Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

METODE PENELITIAN KELAS KAMIS

TOPIK: PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN


FIRM CHARACTERISTICS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) PADA PERIODE 2015-2016

KELOMPOK : 12
NRP Nama
32415017 Lisa Gabrielle
32415065 Jocelyn Fenella
32415142 Chelsea Angelina
32415161 Angeline Ellen

PROGRAM STUDI AKUNTANSI-FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

JUMAT, 15 DESEMBER 2017


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi menyebabkan persaingan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain


semakin ketat. Ketatnya persaingan yang terjadi menuntut perusahaan untuk mulai
meningkatkan kinerjanya agar nilai perusahaan mereka juga meningkat (Debby, et al,
2014). Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008) Enterprise Value (EV) atau dikenal juga
sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena
merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Peningkatan nilai
perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai
perusahaan yang akan tercemin dari harga pasar sahamnya karena penilaian investor
terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang
ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public (Retno, et al, 2012; Prastuti
dan Budiasih, 2015). Hal ini menjadi keinginan para pemilik sebuah perusahaan, karena
dengan adanya nilai yang tinggi menunjukkan tingginya kemakmuran para pemegang
saham (shareholders). Kemakmuran para pemegang saham dan suatu perusahaan dapat
dilihat dari harga pasar dari saham perusahaan yang merupakan gambaran bagi para
pemegang saham untuk mengambil keputusan berinvestasi maupun pendanaan dan
pengelolaan aset. Hal tersebut didukung oleh pendapat Salvatore (2005) yaitu perusahaan
yang telah go public memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kemakmuran pemegang
saham dengan cara meningkatkan nilai perusahaan. Jumlah permintaan terhadap saham
perusahaan yang banyak menunjukkan adanya keyakinan dan kepercayaan investor untuk
menanam modal pada suatu perusahaan.
Nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh besar kecilnya profitabilitas yang dihasilkan
oleh perusahaan. Brigham dan Houston (2001) mengartikan profitabilitas sebagai hasil
akhir dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen, dimana kebijakan dan
keputusan ini menyangkut pada sumber dan penggunaan dana dalam menjalankan
operasional perusahaan yang tercatat dalam laporan posisi keuangan. Perusahaan yang
memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan diminati sahamnya oleh para stakeholders.
Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai suatu perusahaan, semakin tinggi pula
nilai perusahaan.

1
Ukuran suatu perusahaan menunjukkan bahwa sebuah perusahaan telah berkembang
sehingga para investor memberikan respon positif dan nilai perusahaan juga meningkat.
Ukuran ini menentukan tingkat keyakinan para investor tersebut (Siahaan, 2013). Karena
itu, semakin besar ukuran perusahaan, semakin tingga pula nilai perusahaan.
Rahmawati dan Baridwan (2006) mengatakan bahwa perusahaan besar lebih
mudah untuk melakukan pendanaan melalui akses pasar modal.
Nilai perusahaan sangat erat kaitannya dengan Good Corporate Governance, karena
tujuannya adalah memaksimalkan nilai Good Corporate Governance untuk meningkatkan
kemakmuran dari para pemegang saham. Pengaruh Corporate Governance terhadap
perusahaan merupakan salah satu isu utama bagi stakeholders karena dapat membantu
mereka mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan dianggap sebagai
ukuran kesuksesan sautu perusahaan (Buallay, et al, 2017). Good Corporate Governance
juga merupakan faktor penting dalam meningkatkan nilai perusahaan di negara
berkembang (Rouf, 2012). Beberapa negara berkembang seperti India, Malaysia dan
Indonesia. Penerapan Good Corporate Governance di Malaysia sangat berpengaruh
terhadap nilai perusahaan yang terdaftar pada Bursa Malaysia (Wahab, 2008). Lain halnya
di India, penerapan Corporate Governance di negara ini lebih terfokus kepada pemegang
saham minoritas, yang merupakan isu yang serius pada penerapannya di India (Mishra dan
Mihanty, 2014). Sedangkan di Indonesia menurut Suprayitno, et al (2004) menemukan
bahwa penerapan Good Corporate Governance ini dapat memberikan inspirasi kepada
perbaikan pengelolaan perusahaan yang sehat di Indonesia, baik di lingkungan perusahaan
secara umum maupun di sektor tertentu atau lembaga perbankan, serta bila perlu menjadi
bahan kajian di lembaga-lembaga pendidikan manajemen. Suprayitno, et al (2004) juga
menjelaskan bahwa dari perspektif perusahaan sebagai badan usaha, tujuan yang
diharapkan melalui penerapan Good Corporate Governance adalah memaksimalkan nilai
perusahaan bagi pemegang saham. Tujuan ini dicapai melalui upaya perusahaan dalam
memberikan kinerja yang maksimal, baik kinerja keuangan maupun kinerja 4 usaha
lainnya melalui aspek-aspek kewajaran, transparansi, akuntabilitas, dan tanggung jawab
(Awan dan Abbas, 2016).
Isu-isu mengenai Corporate Governance semakin mendunia dalam beberapa tahun
terakhir karena banyaknya skandal, seperti di Sri Lanka (Azeez, 2015) dan praktik
perusahaan yang terjadi (Abbasi, et al, 2012). Berkembangnya praktik-praktik dan
penerapan Good Corporate Governance disebabkan karena kebangkrutan perusahaan-
perusahaan ternama di dunia, baik di sektor keuangan maupun non keuangan, seperti Polly
2
Peck, BCCL, WorldCom dan Enron di Amerika, Marconi di Inggris, Royal Ahold di
Belanda, HIH dan One-tel di Australia (Dewi, 2012 dalam Universitas Mercu Buana).
Menurut studi yang dilakukan oleh World Bank, implementasi yang lemah dari sistem
Corporate Governance adalah salah satu penyebab krisis yang terjadi di Asia Tenggara
(The World Bank, 1998 dalam Sam’ani, 2008; Boubaker dan Nguyen, 2014).
Implementasi dari Good Corporate Governance yang lemah adalah pemicu utama dari
berbagai skandal-skandal yang terjadi dalam bisnis, sehingga membuat banyak orang
mulai berpikir bahwa penerapan Good Corporate Governance menjadi kebutuhan dalam
dunia bisnis sebagai pengukur akuntabilitas suatu perusahaan.
Pada dasarnya, yang termasuk dalam Good Corporate Governance adalah
pengawasan yang baik, lebih transparan dan adanya public disclosure antara pemilik
(principal) dan manajemen (agent) (Krafft, et al, 2013). Oleh karena itu, Good Corporate
Governance muncul didasarkan pada konsep agency theory (teori keagenan) dimana dalam
hal ini pihak manajemen cenderung memiliki kepentingan yang berbeda dengan pemilik,
manajemen cenderung akan meningkatkan keuntungan pribadinya daripada tujuan
perusahaan (Pertiwi dan Pratama, 2012). Agency theory (Jensen dan Meckling, 1976)
menggambarkan pihak manajemen sebagai agen lebih banyak tahu tentang perusahaan dan
bisa memanfaatkan posisinya tersebut untuk keuntungan pihaknya (Ratih, 2011). Beberapa
mekanisme yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah keagenan tersebut adalah
dengan meningkatkan kepemilikan manajerial (Jensen dan Meckling, 1976; Siallagan,
2006). Perusahaan dengan Good Corporate Governance yang baik dapat memberikan
return kepada para pemegang saham dan adanya resiko invstasi yang lebih terbatas
(Aluchna, 2009).
Dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, menyatakan
bahwa tidak ada dampak signifikan untuk mengadopsi Corporate Governance dalam
operasi perusahaan (Buallay, et al, 2011). Namun beberapa penelitian menyatakan bahwa
Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (Retno dan
Priantinah, 2012). Adanya ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh
banyak peneliti dari berbagai negara mendorong peneliti untuk menggali lebih lanjut
variabel yang terdapat pada mekanisme corporate governance dan pengaruhnya pada nilai
perusahaan pada perusahaan di Indonesia (Pratiwi dan Ghozali, 2012).
Dalam penelitian ini, diambil sampel berupa laporan keuangan perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2016 agar penelitian
berdasarkan data yang terbaru. Penggunaan sampel dari perusahaan perbankan
3
dikarenakan perusahaan perbankan merupakan hal terpenting bagi perekonomian di
Indonesia, khususnya pada tahun 1997-1998 akibat dari krisis moneter dimana telah
mengubah struktur permodalan pada perbankan yang ada di Indonesia dan mengakibatkan
jumlah bank di Indonesia semakin sedikit. Pada perkembangan dunia perbankan saat ini,
informasi tentang kinerja keuangan perbankan sangat diperlukan untuk dapat memberikan
fasilitas. Sektor perbankan memiliki kebijakan-kebijakan yang lebih ketat dibanding
dengan sektor lainnya. Bank Indonesia menggunakan laporan keuangan sebagai dasar
dalam penilaian status suatu bank (apakah bank tersebut merupakan bank yang sehat atau
tidak).

