaman Avifauna di
PPLH Seloliman,Trawas,Mojokerto,Jawa Timur
Kampus ITS Pada lokasi sekitar Tanaman TOGA PPLH
5% 5% Seloliman, terdata 5 jenis family burung, yakni family
Apodidae Apodidae, Pycnonotidae, Alcedinidae, Estrildidae, dan
25% Nectariniidae. Lokasi ini didominasi oleh family
Columbidae
Apodidae dengan prosentase sebesar 47%, kemudian
Estrildidae disusul oleh family Pycnonotidae yakni sebesar 37%.
65%
Pycnonotidae
b. Keanekaragaman (H’ – Shannon wiener) (kurang hasil
Gambar.4. Diagram Keanekaragaman Avifauna di dan pembahasan)
Kampus ITS,Surabaya,Jawa Timur dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener
dengan rumus sebagai berikut
Pada lokasi sekitar Kampus ITS, terdata 4 jenis
family burung, yakni Apodidaee Columbidae,
Estrididae, dan Pycnonotidae. Family Apodidae
mendominasi lokasi ini dengan prosentase sebesar
69%, sedangkan untuk family lain masing-masing Keterangan:
sebesar 5%. H’ = Indeks keanekaragaman jenis
Pi = Proporsi individu suatu spesies terhadap
keseluruhan individu yang dijumpai, dengan Pi
Wonorejo didapatkan dari: Pi = Ni/Ntotal
ln = Logaritma natural

2%5% 3% 12% c. Kemerataan Jenis (J) (Kurang hasil dan pembahasan)


7% Alcedinidae
3% Kemerataan Jenis merupakan suatu teknik yang
17% dilakukan untuk mengetahui kemerataan jenis jenis
burung (Saefullah, 2015). Sementara untuk menentukan
Scolopacidae proporsi kelimpahan jenis menggunakan indeks
5% 39%
7% kemerataan (Index of Equitability or evennes) Shannon
(Magur- ran 2004) yaitu dengan menggunakan rumus : J’
= H ’/ln s , dimana s = jumlah jenis (Priyono, 2013)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa nilai
Gambar.5.Diagram Keanekaragaman Avifauna di
kemerataan jenis burung yang berada di kampus ITS
Wonorejo,Surabaya,Jawa Timur
memiliki nilai kemerataan jenis sebesar 0,780387475,
nilai kemerataan jenis burung yang berada di PPLH
Pada lokasi sekitar Hutan Mangrove Wonorejo,
Seloliman sebesar 0,7438344 dan nilai kemerataan jenis
terdata 10 jenis family burung. Namun, hanya 2 family
burung yang berada di Wonorejo sebesar 0,868084704.
yang paling mendominasi pada lokasi ini, yakni family
Berdasarkan literatur indeks kemerataan yang tinggi
Alcedinidae sebesar 17% dan Scolopacidae sebesar
menunjukkan suatu habitat memiliki kelimpahan individu
39% dari keseluruhan jumlah family yang terdata.
jenis yang hampir sama atau merata, se- mentara indeks
kemerataan yang rendah menunjukkan adanya
kecenderungan dominasi spesies tertentu di suatu habitat
(Priyono, 2013). Dapat disimpulkan bahwa, Indeks
kemerataan jenis burung yang berlokasi di wonorejo
memiliki indeks kemerataan jenis yang tinggi, karena
menunjukkan bahwa suatu habitat yang berada di
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN 2018 (8)

