1
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 406/Menkes/SK/VI/20092222
TENTANG
2
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 230/Menkes/SK/III/2002
tentang Pedoman Umum Tim Pembina, Tim Pengarah, Tim
Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-KJM);
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Puskesmas;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN KESEHATAN JIWA KOMUNITAS
Kedua : Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas sebagaimana
dimaksud dalam Diktum Kesatu agar digunakan sebagai acuan
bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
jiwa di masyarakat.
Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan ini
dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan melibatkan
organisasi profesi sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 2 Juni 2009
3
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 406 /Menkes/SK/VI/2009
Tanggal : 2 Juni 2009
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat adalah keadaan sejahtera, fisik mental dan sosial dan tidak sekedar
terbebas dari keadaan cacat dan kematian. Definisi sehat ini berlaku bagi
perorangan maupun penduduk (masyarakat). Derajat kesehatan masyarakat
dipengaruhi oleh empat faktor yang saling berinteraksi, yaitu lingkungan,
perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan.
Derajat kesehatan jiwa masyarakat dapat dilihat dari angka kejadian gangguan
jiwa dan disabilitas. Gangguan dan penyakit jiwa termasuk burden disease.
WHO (2001), menyatakan bahwa 12 % dari global burden disease disebabkan
oleh masalah kesehatan jiwa. Angka ini lebih besar dari penyakit dengan
penyebab lainnya (fisik).
4
Gambar 1
Distribusi Global dari Beban Kesehatan*
DALY’S
5
Gambar 2
Hubungan masalah kesehatan jiwa dengan produktifitas & kualitas hidup
6
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas ini, secara umum
bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan jiwa komunitas.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa
b. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang masalah
kesehatan jiwa komunitas
c. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dan petugas terkait
lainnya dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan jiwa
komunitas di semua tatanan pelayanan
d. Mendorong terwujudnya pengembangan berbagai model pelayanan
kesehatan jiwa komunitas sesuai dengan kondisi dan situasi setempat.
C. Sasaran
D. Daftar Istilah
7
penyelenggaraan mencakup 1) menyediakan terapi dan perawatan
berbasis kebutuhan dasar masyarakat, 2) menyediakan sistem jaringan
pelayanan dari berbagai sumber yang mencukupi dan terjangkau, serta 3)
menyelenggarakan pelayanan yang berbasis fakta (evidence-based) bagi
semua penderita gangguan jiwa.
4. Profesi Multidisplin
Profesi Multidisiplin adalah berbagai profesi yang terlibat dalam bidang
kerja kesehatan jiwa masyarakat (psikiatri komunitas) seperti psikiater,
psikolog klinis, perawat kesehatan jiwa, ahli kesehatan masyarakat, pekerja
sosial dan terapis okupasi secara bersama. Profesi multidisiplin ini bekerja
secara komprehensif dan saling mendukung dalam penanganan masalah
kesehatan jiwa secara optimal.
5. Psikiater
Psikiater adalah dokter yang telah menyelesaikan program pendidikan
dokter spesialis ilmu kedokteran jiwa dan memperoleh ijazah sebagai
dokter spesialis kedokteran jiwa dari institusi yang berwenang.
8
6. Psikolog
Psikolog adalah sarjana psikologi yang telah menyelesaikan pendidikan
profesi di fakultas psikologi yang mampu dan boleh melakukan analisis
tahap-tahap perkembangan normal psikologi, melakukan konseling,
psikoterapi, dan penilaian rehabilitasi yang sesuai kebutuhan individu.
8. Pekerja Sosial
Pekerja Sosial adalah berbagai sarjana yang bekerja di bidang
kesejahteraan sosial. Profesi ini bertugas sebagai penghubung pelayanan
kesehatan jiwa komunitas dengan bidang lain seperti bidang keuangan,
pekerjaan, pendidikan, penyediaan perumahan, hukum, agama dan lain-lain
sesuai dengan kebutuhan individu.
