Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Abstrak—
Kata Kunci— biomassa, energi, produktivitas, tumbuhan. II. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat (ini perlu dibenerin lagi kata2 nya)
I. PENDAHULUAN
Pada praktikum komunitas burung Avifauna dimulai pada
B URUNG atau avifauna merupakan anggota satwa liar
yang memiliki kemampuan hidup hampir di semua tipe
habitat, dari kutub sampai gurun, dari hutan konifer sampai
tanggal 8 April 2018 di Rektorat Institut Teknologi Sepuluh
November,Surabaya, 15 April di Mangrove
Wonorejo,Surabaya dan 28 April 2018 di PPLH
hutan tropis, dari sungai, rawa-rawa sampai lautan. Di Seloliman,Mojokerto.
samping memiliki mobilitas yang tinggi, burung juga memiliki
kemampuan untuk beradaptasi di berbagai tipe habitat yang
luas (Welty,1982). Walaupun memiliki kemampuan hidup di
semua tipe habitat, namun komposisi jenis pada masing-
masing habitat menunjukkan adanya perbedaan dan hal ini
yang menjadi daya tarik burung sebagai obyek penelitian di
suatu tempat yang berinteraksi yang didasari adanya hubungan
saling membutuhkan antara sesama makhluk hidup untuk
membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu
terjadi oleh karena adanya arus materi dan energi yang
terkendalikan oleh arus informasi antara komponen dalam
ekosistem tersebut [1].
Secara umum, burung memanfaatkan habitat sebagai tempat
mencari makan,beraktivitas, berkembang biak, dan
berlindung.Keanekaragaman jenis burung telah diterima
secara luas sebagai indicator kualitas lingkungan. Hal ini Gambar 1. Lokasi Pengamatan Avifauna di Institut Teknologi
disebabkan burung merupakan jenis satwa yang terdapat Sepuluh November,Surabaya,Jawa Timur
hampir di seluruh habitat di permukaan bumi dan sangat
sensitif terhadap kerusakan lingkungan. Penggunaan burung Pada praktikum ini dimulai pada tanggal 8 April 2018 pada
sebagai indikator nilai keanekaragaman hayati merupakan pukul 06.00 sampai 09.00 WIB. Pengambilan data dibelakang
jalan tengah terbaik antara kebutuhan informasi ilmiah yang Rektorat Institut Teknologi Sepuluh November,Surabaya
akurat dengan keterbatasan waktuyang ada bagi aksi dengan koordinat 7°16'53.23"S, 112°47'45.35"E.
konservasi [1].
Penyebaran burung sangat erat kaitannya dengan
ketersediaan pakan, sehingga habitat burung berbeda antara
jenis satu dengan yang lainnya. Beberapa jenis burung hidup
di hutan yang lebat, yang lain hidup pada daerah semak-semak
maupun rerumputan dan beberapa jenis burung hidup di
lapangan terbuka tanpa atau dengan sedikit tumbuhan.
menyatakan bahwa persebaran suatu jenis burung disesuaikan
dengan kemampuan pergerakannya atau kondisi lingkungan
seperti pengaruh luas kawasan, ketinggian tempat, dan letak
geografis. Oleh karena itu, burung merupakan kelompok
satwaliar yang paling merata persebarannya.[1].
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN 2018 (8)
Keterangan :
H’ = Indeks diversitas Shannon- Weiner
Ni = Jumlah individu spesies i
N =Jumlah total individu keseluruhan spesies.
Gambar 3. Lokasi Pengamatan Avifauna di PPLH
Seloliman,Trawas,Mojokerto,Jawa Timur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dimuali pada tanggal 28 April 2018 A. Metode Pengamatan (hanya nemukan 2 metode, kurang
pukul 06.00 sampai 08.00 WIB di PPLH alasan juga)
Seloliman,Mojokerto.Pengambilan data dilakukan pada lokasi
Pada penelitian biodiversitas avifauna digunakan
sekitar taman toga dengan koordinat 07°
kombinasi 2 metode, yakni metode line transect (garis
36’27.9’’S,112°35’07.0’’E.
