Anda di halaman 1dari 13

ANALISA POTENSI DAN ANCAMAN BENCANA ALAM

DI DAERAH PROVINSI BANTEN

TUGAS MAKALAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
mata kuliah Topik Khusus Program Studi Teknik Perawatan dan Perbaikan
Gedung di Jurusan Teknik Sipil

OLEH :

HILDA MUTIARA
NIM 141144012

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................i

BAB I PROVINSI BANTEN ................................................................................1


I.1 Luas Wilayah dan Letak Geografis ............................................................. 1
I.2 Topografi ..................................................................................................... 2
I.3 Potensi Bencana Provinsi Banten ................................................................ 2

BAB II PETA BENCANA .....................................................................................4


II.1 Potensi Banjir ............................................................................................ 4
II.2 Potensi Longsor ........................................................................................ 7
II.3 Potensi Tsunami ........................................................................................ 9

BAB III MITIGASI BENCANA .........................................................................10

i
BAB I PROVINSI BANTEN

I. BAB I
PROVINSI BANTEN

Pada makalah analisa potensi atau ancaman bencana lokasi yang ditinjau
adalah berada di daerah Provinsi Banten, berikut akan dijelaskan mengenai kondisi
di daerah tersebut.

I.1 Luas Wilayah dan Letak Geografis


Provinsi Banten resmi berdiri sendiri dan lepas dari provinsi Jawa Barat
berdasarkan keputusan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2000 yang pusat
pemerintahannya berada di Kota Serang. Secara administratif, Banten terbagi atas
4 Kabupaten dan 4 Kota ialah sebagai berikut:
• Kabupaten Serang,
• Kabupaten Pandeglang,
• Kabupaten Lebak,
• Kabupaten Tangerang,
• Kota Serang,
• Kota Tangerang Selatan,
• Kota Tangerang,
• Kota Cilegon.
Banten memiliki luas ± 9.160,70 km2 dengan letak geografis pada batas
Astronomi 105º1'11² - 106º7'12² BT dan 5º7'50² - 7º1'1² LS, dengan jumlah
penduduk sebesar ± 12.548.986 jiwa. Lokasi Banten yang berada di paling barat
Pulau Jawa menjadikan sebagai pintu gerbang Pulau Jawa dan Sumatera dan
berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara
Indonesia. Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Barat
dengan Selat Sunda, serta di bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia,
sehingga wilayah ini mempunyai sumber daya laut yang potensial.

1
BAB I PROVINSI BANTEN

I.2 Topografi
Topografi wilayah Provinsi Banten berkisar pada ketinggian 0 – 1.000 mdpl.
Secara umum kondisi topografi wilayah Provinsi Banten merupakan dataran rendah
berkisar antara 0 – 200 mdpl yang terletak di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang,
Kabupaten Pandeglang, dan sebagian besar Kabupaten Serang. Namun, terdapat di
daerah Lebak tengah dan sebagian kecil Kabupaten Pandeglang memiliki
ketinggian berkisar 201 – 2.000 mdpl dan daerah Lebak Timur memiliki ketinggian
501 – 2.000 mdpl yang terdapat di Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung
Halimun.
Kondisi topografi suatu wilayah berkaitan dengan bentuk raut permukaan
wilayah atau morfologi. Morfologi wilayah Banten secara umum terbagi menjadi
tiga kelompok yaitu morfologi dataran, perbukitan landai-sedang (bergelombang
rendah-sedang) dan perbukitan terjal.
Morfologi dataran rendah Banten terdapat di daerah bagian utara dan sebagian
selatan. Wilayah dataran merupakan wilayah yang mempunyai ketinggian kurang
dari 50 mdpl (di atas permukaan laut) sampai wilayah pantai yang mempunyai
ketinggian 0 – 1 m dpl.
Morfologi Perbukitan Bergelombang Rendah - Sedang sebagian besar
menempati daerah bagian tengah. Wilayah perbukitan terletak pada wilayah yang
mempunyai ketinggian minimum 50 mdpl, yaitu di utara Kota Cilegon terdapat
wilayah puncak Gunung Gede yang memiliki ketingian 553 mdpl, sedangkan
perbukitan di Kabupaten Serang terdapat wilayah selatan Kecamatan Mancak dan
Waringin Kurung, serta di Kabupaten Pandeglang wilayah perbukitan berada di
selatan.

I.3 Potensi Bencana Provinsi Banten


Potensi bencana yang terdapat di daerah Banten adalah banjir, tanah longsor,
kekeringan, puting beliung, tsunami, gunung berapi, gelombang tinggi. Namun
yang sering terjadi ialah banjir, dan longsor.
Terdapat dua daerah di Banten yang telah masuk zona merah rawan bencana
yaitu Pandeglang dan Lebak. Hal ini disebabkan potensi bencana di daerah tersebut

2
BAB I PROVINSI BANTEN

bisa terjadi kapan saja,seperti apabila hujan turun dengan intensitas tinggi, potensi
banjir bandang sangat tinggi.
Untuk wilayah Kabupaten Serang, sepanjang aliran Sungai Ciujung menjadi
lokasi rawan bencana alam seperti banjir. Selanjutnya di Kabupaten Pandeglang,
sepanjang aliran Sungai Cicangu, menjadi lokasi yang setiap musim penghujan
langganan banjir. Di daerah Mancak rawan banjir dari Sungai Cidanau, Kabupaten
Lebak rawan longsor, sedangkan di daerah Pakuhaji Kabupaten Tangerang rawan
banjir.

