Anda di halaman 1dari 53

A.

Sifat Hakikat Manusia


Sifat hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnyafilsafat antropologi. Hal ini
menjadi keharusan karena pendidikan bukan hanya sekadar soal praktek melainkan praktek
yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landaasan dan tujuan pendidikan itu bersifat
filosofis normatif.

1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia


Sifat hakikat manusia diartikan sebagai cirri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil ( jadi
bukan hanya gradual ) membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dan
hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Bahkan beberapa filosof
seperti Socrates menamakan manusia itu zoon politicon ( hewan yang bermasyarakat ), Max
Scheller menggambarkan manusia sebagai Das Kranke tier ( Hewan yang sakit ) yang selalu
gelisah dan bermasalah.
Kenyataan dan pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa
hewan dan manusia itu hanya berbeda secara gradual yaitu suatu perbedaan yang dengan
melalui proses rekayasa dapat dibuat sama keadaannya, misalnya air yang karena perubahan
temperature lalu menjadi es. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan, orang
hutan dapat dirubah menjadi manusia.

2. Wujud Sifat Hakikat Manusia


Wujud sifat hakikat manusia yang dikemukakan oleh eksistensialisme, dengan maksud
menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:
a. Kemampuan menyadari diri
Kaum Rasionalisme menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya
kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan
menyadari diri yang dimiliki manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya)
memiliki ciri yang khas atau karakteristik diri. Hal ini yang menyebabkan manusia dapat
membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain.

b. Kemampuan berinteraksi
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kemampuan untuk menerobos dan mengatasi
batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemempuan menempatkan diri dan menerobos inilah
yang disebut dengan kemempuan bereksistensi. Adanya kemampuan bereksistensi inilah pula
yang membedakan manusia sebagai makhluk human dari hewan selaku mekhluk infra
human, di mana hewan menjadi onderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi
manajer terhadap lingkungan. Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan.
Peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi suatu keadaan
dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan serta mengembangkan daya imajinasi
kreatif sejak dari masa kanak-kanak.

c. Kata hati
Kata hati merupakan kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang
buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Dalam kaitannya dengan moral, kata hati
merupakan petunjuk bagi moral/ perbuatan. Usaha untuk mengubah kata hati yang tumpul
menjadi kata hati yang tajam adalah pendidikan kata hati ( gewetan forming). Realisasinya
dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang
memiliki keberanian moral yang didasari oleh kata hati yang tajam.

d. Moral
Moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam yaitu yang benar-benar baik bagi manusia
sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi atau luhur. Sebaliknya
perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan realisasi dari
kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk, lazimnya disebut tidak bermoral.

e. Tanggung jawab
Tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu
perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan
tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, oleh masyarakat,
oleh agama-agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan. Dan uraian ini
menjadi jelas betapa pentingnya pendidikan moral bagi peserta didik baik sebagai pribadi
maupun sebagai anggota masyarakat.

f. Rasa kebebasan (kemerdekaan)


Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntutan
kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam
keterikatan. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral.

g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan hak


Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari manusia
sebagai makhluk social. Yang satu ada hanya oleh karena adanya yang lain. Tak ada hak
tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut sesuatu maka tentu ada
pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut (yang pada saat itu belum
dipenuhi), begitu sebaliknya.

h. Kemampuan menghayati kebahagiaan


Adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Penghayatan hidup yang disebut
“kebahagiaan” ini meskipun tidak mudah untuk dijabarkan tetapi tidak sulit untuk dirasakan.
Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan dari pengalaman-
pengalaman yang menyenangkan saja, tetapi lebih dari itu, yaitu merupakan integrasi dari
segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan, dan sejenisnya dengan pengalaman-
pengalaman pahit dan penderitaan. Proses integrasi dari kesemuanya itu (yang
menyenangkan maupun yang pahit) menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang
disebut “bahagia”.

B. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya


1. Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Tidak ada individu yang identik di muka
bumi. Dikatakan bahwa individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya). Karena
adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan,
semangat, dan daya tahan yang berbeda. Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab
sendiri merupakan cirri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia.

2. Dimensi Kesosialan
Setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya didalamnya terkandung
unsure memberi dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih
jelas pada dorongan untuk bergaul.

3. Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Kesusilaan
diartikan mencangkup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan
nilai-nilai.

4. Dimensi Keberagamaan
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah
sehingga memerlukan tempat bertopang.

C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia


1. Pengembangan yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu
kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang
disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya. Pengembangan yang utuh
dapat dilihat dari segi wujud dimensi dan arah pengembangannya.
2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam
proses pengembangan jika ada unsur yang terabaikan. Pengembangan yang tidak utuh
mengakibatkan terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap.

D. Sosok Manusia Indonesia yang Seutuhnya


Sosok manusia seutuhnya telah dirumuskan di dalam GBHN mengenai arah
pembangunan janga panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di
dalam rangka pembangunanmanusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia. Berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan
lahiriah ataupun kepuasan batiniah.

BAB II – PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan
1. Batasan tentang Pendidikan
a. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya
dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses
transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-
nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan
lain-lain.

b. Pendidikan sebaga Proses Pembentukan Pribadi


Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang
sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses
pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum
dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha
sendiri.

c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara


Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana
untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.

d. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Tenaga Kerja


Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta
didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari
pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

e. Definisi Pendidikan Menurut GBHN


GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional
sebagai berikut: pendidikan nasiaonal yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan
berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk memingkatkan
kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab
atas pembangunan bangsa.

2. Tujuan dan Proses Pendidikan


a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-niai yang baik, luhur, pantas, benar dan
indah untuk kehidupan. Tujuan pendidikan berfungsi untuk memberikan arah kepada segenap
kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan
pendidikan.
b. Proses Pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh
pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan
menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya ,
pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro. Adapun tujuan
utama pemgelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar
yang optimal.

3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)


PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan persekolahan, PSH
merupakan sesuatu proses berkesinambungan yang berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang
PSH yang hampir tenggelam, yang dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan
kembali oleh comenius 3 abad yang lalu (di abad 16). Selanjutnya PSH didefenisikan sebagai
tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan.
Pengorganisasian dan penstruktursn ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia
yang paling muda sampai paling tua. (Cropley:67)

Berikut ini merupakan alasan-alasan mengapa PSH diperlukan:


Rasional
Alasan keadilan
Alasan ekonomi
Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja, dan
emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek
Alasan perkembangan iptek
Alasan sifat pekerjaan.

4. Kemandirian dalam Belajar


a. Arti dan Prinsip yang Melandasi
Kemandirian belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong
oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dantanggung jawab sendiri dari pembelajar. Bertumpu
pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar,
mulai keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai pada penemuan
diri sendiri, apabila ia mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar.

b. Alasan yang menopang


Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat
2. Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, bersifat relatif
3. Persamaan pendapat para ahli psikologi, bahwa peserta didik mampu memahami konsep-
konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh
4. Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seharusnya tidak
dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.

B. Unsur-unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu:
1. Peserta didik
2. Pendidik
3. Interaksi edukatif
4. Tujuan pendidikan
5. Materi pendidikan
6. Alat dan metode
7. Lingkungan pendidikan
BAB III - LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak darisejumlah
landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan
masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis,
sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan
pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk
mnjemput masa depan.
Bab III ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta
beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan-landasan pendidikan tersebut
adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas yang dikalia
adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar.
A. Landasan Pendidikan
1. Landasan Filososfis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan,
meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat
pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita
kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme
dan Progresivisme dan Ekstensialisme
1. Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts)
atau bahan ajar esensial.
2. Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial)
yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
3. Pragmatisme dan Progresifme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan
praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang
pendidikan tradisional.
4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga
pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.

b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional


Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4
menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

2. Landasan Sosiolagis
a. Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-
pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2. hubunan kemanusiaan.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan
kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b. Masyarakat indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem
pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan
semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan
perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal
Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah
Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4,
pemasyarakatan P4 nonpenataran).
3. Landasan Kultural
a. Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga
perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma
baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut
transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan
transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b. Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya
pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal
ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.

4. Landasan Psikologis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak.
Pemahaman etrhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan
penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta
didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam
menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran
serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami
peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu
proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis


a. Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk
mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah
mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan
bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang
sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan
fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya
pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan
iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan
hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi
masyarakat
B. Asas-asas Pokok Pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir,
baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas
yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo
dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
● Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
● Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
● Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
● Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan
kehidupan peserta didik di masa depan.
● Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar
itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila
diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama
sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam
melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

BAB IV -
PERKIRAAN DAN ANTISIPASI
TERHADAP MASYARAKAT MASA DEPAN

Melalui pendidikan setiap masyarakat akan melestarikan nilai-nilai luhur social


kebudayaannya yang telah terukir dengan indahnya dalam sejarah bangsa tersebut. Melalui
pendidikan juga diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan
objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam maupun tuntutan karena pengaruh dari luar
masyarakat yang bersangkutan. Dan melalui pendidikan pula akan ditetapkan langkah-
langkah yang dipilih masa kini sebagai upaya mewujudkan aspirasi dan harapan di masa
depan.
Dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional Pasal 1 telah
ditetapkan antara lain bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.” Setelah mempelajari bab ini diharapkan dapat:
1. Memahami beberapa kemungkinan keadaan masyarakat di masa depan, serta peranan
factor-faktor globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), arus
komunikasi yang semakin padat dan cepat, serta kebutuhan yang meningkat dalam layanan
professional terhadap masyarakat di masa depan tersebut.
2. Memahami berbagai upaya pendidikan untuk mengantisipasi masa depan, baik yang
berkenaan dengan penyiapan manusia maupun yang berkenaan dengan perubahan
sosiokultural, serta pembangunan sarana pendidikan untuk mendukung upaya-upaya yang
sedang atau akan dilaksanakan.
Bagi mahasiswa calon tenaga kependidikan, utamanya guru, kajian tentang masyarakat masa
depan tersebut berdampak ganda, yakni untuk dirinya sendiri serta pada gilirannya kelak
untuk siswa-siswanya.

A. Perkiraan Masyarakat Masa Depan


Di dalam penjelasan UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa “Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang
amat sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa
yang bersangkutan.” Demi pemahaman dank arena adanya saling pengaruh antara pendidikan
dan latar sosiokultural, maka perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian kebudayaan.
Kebudayaan itu dapat:
1) Berwujud ideal yakni ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
2) Berwujud kelakuan yakni kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3) Berwujud fisik yakni benda-benda hasil karya manusia.

Pengertian kebudayaan yang begitu luas tersebut seringkali dipecah lagi dalam unsur-
unsurnya, dan sering dipandang sebagai unsur-unsur universal dari kebudayaan, yakni:
● Sistem religi dan upacara keagamaan
● Sistem dan organisasi kemasyarakatan
● Sistem pengetahuan
● Bahasa
● Kesenian
● Sistem mata pencarian
● Sistem teknologi dan peralatan.
Perubahan yang cepat tersebut mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat
dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan.