transek) dan metode point count (titik hitung). Metode line
transect merupakan jalur sempit melintang pada lahan, yang
B. Alat dan Bahan akan dipelajari menggunakan garis-garis sebagai petak [8].
Selain itu, metode Line transect digunakan untuk membuat
Alat dan bahan yang digunakan pada peneltian ini adalah observasi secara kontinu sepanjang garis, karena luas lahan
teropong binokuler, kamera digital, alat tulis, form tabel pada penelitian keanekaragaman avifauna di sangat besar.
data pengamatan, GPS, dan buku panduan identifikasi jenis
burung McKinnon. Metode line transect yang digunakan adalah sepanjang
300 meter dan dibuat titik pada jarak 0 meter, 100 meter,
C. Prosedur Kerja dan 200 meter. Selain menggunakan metode line transect,
Dibuat suatu garis transek sepanjang 300 meter. Dibuat pada penelitian ini juga menggunakan metode point count
suatu titik hitung dengan radius 50 meter (diameter 100m) pada tiga titik di line transect tersebut.
pada titik ke 0,100,200, dan 300.Disetiap titik hitung
pengamat mengidentifikasi setiap individu dari setiap jenis Point count ini digunakan untuk mengamati aktivitas
burung yang tampak,baik dalam posisi terbang,bertengger burung pada lokasi pengamatan disekitar titik pada transek.
maupun aktivitas lainnya dengan menggunakan binokuler. Pengamatan di tiap point count selama 30 menit, hal ini
Dilakuakan pengamatan dengan durasi 15 menit.Dilakukan dilakukan karena waktu selama 30 menit dianggap mampu
penentuan tegakan tumbuhan di lokasi tersebut dengan merepresentasikan populasi avifauna di sekitar point count.
mencatat jenis pohon tersebut untuk memungkinkan kaitan
antara burung yang ditemukan dengan vegetasi tempatnya Pada point count dicatat perilaku burung dan kategori
ditemukan terkait dengan pola makan,jenis makanan ataupun tegakan apabila burung bertengger, data ini digunakan
perilaku.Dicatat pula variable seperti burung teramati, posisi sebagai data sekunder untuk memudahkan mengidentifikasi
ertengger, tipe tegakan tempat bertengger (semak,pohon dan spesies burung yang ditemui [8].
sebagainya).
D.Rumus Analisa Data (kurang pembahasan hasil dan alasan B. Metode Identifikasi (kurang hasil gak sih?)
kenapa pake rumus tersebut) Penelitian avifauna dengan melakukan identifikasi pada
Struktur komunitas avifauna dapat ditampilkan melalui burung dilakukan berdasarkan karakter morfologi dan habitat,
beragam indeks indeks ekologis : menggunakan indeks setelah dilakukan identifikasi berdasarkan karakter morfologi,
dominansi dan indeks diversitas Shannon- Weiner (H’). habitat dan perilaku, identifikasi dilakukan dengan
Indeks Dominansi menggunakan buku McKinnon, hal ini sesuai dengan literatur
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN 2018 (8)
wonorejo memiliki kelimpahan individu jenis yang Alam Pnaunjang Pangandaran, Jawa Barat”, PROS SEM NAS MASY
BIODIV INDON, Vol 3 No. 2 (2017) 266-272.
hampir sama atau merata. Sedangkan, indeks kemeratan
[8] T.Cahyamto, dan R.Kuraesin.”Struktur Vegetasi Mangrove di Pantai
jenis yang rendah berlokasi di PPLH Seloliman, karena Muara Marunda Kota Administrasi Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta”.
menunjukkan adanya kecenderungan dominasi spesies Edisi Agustus Volume VII No. 2 (2013)
tertentu di suatu habitat yang ada pada lokasi tersebut. [9] A. Saefullah, A. H. Mustari dan A. Mardiastuti, “Keananekaragaman
Jenis Burung Pada Berbagai Habitat Beserta Gangguannya Di Hutan
Penelitian Dramaga, Bogor, Jawa Barat”, Media konservasi.,Vol. 20
Sementara untuk menentukan proporsi kelimpahan No.2 (2015) : 117-124
jenis menggunakan indeks kemerataan (Index of [10] B. Priyono dan M. Abdullah, “Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu di
Equitability or evennes) Shannon (Magurran,2004) Taman Kehati Unnes”, Jurnal Biosaintifika, Vol. 5 No. 2 (2013) : 101-
105
yaitu :
[11] A. R. Darmawan, L. Susilawati dan L. Khairani “Pengaruh Tingkat
Pemberian Pupuk ZnSO4 Terhadap Produksi Hijauan Capituheur
J’ = H ’/ln s [12]
(Mikania micrantha Kunth)”, Jurnal Unpad., (2016).