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah :
1. Apakah Good Corporate Governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2016?
2. Apakah Firm Characteristic berpengaruh terhadap nilai perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2016?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance terhadap nilai
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2016.
2. Untuk mengetahui pengaruh Firm Characteristic terhadap nilai perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2016.

1.4 Batasan Penelitian

Agar tujuan penelitian dapat tercapai dan memudahkan dalam menganalisa, maka
dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Pengukuran nilai perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia menggunakan TobinQ Ratio.

4
2. Obyek penelitian menggunakan 20 perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada periode 2015-2016.
3. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah listing status, auditor status,
industry and dispersed ownership level.
4. Untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance terhadap nilai
perusahaan perbankan maka Good Corporate Governance difokuskan
pada managerial ownership, independent board of comisioner dan audit
committee, sedangkan Firm Characteristic difokuskan pada ukuran
perusahaan dan profitabilitas / return on equity (ROE).

5
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. Teori yang Digunakan
2.1.1. Good Corporate Governance
Good Corporate Governance merupakan struktur, system, dan proses yang digunakan
oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara
berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholder lainnya, yang dilandaskan pada peraturan perundangan dan norma yang berlaku
(The Indonesian Institute for Corporate Governance, n.d)
Definisi tata kelola perusahaan yang baik menurut World Bank adalah peraturan,
standar organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direksi dan
manajer serta rincian dan uraian tugas dan wewenang dan pertanggungjawaban kepada investor
(pemegang saham dan kreditur). Tujuan utama tata kelola perusahaan yang baik adalah
menciptakan sistem pengendalian dan keseimbangan (check and balances) untuk mencegah
penyalahgunaan sumber daya perusahaan dan terus mendorong pertumbuhan perusahaan.
Nilai perusahaan erat hubungannya dengan Good Corporate Governance. Karena
tujuannya adalah memaksimalkan nilai Good Corporate Governance untuk meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham perusahaan. Suprayitno, et al (2004) menemukan bahwa
penerapan tata kelola perusahaan yang baik dapat menginspirasi peningkatan tata kelola
perusahaan yang sehat di Indonesia, baik di lingkungan perusahaan secara umum maupun
sektor tertentu atau lembaga perbankan, dan dapat menjadi studi dalam manajemen pendidikan
institusi. Suprayitno, et al (2004) juga menjelaskan bahwa dari perspektif perusahaan sebagai
entitas bisnis, tujuan yang diharapkan melalui penerapan good corporate governance adalah
memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham. Tujuan ini dicapai melalui upaya
tegas dalam memberikan kinerja maksimal, baik kinerja keuangan maupun kinerja bisnis
lainnya melalui aspek kewajaran, transparansi, akuntabilitas, dan tanggung jawab.
1. Kewajaran (Fairness)
Setiap pemegang kepentingn dalam sebuah perusahaan harus mendapatkan perlakuan
yang sama, bukan mengutamakan kepentingan owner dan merugikan pihak
manajemen.
2. Transparansi (Transparency)

6
Prinsip ini menuntut agar informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat.
Informasi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah seperti, kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan peneglolaan perusahaan.
3. Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip ini mengenai kewenangan yang dimiliki oleh dewan direksi dan dewan
komisaris, termasuk kewajibannya terhadap pemegang saham.
4. Tanggung Jawab (Responsibility)
Prinsip ini menuntut agar semua yang terlibat dalam perusahaan mampu menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya secara tanggung jawab.