1. Kecenderungan Globalisasi
Istilah globalisasi (asal kata: global yang berarti sevara umumnya, utuhnya,
kebulatannya) bermakna bumi sebagai satu keutuhan seakan-akan tanpa tapal batas
administrasi Negara, dunia menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan antarbangsa
di dunia semakin besar, dengan kata lain menjadikan dunia sebagai satu keutuhan, satu
kesatuan. Empat bidang kekuatan gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol daya
dobraknya, yakni bidang-bidang iptek, ekonomi, lingkungan hidup, dan pendidikan.
Disamping keempat bidang tersebut, kecenderungan globalisasi juga tampak dalam
bidang politik, hokum dan hak-hak asasi manusia, paham demokrasi, dan
sebagainya.Kecenderungan globalisasi tersebut merupakan suatu gejala yang tidak dapat
dihindari.Oleh karena itu, banyak gagasan dalam menghadapi globalisasi itu yang perlu
menekankan berpikir dan berwawasan global namun harus tetap menyesuaikan keputusan
dan tindakan dengan keadaan nyata disekitarnya.

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)


Perkembangan iptek yang makin cepat dalam era globalisasi merupakan salah satu
ciri utama dari masyarakat masa depan. Percepatan perkembangan iptek tersebut terkait
dengan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Terdapat serangkaian kegiatan
pengembangan dan pemanfaatan iptek, yakni:
● Penelitian dasar (basic research)
● Penelitian terapan (applied research)
● Pengembangan teknologi (technological development)
● Penerapan teknologi.
Biasanya langkah-langkah tersebut diikuti oleh langkah evaluasi, apakah hasil iptek tersebut
diterima oleh masyarakat, seumpama dari segi etis, politis, religius, dan sebagainya.
Ada dua pola kebudayaan dalam masyarakat, yakni masyarakat ilmuwan dan
masyarakat terdidik/nonilmuwan (scientific and literary communities), yang akan
menghambat kemajuan baik iptek maupun masyarakat itu sendiri. Untuk mengantisipasi
keadaan tersebut, dalam masyarakat masa depan maka perlu diupayakan agar setiap anggota
masyarakat memiliki wawasan yang tepat serta mengetahui terminologi beserta maksudnya
yang lazim digunakan tanpa harus menjadi pakar iptek tersebut.

3. Perkembangan Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat


Salah satu perkembangan iptek yang luar biasa adalah yang berkaitan dengan
informasi dan komunikasi, utamanya satelit komunikasi, komputer, dan sebagainya.Pada
umumnya bentuk komunikasi langsung (verbal ataupun nonverbal) dikenal sebagai
komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), baik komunikasi antar dua orang
maupun komunikasi kelompok kecil dengan ciri pokok adanya dialog di antara pihak-pihak
yang berkomunikasi.Sedangkan bentuk komunikasi yang bercirikan monolog adalah
komunikasi publik, yang dibedakan atas komunikasi pembicara-pendengar dan komunikasi
massa. Proses komunikasi meliputi beberapa unsur dasar, yakni:
● Sumber pesan seperti harapan, gagasan, perasaan atau perilaku yang diinginkan oleh
pengirim pesan.
● Penyandian (encoding), yakni pengubahan/penerjemahan isi pesan kedalam bentuk yang
serasi dengan alat pengiriman pesan.
● Transmisi (pengiriman) pesan.
● Saluran.
●Pembukasandian (decoding), yakni penerjemahan kembali apa yang diterima kedalam isi
pesan oleh penerima.
●Reaksi internal penerima sesuai pemahaman pesan yang diterimanya.
● Gangguan/hambatan (noise) yang dapat terjadi pada semua unsur dasar lainnya.
Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam upaya-upaya untuk merebut
teknologi, seperti:
● Pengembangan teknologi satelit yang mutakhir.
● Penggunaan teknologi digital yang mampu menyalurkan sinyal beragam menuju bentuk
ISDN (integrated service digital network).
● Dibidang media cetak.
● Dibidang media elektronik.

4. Peningkatan Layanan Profesional


Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya kebutuhan
layanan profesional dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Profesi adalah suatu
lapangan pekerjaan dengan persyaratan tertentu, “suatu vokasi khusus yang mempunyai ciri-
ciri: Expertise (keahlian), responbility (tanggung jawab), corporateness (kesejawatan).”
Profesionalisasi merupakan proses pemantapan profesi sehingga memperoleh status yang
melembaga sebagai professional. Didalamnya akan terkait dengan permasalahan akreditasi,
sertifikasi, dan izin praktek. Mc Cully (1969, dari T. Raka Joni, 1981: 5-8) mengemukakan
enam tahap dalam proses profesionalisasi yakni:

a) Penetapan dan pemantapan layanan unik yang diberikan oleh suatu profesi sehingga
memperoleh pengakuan masyarakat dan pemerintah.
b) Penyepakatan antara kelompok profesi dan lembaga pendidikan prajabatan tentang standar
kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh setiap calon profesi tersebut.
c) Akreditas
d) Mekanisme sertifikasi dan pemberian izin praktek.
e) Secara perseorangan maupun secara berkelompok, pemangku profesi bertanggung jawab
penuh terhadap segala aspek pelaksanaan tugasnya.
f) Kelompok professional memiliki kode etik, yang berfungsi ganda, yakni:
● Perlindungan terhadap masyarakat agar memperoleh layanan yang bermutu.
●Perlindungan dan pedoman peningkatan kualitas anggota.

B. Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan

Edgar Faure dalam surat (18 Mei 1972) yang mengantar laporan komisi Internasional
Pengembangan Pendidikan yang diketuainya, yang dikirim kepada Direktur Jendral
UNESCO, mengemukakan bahwa “rumusan-rumusan tradisional dan perbaikan-perbaikan
sebagian, tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan yang belum pernah ada, yang
timbul dari tugas dan fungsi baru yang harus dipenuhi.” Pengembangan pendidikan dalam
masyarakat yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara keseluruhan dengan
pendekatan sistematis-sistematik.Pendekatan sistematis adalah pengembangan pendidikan
dilakukan secara teratur melalui perencanaan yang bertahap. Sedang sistematik menunjuk
pada pendekatan sistem dalam proses berpikir yang mengaitkan secara fungsional semua
aspek dalam pembaruan pendidikan tersebut.

1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)


Secara tersirat telah pula dibicarakan tentang tantangan-tantangan yang akan
dihadapi manusia masa depan, seperti: kemampuan menyesuaikan diri dan memanfaatkan
peluang globalisasi dalam berbagai bidang, wawasan dan pengetahuan yang memadai tentang
iptek, paling tidak bisa menggunakan teknologi yang ada tanpa harus menjadi pakar iptek,
kemampuan menyaring dan memanfaatkan arus informasi yang semakin padat dan cepat, dan
kemampuan bekerja efisien sebagai cikal bakal kemampuan profesional.
Tujuan-tujuan pendidikan dasar:
a.) Pengembangan kehidupan siswa sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya
untuk:
● Memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan,
● Membiasakan untuk berperilaku yang baik,
● Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar,
● Memelihara kesehatan jasmani dan rohani,
● Memberikan kemampuan untuk belajar, dan
● Membentuk kemampuan untuk belajar.

b.) Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai anggota masyarakat sekurang-


kurangnya mencakup upaya untuk:
● Memperkuat kesadaran hidup beragama dalam masyarakat,
● Menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam masyarakat, dan
● Memberikan pengetahuan serta keterampilan dasar yang diperlukan.

c.) Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai warga Negara sekurang-kurangnya


mencakup upaya untuk:
● Mengembangkan perhatian dan pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga
negara Republik Indonesia,
● Menanamkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan negara, dan
● Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

d.) Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai anggota umat manusia mencakup upaya
untuk:
● Meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat,
● Meningkatkan kesadaran tentang hak asasi manusia,
● Memberikan pengertian tentang ketertiban dunia,
● Meningkatkan kesadaran pentingnya persahabatan antarbangsa.

e.) Mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah dalam menguasai
kurikulum yang disyaratkan.
Tuntutan manusia Indonesia di masa depan, setelah memiliki kemampuan dasar
terutama diarahkan kepada pembekalan kemampuan yang sangat diperlukan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan di masa depan tersebut. Beberapa diantaranya:
(1) Ketanggapan terhadap berbagai masalah social, politik, budaya (kultural), dan
lingkungan.
(2) Kreativitas di dalam menemukan alternatif pemecahannya.
(3) Efisiensi dan etos kerja yang tinggi.

Pentingnya mengembangkan empat hal pada peserta didik, yaitu:


(1) Kemampuan mengantisipasi perkembangan berdasarkan ilmu pengetahuan.
(2) Kemampuan dan sikap untuk mengerti dan mengatasi situasi.
(3) Kemampuan mengakomodasi.
(4) Kemampuan mereorientasi.

Akhirnya dikemukakan pendapat Mayjen Sajidiman pada 10 November 1972 yang


menekankan kemampuan yang diperlukan manusia Indonesia berdasarkan fungsinya adalah:
(1) Pekerja yang terampil yang menjadi bagian utama dari mekanisme produksi (dalam arti
luas) yang harus lebih efektif dan efisien.
(2) Pemimpin dan manajer yang efektif, memiliki kemampuan berpikir, mengambil
keputusan, mengendalikan pelaksanaan dengan cakap dan berwibawa.
(3) Pemikir yang mampu menentukan/memelihara arah perjalanan dan melihat segala
kemungkinan di hari depan.

2. Upaya Mengantisipasi Masa Depan


Kajian tentang upaya mengantisipasi masa depan melalui pendidikan akan diarahkan
pada:
● Aspek yang paling berperan dalam individu untuk memberi arah antisipasi tersebut yakni
nilai dan sikap.
● Pengembangan budaya dan sarana kehidupan
● Tentang pendidikan itu sendiri, utamanya pengembangan sarana pendidikan. Ketiga hal
tersebut merupakan titik strategi dalam mengantisipasi masa depan.

a.) Perubahan Nilai dan Sikap


Nilai merupakan norma, acuan yang seharusnya, dan kaidah yang akan menjadi
rujukan perilaku. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari berbagai hal, seperti agama,
hukum, adat istiadat, dan moral, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Salah satu
pengaruh nilai-nilai tersebut akan tampak dalam sikap (attitude) seseorang.Kalau nilai masih
bersifat umum, maka sikap selalu terkait dengan objek tertentu dan disertai dengan
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut (positif atau
negatif). Sebagai kemampuan internal, sikap akan sangat berperan menentukan apabila
terbuka, kemungkinan berbagai alternatif untuk bertindak. Ada tiga aspek, yaitu;
1. Aspek kognitif
2. Aspek afektif
3. Aspek konatif

Pembentukan/pengubahan nilai dan sikap dalam diri seseorang dapat dilakukan


dengan berbagai cara, seperti pembiasaan, internalisasi nilai melalui ganjaran-hukuman,
keteladanan (modeling), teknik klarifikasi nilai, dan sebagainya.

b.) Pengembangan Kebudayaan


Kebudayaan mencakup unsur-unsur mulai dari sistem religi, kemasyarakatan,
pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencarian, sampai dengan sistem teknologi dan
peralatan.Pelestarian nilai-nilai luhur Pancasila sebagai inti ketahanan budaya tersebut
menjadi acuan pokok dalam memilih dan memilah segala pengaruh yang datang agar tidak
terjadi krisis identitas bangsa Indonesia.Peranan pendidikan merupakan factor menentukan
dalam membangun dan memperkuat ketahanan budaya tersebut.