Pekerja sosial juga dapat menjadi manajer kasus sesuai dengan kebutuhan
individu.
9. Terapis Okupasi
Terapis Okupasi adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan
atau yang mempunyai pengalaman kerja tertentu sehingga dianggap
mempunyai keahlian di bidang pekerjaan tersebut.
9
intervensi kesehatan jiwa masyarakat, baik promosi maupun preventif serta
melakukan penilaian keberhasilan intervensi tersebut.
Ahli Kesehatan Masyarakat dapat menjadi manajer kasus sehingga dapat
menangani masalah kesehatan jiwa secara terpadu.
10
klinik-klinik di masyarakat, dan pusat pelayanan rehablitasi psikososial, baik
yang dikelola oleh pemerintah atau masyarakat.
11
22. Rumah Singgah
Rumah Singgah adalah suatu tempat yang merupakan fasilitas sosial yang
menyediakan pelayanan komprehensif untuk kelangsungan hidup setiap
orang termasuk kesehatan yang dibutuhkannya. Rumah ini ditempati untuk
sementara sampai seseorang mendapatkan tempat tinggal permanen.
24. Pengasuh
Pengasuh adalah seseorang dari pihak keluarga atau pihak lain yang
membantu untuk kelangsungan hidupnya baik kesehatan maupun
kesejahteraan dalam rangka kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup
seseorang yang mengalami gangguan jiwa.
26. DALY
DALY adalah indikator untuk mengukur tingkat beban yang ditanggung
sesorang akibat suatu penyakit.
28. Lapas
Lapas adalah tempat koreksi sosial mereka yang terlibat perbuatan kriminal
dan telah mendapatkan keputusan hukuman dari pengadilan.
30. Konseling
Konseling adalah suatu proses komunikasi timbal balik antara 2 orang, yaitu
antara seorang konselor (yang melakukan konseling) dan konseli/klien
(yang meminta bantuan konseling) untuk pemecahan masalah yang
berorientasi kepada keadaan, kebutuhan dan kemampuan klien tersebut.
12
32. Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
Pelayanan Kedaruratan Psikiatri adalah pelayanan yang diberikan pada
pasien yang datang dalam keadaan yang dapat membahayakan dirinya dan
orang lain. Pelayanan dapat berupa pelayanan kesehatan darurat umum,
tindakan medik psikiatrik dan tindakan lainnya termasuk yang non-
kesehatan seperti pengamanan dan lain-lain.
E. Ruang Lingkup
13
A. Prinsip Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
1. Keterjangkauan
Keterjangkauan yang utama ialah dalam biaya dan jarak. Biaya pelayanan
dan jarak yang terjangkau memudahkan setiap orang memelihara
kesehatannya secara berkesinambungan.
2. Keadilan
Pelayanan kesehatan jiwa harus menjamin setiap orang mendapatkan
pelayanan secara merata tanpa memandang status sosial.
5. Efektif
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas harus berbasis bukti dan efektif. Yang
dimaksud berbasis bukti adalah bila setiap tindakan memberikan hasil yang
konsisten berdasarkan penelitian. Pelayanan komunitas yang efektif
memadukan pendekatan biologis dan penanganan psikososial untuk
meningkatkan keberhasilan dan kualitas hidup individu.
8. Kewajiban
Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas bertanggung jawab terhadap kondisi
kesehatan jiwa seluruh populasi di wilayah kerjanya.