2.1.2 Firm Characteristics


Sesuai dengan penelitian terdahulu, karakteristik perusahaan memiliki dampak bagi
perusahaan, hal-hal seperti expexted returns, risk, dan growth (Kogan dan Papanikolaou,
2012). Firm Characteristics yang dimaksudkan dalam pengaruhnya terhadap firm value adalah
firm size dan profitability. Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki kemudahan untuk akses pasar modal, sehingga investor dapat melihat kinerja
perusahaan dan menanamkan modalnya, sehingga nilai pemegang saham perushaan juga
semakin tinggi (Rahmawati dan Baridwan, 2006). Laba bersih didapatkan oleh perusahaan,
apabila jumlahnya semakin besar maka kemungkinan perusahaan akan meberikan dividen akan
semakin besar, hal tersebut akan menarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan,
sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan juga nilai pemegang saham (Mai, 2006).

2.1.3 Firm Value


Nilai perusahaan merupakan hal yang penting bagi suatu perusahaan. Tujuan utama
dari sebuah perusahaan adalah untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan
sangat penting untuk perusahaan terbuka (go public) karena hasil kinerja perusahaan akan
dilihat oleh public. Nilai perusahaan tersebut dapat tercerminkan dari harga saham perusahaan
tersebut. Apabila perusahaan memiliki harga saham yang tinggi, tentunya nilai perusahaannya
juga akan menjadi tinggi. Semua perusahaan pasti berharap agar perusahaannya bisa memiliki
nilai perusahaan yang tinggi, karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
kekayaan pemegang saham (investor). Keputusan investor untuk menanamkan modalnya ke
suatu perusahaan ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan yang bagus
tentunya menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat. Kinerja sebuah perusahaan yang baik
dapat dicapai dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Salvatore, 2005).
7
2.1.4. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori yang terkait dengan Good Corporate Governance adalah Stewardship Theory dan
Agency Theory (Debby, et al, 2014). Dalam Agency Theory, pemilik (owner) adalah principal
dan manajer adalah agent, dimana principal dan agent memiliki kepentingan yang berbeda, hal
tersebut yang menjadikan adanya masalah agensi dan bila ada kerugian agensi, maka kerugian
tersebut akan kembali ke penuntut kerugian atau pemilik. Teori keagenan memberikan
mekanisme untuk menghindari kerugian agensi yang dapat dilakukan dengan cara memberi
manajemen imbalan secara finansial untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham
(Jensen dan Meckling, 1976).
Masalah keagenan akan hilang apabila seorang manajer juga berperan sebagai
pemegang saham. (Animah, 2009 dan Ssusanti et al, 2010) menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Semakin besar proporsi kepemilikan
manajemen di perusahaan, manajemen akan cenderung lebih aktif untuk mengutamakan
kepentingan pemegang saham, karena manajemen sendiri merupakan pemegang saham.
Dengan demikian, nilai perusahaan dan nilai pemegang saham akan meningkat

2.1.5. Teori Penatalayanan (Stewardship Theory)


Teori penatalayanan berpendapat bahwa kepentingan pemegang saham dimaksimalkan
dengan peran bersama antara CEO dan board director. Dalam teori ini, manajer eksekutif yang
melakukan pekerjaan dengan baik akan menjadi pelayanan asset perusahaan yang baik
sehingga tidak ada masalah umum dari motivasi eksekutif. Dengan tidak adanya masalah
motivasi internal di kalangan eksekutif, maka perusahaan dapat memiliki kinerja yang baik.
Untuk bisa membantu pihak eksekuif merumuskan dan menerapkan rencana guna mencapai
kinerja perusahaan yang baik, diperlukan struktur organisasi. Struktur ini yang akan menjadi
fasilitator dalam mencapai tujuan perusahaan dengan cara memberikan peran dan komitmen
yang jelas, memberi wewenang dan memberdayakan manajemen senior. Teori penatalayanan
tidak focus pada motivasi CEO namun lebih memiliki sifat fasilitasi, memperkuat struktur, dan
menyatakan bahwa perpaduan antara pemimpin dan CEO akan meningkatkan efektivitas dan
bisa meraih keuntungan yang lebih tinggi bagi pemegang saham (Donaldson dan Davis, 1991).

8
2.2. Kajian Peneliti Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai pengaruh Good Corporate Governance dan Firm
Characteristics terhadap nilai perusahaan telah dilakukan. Salah satunya adalah Siallagan dan
Machfoedz (2006), dalam penelitiannya untuk mengetahui pengaruh mekanisme Corporate
Governance terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta
(BEJ) digunakan variable control yaitu ukuran perusahaan dan leverage dan variable dependen
yaitu firm value. Hasil penelitiannya menunjukkan korelasi antara penerapan corporate
governance terhadap nilai perusahaan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Buallay et al (2011) yang ingin mengetahui
tingkat adopsi corporate governance dan dampak penerapannya terhadap kinerja operasional,
kinerja keuangan dan pasar keuangan perusahaan yang terdapat di Saudi Arabia dengan 15
sektor yang berbeda yan telah terdaftar dalam Saudi Stock Exchange. Dalam penelitiannya
digunakan variable independen yaitu corporate governance, variable dependen yaitu performa
perusahaan, dan variable control yaitu firm size, firm age, board of directors size, external
auditor, dan sector usaha. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Buallay et al (2011)
menunjukkan bahwa tidak ada dampak yang signifikan untuk mengadopsi corporate
governance dalam operasi perusahaan dan kinerja keuangan di perusahaan yang terdaftar dalam
Saudi Stock Exchange.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Aluchna (2009) yaitu meninjau apakah GCG dan
kinerja perusahaan di Polandia saling berhubungan. Digunakan peringakatan corporate
governance sebagai variable independen serta ROI dan firm value sebagai variable dependen.
Hasil dari penelitian ini juga menyatakan bahwa hubungan antara nilai perusahaan dan GCG
tidak signifikan.