c.) Pengembangan Sarana Pendidikan


Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi masa depan, karena
pendidikan selalu diorientasikan pada penyiapan peserta didik untuk berperan di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, pengembangan sarana pendidikan sebagai salah satu prasyarat
utama untuk menjemput masa depan dengan segala kesempatan dan tantangannya.
Peningkatan mutu pendidikan dasar itu yang wajib diikuti oleh semua warga Negara akan
menjadi cikal bakal ke arah:

● Peningkatan mutu pendidikan menengah dan tinggi


● Terbentuknya masyarakat terdidik yang mampu terus belajar mandiri
Khusus untuk menyongsong era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa
hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S.
Hamijoyo mengemukakan lima strategi dasar dalam era globalisasi tersebut yakni:
1. Pendidikan untuk pengembangan iptek,
2. Pendidikan untuk pengembangan keterampilan manajemen,
3. Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan
kesehatan,
4. Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai,
5. Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan kepelatihan.
Khusus untuk pendidikan tinggi, terdapat kecenderungan berkembangnya pola
pemecahan masalah secara multidisiplin. Oleh karena itu, diperlukan suatu program
pendidikan yang kuat dalam dasar keahlian yang akan memperluas wawasan keilmuan dan
membuka peluang kerja sama dengan bidang keahlian lainnya.
Bab V – PENGERTIAN, FUNGSI, DAN JENIS LINGKUNGAN PEDIDIKAN
Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan
masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Bab ini
akan membahas tentang pengertian dan fungsi lingkungan pendidikan, tripusat pendidikan
dan pengaruh timbal balik antara tripusat pendidikan dan perkembangan peserta didik.
A. Pengertian dan Fungsi Pendidikan
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan
alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun
merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap
anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu lingkungan yang disadari atau tidak
pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarny lingkungan mencakuplingkungan fidik,
lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses
pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll)
dinamakan lingkungan pendidikan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam
interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya
pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
B. Tripusat Pendidikan
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam lingkungan
masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara
lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah an lingkungan
masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.

1. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama
dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung
jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang
dengan baik.
Pendidikan keluarga berfungsi:
● Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
● Menjamin kehidupan emosional anak
● Menanamkan dasar pendidikan moral
● Memberikan dasar pendidikan sosial.
● Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
2. Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama
dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan
anak ke sekolah.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.
Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya
sebagai berikut;
● Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta
menanamkan budi pekerti yang baik.
● Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau
tidak dapat diberikan di rumah.
● Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis,
berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan
pengetahuan.
● Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah,
dan sebagainya.

3. Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan keluarga dan
sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk
beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan
sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-
pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
C. Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap Perkembangan Peserta
Didik
Perkembangan peserta didik, seperti juga tumbuh kembang anak pada umumnya dipengaruhi
oleh berbagai factor yakni hereditas, lingkungan, prosesperkembangan, dan anugerah.
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga
kegiatan pendidikan, yakni:
1. pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
2. pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
3. pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

MODUL 1
Pengertian Dan Aspek-Aspek Hakikat Manusia

Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di
dunia

Manusia Sebagai Makhluk Tuhan


Terdapat 2 pandangan filsafat yang berbeda tentang asal-usul alam semesta yaitu
1) Evolusionisme
2) Kreasionisme

Menurut Evolusionisme alam semesta ada bukan karena diciptakan melainkan ada dengan sendirinya alam semesta
berkembang dari alam itu sendiri sebagai hasil dari evolusi,teori ini dianut oleh Herbert Spencer ( S.E. Frost Jr,1957 ) dan
Konosuke Matsushita ( 1997 )

Menurut Kreasionisme alam semesta ada sebgai hasil ciptaan suatu Creative Cause atau Personality yang kita sebut Tuhan
YME teori ini dianut oleh Thomas Aquinas dan Al-Ghazali ( Ali Issa Othman,1987 )

Dalam metafisika khususnya kosmologi,paham evolusionisme ditentang melalui argumen kosmologi

Argumen kosmologi menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada mesti mempunyai sebab adanya manusia dan alam semesta
adalah suatu akibat,argumen ini dinyatakan oleh Thomas Aquinas dan Muh Baqir Ash-Shadr

Manusia Sebagai Kesatuan Badan – Roh


Materialisme gagasan ini dianut oleh Julian de La Mettrie dan Ludwig Fuerbach alam semesta atau realitas ini adalah serba
materi,serba zat atau benda yang esensial dari manusia adalah badannya

Idealisme gagasan ini dianut oleh Plato menurut penganut Idealisme bahwa esensi diri manusia adalah jiwanya atau spiritnya
sehingga paham ini disebut juga spiritualisme

Dualisme menurut paham ini esensi diri manusia terdiri dua substansi yaitu badan dan jiwa
Namun demikian setiap peristiwa kejiwaan selalu pararel dengan peristiwa badaniah atau sebaliknya,hubungan seperti ini
sering disebut paralelisme

Menurut E.F. Schumacher ( 1980 ) memandang manusia sebagai kesatuan dari hal yang bersifat badani dan rohani yang pada
hakikatnya berbeda dari benda material,tumbuhan,hewan maupun Tuhan
Dalam eksistensinya manusia memiliki aspek individualitas,sosialitas,moralitas,keberbudayaan dan keberagamaan

Manusia sebagai Makhluk Individu


Sebagai individu manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi,memiliki perbedaan dengan manusia lainnya sehingga
bersifat unik,dan merupakan subjek yang otonom

Manusia sebagai Makhluk Sosial


Manusia hidup dalam keterpautannya dengan sesama,mereka tidak dapat hidup sendiri,Aristoteles menyebut manusia sebagai
makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat

Dalam rangka mengukuhkan eksistensinya mereka hendaknya menjaga keseimbangan antara individualitas dan sosialitas
pada setiap manusia,dan hubungan antar mereka hendaknya hubungan subjek dengan subjek

Manusia sebagai Makhluk Berbudaya


Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan ,manusia tidak terlepas dari kebudayaan bahkan
manusia itu baru menjadi manusia karena dan bersama kebudayaan

Manusia sebagai Makhluk Susila


Menurut Immanuel Kant,manusia memiliki aspek kesusilaan karena manusia terdapat rasio praktis yang memberikan perintah
mutlak ( categorical imperative )

Manusia sebagai Makhluk Beragama


Aspek keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk
pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan tingkah laku

HUBUNGAN HAKIKAT MANUSIA DENGAN PENDIDIKAN


M.J. Langelveld menyebut manusia sebagai Animal Educandum,terdapat 3 asas-asas yang mengimplikasikan bahwa manusia
perlu dididik dan mendidik diri sendiri,yaitu:
Manusia sebagai Makhluk yang belum selesai
Tugas dan tujuan manusia adalah menjadi manusia

Perkembangan manusia bersifat terbuka


Manusia dapat dididik dan mungkin dididik ,menurut M.J. Langelveld disebut animal educabile ada 5 asas antropologis yang
mendasari kesimpulan tersebut yaitu
1) Asas Potensialitas
Manusia dapat dididik karena ia memiliki berbagai potensi untuk dapat menjadi manusia
2) Asas Dinamika
Manusia memiliki dinamika untuk menjadi manusia ideal,karena itu dimensi dinamika mengimplikasikan bahwa manusia dapat
dididik
3) Asas Individualitas
Manusia dengan individualitasnya berupaya untuk mewujudkan dirinya menjadi seseorang sesuai keinginannya sendiri karena
itu aspek individualitas memungkinkan sesorang untuk dididik
4) Asas Sosialitas
Dalam kehidupannya bersama orang lain akan timbul hubungan timbal balik,hal inilah yang memungkinkan manusia untuk
dididik
5 ) Asas Moralitas
Pendidikan bersifat normatif artinya berdasarkan sistem nilai dan norma yang diarahkan untuk membentuk manusia
ideal,pendidikan normatif memiliki aspek moralitas yang memungkinkan seseorang dididik

PENDIDIKAN,MARTABAT,DAN HAK ASASI MANUSIA


Pendidikan sebagai Humanisasi
Tujuan hidup manusia adalah membangun atau “mengadakan” dirinya mendekati manusia ideal.Inilah yang dalam filsafat
disebut self-realization ( realisasi diri )

Realisasi diri erat hubungannya dengan pandangan tentang hakikat manusia yang bersumber dari agama atau filsafat

Humanisasi adalah suatu upaya dalam rangka membantu manusia agar mampu hidup sesuai dengan martabat
kemanusiaannya
Humanisasi pendidikan upaya pengembangan potensi manusia ( sudut pandang psikologi ) kemampuan yang dikembangkan
adalah SQ agar bertakwa pada Tuhan,EQ agar mampu menmgendalikan emosi,IQ agar memiliki kemampuan berhitung,verbal
dan membuat prioritas dan Sos Q agar mampu berkomunikasi dengan orang lain

Humanisasi pendidikan juga berarti sosialisasi ( sosiologi ),sivilisasi ( politik ),enkulturasi ( antropologi ),pembinaan manusia
beriman dan bertakwa ( religi ),pembinaan manusia bermoral ( etika )

Pendidikan dan Hak Asasi Manusia


Hak asasi adalah hak-hak alamiah yang tidak dapat dicabut karena ini adalah karunia Tuhan

John Locke menyatakan bahwa hak adalah milik manusia karena naturanya,namun karena natura ini adalah natura sosial
maka dengan apa yang dianggap hak diwajibkan mengakui hak orang lain

Noah webster menyatakan pada awal berdirinya Amerika memiliki konstitusi berbentuk republik tetapi undang-undang
pendidikannya masih monarki.Menurut beliau pemerintahan dispotik akan membatasi pendidikan karena khawatir
kekuasaannya lama kelamaan akan berkurang

Menurut Thomas Jefferson ( equalitarianisme Jefferson ) menyatakan modal utama kekuatan politik berada pada rakyat yaitu
rakyat yang mengetahui pengetahuan dan informasi

Menurut Dewey menyatakan bahwa demokrasi merupakan sesuatu yang lebih dari pada suatu pengertian politik; demokrasi
merupakan suatu kehidupan bersama yang saling berkaitan dan saling mengkomunikasikan pengalaman

Hak untuk mendapatkan pendidikan tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 dan dalam UU RI No 20 tahun 2003

Hak untuk mendapat pendidikan bagi setiap warga negara tertuang dalam UUD 1945 pasal 31” Tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan” dan UU RI No 20 Tahun 2003,ayat (1) pasal 5 menyatakan “Setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.

Dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,nilai keagamaan,nilai
kultural,dan kemajemukan bangsa

BAB I
MANUSIA DAN PENDIDIKAN HAKIKAT MANUSIA DAN
PENGEMBANGANNYA

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud


membantu peserta didik menumbuh kembangkan potensi kemanusiaannya.
Tugas pendidik hanya mungkin dilakukan jika pendidik memiliki
gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya.
Dalam kenyataannya masih banyak pendidik yang belum mengetahui
gambaran tentang siapa manusia itu sebenarnya dan sifat hakikat apa
saja yang dimiliki manusia yang membedakannya dengan hewan sehingga
dalam melaksanakan pendidikan belum mendapatkan hasil yang
memuaskan. Melihat kenyataan inilah penulis memandang perlunya
dibahas tentang manusia dan pendidikan : hakikat manusia dan
pengembangannya.