14
Tabel 1. Daftar Hak Pasien
Hak Pasien
Kewajiban Pasien
15
B. Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
1. Tingkatan Pelayanan
Menurut tingkatan pelayanannya, pelayanan kesehatan jiwa terdiri dari
pelayanan
a. Primer
b. Sekunder
c. Tersier
Walaupun secara umum pelayanan kesehatan jiwa formal terdiri dari tiga
tingkatan (primer, sekunder dan tersier), secara kenyataan juga ada
pelayanan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Di samping itu juga
variasi yang berkembang di masyarakat sebagai jawaban terhadap kondisi
dan kebutuhan lingkungan setempat. Sebagai contoh adalah keberadaan
perawat kesehatan jiwa komunitas yang memberikan pelayanan dalam
rangka mengisi kekosongan pelayanan kesehatan jiwa dasar di wilayah
setempat. Pelayanan kesehatan jiwa komunitas oleh masyarakat
mempunyai bentuk sangat beragam, baik secara kelembagaan seperti
Posbindu, Panti Pemulihan, Pesantren, dan lain-lain, maupun non-lembaga
seperti perawatan mandiri oleh keluarga, konseling oleh tokoh agama dan
tokoh masyarakat, pengobatan alternatif yang telah mendapat sertifikat dari
Departemen Kesehatan RI, dan lain-lain.
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas lainnya yang diberikan oleh tenaga-
tenaga yang terlatih dan terorganisasi, seperti kader kesehatan jiwa, guru,
polisi, dan lintas sektor terkait.
16
2. Jenis Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
Jenis pelayanan meliputi pelayanan non-medik dan pelayanan medik.
Termasuk pelayanan non-medik adalah:
a. Penyuluhan
b. Pelatihan
c. Deteksi dini
d. Konseling
e. Terapi okupasi
17
Tabel. 3. Jenis pelayanan yang diberikan menurut tingkat Pelayanan Kesehatan Jiwa
Komunitas
No Jenis Tersier Sekunder Primer Lain-lain*
Pelayanan L NL
1 Non-medik
a. penyuluhan + + + +/- +/-
b. pelatihan + + + +/- +/-
c. deteksi dini + + + + +
d. konseling + + + + +
e terapi okupasi + + +/- +/- +/-
2 Medik
a. penyuluhan + + +
b. penilaian psikiatrik + + +/-
c. deteksi dini + + +
d. pengobatan + + +/-
e. tindakan medik- + +/- -
psikiatrik
f. konseling + + +
g. psikoterapi + +/- -
h. rawat inap + +/- -
Catatan : * Merupakan pelayanan yang diselenggarakan oleh masyarakat baik secara lembaga
(L) seperti Rumah detoksikasi, pusat pemulihan berbasis agama, dll maupun non-lembaga (NL)
seperti kader kesehatan jiwa, pekerja sosial,tokoh masyarakat, tokoh agama, dll
C. Komponen Pelayanan
Di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer dapat diselenggarakan
pelayanan sebagai berikut.
a. Penyuluhan
b. Deteksi dini
c. Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
d. Pelayanan Rawat Jalan
e. Pelayanan Rujukan
f. Pelayanan Kunjungan Rumah (Home Visite)
18
h. Pelayanan terapi okupasi,
i. Pelayanan terapi aktifitas kelompok (TAK)
j. Pelayanan rehabilitasi psikiatrik
k. Pelayanan dampingan bagi tenaga kesehatan tingkat primer (technical
assistance)
l. Pelayanan Kunjungan Rumah (Home Visit)
D. Mekanisme Pelayanan
Mekanisme dari sisi petugas kesehatan adalah proses penyediaan pelayanan
kepada masyarakat, sedangkan dari sisi masyarakat adalah proses untuk
mendapatkannya. Prosesnya di mulai dari menghubungi / mendatangi fasilitas,
mendapatkan pelayanan, sampai dengan kembali kerumah.