Salah satu penelitian terdahulu yang bertentangan dengan penelitian-penelitian di atas,


yaitu penelitian Retno dan Priantinah (2012). Penelitiannya yang ingin mengetahui apakah
GCG berpengaruh terhadap nilai perushaaan yang terdaftar dalam BEI menggunakan variable
independen corporate governance dan variable dependen adalah nilai perusahaan. Hasil
penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh positif dari penerapan GCG terhadap nilai
perusahaan. Mereka menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat implementasi GCG, semakin
tinggi pula nilai perusahaan yang ditunjukkan degan tingginya harga saham perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi dan Pratama (2012), yaitu apakah GCG
berpengaruh terhadap niali perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI menggunakan

9
variable independen kinerja keuangan, variable dependen firm value dan GCG sebagai variable
moderasi. Dinyatakan bahwa GCG tidak berpengaruh terhadap niali perusahaan, namun
profitability mampu meningkatkan nilai perusahaan.

Di sisi lain, firm characteristics berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abbasi et al (2012). Dalam penelitian ini
ditinjau apakah GCG dalam iindustri makanan dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan industry makanan yang terdaftar dalam Tehran
Stock Exchange Komponen yang termasuk dalam firm characteristics adalah konsentrasi
kepemilikan, instritusi kepemilikan, dan independensi dari direksi, semua komponen tersebut
bepengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Pratiwi dan Ghozali (2012) yang meneliti
apakah mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan menggunakan
variable independen firm characteristics yang memiliki 4 komponen yaitu komte audit, dewan
komisaris yang independen, kepemilikan institusional, dan variable dependennya adalah nilai
perusahaan. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa firm characteristics berpengaruh
positif terhadap nilai perushaaan.

2.3. Penjelasan dan Pengukuran Variabel

Terdapat 6 variabel utama dan 3 variabel pendukung yang dipakai dalam penelitian ini.
Berikut adalah 6 variabel uatama :

1. Managerial Ownership
Adanya masalah keagenan bahwa owner dan agent (manajer) memiliki kepentingan yang
berbeda, masalah tersebut akan hilang apabila seorang manajer juga menjadi owner.
Variabel ini menunjukkan apabila kepemilikan manajerial dalam sebuah perusahaan
semakin besar, maka manajemen akan cenderung lebih aktif untuk turut serta
meningkatkan kinerja perusahaan guna meningkatkan nilai perushaan. Variable ini diukur
dengan cara perbandingan antara jumlah pemegang saham terhadap jumlah dewan direksi
dan dewan komisaris….. (Persamaan 1)
2. Independent Board of Commissioner
Dewan Komisaris merupakan dewan yang menjalankan tugas pengawasan dan
memberikan nasehat kepada dewan direksi secara efektif. Oleh karena itu dengan adanya
dewan komisaris yang independen, manajemen diharapkan dapat bekerja lebih baik

10
sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Variable ini diukur dengan
proporsi jumlah dewan komisaris independen perusahaan…..(Persamaan 2)
3. Audit Committee
Komite Audit adalah salah satu komponen dalam pengendalian perusahaan. Komite audit
dibentuk oleh dewan komisaris dengan tujuan melakukan pengawasan terhadap
manajemen perusahaan. Komite audit diukur dari jumlah anggota komite
audit….(Persamaan 3)
4. Firm Size
Perusahaan yang besar biasanya memiliki aktivitas yang lebih kompleks, sehingga jumlah
kekayaannya juga semakin banyak. Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan bahwa
perusahaan juga semakin berkembang dimana perusahaan besar akan lebih mudah untuk
melakukan akses pasar modal, sehingga investor akan merespon positif yang menyebabkan
nilai perusahaan juga semakin tinggi. Variable ini diukur dari log nilai buku total
asset…..(Persamaan 4)
5. Profitability : Return on Equity (ROE)
Profitabilitas sebuah perusahaan adalah tingkat laba bersih yang didapatkan oleh
perusahaan dari kegiatan operasionalnya. Dari laba bersih yang didapatkan oleh
perusahaan, apabila jumlahnya besar, maka kemampuan perusahaan untuk memberikan
dividen kepada pemegang sahamnya akan semakin besar. Hal tersebut menunjukkan nilai
perusahaan semakin bagus dan dapat mempengaruhi investor untuk menanamkan
modalnya di perusahaan. Variable ini dapat digunakan skala pengukuran rasio, yaitu Net
Income dibagi dengan Total Equity…..(Persamaan 5)
6. Firm Value
Nilai perusahaan merupakan hal yang penting bagi suatu perusahaan. Tujuan utama dari
sebuah perusahaan adalah untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan
sangat penting untuk perusahaan terbuka (go public) karena hasil kinerja perusahaan akan
dilihat oleh public. Nilai perusahaan tersebut dapat tercerminkan dari harga saham
perusahaan tersebut. Apabila perusahaan memiliki harga saham yang tinggi, tentunya nilai
perusahaannya juga akan menjadi tinggi. Menurut Soliha (2002) dalam studinya
menunjukkan bahwa keuntungan yang tinggi akan memberikan indikasi yang baik dari
prospek perusahaan sehingga bisa mendorong investor untuk berpartisipasi dalam
meningkatkan permintaan saham. Variabel ini diukur dengan menggunakan Tobin’s Q
Ratio, yaitu Market Value of Equity + Book Value of Debt dibagi Book Value of Equity +
Book Value of Debt…..(Persamaan 6)
11
Berikut adalah 4 variabel pendukung :