A. Pengertian Sifat Hakikat Manusia


Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara
prinsipil membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia
dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya.
Bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia,
berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan,
menyusui anaknya dan pemakan segala. Bahkan carles darwin (dengan
teori evolusinya) telah berjuang menemukan bahwa manusia berasal dari
primat atau kera tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti
yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari
primat atau kera. Disebut sifat hakikat manusia karena secara haqiqi
sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Karena manusia mempunyai hati yang halus dan dua pasukannya.
Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan
seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati.
Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar
yang lebih halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan.
Pengetahuan dan kemauan inilah yang membedakan antara manusia
dengan binatang.

B. Wujud Sifat Hakikat Manusia


Wujud dari sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan
yang dikemukakan oleh faham eksistensialisme dengan maksud menjadi
masukan dalam membenahi konsep pendidikan , Prof. Dr. Umar
Tirtaraharja dkk , menyatakan :
1. Kemampuan Menyadari Diri
Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia
maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri kas atau
karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan
dirinya dan membuat jarak dengan orang lain dan lingkungan di
sekitarnya. Yang lebih istimewa lagi manusia dikaruniai kemampuan
membuat jarak diri dengan dirinya sendiri, sehingga manusia dapat
melihat kelebihan yang dimiliki serta kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada dirinya. Kemampuan memahami potensi-potensi dirinya
seperti ini peserta didik harus mendapat pendidikan dan perhatian yang
serius dari semua pendidik supaya dapat menumbuh kembangkan
kemampuan mengeluarkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.

2. Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia
menempatkan diri dan dapat menembus atau menerobos serta mengatasi
batas-batas yang membelenggu dirinya. Sehingga manusia tidak
terbelenggu oleh tempat dan waktu. Dengan demikian manusia dapat
menembus ke sana dan ke masa depan.
Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik
diajar agar belajar dari pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan
peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dari sesuatu serta
mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa kanak-kanak.

3. Kata hati
Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk
hati, suara hati, pelita hati dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan
membuat keputusan tentang yang baik atau benar dan yang buruk atau
salah bagi manusia sebagai manusia. Untuk melihat alternatif mana yang
terbaik perlu didukung oleh kecerdasan akal budi. Orang yang memiliki
kecerdasan akal budi disebut tajam kata hatinya. Kata hati yang tumpul
agar menjadi kata hati yang tajam harus ada usaha melalui pendidikan
kata hati yaitu dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi.
Tujuannya agar orang memiliki keberanian berbuat yang didasari oleh
kata hati yang tajam, sehingga mampu menganalisis serta membedakan
mana yang baik atau benar dan buruk atau salah bagi manusia sebagai
manusia

4. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai
perbuatan maka yang dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri.
Moral dan kata hati masih ada jarak antara keduanya. Artinya orang
yang mempunyai kata hati yang tajam belum tentu moralnya baik. Untuk
mengetahui jarak tersebut harus ada aspek kemauan untuk berbuat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa moral yang singkron
dengan kata hati yang tajam merupakan moral yang baik. Sebaliknya
perbuatan yang tidak singkron dengan kata hatinya merupakan moral
yang buruk atau rendah.

5. Tanggung jawab
Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung
segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab yang telah
dilakukannya. Wujud bertanggung jawab bermacam-macam. Ada
bertanggung jawab kepada dirinya sendiri bentuk tuntutannya adalah
penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat bentuk
tuntutannya adalah sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat,
hukuman penjara dan lain-lain. Tanggung jawab kepada tuhan bentuk
tuntutannya adalah perasaan berdosa dan terkutuk.
6. Rasa kebebasan
Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi
sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apa saja
sepanjang tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Jadi
kebebasan atau kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang
berlangsung dalam keterikatan.

7. Kewajiban dan Hak


Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul karena
manusia itu sebagai makhluk sosial, yang satu ada hanya karena adanya
yang lain. Tidak ada hak tanpa kewajiban. Kewajiban ada karena ada
pihak lain yang harus dipenuhi haknya.

8. Kemampuan Menghayati Kabahagiaan


Kebahagiaan adalah merupakan integrasi dari segenap
kesenangan, kegembiraan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-
pengalaman pahit dan penderitaan. Proses dari kesemuanya itu (yang
menyenangkan atau yang pahit) menghasilkan suatu bentuk penghayatan
hidup yang disebut bahagia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah
perpaduan dari usaha, hasil atau takdir dan kesediaan menerimanya.
C. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia, Keunikan dan Dinamikanya.
Dalam hal ini ada 4 macam dimensi yang akan dibahas yaitu :
1. Dimensi Keindividuan
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk
menjadi berbeda dari yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat
individualitas.
Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai kehendak,
perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang
berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak
dimiliki oleh orang lain.
2. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas demikian dikatakan
Mj Langeveld (1955 : 54) dalam buku (Pengantar Pendidikan, Prof. Dr.
Tirtaraharja dan Drs. S.L La Ulo 2005 : 18). Pernyataan tersebut dapat
diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk
bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada
hakikatnya di dalamnya ada unsur saling memberi dan menerima. Adanya
dimensi kesosialan pada diri manusia tampak jelas pada dorongan untuk
bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul setiap orang ingin
bertemu dengan sesamanya. Manusia hanya menjadi menusia jika berada
diantara manusia. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup seorang diri
lengkap dengan sifat hakekat kemanusiaannya di tempat yang terasing.
Sebab seseorang hanya dapat mengembangkan sifat individualitasnya di
dalam pergaulan sosial seseorang dapat mengembangkan kegemarannya,
sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya.

3. Dimensi Kesusilaan
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Manusia
itu dikatakan sebagai makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia
susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan
melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. Agar manusia dapat
melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, maka dia harus
mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti
dengan kemauan atau kesanggupan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut.

4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluq religius. Mereka percaya
bahwa di luar alam yang dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan
yang menguasai alam semesta ini. Maka dengan adanya agama yang
diturunkan oleh tuhan manusia menganut agama tersebut.
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah
makhluq yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia
memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Manusia dapat
menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah tugas
orang tua dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama
kepada anaknya atau anak didiknya.

D. Pengembangan (Proses Pendidikan) Dimensi Hakikat Manusia


Pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan.
Pengembangannya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pengembangan yang utuh
Pengembangan yang utuh yaitu apabila pengembangan dimensi hakikat
manusia itu terjadi secara utuh antara jasmani dan rohani, antara
dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan, antara
aspek koknitif, afektif dan psikomotorik. Semua dimensi-dimensi tersebut
harus mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap
salah satunya dalam hal ini dimensi keberagamaan menjadi tumpuan dari
ketiga dimensi yang lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi
hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu
terhadap seluruh dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan
berkembang secara selaras. Maka secara totalitas dapat membentuk
manusia yang utuh.

2. Pengembangan yang tidak utuh


Pengembangan yang tidak utuh adalah proses pengembangan dimensi
hakikat manusia yang tidak seimbang antara dimensi yang satu dengan
yang lainnya, artinya ada salah satu dimensi yang terabaikan
penanganannya. Pengembangan yang tidak utuh akan menghasilkan
kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembangan yang seperti
ini merupakan pengembangan yang patologis atau tidak sehat.

E. Pandangan Islam
1. Pandangan Islam Terhadap Manusia
Menurut pandangan islam manusia adalah makhluk Alloh yang paling
mulia dari pada yang lainnya. Ia bukan ada dengan sendirinya tetapi
diciptakan oleh Alloh dengan dikaruniai sifat-sifat khusus yang tidak
dimiliki oleh makhluq yang lain. Alloh menciptakan manusia dalam
bentuk fisik yang bagus dan seimbang. Sesuai dengan firman Alloh Surat
Ath Thiin yang artinya : Sesungguhnya telah kami jadikan manusia itu
dalam bentuk sebaik-baiknya (Q.S At tiin 4) Dalam hubungan dengan
pendidikan menurut pandangan islam manusia dapat kita lihat dari tiga
titik saja yaitu : (Daradjat dkk, 2000 : 3)
a. Manusia sebagai makhluq yang mulia
Manusia diciptakan oleh Alloh sebagai penerima dan pelaksana ajaran
agama. Oleh karena itu ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia.
Untuk mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi
yang bagus itu Alloh melengkapinya dengan akal dan perasaan yang
memungkinkan manusia menerima dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan membudayakan ilmu yang dimilikinya.
Ini berarti manusia sebagai makhluq yang mulia dikarenakan manusia
dikaruniai (1) akal dan perasaan (2) ilmu pengetahuan (3) kebudayaan
yang seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian pada pencipta, Alloh SWT.
1) Akal dan Perasaan
Setiap orang menyadari bahwa ia mempunyai akal dan perasaan. Akal
pusatnya di otak, digunakan untuk berfikir, perasaan pusatnya di hati,
dalam kenyataan keduanya sukar dipisahkan.
Penggunaan akal dan perasaan dapat menentukan kedudukan seseorang
dalam lingkungan sosialnya. Kemampuan berfikir dan merasa ini
merupakan anugerah Alloh yang paling besar dan ini pulalah yang
membuat manusia itu istimewa dan mulai dibandingkan dengan makhluq
yang lainnya. Alloh menyuruh manusia berfikir baik tentang dirinya atau
tentang alam semesta ini sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan.
2) Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu yang diketahui oleh manusia melalui
pengalaman, informasi, perasaan atau melalui intuisi. Ilmu pengetahuan
merupakan hasil pengolahan akal (berfikir) dan perasaan tentang sesuatu
yang diketahui itu. Faktor terbesar yang membuat manusia itu mulia
adalah karena ia berilmu dan menggunakan ilmunya dia dapat menguasai
alam, meningkatkan iman dan taqwanya juga dengan ilmu.
3) Kebudayaan
Islam memandang manusia sebagai makhluq pendukung dan pencipta
kebudayaan. Dengan akal, ilmu dan perasaan ia membentuk kebudayaan
dan mewariskan kebudayaan itu kepada anak turunnya.
b. Manusia sebagai kholifah di bumi
Setelah bumi ini diciptakan, Alloh memandang perlu bumi itu didiami,
diurus dan diolah. Untuk itu ia menciptakan manusia sebagai kholifah di
bumi. Kemampuan bertugas ini adalah anugerah Alloh dan sekaligus
merupakan amanat yang dibimbing dengan suatu ajaran yang
pelaksanaannya merupakan tanggung jawab manusia yang bernama
kholifah itu.
c. Manusia sebagai makhluq PAEDAGOGIK
Mahluq paedagogik ialah mahluq Alloh yang dilahirkan membawa
potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Mahluq itu adalah manusia.
Sehingga mampu menjadi kholifah di bumi, pendukung dan pengembang
kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitroh Alloh berupa bentuk yang dapat
berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluq yang mulia,
pikiran, perasaan dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari
fitrah itu. Fitrah inilah yang membedakan manusia dengan mahluq yang
lain dan membuat manusia itu istimewa dan lebih mulia dan sekaligus
berarti bahwa manusia adalah mahluq paedagogik.
2. Pandangan Islam Terhadap Pendidikan
Ahmad Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai suatu bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh guru terhadap perkembangan jasmani
dan ruhani murid menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Rusn,
1988 : 54).
Menurut pandangan islam pendidikan itu sangat penting, karena syariat
islam tidak akan dihayati dan diamalkan oleh umatnya kalau hanya
diajarkan saja. Untuk itulah agar islam bisa diamalkan oleh umatnya
tidak hanya teoritis tetapi juga praktis maka umat islam harus dididik
melalui proses pendidikan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi
SAW dalam mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlaq
yang baik sesuai dengan ajaran islam dengan berbagai metode dan
pendekatan. Sehingga beliau adalah seorang pendidik yang berhasil.

F. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Sifat hakekat manusia adalah ciri-ciri karakteristis yang secara
prinsipil membedakan manusia dari hewan atau dari makhluq lainnya
2. Wujudnya sifat hakikat manusia antara lain kemampuan manusia
menyadari diri, kemampuan bereksistensi, mempunyai kata hati, moral,
tanggung jawab, rasa kebebasan, kewajiban dan hak serta kemampuan
menghayati kebahagiaan.
3. Dimensi-dimensi sifat hakekat manusia ada 4 yaitu dimensi
keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman.
4. Pengembangan dimensi hakekat manusia ada dua yaitu :
pengembangan yang utuh dan pengembangan yang tidak utuh.
5. Menurut pandangan islam
– Terhadap manusia, manusia adalah :
a. Sebagai mahluq yang mulia karena dikaruniai akal dan perasaan, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan utuh mengabdi kepada Alloh.
b. Sebagai kholifah dimuka bumi.
c. Sebagai mahluq paedagogik
6. Terhadap pendidikan :
Menurut pandangan islam pendidikan itu sangat penting, karena syariat
islam dapat dihayati dan diamalkan oleh umatnya hanya dengan proses
pendidikan seperti yang dilakukan olah Nabi SAW.

BAB II
PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN

Seorang calon pendidik hanya dapat melaksanakan tugasnya


denga nbaik jika memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa
yang dimaksud pendidikan. Jawaban yang benar tentang pendidikan
diperoleh melalui pemahaman terhadap unsur-unsurnya, konsepdasar
yang melandasinya, dan wujud pendidikan sebagi sistem. Bab II ini akan
mengkaji pengertian pendidikan,unsur-unsur pendidikan, dan sistem
pendidikan.
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
1. Batasan tentang Pendidikan
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam,
dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut
mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang
menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
a. Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai
kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi
tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang
masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung
jawab, dan lain-lain.
b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran
yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka
yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha
sendiri.

c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara


Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu
kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi
warga negara yang baik.

d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja


Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja.
Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari
pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia.
e. Definisi Pendidikan Menurut GBHN
GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang
pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasiaonal yang berakar
pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta
Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan
serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

2. Tujuan dan proses Pendidikan


a. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang
baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan
memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan
pendidikan dazn merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap
kegiatan pendidikan.

b. Proses pendidikan
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan,
Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas
komponen dan kualitas pengelolaannya , pengelolaan proses pendidikan
meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro. Adapun tujuan utama
pemgelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan
pengalaman belajar yang optimal.
3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan
persekolahan, PSH merupakan sesuatu proses berkesinambungan yang
berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang PSH yang hampir tenggelam,
yang dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan kembali oleh
comenius 3 abad yang lalu (di abad 16). Selanjutnya PSH didefenisikan
sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan
pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan penstruktursn ini
diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda
sampai paling tua.(Cropley:67)
Berikut ini merupakan alasan-alasan mengapa PSH diperlukan:
a. Rasional
b. Alasan keadilan
c. Alasan ekonomi
d. Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan perubahan peranan
keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan
perkembangan iptek
e. Alasan perkembangan iptek
f. Alasan sifat pekerjaan
4. Kemandirian dalam belajar
a. Arti dan perinsip yang melandasi
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang
berlangsungnya lebih didorong oleh kamauan sendiri, pilihan sendiri,
dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Konsep kemandirian
dalam belajar bertumpu pada perinsip bahwa individu yang belajar akan
sampai kepada perolehan hasil belajar.
b. ¬Alasan yang menopang
Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S. 1988; 14-16)
mengemukakan alasan sebagai berikut:
Ø Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak
mungkin lagi para pendidik(khususnya guru) mengajarkan semua konsep
dan fakta kepada peserta didik.
Ø Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relatif.
Ø Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
contoh-contoh konkret dan wajar sesuai dengan situasi dan kondidi yang
dihadapi dengan mengalami atau mempraktekannya sendiri.
Ø Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep
seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman
nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.
B. UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).
2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan
pendidikan)
Penjelasan:
1. Peserta Didik
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern
cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah
subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik.
b. Individu yang sedang berkembang.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik
mengalami pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu
lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat.
Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua,
guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara
peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.
Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses
berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat
pendidikan.
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
a. Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun
diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara
khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan
efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan
yang kuratif.
b. Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.

C. PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM


1. Pengertian Sistem
Beberapa definisi sitem menurut para ahli:
a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau
terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian
yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh.
(Tatang M. Amirin, 1992:10)
b. Sistem meruapakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang
bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. (Tatang Amirin,
1992:10)
c. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang
terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. (Tatang Amirin, 1992:11)
2. Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem
Pendidikan.
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen.
Komponen tersebut antara lain: raw input (sistem baru), output(tamatan),
instrumentalinput(guru, kurikulum), environmental input(budaya,
kependudukan, politik dan keamanan).
3. Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sitem Lain dan Perubahan
Kedudukan dari Sistem
Sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup makro. Sebagai
subsistem, bidang ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-masing
sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan
subsistem dari bidang pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.
4. Pemecahan masalah pendidikan secara sistematik.
a. Cara memandang system
Perubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi sitem
ataupunsebaliknya suatu sitem menjadi komponen dari sitem yang lebih
besar, tidak lain daripada perubahan cara memandang ruang lingkup
suatu sitem atau dengan kata lain ruang lingkup suatu permasalahan.
b. Masalah berjenjang
Semua masalah tersebut satu sama lain saling berkaitan dalam hubungan
sebab akibat, alternatif maslah, dan latar belakang masalah.
c. Analisis sitem pendidikan
Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk
memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efesien
dan efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah: bahwa
kita dipersyaratkan untuk berpikir secra sistmatik, artinya harus
memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam maslah
pendidikan yang akan dipecahkan.
d. Saling hubungan antarkomponen
Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu sistem
yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin tercapainya
tujuan sistem secara optimal, manakala komponen tersebut tidak
berhibungan secra fungsional dengan komponen lain.
e. ¬Hubungan sitem dengan suprasistem
Dalam ruang lingkup besar terlihat pula sistem yang satu saling
berhubungan dengan sistem yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada
dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari kehidupan.
Sdangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya
memerlukan pembinaandan pengembangan.
5. Keterkaitan antara pengajaran dan pendidikan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan pendidikan
adalah:
a. pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Masing-masing saling mengisis.
b. Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis agar masing-
masing dapat dipahami lebih baik.
c. Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan, sebab
pendidikan membentuk wadah, sedangkan pengajaran mengusahakan
isinya. Wadah harus menetap meskipun isi bervariasi dan berubah.
6. Pendidikan prajabatan (preservice education) dan pendidikan dalam
jabatan (inservice education) sebagai sebuah sistem.
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada
calon pekerja dalam bidang tertentu dalam periode waktu tertentu.
Sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal
tambahan kepada oramg-orang yang telah bekerja berupa penataran,
kursus-kursus, dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan prajabatan
hanya memberikan bekal dasar, sedangkan bekal praktis yang siap pakai
diberikan oleh pendidikan dalam jabatan.
7. Pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai sebuah sistem.
Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa
rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya SD,SMP,SMA,
dan PT. Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian
atau skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan informal adalah suatu
fase pendidikan yang berada di samping pendidikan formal dan
nonformal.
¬Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal
ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena
keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan
yang berupa sumberdaya manusia sangat bergantung kepada sejauh
mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan.