A. N. Alamsyah, W. Slamet dan F. Kusmiyati ”Efektivitas Pelapisan
Benih Kelengkeng (Dimocarpus longan Lour) Menggunakan Kombinasi
Keterangan : Jenis Bahan Pelapis Dengan Ekstrak Biji Selasih dan Wadah Simpan
s = jumlah jenis Berbeda”, J. Agro Complex., Vol.1 no.3 (2017) 85-93.
[13] Z. Fujiyanto, E. Prihastanti, dan S. Haryanti, “Karakteristik Kondisi
Lingkungan, Jumlah Stomata, Morfometri, Alang Alang Yang Tumbuh
Di Daerah Padang Terbuka Di Kabupaten Blora Dan Ungaran” Jurnal
d. Status Konservasi (status burung menurut IUCN) – Anatomi dan Fisiologi, Vol. 23 no. 2 (2015) 48-53.
rumus + kaitkan dg literatur [14] A. S. M. Kassim, A. M. Aripin, N. Ishak, N. H. H. Hairom, N. A. Fauzi,
N. F. Razali and M.H Zainulabidin, “Potential Of Cogon Grass
e. Morishita Horn (DATA ANGKATAN) – rumus +
(Imperata cylindrica) As An Alternative Fibre In Paper Based Industry”,
kaitkan dg literatur ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences., Vol. 11 No. 4
(2016) 2681-2686.
[15] F. Huriawati, W. L. Yuhanna dan T. Mayasari “pengaruh Metode
Pengeringan Terhadap Kualitas Serbuk Seresah (Enhalus acoroides) Dar
Pantai Tawang Pacitan”, Bioeksperimen., Vol. 2 No. 1 (2016) 35-43.
[16] A.A. Mahmoud, A.S.H. Gendy, H.A.H. Said-Al Ahl, D. Grulova, T.
Astatkie and T.M. Abdelraziq, “Impact of Harvest time and Water Stress
KESIMPULAN on the Growth and Essential Oil Components of Hourhound (Marrubium
vulgarae)”, Sciantia Holticulturae, No. 232 (2018) 139-144.
LAMPIRAN
Tidak ada lampiran.
DAFTAR PUSTAKA
[1] D.I.D.Arini dam L.B.Prasetyo.”komposisi Avifauna di
Beberapa Tipe LansekapTaman Nasional Bukit Barisan
Selatan”.Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam.Vol.10 No.2 (2013).
[2] Hamdi, “Energi Terbarukan”, Jakarta : Kencana (2016).
[3] S. M. Manurung., A. Rauf., Razali, Kajian Total Biomassa Rerumputan
Dan Pengaruhnya Terhadap Tata Air Tanah Di Daerah Tangkapan Air
Danau Toba. Studi Kasus di Kecamatan Silahisabungan Kabupaten
Dairi, Jurnal Online Agroekoteknologi, Vol.1 No.4 (2013).
[4] L. V. Rose, A. L. Rypel, and C. A. Layman, “Community Secondary
Production As A Measure of Ecosystem Function : A Case Study With
Aquatic Ecosystem Fragmentation”, Bulletin of Marine Science. Vol. 87
No. 4 (2013).913-937.
[5] B.Piryono.M.Abdullah.”Kenekaragaman Jenis Kupu-Kupu di Taman
Kehati Unnes”.Jurnal Biosantifika.Vol.5 No.2 (2013)
[6] A. Ekowati, A. D. Setiyani, D. R. Haribowo dan K. Hidayah’’
Keanekaragaman Jenis Burung Di Kawasan Telaga Warna, Desa Tugu
UTARA, Cisarua, Bogor”, AL-KAUNIYAH: Journal Of Biology, Vol 9
No. 2 (2016) 87-94.
[7] N. G. Safanah, C. S. Nugraha, R. Partasasmita, T. Husodo,
“Keanekaragaman Jenis Burung Di Taman Wisata Alam dan Cagar