19
1. Mekanisme Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas tingkat primer
I II III
Masyarakat Fasilitas pelayanan Fasilitas
kesehatan tingkat primer pelayanan kesehatan
rujukan
PUSKESMAS
1. Mendatangi
1.Pendaftaran
2.Pemeriksaan
fisik RS
3.Penilaian
Psikiatrik
U
2. Dijemput 4.Tindakan Medis
5.Rujukan
RS
3. Dirujuk dari 1. Penyuluhan
2. Deteksi dini
3. Pelayanan Kedaruratan
Fasilitas non-kes Psikiatri
Perawat Kes jiwa 4. Pelayanan Rawat Jalan
Kaderkes jiwa 5. Pelayanan Rujukan
Toma 6. Pelayanan Kunjungan
Toga Rumah (Home Visit)
Polisi
Guru
Dll
20
2. Mekanisme pelayanan kesehatan jiwa Komunitas tingkat Sekunder
I II III IV
Masyarakat Puskesmas Sekunder/RSU Tersier/RSJ
21
5. Pelayanan Rawat inap
6. Pelayanan Rujukan
I II III IV
Masyarakat Puskesmas Sekunder/RS Tersier/RSJ
U
Puskesmas RSU
Individu
1.mendatangi
RSJ
2.dijemput
3.Posbindu
Rumah
Singgah
1. Penyuluhan
4.rujukan dari 2. Pelayanan
tenaga/fasilitas Kedaruratan
non kesehatan Psikiatri
3. Pelayanan Rawat
Panti Jalan (Psikiatri
Rehab anak, dewasa,
Kader usila, poliklinik
NAPZA)
Toma 4. Pelayanan
Toga Konseling dan
Psikoterapi
Guru 5. Pelayanan Rawat
Polisi inap (Psikiatri
dll anak, dewasa,
usila, NAPZA)
6. Pelayanan Day-
Care
7. Pelayanan
Rujukan
8. Pelayanan
Rehabilitasi
Psikiatrik
Pusat pelayanan kesehatan berada di Rumah Sakit Jiwa. Rumah Sakit Jiwa
menerima kasus secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
individu dapat datang sendiri atau dibawa oleh keluarga/pengantar maupun
dirujuk dari Puskesmas atau Rumah Sakit Umum. Secara tidak langsung
individu dapat dirujuk oleh pihak lain yang ada di masyarakat baik perorangan
maupun lembaga atau dari penjemputan/ pengambilan individu oleh petugas
dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Kasus dapat dirujuk kembali dari Rumah Sakit
Jiwa ke fasilitas pelayanan sekunder maupun primer.
Di dalam Rumah Sakit Jiwa berturut-turut dilalui proses sebagai berikut:
22
1. Pendaftaran
2. Pemeriksaan fisik
3. Penilaian Psikiatrik
4. Tindakan Medik-Psikiatrik
5. Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
radiologis, pemeriksaan psikometrik)
6. Pemeriksaan psikologi
7. Pemeriksaan Consultation-Liaison Psychiatry (Pada kasus tertentu)
23
4. Mekanisme Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas di Sarana Non-
Kesehatan
I II III IV
Masyarakat Puskesmas Sekunder/RSU Tersier/RSJ
ndividu
1.mendatangi Puskesmas RSU
2.dijemput
3. Rumah
Sarana Non- Singgah RSJ
Kesehatan
(Posbindu/
Pesantren/
Panti/ dll
Kegiatan:
- Penyuluhan,
- Pelatihan
- Deteksi Dini,
- Konseling,
- Terapi
Okupasi
4.rujukan dari
tenaga/fasilitas
non kesehatan
Kader
Toma
Toga
Guru
Polisi
Dll
24
Pusat pelayanan kesehatan berada di lembaga non-kesehatan
(Posbindu/Pesantren/ Panti Pemulihan). Kasus dapat dirujuk langsung oleh
pihak lembaga non-kesehatan yang ada di masyarakat ke Puskesmas, Rumah
Sakit Umum atau Rumah Sakit Jiwa. Kasus juga bisa dijemput oleh Puskesmas
maupun oleh Rumah sakit Jiwa.
Sekarang ini sedang terjadi perubahan sosial politik yang juga berpengaruh
terhadap kesejahteraan dan kesehatan masyarakat termasuk kesehatan jiwa.