BAB III
LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak


darisejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu.
Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan
merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat
bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan
filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting
dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan
teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.
Bab III ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas
pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya.
Landasan-landasan pendidikan tersebut adalah filosofis, kultural,
psikologis, serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas yang dikalia
adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian
dalam belajar.
A. LANDASAN PENDIDIKAN
1. Landasan Filososfis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat
pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan
tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang
lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini
adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme
dan Progresivisme dan Ekstensialisme
1. ¬Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran
teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
2. Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran
konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan
universal.
3. Pragmatisme dan Progresifme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari
nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan
progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang
menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan
masyarakat.
b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional
berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No.
II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa
seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan
hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
2. Landasan Sosiolagis
a. ¬Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan
karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah
tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem
pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi pendidikan
meliputi empat bidang:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2. hubunan kemanusiaan.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara
sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b. Masyarakat indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan
Nasional
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah
mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar,
mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan
pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal
menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan
jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan
Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah
(penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)
3. Landasan Kultural
a. Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan,
baiksecara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang
sesuai denga perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah
laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi
kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi
dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya
sekolah dan keluarga.
b. Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu
melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan
masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini harsulah dilaksanakan dalam
kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara
indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
4. Landasan Psikologis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan
perkembangan anak. Pemahaman etrhadap peserta didik, utamanya yang
berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci
keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan
psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama
kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan.
Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang
pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran
serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal
dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau
tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara
efektif dan efisien.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
a. Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga
pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi
ke dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat
dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian
yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan
bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut
menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu.
Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam
pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan
manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus
mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan
ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan
dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu
dan manfaatnya bagi masyarakat
B. ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan
yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu.
Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem
Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara
ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan
menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo
dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas
yaitu:
Ø Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
Ø Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan
dan semangat)
Ø Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut
pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long
education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan
dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Ø Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan
kehidupan peserta didik di masa depan.
Ø Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan
kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru,
namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru
dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu
pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar
peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
BAB IV
PERKIRAAN DAN ANTISIPASI TERHADAP MASYARAKAT MASA
DEPAN
Pendidikan akan menyiapkan peserta didik memasuki masyarakat di masa depan. Oleh
karena itu, keputusan dan tindakan dalam bidang pendidikan seharusnya berorientasi ke
masyarakat masa depan tersebut. Bab IV ini akan memaparkan perkiraan masyarakat masa
depan, dan dilanjutkan dengan upaya pendidikan untuk mengantisipasinya.
A. PERKIRAAN MASYARAKAT MASA DEPAN
Pemahaman tentang keadaan masyarakat masa depan tersebut aka sangat penting sebagai
latar depan segala kebiakan dan upaya pendidikan masa kini dan masa yang akan datang.
Kajian masyarakat masa depan itu semakin penting jika diingat bahwa pendidikan selalu
merupakan penyiapan peserta didik bagi peranannya di masa yang akan datang. Dengan
demikian, pendidikan seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan.
1. Kecenderungan Globalisasi
Gelombang globalisasi sedang menerpa seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia,
menyusup ke dalam seluruh unsur kebudayaan dengan dampak yang berbeda-beda. Menurut
Emil Salim terdapat empat bidang kekuatan gelombang globalisasi yang paling kuat dan
menonjol daya dobraknya, yakni bidang IPTEK, ekonomi, lingkungan hidup, dan pendidikan.
Ø Bidang Iptek yang mengalami perkembangan semakin dipercepat, utamanya penggunaan
berbagai teknologi canggih seperti komputer dan satelit.
Ø Bidang ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi global tanpa
mengenal batas-batas negara.
Ø Bidang lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai peremuan
tingkat Internasional.
Ø Bidang pendidikan dalam kaitannya dengan identirtas bangsa termasuk budaya nasional
dan budaya-budaya nusantara.
2. Perkembangan IPTEK
Perkembangan iptek yang semakin cepat dalam era globalisasi merupakan salah satu ciri
utama dari masyarakat masa depan. Percepatan perkembangan iptek tersebut terkait dengan
landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
3. Perkembangan Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat
Kemajuan teknologi telah mendorong perubahan masyarakat dari masyarakat industri ke
masyarakat informasi. Dan di indonesia terjadi perubahan yang serentak dari masyarakat
pertanian ke masyarakat industri dan masyarakat informasi.
Perkembangan komunikasi dengan arus informasi yang semakin padat dan akan dipercepat di
masa depan, mencakup keseluruhan unsur-unsur dalam proses komunikasi tersebut. Sumber
pesan mencakup keseluruhan unsur-unsur kebudayaan, mulai dari sistem dan upacara
keagamaan sampai dengan, bahkan terutama sistem teknologi dan peralatan.
4. Peningkatan Layanan Profesional
Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya kebutuhan layanan
profesional dalam bidang kehidupan manusia. Karena perkembangan iptek yang makin cepat
serta perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat, maka anggota masyarakat
masa depan semakin luas wawasan dan pengetahuannya serta daya kritis yang semakin
tinggi.
Oleh karena itu, manusia masa depan tersebut makin menuntut suatu kualitas hidup yang
lebih baik, termasuk berbagai layanan yang dibutuhkannya. Layanan diberikan oleh
pemangku profesi tertentu, atau layanan profesional, akan semakin penting untuk kebutuhan
masyarakat tertentu.
B. ¬UPAYA PENDIDIKAN DALAM MENAGANTISIPASIKAN MASA DEPAN
Pengembangan pendidikan dalam masyarakat dalam masyarakat yang sedang berubah
dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematik-
sistematis. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan
bangsa dan negara dalam masa yang akan datang. Oleh karena itu kajian selanjutnya akan
membahas tentang tuntutan manusia masa depan, dan upaya mengantisipasi masa depan.
1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)
Untuk jenjang pendidikan dasar hal itu berarti bahwa kemampuan dasar sebagai manusia
Pancasila yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar akan siap untuk:
Ø Memasuki lapangan kerja sebagai manusia pembangunan setelah melalui orientasi dan atau
pelatihan tambahan sesuai dengan kebutuhan.
Ø Melanjutkan ke pendidikan menengah.
Tuntutan manusia indonesia di masa depan, setelah kemampuan dasar tersebut, terutama
diarahkan kepada pembekalan kemampuan yang sangat diperlukan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan di masa depan tersebut. Beberapa di antaranya seperti:
Ketanggapan terhadap pelbagai masalah sosial, politik, kultural, danØ lingkungan.
Kretifitas di dalam menemukan alternatif pemecahannya.Ø
Ø Efisiensi dan etos kerja yang tinggi
2. Upaya Mengantisipasikan Masa Depan
Sesuai dengan penjelasan UU RI No. 2 Tahun 1989,fungsi pendidikan
diarahkan bukan hanya untuk pembangunan manusia saja tetapi juga ikut
serta dalam pembangunan masyarakat.
a. Perubahan Nilai dan Sikap
Perubahan nilai dan sikap dalam rangka mengantisipasi masa depan
haruslah diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan
keseimbangan dan keserasian antara aspek pelestarian dan aspek
pembaruan. Pendidikan harus selalu menjaga secara seimbang
pembentukan kemampuan mempertanyakan, disamping kemampuan
menerima dan mempertahankan. Kesrasian dan keselarasan antara
pelestarian dan pembaruan nilai dan sikap akan memeberi peluang
keberhasilan menjemput masa depan itu.
b. Pengembangan Kebudayaan
Salah satu upaya penting dalam mengantisipasi masa depan adalah
upaya yang berkaitan dengan pengembangan kebudayaan dalam arti
luas, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan sarana kehidupan manusia.
Dewasa ini, kita tidak mungkin menutup diri terhadap pengaruh
kebudayaan lain. Oleh karena itu, yang dibutuhhkan adlah memperkuat
ketahanan budaya, sehingga dapat memanfaatkan pengaruh positif serta
menghindari pengaru negatif dari kebudayaan tersebut. Peranan
pendidikan merupakan faktor menentukan dalam membangun
danmemperkuat ketahanan budaya tersebut.
c. Pengembangan Sarana Pendidikan
Khusus untuk menyongsong era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa
hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S.
Hamijoyo mengemukakan lima strategi dasar dalam era globalisasi tersebut yaitu:
Ø Pendidikan untuk pengembangan iptek dipilih terutama dalam bidang yang vital. Seperti
manufakturing pertanian.
Ø Pendidikan untuk pengembangan keterampilan manajemen, termasuk penguasaan bahasa
asing.
Pendidikan untuk pengolahan kependudukan, lingkungan, keluargaØ berencana, dan
kesehatan sebagai penangkal terhadap menurunnya kualitas hidup dan
hancurnya sistem pendukung kehidupan manusia.
Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai.Ø
Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan
pelatihan.Ø

BAB V
PENGERTIAN, FUNGSI DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga,


sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut
sebagai tripusat pendidikan. Bab ini akan membahas tentang pengertian
dan fungsi lingkungan pendidikan, tripusat pendidikan dan pengaruh
timbal balik antara tripusat pendidikan dan perkembangan peserta didik.
A. PENGERTIAN DAN FUNGSI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan
meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life
processes.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan
anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu
pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab
bagaimanapun anak tinggal adlam satu lingkungan yang disadari atau
tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasarny lingkungan
mencakuplingkungan fidik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam
proses pendidikan(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku,
alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan. Secara umum fungsi
lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber
daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan
yang optimal.

B. TRIPUSAT PENDIDIKAN
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup
di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami
pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah an lingkungan masyarakat,
yang disebut tripusat pendidikan.

1. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang
pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang
bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat,
melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang dengan
baik.
Pendidikan keluarga berfungsi:
Ø Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
Ø Menjamin kehidupan emosional anak
Ø Menanamkan dasar pendidikan moral
Ø Memberikan dasar pendidikan sosial.
Ø Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
2. Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam
keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka
diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai
lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut;
Ø Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang
baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
Ø Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat
yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
Ø Sekolah melaqtih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
Ø Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika,
membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.
3. Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan
lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam
masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu
setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan
sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut
tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat
banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-
kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan
minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
C. PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA TRIPUSAT PENDIDIKAN
TERHADAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK.
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang
besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
1. pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
2. pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
3. pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

BAB VI
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Aliran-aliran pendidikan telah dimaulai sejak awal hidup manusia,
karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi
muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari
orang tuanya. Di dalm kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan,
pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani
kuno sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada
beberapa rumpun aliran klasik, pengaruhnya sampai saat ini dan dua
tonggak penting pendidikan di Indonesia.
A. ALIRAN KLASIK DAN GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme,
naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut
masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan
yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
1. Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap
Pemikiran Pendidikan di Indonesia.
a. Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan
stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak
tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak
dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-
hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan.
Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang
dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke.
b. Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor
pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil
prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh
sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan
pendidikan anak.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa
semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan
baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan
yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik
anak itu.
d. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik
maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor
pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan
sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai
untuk perkembangan anak itu.
e. Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di
Indonesia
Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan,
penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional
yakni diterima sesuai kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar
pandangan yang konvergensi.
2. Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di
Indonesia
a. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah
gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A.
Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan
Het Voll Leven.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia
dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya
tentang pengajaran global. Decroly menyumbangkan dua pendapat yang
sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yaitu:Metode Global
dan Centre d’interet.
c. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari
pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan
dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar pendidikan
mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi
mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di
sekolahnya.
d. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode
mengajar di Indonesia, antara lain dengan nam pengajaran proyek,
pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa
pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang
dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan
multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya masyarakat
maju.
B. DUA ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA
Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu di Indonesia itu
dimaksudkan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang
Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran tersebut dipandang sebagai
tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara
pada tanggal 3 Juli 1932 di yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan.
a. Asas dan Tujuan Taman Siswa
¬¬¬Asas Taman Siswa
Ø Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan
terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
Ø Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang
dalam arti lahir dan batin dapat memerdekan diri.
Ø Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan
sendiri.
Ø Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau
kepada seluruh rakyat.
Ø Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka harus
mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
Ø Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan
batin untuk mengobarkan segala kepentinganpribadi demi keselamatan
dan kebahagiaan anak-anak.
Kemudian ditambahkan dengan asas kemerdekaan, asas kodrat alam,
asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas kemanusiaan.
¬Tujuan Taman Siswa
Ø Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat
tertib dan damai.
Ø Membangun abak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin,
luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota
masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian
bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
b. Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Rtaman siswa adalah menyiapkan
peserta didik yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam ruang
lingkup eksternal Taman siwa membentuk pusat-pusat kegiatan
kemasyarakatan.
c. Hasil-hasil yang Dicapai
Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan
nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman indria sampai
Sarjana Wiyata. Taman siswa pun telah melahirkan alumni alumni besar
di Indonesia.
2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) didirikan oleh
Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam
(sumatera Barat).
a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai
berikut
Ø Berpikir logis dan rasional
Ø Keaktifan atau kegiatan
Ø Pendidikan masyarakat
Ø Memperhatikan pembawaan anak
Ø Menentang intelektualisme
Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup berbagai
hal, seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin
dicapai, dan sebagainya.
Tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam adalah:
Ø Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
Ø Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Ø Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
Ø Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani
bertanggung jawab.
Ø Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.
b. Upaya-upaya Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, menyiapkan
tenaga guru atau pendidik, dan penerbitan mjalah anak-anak Sendi, serta
mencetak buku-buku pelajaran.
c. Hasil-hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan
tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan
keterampilan/kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang
persekolahan), dan sejumlah alumni.