1. Listing Status
Perusahaan yang listing di bursa saham akan mengungkapkan informasi dalam website
lebih banyak. Teori keagenan menjelaskan bahwa manajer perusahaan dengan kepemilikan
yang luas memiliki insentif untuk mengungkapkan informasi lebih banyak untuk
membantu pemegang saham dalam mengawasi perilaku mereka yang kemudian pemegang
saham akan membuat keputusan investasinya dan hal tersebut dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Pengukuran menggunakan variabel dummy dengan memberikan nilai 1 kepada
bank yang telah terdaftar dalam BEI dan 0 kepada bank yang belum terdaftar dalam
BEI…..(Persamaan 7)
2. Auditor Status
Dalam sebuah perusahaan seharusnya akan ada auditor baik internal auditor maupun
external auditor. Auditor harus memiliki independensi dalam melakukan tugas dan
tanggung jawabnya. Pengukuran menggunakan variabel dummy dengan memberikan nilai
1 pada perusahaan yang menggunakan auditor untuk memeriksa laporan keuangan dan nilai
0 untuk perusahaan yang tidak menggunakan auditor.…..(Persamaan 8)
3. Industry
Industri perbankan memiliki peraturan yang lebih ketat daripada industri lainnya, misalnya,
bank harus memiliki kriteria CAR minimum. Bank Indonesia menggunakan laporan
keuangan sebagai dasar penentuan status bank (apakah bank itu sehat atau tidak). Oleh
karena itu, manajer memiliki insentif untuk menghasilkan keuntungan bagi manajemen
sehingga memenuhi kriteria yang dipersyaratkan oleh BI (Rahmawati dan Baridwan,
2006). Pengukuran menggunakan variabel dummy dengan memberikan nilai 1 untuk
industri keuangan dan 0 untuk industri non keuangan.…..(Persamaan 9)
4. Dispersed Ownership Level

'Kepemilikan dispersi' dikenal sebagai 100% pemegang saham kecil. Bagian dari hak suara
dari satu pemegang saham di bawah 5% dari keseluruhan perusahaan. "Pemegang saham
kecil kehilangan insentif atau mekanisme kontrak untuk menghubungkan kepentingan
manajer dengan pemegang saham, seperti yang ditekankan oleh Laeven dan Levine (2008).
Akibatnya, tim manajemen mengerahkan kekuatan atas keputusan perusahaan dan
membuat keputusan yang bertindak untuk kepentingan sendiri. Pengukuran menggunakan
perbandingan antara jumlah pemegang saham kecil (memiliki voting share di bawah 5%)
dengan total seluruh pemegang saham.…..(Persamaan 10)

12
2.4. Hipotesis

Kepemilikan saham menunjukkan potensi adanya perbedaan kepentingan antara


pemegang saham dengan manajemen (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Masalah keagenan ini
akan hilang apabila seorang manajer juga berperan sebagai seorang pemilik (pemegang
saham). Animah (2008) dan Susanti et al (2010) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
memiliki dampak positif terhadap nilai perusahaan. Semakin besar tingkat kepemilikan
manajerial, maka manajemen akan lebih aktif untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang
saham, karena dala kondisi ini, manajemen juga merupakan pemegang saham. Oleh karena ini
dalam penelitian ini dihipotesiskan :

H1 : Managerial Ownership berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Apabila jumlah komisaris yang independen dalam sebuah perusahaan semakin banyak,
maka komisaris tersebut diharapkan dapat melakukan tugas supervisinya dengan baik dan
memberikan nasehat kepada direksi secara efektif. Dewan komisaris akan memimpin
manajemen untuk meningkatkan nilai perusahaan. Herawaty (2008) dan Animah (2008)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dewan komisaris dengan nilai
perusahaan. Untuk itu, dalam penelitian ini akan dihipotesiskan :

H2 : Independent board of Commissioners berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pengawasan terhadap
manajemen, Komite audit merupakan komponen dalam system pengendalian suatu
perusahaan. Banyaknya anggota komite audit disesuaikan dengan kompleksitas suatu
perusahaan sehingga bisa mendapatkan keefektifan dalam pengambilan keputusan. Penelitian
yang dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa ada hubungan positif
antara tugas komite audit dengan peningkatan nilai perusahaan. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini dihipotesiskan :

H3 : Audit Committee berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Perusahaan yang besar tentunya memiliki aktivitas yang lebih kompleks. Perusahaan
yang besar juga menunjukkan kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Perusahaan yang
besar menandakan bahwa perusahaan tersebut telah berkembang sehingga investor dapat
memberikan respon positif yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Animah (2008)
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ukuran perushaan dengan nilai
perusahaan. Dalam beberapa penelitian dinyatakan bahwa perusahaan yang besar akan lebih

13
mudah untuk melakukan akses pendanaan melalui pasar modal, sehingga informasi yang ada
di pasar modal akan membuat investor mengambil keputusan investasi dan hal tersebut
berdampak pada nilai perusahaan. Dalam penelitian ini dihipotesiskan :

H4 : Firm Size berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Profitability adalah laba bersih yang didapatkan dari aktivitas operasi yang dilakukan
oleh perushaan. Laba bersih setelah pembayaran bunga dan pajak yang diterima oleh
perusahaan kemudian akan didistribusikan kepada pemegang saham. Perusahaan yang
memiliki laba yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar
dividen kepada pemegang saham, sehinga bisa meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Soliha
(2002) dalam studinya menunjukkan bahwa keuntungan yang tinggi akan memberikan indikasi
yang baik dari prospek perusahaan sehingga bisa mendorong investor untuk berpartisipasi
dalam meningkatkan permintaan saham.Oleh karena itu dalam penelitian ini dihipotesiskan :

H5 : Profitability (Return on Equity) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Perusahaan yang listing di bursa saham akan mengungkapkan informasi dalam website
lebih banyak. Teori keagenan menjelaskan bahwa manajer perusahaan dengan kepemilikan
yang luas memiliki insentif untuk mengungkapkan informasi lebih banyak untuk membantu
pemegang saham dalam mengawasi perilaku mereka yang kemudian pemegang saham akan
membuat keputusan investasinya dan hal tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Oleh
karena itu dalam penelitian ini dihipotesiskan :