wonorejo memiliki kelimpahan individu jenis yang Alam Pnaunjang Pangandaran, Jawa Barat”, PROS SEM NAS MASY
BIODIV INDON, Vol 3 No. 2 (2017) 266-272.
hampir sama atau merata. Sedangkan, indeks kemeratan
[8] T.Cahyamto, dan R.Kuraesin.”Struktur Vegetasi Mangrove di Pantai
jenis yang rendah berlokasi di PPLH Seloliman, karena Muara Marunda Kota Administrasi Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta”.
menunjukkan adanya kecenderungan dominasi spesies Edisi Agustus Volume VII No. 2 (2013)
tertentu di suatu habitat yang ada pada lokasi tersebut. [9] A. Saefullah, A. H. Mustari dan A. Mardiastuti, “Keananekaragaman
Jenis Burung Pada Berbagai Habitat Beserta Gangguannya Di Hutan
Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat”, Media konservasi.,Vol. 20
Sementara untuk menentukan proporsi kelimpahan No.2 (2015) : 117-124
jenis menggunakan indeks kemerataan (Index of [10] B. Priyono dan M. Abdullah, “Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu di
Equitability or evennes) Shannon (Magurran,2004) Taman Kehati Unnes”, Jurnal Biosaintifika, Vol. 5 No. 2 (2013) : 101-
105
yaitu :
[11] A. R. Darmawan, L. Susilawati dan L. Khairani “Pengaruh Tingkat
Pemberian Pupuk ZnSO4 Terhadap Produksi Hijauan Capituheur
J’ = H ’/ln s [12]
(Mikania micrantha Kunth)”, Jurnal Unpad., (2016).
A. N. Alamsyah, W. Slamet dan F. Kusmiyati ”Efektivitas Pelapisan
Benih Kelengkeng (Dimocarpus longan Lour) Menggunakan Kombinasi
Keterangan : Jenis Bahan Pelapis Dengan Ekstrak Biji Selasih dan Wadah Simpan
s = jumlah jenis Berbeda”, J. Agro Complex., Vol.1 no.3 (2017) 85-93.
[13] Z. Fujiyanto, E. Prihastanti, dan S. Haryanti, “Karakteristik Kondisi
Lingkungan, Jumlah Stomata, Morfometri, Alang Alang Yang Tumbuh
Di Daerah Padang Terbuka Di Kabupaten Blora Dan Ungaran” Jurnal
d. Status Konservasi (status burung menurut IUCN) – Anatomi dan Fisiologi, Vol. 23 no. 2 (2015) 48-53.
rumus + kaitkan dg literatur [14] A. S. M. Kassim, A. M. Aripin, N. Ishak, N. H. H. Hairom, N. A. Fauzi,
N. F. Razali and M.H Zainulabidin, “Potential Of Cogon Grass
e. Morishita Horn (DATA ANGKATAN) – rumus +
(Imperata cylindrica) As An Alternative Fibre In Paper Based Industry”,
kaitkan dg literatur ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences., Vol. 11 No. 4
(2016) 2681-2686.
[15] F. Huriawati, W. L. Yuhanna dan T. Mayasari “pengaruh Metode
Pengeringan Terhadap Kualitas Serbuk Seresah (Enhalus acoroides) Dar
Pantai Tawang Pacitan”, Bioeksperimen., Vol. 2 No. 1 (2016) 35-43.
[16] A.A. Mahmoud, A.S.H. Gendy, H.A.H. Said-Al Ahl, D. Grulova, T.
Astatkie and T.M. Abdelraziq, “Impact of Harvest time and Water Stress
KESIMPULAN on the Growth and Essential Oil Components of Hourhound (Marrubium
vulgarae)”, Sciantia Holticulturae, No. 232 (2018) 139-144.

LAMPIRAN
Tidak ada lampiran.

UCAPAN TERIMA KASIH


. Penulis kelompok 8 mengucapkan terima kasih kepada
Dosen Pengampu, Asisten Praktikum Ekologi Tumbuhan
2018, teman-teman angkatan 2016, dan pihak terkait yang
telah memberikan dukungan selama proses praktikum
hingga penulisan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] D.I.D.Arini dam L.B.Prasetyo.”komposisi Avifauna di
Beberapa Tipe LansekapTaman Nasional Bukit Barisan
Selatan”.Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam.Vol.10 No.2 (2013).
[2] Hamdi, “Energi Terbarukan”, Jakarta : Kencana (2016).
[3] S. M. Manurung., A. Rauf., Razali, Kajian Total Biomassa Rerumputan
Dan Pengaruhnya Terhadap Tata Air Tanah Di Daerah Tangkapan Air
Danau Toba. Studi Kasus di Kecamatan Silahisabungan Kabupaten
Dairi, Jurnal Online Agroekoteknologi, Vol.1 No.4 (2013).
[4] L. V. Rose, A. L. Rypel, and C. A. Layman, “Community Secondary
Production As A Measure of Ecosystem Function : A Case Study With
Aquatic Ecosystem Fragmentation”, Bulletin of Marine Science. Vol. 87
No. 4 (2013).913-937.
[5] B.Piryono.M.Abdullah.”Kenekaragaman Jenis Kupu-Kupu di Taman
Kehati Unnes”.Jurnal Biosantifika.Vol.5 No.2 (2013)
[6] A. Ekowati, A. D. Setiyani, D. R. Haribowo dan K. Hidayah’’
Keanekaragaman Jenis Burung Di Kawasan Telaga Warna, Desa Tugu
UTARA, Cisarua, Bogor”, AL-KAUNIYAH: Journal Of Biology, Vol 9
No. 2 (2016) 87-94.
[7] N. G. Safanah, C. S. Nugraha, R. Partasasmita, T. Husodo,
“Keanekaragaman Jenis Burung Di Taman Wisata Alam dan Cagar

Anda mungkin juga menyukai