BAB VII
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia unuk
pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama
dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan
persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bab
ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling
keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara
penanggulangannya.
A. PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN
Pada dasarnya ada dua permasalahan pokok pendidikan yang kita
hadapai saat ini, yaitu:
a) Bagaimana semua warganegara dapat menikmati kesempatan
pendidikan.
b) Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan
keterampilan kerja yang antap untuk dapat terjun ke dalam kancah
kehidupan bermasyarakat.
B. JENIS PERMASALAH POKOK PENDIDIKAN
Masalah pokok pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang
perlu diprioritaskan penanggulangannya ada empat macam yaitu:
masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah
efisiensi pendidikan, maslah relevansi pendidikan.
1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem
pendidikan dapt menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
seluruh warganegara untuk memperoleh pendidikan. Masalah ini dapat
dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional dan cara
inovatif. Cara konvensional misalnya pembangunan gedung sekolah dan
pergantian jam belajar. Cara inovatif misalnya sistem guru kunjung dan
Sekolah Terbuka.
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Masalah mutu pendidikan juga mencakup
masalah pemerataan mutu pendidikan.
Pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-
hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen
pendidikan.
3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Beberapa masalah dalam kaitannya dengan efisiensi pendidikan antara
lain:
a) bagaimana memfungsikan tenaga pendidikan.
b) Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan digunakan
c) Bagaimana pendidikan diselenggarakan
d) Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga
4. Masalah Relevansi Pendidikan
Sebenarnya kriteria relevansi cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi
sistem pendidikan pada umumnya dan gambatan tentang kerjaan yang
ada antara lain sebagai berikut.
a. status lembaga pendidikan yang bermacam-macam
b. sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran yang siap pakai.
Yang ada ialah siap kembang.
c. Tidak tersedianya pete kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya
yang digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan
untuk menyusun programnya
C. SALING KETERKAITAN ANTARA MASALAH-MASALAH
PENDIDIKAN
Ada dua. faktor penghambat perbaikan mutu pendidikan. Yaitu: gerakan
perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan
bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengarahan dana dan
daya. Faktor kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian
mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas
terlalu banyak, tenaga pendidik kurang kompeten, sarana yang tidak
memadai, dan seterusnya.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA
MASALAH PENDIDIKAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan
antara lain: perkembangan iptek dan seni, laju pertumbuhan penduduk,
aspirasi masyarakat dan keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
1. Perkembangan IPTEK dan Seni
Sejalan dengan berkembangnya arus globalisasi di negara kita, terutama
dengan pesatnya peningkatan teknologi komunikasi, membuat segala
sesuatu harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Implikasinya di dalm
masyarakat sangat tersa. Oleh karena itu pendidikan harsu senantiasa
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Seni merupakan kebutuhan hidup manusia. Pengembangan kualitas seni
secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri
disamping program-program lain dalam sistem pendidikan.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dan pendidikan bersumber pada 2 hal
yaitu:pertambahan penduduk dan penyebaran penduduk.
3. Aspirasi Masyarakat
Belakangan ini aspirasi masyarakat semakin meningkat sejalan dengan
peningkatan pemahaman masyarakat terhadap ‘reformasi’. Aspirasi
tersebut menyangkut kesempatan pendidikan, kelayakan pendidikan dan
jaminan terhadap taraf hidup setelah mereka menjalani proses
pendidikan.
4. Keterbelakangn Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya disebabkan beberapa hal misalnya letak
geografis yang terpencil dan sulit dijangkau, penolakan masyarakat
terhadap unsur budaya baru karena dikhawatirkan akan mengikis
kebudayaan lama, dan ketidakmampuan ekonomis menyangkut unsur
kebudayaan tersebut.
E. PERMASALAHAN AKTUAL PENDIDIKAN DAN
PENANGGULANGANNYA
1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia
Permasalahan aktual pendidikan di Indonesia sangat kompleks dan
semakin berkembang sejalan dengan perkembangan zaman dan
kemapanan sumber daya manusia. Masalah masalah tersebut antara lain:
a. Masalah Keutuhan Pencapaian sasaran
b. Masalah Kurikulum
c. Masalah Peranan Guru
d. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun
2. Upaya Penanggulangan
Beberapa upaya dilakukan untuk menanggulangi masalah masalah aktual
tersebut, diantaranya:
a. Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram.
b. Pelaksanaan kegaitan kurikuler dan ekstrakurikuler dilakukan dengan
penuh kesungguhan dan diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir
ataupun kelulusan
c. Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui
keragaman jenis program studi.
d. Memberi perhatian terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan
jabatan)

BAB VII
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Setiap bangsa memiliki sitem pendidikan nasional. Pendidikan nasional


masing masing
bangsa berdasarkan pada jiwa dan kepribadia kebudayaannya. Sistem
pendidikan di Indonesia disusun berdasarkan kebudayaan bangsa
Indonesia dan berdasar kepada Pancasila dan UUD 1945. Bab VIII ini
akan membahas mengenai jalur, jenjang, dan jenis program sistem
pendidikan nasional, pengelolaan jalur pendidikan persekolahan dan
jalur pendidikan luar sekolah, serta upaya pembaruan sistem pendidikan
Nasional.
A. KELEMBAGAAN, PROGRAM, DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN
1. Kelembagaan Pendidikan
Berdasarkan UU RI No.2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional,
kelembagaan pendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendidikan dan
program pendidikan.
a. Jalur Pendidikan
Penyelenggaraan sisdinas dilaksanakan melalui dua jarur yaitu jalur
pendidikan sekolah(pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pndidikan tinggi), dan pendidikan luar sekolah atau PLS.
b. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta
keluasan dan kedalaman bahan pengajaran(UU RI No.2 Tahun 1989 Bab
I, Pasal 1 Ayat 5).
Jalur Pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri
atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinngi.
2. Program dan Pengelolaan Pendidikan
a. Jenis Program Pendidikan
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan
sifat dan kekhususan tujuannya (UU RI No.2 Tahun 1989 Bab I, Pasal 1
Ayat 5 No. 2)

Program pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas


:
• pendidikan umum(SD, SMP, SMA, dan Universitas);
• pendidikan kejuruan(STM, SMTK, SMIP, SMIK, SMEA)
• Pendidikan Luar Biasa (SDLB, SGPLB)
• Pendidikan Kedinasan (SPK,APDN,STAN, STPDN)
• Pendidikan Keagamaan(PGAN, IAIN, Theologia,IHD)

b. Kurikulum Program Pendidikan


Dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah perangkat atau rencana yang
disusun untuk mencapai tuuan pendidikan. Dalam hal ini, kurikulum
mencakup dua aspek yaitu aspek kesatuan nasional, dan aspek local
B. UPAYA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN NASIONAL
1. Jenis Upaya Pembaruan Pendidikan
Pembaruan yang terjadi meliputi landasan yuridis, kurikulum, perangkat
penunjangnya, struktur prndidikan, dan tenaga kependidikan.
a. Pembaruan Landasan Yuridis
Landasan yuridis adalah landasan hukum yang mendasari semua
kegiatan pendidikan dan mengenai hal-hal yang penting seperti
komponen struktur pendidikan, kurikulum, pengelolaan, pengawasan dan
ketenagaan.
Sejak kemerdekaan pemerintah terus berupaya melakukan perbaikan
sistem pendidikan nasional melalui peraturan pemerintah dan undang
undang sisdiknas. Dan revisi itu akan terus dilakukan sejalan tingkat
kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan.
b. Pembaruan Kurikulum
Pembaruan kurikulum dapat dilihat dari segi orientasinya, strategi,
isi/program, dan metodenya. Seperti kurikulum 1975/1976, 1984, 1992,
1994, 1999, 2004 (KBK), dan yang terakhir adalah kurikulum 2006.
c. Pembaruan Pola dan Masa Studi
Pembaruan pola masa studi termasuk pendidikan yang meliputi
pembaruan jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada
satuan pendidikan.
d. Pembaruan Tenaga Pendidikan
Yang dimaksud tenaga kependidikan adalah tenaga yang bertugas
menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti,
mengembangkan, mengelola, dan memberikan pelayanan teknis dalam
bidang pendidikan.
2. Dasar dan Aspek Legal Pembangunan Pendidikan Nasional
Dasar dan aspek legal pembangunan pendidikan nasional berupa
ketentuan-ketentuan yuridis yang menjadi dasar, acuan, serta mengatur
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, seperti pancasila, UUD
1945, GBHN, UU Organik Pendidikan, Perpu, dan lain-lain.
BAB XI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN

Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena


sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu,
pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor
pembangunan. Bab ini akan membahas mengenai esensi pendidikan dan
pembangunan, titik temu antar keduanya, peranan pendidikan dalam
pembangunan, khususnya pembangunan sistem pendidikan nasional.
A. ESENSI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN SERTA TITIK
TEMUNYA
Status pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi
pembangunan serta antara keduanya
1. Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan
pembangunan merupakan usaha keluar dalam diri manusia.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang
pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan
(pembinaan, penyediaan saran, dan seterusnya)
B. SUMBANGAN PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNAN
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari
berbagai segi, diantaranya, segi sasaran, lingkungan, jenjang pendidikan,
dan pembidangan kerja..
1. Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar
menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral
tinggi. Jadi tujuan citra manusia yang dapat menjadi sumber daya
pembangunan yang manusiawi.
2. Segi Lingkungan Pendidikan
Klasifikasi ini menunjukkan peran pendidikan dalam berbagai lingkungan
atau sistem. Lingkungan keluarga(pendidikan informal), lingkungan
sekolah (pendidikan formal), lingkungan masyarakat (pendidikan
nonformal), ataupun dalam sistem pendidikan prajabatan dan dalam
jabatan.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan meliputi pendidikan dasar (basic education),
pndidikan lanjutan, menengah, dan pendidikan tinggi.
4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi bidang ekonomi,
hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, komunikasi, pertanian,
pertambangan, pertahanan, dan l;ain-lain.
C. PEMBANGUNAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Bagian ini akan mengemukakan dua hal yaitu mengapa sistem pendidikan
harus dibangun dan wujud sisdiknas..
1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun
Sistem pendidikan perlu dibangun agar dapat memenuhi kebutuhan
manusia. Manusia cenderung berupaya untuk mendekatkan dirinya pada
kesempurnaan, untuk itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, termasuk
sistem pendidikan.
Selain itu, pengalaman manusia juga berkembang. Itulah sebabnya
mengapa sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia
untuk menemukan jawaban atas teka teki mengenai dirinya, juga selalu
disempurnakan.
2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama
lain saling terkait, yaitu aspek filosofis dan keilmuan, yuridis, struktur,
dan kurikulum
a) Hubungan Antar Aspek-aspek
Aspek filosofis keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi aspek-aspek
yang lain, karena memberikan arah pada aspek-aspek lainnya. Meskipun
aspek filosofis menjadi landasan, tetapi tidak harus diartikan bahwa
setiap terjadi perubahan filosofis dan yuridis harus diikuti dengan
perubahan aspek-aspek yang lain secara total.
b. Aspek Filosofis dan Keilmuan
Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasioanal pendidikan.
Rumusan tujuan pendidikan nasional yang etntunya memberikan peluang
bagi pengembanga hakikat manusia yang kodrati yang berartipula
bersifat wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu pararel
dengan jiwa Pancasila.
c. ¬¬Aspek Yuridis
UUD 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap.
Beberapa pasal yang melandasi pendidikan sifatnya eksplisit (pasal 31
ayat (1) dan (2); pasal (32)) maupun yang implisit (pasal 27 ayat (1) dan
(2); pasal (34)).
Pasal pasal tersebut sifatnya masih sangat global dan perlu dijabarkan
lebih rinci kedalam UU Pendidikan seperti UU Pendidikan No. 4 Tahun
1950, UU Pendidikan No. 12 Tahun 1954 dan disempurnakan lagi oleh
UU RI No. 2 Tahun 1989.
d. Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya
pembenahan struktur pembangunan pendidikan yang mencakup jenjang
dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke
jenjang yang lai, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan
politik.
e. Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan kurikuler
berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan tersebut dapat
berupa materinya, orientasinya, pendekatannya maupun metodenya.