H6 : Listing Status berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Dalam sebuah perusahaan seharusnya akan ada auditor baik internal auditor maupun
external auditor. Khususnya untuk perusahaan go public seharusnya menggunakan komite
audit karena ada ketentuan dari OJK. Auditor harus memiliki independensi dalam melakukan
tugas dan tanggung jawabnya. Ada atau tidaknya auditor dalam sebuah perusahaan akan
berdampak pada laporan keuangan yang disajikan sudah dinyatakan secara wajar atau belum.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dihipotesiskan :

H7 : Auditor Status berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Industri perbankan memiliki peraturan yang lebih ketat daripada industri lainnya,
misalnya, bank harus memiliki kriteria CAR minimum. Bank Indonesia menggunakan laporan
keuangan sebagai dasar penentuan status bank (apakah bank itu sehat atau tidak). Oleh karena

14
itu, manajer memiliki insentif untuk menghasilkan keuntungan bagi manajemen sehingga
memenuhi kriteria yang dipersyaratkan oleh BI (Rahmawati dan Baridwan, 2006). Dalam
penelitian ini dihipotesiskan :

H8 : Industry berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

'Kepemilikan dispersi' dikenal sebagai 100% pemegang saham kecil. Bagian dari hak
suara dari satu pemegang saham di bawah 5% dari keseluruhan perusahaan. "Pemegang saham
kecil kehilangan insentif atau mekanisme kontrak untuk menghubungkan kepentingan manajer
dengan pemegang saham, seperti yang ditekankan oleh Laeven dan Levine (2008). Akibatnya,
tim manajemen mengerahkan kekuatan atas keputusan perusahaan dan membuat keputusan
yang bertindak untuk kepentingan sendiri. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dihipotesiskan:

H9 : Dispersed Level of Ownership berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan


3.1.1 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, lingkup objek penelitian yang ditetapkan penulis sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti yaitu apakah Good Corporate Governance dan Firm
Characteristic mempengaruhi nilai perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia pada periode 2015-2016.

3.1.2 Unit Penelitian


Dalam penelitian ini yang menjadi unit penelitiaan adalah perusahaan perbankan.
Dalam hal ini perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Indonesia pada periode 2015-2016. Dalam
hal ini untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance terhadap nilai perusahaan
perbankan akan difokuskan pada managerial ownership, independent board of commissioner
dan audit committee, sedangkan untuk Firm Characteristic difokuskan pada ukuran
perusaahan dan profitabilitas / ROE.

3.2 Definisi Operasional


No Variabel Pengukuran Skala
Variabel Independen
Good Corporate Pengukuran menggunakan
Governance (GCG) indicator Managerial
Ownership, Independent
Board of Commissioner, dan
Audit Committee.
1. Managerial Ownership Pengukuran menggunakan Rasio
persamaan 1
2. Independent Board of Pengukuran menggunakan Rasio
Commissioner persamaan 2
3. Audit Committee Pengukuran menggunakan Rasio
persamaan 3

16
Firm Characteristics Pengukuran menggunakan
indikator size dan profitability
(ROE).
1. Size Pengukuran menggunakan Rasio
persamaan 4
2. Profitability (ROE) Pengukuran menggunakan Rasio
persamaan 5
Variabel Dependen
1. Firm Value Pengukuran menggunakan Rasio
persamaan 6
Variabel Kontrol
1. Listing Status Pengukuran menggunakan Nominal
persamaan 7
2. Auditor Status Pengukuran menggunakan Nominal
persamaan 8
3. Industry Pengukuran menggunakan Nominal
persamaan 9
4. Dispersed Ownership Pengukuran menggunakan Rasio
Level persamaan 10

3.3 Populasi

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang
mempunyai kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006).

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh perusahaan perbankan yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2015-2016.

3.4 Sampel dan Teknik Sampling

3.4.1 Sampel

Pengertian sampel menurut para ahli seperti adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006) atau merupakan sebagian/wakil dari
populasi yang diteliti (Arikunto, 2002).

17
Sampel yang diambil harus mewakili populasi yang berarti semua ciri-ciri atau
karakteristik yang ada hendaknya tercermin dalam sampel tersebut. Sampel dalam penelitian
ini berupa 20 perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode 2015-2016.

3.4.2 Teknik Sampling

Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
dapat digunakan. Berdasarkan subjeknya dibedakan menjadi 2 teknik sampling yaitu
nonprobability sampling dan probability sampling (Sugiyono, 2011). Penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling yang merupakan salah satu contoh dari
nonprobability sampling.

Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu


pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).

3.5 Data Penelitian

3.5.1 Jenis Data

Jenis data yang dapat digunakan dalam penelitian adalah kualitatif dan kuantitatif.

1) Data kualitatif : data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam
bentuk angka (Muhadjir, 1996).
2) Data kuantitatif : jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung yang
berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk
angka (Sugiyono, 2015)

18
Berdasarkan sumbernya dibagi menjadi 2 jenis data yaitu :
1) Data Primer
2) Data Sekunder

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data
tersebut berupa laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan oleh Perusahaan perbankan yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2015-2016.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting keberhasilan


penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya dan
alat apa yang digunakan. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,
2011).

Menurut Sugiyono berdasarkan teknik pengumpulan data penelitian dapat dilakukan


dengan cara interview, kuisioner, observasi, dokumen dan triangulasi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa dokumen
yaitu laporan keuangan 20 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2015-2016
yang kemudian dilakukan penelitian dalam laporan keuangan di bagian yang terkait dengan
masalah yan sedang diteliti.