Keadaan ini diperburuk oleh terjadinya krisis multidimensi sejak tahun 1997 yang
belum pulih, bahkan diperberat dengan kondisi krisis ekonomi global tahun 2008.
Globalisasi yang sedang berlangsung dewasa ini juga telah menimbulkan berbagai
perubahan nilai dan norma di masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi
kehidupan dan kualitas hidup manusia. Pemanasan global yang telah menjadi
kepedulian seluruh dunia diantaranya karena juga mempengaruhi kesejahteraan
dan kehidupan manusia.
25
sudah ada ini diharapkan dapat dijadikan bahan pembelajaran dan
pengembangan bagi daerah lain, tentunya dengan memperhatikan ciri-ciri khusus
masalah, kondisi dan potensi daerah.
Agar mudah dipahami dan dapat dibandingkan, model pelayanan kesehatan jiwa
komunitas yang dicantumkan dalam pedoman ini digambarkan dengan
menampilkan unsur-unsur:
1. Deskripsi mengenai setting, masalah yang dihadapi,
2. Tujuan model.
3. Pelayanan (tingkatan, jenis dan mekanisme) yang disediakan
4. Kekhususan atau karakteristiknya
5. Pembelajaran
Berikut ini ditampilkan beberapa contoh model yang sedang berjalan di Indonesia.
1. Diskripsi
26
2. Tujuan
27
4.3 Perencanaan keperawatan
5. Pembelajaran
1 Diskripsi
28
2. Tujuan
Gb. 8
Pelayanan Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat di kecamatan Sleman
Posyandu,
Polindes,
Pusk
Pembantu
Gb. 9
29
Sistem Rujukan di PKJK Kecamatan Sleman
Pasien/ RSUD /
Masyaraka RSUP
t
RSJ
Puskesma Negeri/Swasta
s
Panti
Rehabilitasi
4. Karakteristik
5. Pembelajaran
30
Untuk meningkatkan efektifitas model ini perlu diprogramkan pelatihan
tentang kesehatan jiwa untuk semua petugas puskesmas dari berbagai
disiplin ilmu, dan penyuluhan masyarakat yang lebih efektif.
1. Diskripsi
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Soeharto Heerdjan sebagai Rumah Sakit khusus
vertikal Departemen Kesehatan RI yang bertanggung jawab terhadap
program kesehatan jiwa khususnya masalah yang terkait dengan kesehatan
jiwa di perkotaan, mengingat RSJ Soeharto Heerdjan berada di wilayah
ibukota negara RI yang memiliki karakteristik kota megapolitan.
2. Tujuan
31
d. Pendokumentasian dan pelaporan
4. Proses pelayanan
32
Gambar.7
Jejaring Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas RSJ Dr. Soeharto Heerdjan
5. Karakteristik
6. Pembelajaran
33
4. Pelayanan seperti ini juga dapat proaktif dan responsif terhadap masalah-
masalah yang terjadi setiap saat.
5. Pelayanan seperti ini juga dapat mendorong pemberdayaan masyarakat
dalam penanganan gangguan jiwa secara dini dan mandiri.
Sebagai kendala dari program ini masih kurangnya dukungan anggaran dari
berbagai pihak terutama Pemerintah Daerah dan dukungan teknologi. Di
samping itu diperlukan sumber daya manusia dari berbagai profesi terkait
yang bekerja penuh waktu.
IV. PENUTUP
Pedoman ini dapat saja mengalami penyesuaian setiap saat baik berupa
penambahan maupun penggantian susunan maupun isi nya. Untuk itu Direktorat
Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa selalu dengan tangan terbuka mengundang dan
menampung berbagai masukan dan atau perbaikan dalam rangka
penyempunaan pedoman ini.
Sekali lagi tim penyusun berharap Pedoman ini dapat bermanfaat dalam
membantu dan memudahkan semua pihak untuk menjalankan tugasnya, serta
meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Oleh karena itu sebelumnya dan dengan setulusnya tim penyusun mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
34
35