3
BAB II PETA BENCANA

II.BAB II
PETA BENCANA
Peta bencana yang terdapat di daerah Banten ini meliputi potensi bencana
banjir, longsor, dan tsunami.

II.1 Potensi Banjir


1. Kabupaten Serang, rawan banjir terdapat di 21 Kecamatan.
Kecamatan: Serang, Cipocokjaya, Kasemen, Kramatwatu, Bojonegara,
Piloampel, Ciruas, Walantaka, Kragilan, Pontang, Tirtayasa, Tanara,
Cikande, Kibin, Carenang, Binuang, Tunjungteja, Cikeusal, Pamayaran,
Anyer, dan Cinangka.

2. Kabupaten Pandeglang, rawan banjir terdapat di 10 Kecamatan.


Kecamatan: Labuan, Pagelaran, Cikedal, Perdana, Patia, Sukaresmi,
Panimbang, Pagelaran, Sumur, Carita.

4
BAB II PETA BENCANA

3. Kabupaten Lebak, rawan banjir terdapat di 5 Kecamatan.


Kecamatan: Malingping. Banjarsari, Cimarga, Rangkasbitung, Cibadak.

4. Kota Serang, rawan banjir terdapat di 4 Kecamatan.


Kecamatan: Kasemen, Cipocok, Serang, Walantaka.

5. Kota Cilegon, rawan banjir terdapat di 7 Kecamatan.


Kecamatan: Ciwandan, Pulomerak, Citangkil, Grogol, Jombang, Cibeber,
Cilegon, Purwakarta.

5
BAB II PETA BENCANA

6. Kota Tanggerang, rawan banjir terdapat di 13 Kecamatan.


Kecamatan: Tanggerang, Cipondoh, Batuceper, Ciledug, Jatiuwung, Benda,
Karawaci, Cibodas, Periuk, Neglasari, Pinang, Karang Tengah, Larangan.

7. Kota Tanggerang Selatan, rawan banjir terdapat di 4 Kecamatan.


Kecamatan: Serpong, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren.

6
BAB II PETA BENCANA

II.2 Potensi Longsor


1. Kabupaten Serang, rawan longsor terdapat di 2 Kecamatan.
Kecamatan: Bojonegara dan Cikeusal.

2. Kabupaten Pandeglang, rawan longsor terdapat di 3 Kecamatan.


Kecamatan: Pandeglang, Cadasari, Mandalawangi..

3. Kabupaten Lebak, rawan longsor terdapat di 4 Kecamatan.


Kecamatan Cipanas, Muncang, Cibeber, Bayah.

7
BAB II PETA BENCANA

4. Kota Cilegon, rawan longsor terdapat di 2 Kecamatan.


Kecamatan: pulomerak, Purwakarta.

Keterangan:
Warna merah = Potensi Banjir
Warna biru = Potensi Longsor

8
BAB II PETA BENCANA

II.3 Potensi Tsunami


Rawan bencana tsunami di daerah Banten terbagi menjadi 3 zona, yaitu zona
tinggi, zona menengah, dan zona rendah. Pada zona tinggi ditandai dengan warna
merah muda berlokasi di utara, barat, dan selatan Banten yang langsung berada
dipinggiran laut. Sedangkan besaran magnitude kemungkinan tsunami yang terjadi,
ditandai dengan simbol kotak merah dengan kekuatan sebesar 7 – 8 SR berada di
sekitar selat sunda.

9
BAB III MITIGASI BENCANA

III. BAB III


MITIGASI BENCANA
Berbagai upaya untuk melakukan mitigasi bencana yang dilakukan ialah
sebagai berikut:
1. Pemerintah setempat memberikan wawasan, pengetahuan serta gambaran
kewaspadaan dan antisipasi sebelum terjadi bencana alam (banjir, longsor,
dan tsunami) kepada masyarakat yang berada di daerah rawan benacana.
2. Melakukan kegiatan sosialisai pengurangan risiko bencana pada daerah
rawan bencana oleh pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten/Kota setempat.
3. Memasang alat atau sirine peringatan dini ketika berpotensi terjadinya
bencana.
4. Memasang petunjuk untuk jalur evakuasi untuk penyelamatan diri ke tempat
yang lebih aman.
5. Melakukan mitigasi struktural seperti, pembangunan sodetan pada aliran
sungai yang deras, membuat kolam retensi, pembuatan sumur resapan,
memperbaiki dan memelihara saluran drainase, membuat bangunan penahan
atau tiang-tiang penyangga.

10

Anda mungkin juga menyukai