3.6 Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis

Multiple regression analysis adalah teknik statistik melalui parameter koefisien untuk
mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis
baik secara parsial maupun simultan, dilakukan setelah model regresi yang digunakan bebas
dari pelanggaran asumsi klasik. Hal ini disebabkan studi yang dirancang untuk mengetahui
arah, pengaruh dan hubungan kekuasaan variabel independen terhadap variabel dependen.
Model dasar dapat dirumuskan sebagai berikut:
Firm_value =β1 MO+ β2 IC+ β3 AC+ β4 Size+ β5 ROE+ ε

Dimana :

Firm_value : Dependen variable dari nilai perusahaan

19
MO : Proporsi dari managerial ownership

IC : Proporsi dari independent board of commissioner

AC : Jumlah dari komite audit

Size : Ukuran perusahaan

ROE : Return On Equity perusahaan

β0 : intercept

β1 ,...., β6 : koefisien regresi

ε : error

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Tahap-tahap dalam menganalisa data adalah :
1. Mencari size dari perusahaan dengan cara menggunakan data laporan keuangan
perusahaan. Kemudian dilihat kualitas laba yang dimiliki perusahaan saat closing price
31 Desember mulai tahun 2015-2016, yang kemudian di logaritma.
2. Mencari nilai dari masing – masing variabel menggunakan data – data perusahaan.
3. Menentukan koefisien determinasi. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar hubungan dari beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas.
Koefisien determinasi akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu
variabel bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain (Ghozali,
2009).
4. Menyusun statistika deskriptif.
5. Melakukan uji asumsi klasik regresi berganda
6. Melakukan analisa regresi berganda

3.6.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari


beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien determinasi akan menjelaskan

20
seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi
pada variabel yang lain (Ghozali, 2005).

3.6.2 Statistik Deskriptif

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistic descriptive
dan multiple regression analysis. Statistic Descriptive disebut juga Statistic Deductive yaitu
bagian dari statistic yang mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehinga
mudah dipahami dan hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan
keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan atau fenomena (Hasan, 2001).

Statistic descriptive menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi data
sampel. Statistic descriptive digunakan untuk menggambarkan profil data sampel yang
meliputi mean, maksimum, minimum, dan standar deviasi.

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini digunakan uji asumsi klasik sebelum menguji hipotesis dengan
menggunakan analisis regresi berganda. Uji asumsi klasik yang digunakan meliputi :

3.6.3.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi, variabel
independen dan variable dependen mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal
(Ghozali, 2005). Untuk menghindari terjadinya bias, data yang digunakan harus terdistribusi
dengan normal.

Alat yang digunakan dalam uji normalitas dalam penelitian ini dengan menggunakan
One Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Pengambilan keputusan mengenai normalitas adalah
sebagai berikut :

1) Jika p<0,05 maka distribusi data tidak normal.


2) Jika p>0,05 maka distribusi normal.

3.6.3.2 Uji Multikolinieritas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen yang ada. Model regresi yang baik seharusnya tidak

21
terjadi korelasi diantara variabel independen. Dalam penelitian ini, untuk melihat ada atau
tidaknya multikolinieritas yaitu dengan melihat dari :

1) Nilai tolerance dan lawannya


2) Variance Inflation Factor (VIF)

Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang
terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF= 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum
digunakan menunjukkan tidak adannya multikolinieritas adlaah nilai tolerance ≤0,10 atau
sama dengan nilai VIF ≥ 10. Model regresi yang baik tidak terdapat masalah multikolinieritas
atau adanya hubungan korelasi diantara variabel-variabel independennya (Ghozali, 2005).

3.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan
jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas.

3.6.3.4 Uji Autorkorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah di dalam model regresi ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu para periode t-1
atau periode sebelumnya (Ghozali, 2005). Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-
Watson (DW), dimana hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW).

22
Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dl ≤ d ≤ du

Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4

Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada keputusan 4-du ≤ d ≤ 4-dl

Tidak ada autokorelasi positif Tidak Tolak Du < d < 4-du


atau negatif

Sumber : Ghozali, 2005

3.6.4 Uji Hipotesis


Uji hipotesis yang dilakukan adalah uji statistik F (secara simultan) dan uji
statistik t (secara parsial). Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda
untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Perhitungan
analisis regresi berganda dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS for
Windows Release 16.0.
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ho : koefisien regresi tidak signifikan
H1 : koefisien regresi signifikan

3.6.4.1 Uji Statistik F


Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Pengujian dikatakan
memberikan hasil yang signifikan bila tingkat signifikansi berada di bawah 0.05
atau 5%.

3.6.4.2 Uji Statistik t


Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa besar satu variabel
independen secara individu dalam menjelaskan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2001). Cara melakukan uji statistik t adalah dengan membandingkan
signifikansi t hitung dengan ketentuan jika signifikansi < 0,05 maka H1 diterima

23
dan jika signifikansi > 0,05 maka H1 ditolak serta dengan membandingkan nilai
statistik t dengan t table.

3.6.4.3 Analisa Nilai R


Menganalisa nilai R untuk menguji korelasi atau hubungan korelasi atau
hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Apabila nilai R di
atas 0.5 maka dapat dikatakan bahwa korelasi antara variabel dependen dan
variabel independen adalah kuat.

3.6.4.4 Analisa Nilai


Menganalisa nilai (Standard Error Estimate), makin kecil nilai akan
membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

3.7 Model Penelitian

Variabel Independen
Good Corporate Governance
 Managerial
Ownership
 Independent Board of
Commissioner
 Audit Committee

Variabel Independen Variabel Dependen


Firm Characteristics Firm Value
 Firm Size
 Profitability

Variabel Kontrol
 Listing Status
 Auditor Status
 Industry
 Dispersed Ownership
Level

24
DAFTAR REFERENSI

Abbasi, M., Kalantar, E., & Abbasi, H. (2012). Impact of Corporate Governance Mechanisms
on Firm Value : Evidence From The Food Industry of Iran. Journal of Basic and
Applied Scientific Research, 2(5).

Abdurahman, M. dan Muhidin, S. A. (2009). Panduan Praktis Memahami Penelitian (pp. 85).

Bandung: CV Pustaka Setia.

Aluchna, M. (2009). Does Good Corporate Governance Matter : Best Practice in Poland.
Management Research News, Vol. 32, Issue : 2, pp.185-198.

Animah dan Rahmi Sri Ramadhani. (2008). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Mekanisme
Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. Tesis
dipublikasikan. Makasar:Universitas Hasanudin.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta.

Awan, A. G., & Abbas, M. G. (2016). Capital Structure, Corporate Governance, and Firm
Performance in Pakistan. Journal of Poverty, Investment and Development, Vol. 21.