HAKIKAT MANUSIA DANPENDIDIKAN


Rangkuman KB 1: Pengertian dan Aspek-aspek Hakikat Manusia
Permasalahan tentang hakikat manusia merupakan objek studi salah satu cabang
metafisika, yaitu antropologi (filsafat antropologi). Hakikat manusia adalah seperangkat
gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusi di
dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan "prinsip adanya" (principlede'etre)
manusia.
Aspek-aspek hakikat manusia, meliputi asal-usulnya, struktur metafisiknya, serta
karakteristik dan makna eksistensinya di dunia.
Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa, atas dasar keimanan hal ini jelas kita
akui dan kita pahami; dalam filsafat hal ini didukung oleh argumen kosmologi,
sedangkan secara faktual terbukti adanya fenomena kemakhlukan yang dialami
manusia.
Manusia adalah kesatuan badaniirohani, hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri
dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, dan tujuan hidup.
Manusia memiliki berbagai potensi, yaitu potensi untuk mampu beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan karya.
Dalam eksistensinya manusia memiliki berbagai aspek kehidupan individualisme,
sosialitas, kultural, moralitas, dan religius. Semua itu, mengimplikasikan interasksi atau
komunikasi, historisitas, dan dinamika.
Rangkuman KB 2:Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan
Setelah kelahirannya, manusia tidak dengan sendirinya mampu menjadi manusia. Untuk
menjadi manusia, ia perlu dididik dan mendidik diri. Sehubungan dengan ini M. J.
Lengeveld menyebut manusia sebagai Animal Educandum. Terdapat 3 asas
antropologis yang mengimplikasikan bahwa perlu manusia dididik dan mendidik diri,
yaitu:
· manusia adalah makhluk yang belum selesai menjadi manusia
· tugas dan tujuan manusia adalah menjadi manusia
· bahwa perkembangan manusia bersifat terbuka
Dalam kenyataannya manusia perlu dididik dan mendidik diri tersirat makna bahwa
manusia dapat dididik. M. J. Langeveld menyebutnya Animal Educabile. Terdapat 5
asas antropologis yang mengimplikasikan kemungkinan manusia untuk dapat dididik,
yaitu:
· asas potensialitas
· asas sosialitas
· asas individualitas
· asas moralitas
· asas dinamika
Rangkuman KB 3: Pendidikan, Martabat, dan Hak Asasi Manusia
Pendidikan dapat kita definisikan sebgai humanisasi atau upaya memanusiakan
manusia, yaitu upaya membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan
martabatnya sebagai manusia. Sebab merealisasikan hakikatnya secara total maka
pendidikan hendaknya merupakan upaya yang dilaksanakan secara sadar
denganbertitik tolak pada asumsi tentang hakikat manusia.
Hidup bagi manusia bukan sekadar hdidup sebgaimana hidupnya tumbuhan atau
hewan, melainkan hidup sebagai manusia. Hak hidup bagi manusia mengimplikasikan
hak untuk mendapatkan pendidikan. Hak inilah yang diperjuangkan berbagai organisasi
internasional belakangan ini untuk dimasukkan sebagai tambahan daftar hak asasi
manusia.
Sebab hak asasi manusia diinjak-injak oleh penguasa pemerintahan monarki dan
absolutisme, tercatat dalam sejarah di Eropa, pada awalnya melalui pendidikan hak
asasi diupayakan agar diperoleh setiap individu warga negara. Selanjutnya, hak asasi
manusia mengimplikasikan hak pendidikan dan demokrasi pendidikan. Pendidikan mesti
bersifat demokratis, dan dilaksanakan kewajiban belajar. Mengenai hal ini, sehari
setelah proklamasi kemerdekaannya, bangsa Indonesia telah menyatakan bahwa
pendidikan adalah hak setiap warga negara. Sekalipun menghadapi berbagai kendala,
program wajib belajar telah dimulai sejak 1950 dan sampai kini terus diupayakan. Orang
tua, masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai hak dan kewajiban
dalam bidang pendidikan sebagai jaminan akan hak pendidikan bagi setiap individu atau
warga negara. Hal ini sebgaimana dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003.
MODUL 2
LANDASAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Landasan yuridis dan landasan filosofis pendidikan
Landasan pendidikan merupakan asumsi-asumsi yang berfungsi sebagai titik tolak
dalam berfikir dan bertindak dalam rangka pendidikan. Agar sesuai dengan fungsi dan
sifatnya serta agar dapat dipertanggung jawabkan, pendidikan harus mempunyai
landasan yang kokoh. Berdasarkan sumbernya, landasan pendidikan meliputi landasan
religius pendidikan, landasan filosofis pendidikan, landasan ilmiah pendidikan dan
landasan yuridis pendidikan. Landasan yuridis pendidikan nasional Indonesia tersurat
dalam seperangkat peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Indonesia
yang berkenaan dengan pendidikan. Di dalam landasan yuridis pendidikan nasional
termaktub, antara lain tentang mengapa pemerintah harus bertanggungjawab
melaksanakan pendidikan, hak warga Negara untuk mendapatkan pendidikan, dasar
pendidikan nasional, tujuan dan fungsi pendidikan nasional. Landasan yuridis
pendidikan tersebut bersifat ideal dan normative, asumsi-asumsinya diharapkan dan
mengikat untuk dijadikan titik tolak praktik pendidikan.Terdapat berbagai aliran filsafat
pendidikan (Idealisme, Realisme, Pragmatism), tetapi sebagaimana tersurat dan tersirat
dalam Pembukaan UUD NegaraIndonesia Tahun 1945 dan tersurat dalam Pasal 1 ayat
(2) UU RI No.20 Tahun 2003 bahwa dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan
UUD Negara RI Tahun 1945. Karena itu, landasan filosofis pendidikan nasional
merupakan asumsi-asumsi filosofis pendidikan yang dideduksi dari filsafat
Pancasila.Rangkuman KB 2: Landasan Ilmiah Pendidikan
Landasan ilmiah pendidikan merupakan asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber dari
hasil studi disiplin ilmu tertentu yang dijadikan tiitik tolak berpikir dan bertindak dalam
rangka pendidikan. Landasan ilmiah pendidikan, antara lain landasan psikologis
pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan,
landasan historis pendidikan, landasan ekonomi pendidikan dan sebagainya.
Secara psikologis, individu memerlukan pendidikan untuk dapat menyelesaikan tugas-
tugas perkembangan sesuai tahap perkembangannya. Pendidikan merupakan upaya
membantu peserta didik untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai
dengan tahap perkembangannya. Karena itu, keberhasilan pendidik dalam
melaksanakan peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang
perkembangan peserta didik serta kemampuan mengaplikasikannya dalam praktik
pendidikan. Pendidikan yang dilaksanakan menyimpang dari tahapan dan tugas-tugas
perkembangan peserta didik memungkinkan akibat negative dari perkembangan
selanjutnya. Terdapat perbedaan asumsi mengenai factor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan individu sebagaimana dikemukan tokoh-tokoh teori empirisme,
nativisme, dan konvergensi. Demikian juga terdapat perbedaan asumsi-asumsi
mengenai bagaimana individu belajar sebagaimana termuat dalam teori belajar atau
psikologi behaviorisme, kognitif, dan humanism.Ditinjau dari sosiologi, pendidikan berarti
sosialisasi. Pendidikan merupakan pranata social yang berfungsi untuk
mensosialisasikan generasi muda pada suatu masyarakat, agar terwujud homogenitas
atau konformitas. Ditinjau dari antropologi pendidikan berarti enkulturasi. Enkulturasi
dilakukan masyarakat karena kebudayaan menjadi milik manusia tidak dibawa dari sejak
lahir, dan demi mempertahankan eksistensi masyarakat itu sendiri. Ditinjau dari sejarah,
pendidikan berarti enkulturasi khusus. Sedangkan ditinjau dari ekonomi, pendidikan
berarti human investmen. Terdapat hubungan timbal balik antara pendidikan dengan
masyarakat, demikian pula dengan kebudayaan dan ekonomi.MODUL 3
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Rangkuman KB 1: Lingkungan Pendidikan Terpusat
Pendidikan: Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat
Dalam arti luas pendidikan adalah hidup, semua pengalaman hidup yang berlangsung
didalam lingkungan dan berpengaruh positif bagi perkembangan
individu adalah pendidikan. Sebab itu, lingkungan dimana individu hidup merupakan
lingkungan pendidikan baginya. Dalam konteks system pendidikan dan konsep
pendidikan sepanjang hayat, pendidikan dapat berlangsung baik didalam lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Tri Pusat Pendidikan). Ketiga lingkungan
pendidikan tersebut merupakan komponen sistem pendidikan. Keluarga tergolong
lingkungan pendidikan informal, sekolah tergolong lingkungan pendidikan formal,
sedangkan masyarakat (selain keluarga dan sekolah) tergolong dalam pendidikan
nonformal. Masing-masing lingkungan pendidikan tersebut memiliki karakteristik tertentu
berkenaan dengan tujuan pendidikannya, peserta didiknya, isi pendidikannya, cara-cara
pelaksanaan pendidikannya, evaluasinya, dan sebagainya. Namun demikian antara
lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat terdapat hubungan yang erat
dan saling melengkapi, baik berkenaan dengan kepentingan pendidikan bagi peserta
didik maupun dalam rangka pelaksanaannya.Rangkuman KB 2: Pendidikan sebagai
Suatu Proses
Proses pendidikan berlangsung dalam pergaulan (interaksi sosial) antara pendidik
dengan peserta didik dengan menggunakan isi, metode, dan alat pendidikan tertentu
yang berlangsung dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Karakteristik pergaulan yang mengandung situasi pendidikan sebagai suatu
proses pendidikan adalah :1. Adanya upaya mempengaruhi
2. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa yang ditujukan kepada anak (orang
yang belum dewasa) agar mencapai kedewasaan.
Kewajaran (wajar) dan ketegasan (tegas) merupakan 2 sifat yang harus diperhatikan
dalam mengubah situasi pergaulan biasa kedalam situasi pendidikan. Proses
pendidikan bukanlah pembentukan seseorang, melainkan usaha pengembangan
potensi peserta didik atas dasar kedaulatan peserta didik dan kewibawaan pendidik.
Kewibawaan merupakan syarat mutlak proses pendidikan, syarat
tehniknya adalah kepercayaan, sedangkan dasarnya (motif intrinsik yang harus ada
pada pendidik) adalah kasih sayang. Faktor-faktor yang menentukan kewibawaan
pendidik adalah kasih sayang terhadap anak, kepercayaan bahwa anak akan mampu
dewasa, kedewasaan, identifikasi terhadap anak, dan tanggung jawab pendidikan.
Dipihak lain, kepenurutan atau menurutnya anak didik (peserta didik) kepada pendidik
akan ditentukan oleh faktor kemampuan anak dalam memahami bahasa, kepercayaan
anak kepada pendidik, kebebasan anak dalam menentukan sikap, perbuatan dan masa
depannya, identifikasi, imitasi dan simpati. Tanggung jawab pendidikan pada mulanya
berada di tangan orang dewasa (pendidik), tetapi lambat laun seiring perkembangan
kedewasaan peserta didik tanggung jawab tersebut diserahkan dan diraih oleh peserta
didik

Anda mungkin juga menyukai