Azzez, A.A. (2015). Corporate Governance and Firm Performance: Evidence from Sri Lanka.
Journal of Finance and Bank Management, Vol 3, No 1, pp. 180-189.

Boubaker, S and Nguyen, D.K. (eds.) (2014). Corporate Governance in Emerging


Markets,CSR, Sustainability, Ethics & Governance, DOI 10.1007/978-3-642-44955-
0_2, Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Brigham, Eugene & Joel, F. (2001). Manajemen Keuangan II. Jakarta:Salemba Empat

Brigham dan Houston. (2001). Manajemen Keuangan. Jakarta:Erlangga

Buallay, A., Hamdan, A., & Zureigat, Q. (2017). Corporate Governance and Firm
Performance : Evidence From Saudi Arabia. Australasian Accounting, Business and
Finance Journal, 11(1), 78-98.

Debby, J. F., Muktharuddin., Yuniarti, E., Saputra, D., & Abukosim. (2014). Good Corporate
Governance, Company’s Characteristics and Firm’s Value : Empirical Study of Listed

25
Banking on Indonesian Stock Exchange. GSTF Journal on Business Review, Vol. 3,
No. 4 November.

Debreceny, R., Gray, G. L., dan Rahman, A. (2002). The Determinants of Internet Financial

Reporting. Journal of Accounting and Public Policy 21 (pp. 371-394). Retrieved from

www.scientdirect.com

Donaldson, L. & Davis, J. H. (1991). Stewardship Theory or Agency Theory : CEO


Governance and Shareholder Returns. Australian Journal of Management, Vol. 16.

Ghozali, I. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Edisi Ketiga).

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Edisi Keempat).

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hasan, M. I. (2001). Pokok-pokok Materi Statistik I. Jakarta : Bumi Aksara.

Herawaty, Vinolla. (2008). Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating


Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, pp. 97-108.

Jensen, M.C. & Meckling, W.H. (1976). Theory of the firm: managerial behavior, agency
costs and ownership structure. J. Finance Econ. 3, 305–360.

Krafft, J., Qu, Y., Quatraro, F., & Ravix, J. L. (2013). Corporate Governance, Value and
Performance of Firms: New Empirical Results on Convergence From A Large
International Database.

Kogan, L & Papanikolaou, D (2012). A Theory of Firm Characteristics and Stock Returns: The
Role of Investment-Specific Shocks. National Bureau Of Economic Research, Working
Paper 17975.

Laeven, L. dan Levine, R. (2008). Complex Ownership Structures and Corporate Valuations.

Review of Financial Studies. (pp. 579-604).

26
Laeven, L. dan Levine, R. (2008). Complex Ownership Structures and Corporate Valuations.

Review of Financial Studies. (pp. 579-604).

Mai, Muhamad Umar. (2006). Pengaruh Perilaku Manajerial dalam Penggunaan Dana dan
Restrukturisasi Keuangan perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, Vol. 3 No. 2 Juli 121-139.

Mishra, S., & Mohanty, P. (2014). Corporate Governance As A Value Driver For Firm
Performance : Evidence From India. The International Journal of Business in Society,
Vol. 14, Issue. 2, pp.265-280.

Muhadjir, N. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Rakesarasin.

Nasution, M. dan Setiawan, D. (2007). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap

Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X

Makasar. AKPM-05.

Notoatmodjo, Soekijo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

Nurlela & Islahuddin. (2008). Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
Peusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating.
Simposium Nasional Akuntansi XI.

Pertiwi, T. K., & Pratama, F. M. I. (2012). Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate
Governance Terhadap Nilai Perusahaan Food and Beverage. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol. 14, No. 2 September, 118-127.

Prastuti, N. K. K., & Budiasih, I. G. A. N. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance


Pada Nilai Perusahaan Dengan Moderasi Corporate Social Responsibility. Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 13(1). 114-129.

Pratiwi, D. R. & Ghozali, I. (2012). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap


Nilai Perusahaan : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009. Media Ekonomi & Teknologi Informasi. 20.
1-15.

27
Rahmawati & Baridwan, Z. (2006). Pengaruh Asimetri Informasi, Regulasi Perbankan dan
Ukuran Perusahaan Pada manajemen laba Dengan Modal Akrual Khusus
Perbankan. Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. 6 No. 2, 139-150.

Ratih, S. (2011). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Peraih The
Indonesia Most Trusted Company. Jurnal Kewirausahaan, Vol. 5, No. 2 Desember.

Retno M, R. D., & Priantinah, D. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance dan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan : Studi
Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010.
Vol. 1, No. 1.

Rouf, A. (2002). The Relationship between Corporate Governance and Value of the Firm in
Developing Countries: Evidence from Bangladesh. Journal of Economics and Business
Research, No. 1, pp. 73-85.

Salvatore, Dominick. (2005). Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global. Jakarta:


Salemba Empat.

Sam’ani. (2008). Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun
2004-2007. Tesis, UNDIP, Semarang.

Siallagan, H., & Machfoedz, M. (2006). Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba
dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.

Siahaan, F. O.P. (2013). The Effect of Good Corporate Governance Mechanism, Leverage, and
Firm Size on Firm Value. GSTF Journal on Business Review, Vol. 2, No. 4 July.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Statistik untuk Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

28
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suprayitno, G., Khomsiyah, G. I., dan Sedarnawati Y. (2004). Komitmen Menegakkan Good
Corporate Governance. The Indonesian Institute for Corporate Governance.

Susanti, A. N., & Rahmawati., A. A. (2010). Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate


Governance Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba Sebagai Variabel
Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2004-2007. Simposium Nasional Keuangan I. Surakarta.

The Indonesian Institute for Corporate Governance. (n.d). Retrieved from www.iicg.org

Univesitas Mercu Buana. (n.d.). Electronic references. Retrieved 1 Oktober 2017, from
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/n!@file_skripsi/Isi1663850163007.pdf

Wahab, E. A. A., How, J., Verhoeven, P. (2008). Corporate Governance and Institutional
Investors: Evidence from Malaysia. Asian Academy of Management Journal of
Accounting and Finance, Vol. 4, No. 2. 67-90.

29

Anda mungkin juga menyukai