PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Herjanto (2001) menjelaskan bahwa desain pekerjaan adalah rincian tugas dan
cara pelaksanaan tugas atau kegiatan yang mencakup siapa yang mengerjakan tugas,
bagaimana tugas itu dilaksanakan, dimana tugas dikerjakan dan hasil apa yang
diharapkan. Sulipan (2000) menambahkan desain pekerjaan adalah fungsi penetapan
kegiatan kerja seorang atau sekelompok karyawan secara organisasional.
Desain pekerjaan (job design) menurut Gibson dkk. (2006) dinyatakan sebagai
suatu proses dimana manajer memutuskan tugas pekerjaan individu maupun
wewenangnya. Desain pekerjaan melibatkan keputusan dan tindakan manjerial yang
menspesifikasikan tujuan “job depth, range and relationships” untuk memuaskan
kebutuhan organisasi maupun kebutuhan sosial dan pribadi dari pekerjaan yang
diembannya.
APF adalah metode analisis pekerjaan yang paling populer dan paling
banyak diterapkan. Selain itu, APF menjadi dasar dari daftar judul pekerjaan
paling lengkap yang dapat diperoleh.
Pekerjaan Pabrik
Dari contoh diatas, ilmuwan yang melakukan riset dalam bisnis, kepala
bagian bedah pada rumah sakit, dan rektor universitas biasanya mempunyai
kadar cakupan pekerjaan yang tinggi dan kedalaman pekerjaan yang tinggi.
Ilmuwan riset melakukan sejumlah besar tugas dan biasanya tidak diselia dengan
ketat.
Para ahli anestesia juga melakukan jumlah tugas terbatas. Mereka hanya
memikirkan tugas yang agak terbatas untuk memberikan anestesi kepada pasien.
Walaupun demikian, mereka dapat memutuskan jenis anestesi yang akan
diberikan dalam situasi khusus, yaitu keputusan yang menunjukkan kadar
kedalaman pekerjaan yang tinggi.
Hubungan Kerja
Isi pekerjaan (job content) mengacu pada aspek suatu pekerjaan yang
menguraikan sifat umumnya yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial dari
pemegang kerja. Dalam hal ini perlu dibedakan antara ciri obyektif dan ciri subyektif
pekerjaan yang cerminkan dalam persepsi orang yang mengerjakannya. Para manajer
tidak dapat memahami penyebab suatu prestasi kerja tanpa mempertimbangkan
perbedaan individu seperti kepribadian, kebutuhan, dan rentang perhatian terhadap
suatu pekerjaan. Apabila para manajer ingin meningkatkan prestasi kerja melalui
perubahan dalam isi pekerjaan, maka para manajer tersebut dapat mengubah faktor
yang menjadi penyebab isi pekerjaan, yaitu desain pekerjaan, persepsi individu, atau
latar belakang sosial.
Karakteristik Pekerjaan
Rintisan usaha untuk melakukan pengukuran isi pekerjaan melalui
tanggapan atau persepsi karyawan menghasilkan enam karakteristik, yaitu
keragaman, otonomi, identitas tugas, umpan balik, berususan dengan orang lain,
dan kesempata persahabatan. Keragaman, identitas tugas, dan umpan balik
merupakan persepsi atas cakupan pekerjaan. Otonomi adalah persepsi
kelonggaran pekerjaan. Kerja sama dengan pihak lain dan kesempatan
persahabatan merupakan mencerminkan persepsi hubungan kerjaBerikut
penjelasan lebih lanjut mengenai keenam karakteristik tersebut:
1. Keragaman atau Variasi
Prestasi kerja merupakan hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang
dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
a) Hasil Obyektif
Kuantitas dan kualitas output, kebiasaan mangkir, kelambanan, dan
pergantian pegawai merupakan hasil obyektif yang dapat diukur dalam segi
kuantitas. Pada masing – masing tugas, tugas eksplisit dan implisit terdapat di
masing – masing hasil obyektif ini. Telaah teknik industri misalnya yang
menentukan standar kuantitas sehari – hari, dan spesialis kendali kualitas
Perhatian para manajer dan ahli riset organisasi terhadapa kandungan motivasi
pekerjaan didasarkan pada pengertian bahwa prestasi kerja lebih tergantung pada
kemampuan pemegang pekerjaan itu sendiri. Khususnya, prestasi kerja ditentukan
oleh interaksi kemampuan dan motivasi dari pemegang kerja. Pada kenyatannya
prestasi kerja sesorang dapat lebih besar dibandingkan dengan prestasi kerja orang
lain, karena memiliki kemampuan serta motivasi yang lebih besar. Dalam hal ini,
seorang pemegang kerja mungkin saja dapat menghasilkan prestasi kerja yang nihil
meskipun karyawan tersebut mempunyai kemampuan, kondisi semacam ini dapat
terjadi apabila pemegang pekerja tersebut tidak mempunyai motivasi dalam dirinya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai desain kerja, berikut terdapat beberapa hal
yang dapat kami simpulkan:
a) Desain kerja merupakan keputusan dan tindakan manajerial yang
mengkhususkan kedalaman, cakupan dan hubungan pekerjaan yang obyektif
guna memenuhi kebutuhan organisasi sosial dan pribadi pemegang pekerjaan.
b) Strategi meningkatkan potensi pekerjaan untuk memenuhi persyaratan sosial
dari pribadi pemegang pekerjaan merupakan proses yang berlangsung secara
evolusioner. Usaha awal ditekankan pada pergiliran pekerjaan dan
pemerkaran pekerjaan. Kedua strategi tersebut menghasilkan sedikit
kepuasan kerja, tetapi tidak mengubah motivasi pokok seperti tanggung
jawab, prestasi dan otonomi
c) Perbedaan individu dikenal sebagai variabel utama untuk dipertimbangkan
pada saat mendesain pekerjaan. Pengalaman, kerumitan kognitif, kebutuhan,
nilai dan persepsi tentang keadilan merupakan beberapa perbedaan individu
yang mempengaruhi reaksi para pemegang pekerjaan terhadap cakupan dan
hubungan pekerjaan mereka. Jika perbedaan individu dikombinasikan dengan
perbedaan lingkungan, situasi dan perbedaan manajerial, keputusan
mendesain pekerjaan menjadi sangat kompleks.
d) Strategi desain pekerjaan yang terakhir dikembangkan menekankan
pentingnya karakteristik pekerjaan inti seperti yang dipersepsikan oleh
pemegang pekerjaan. Dalam strategi ini para manajer harus didorong untuk
mengkaji cara meningkatkan persepsi positif pemegang pekerjaan terhadap
keragaman, indentitas, arti, otonomi, dan balikan.
3.2 Saran
Dalam mendesain pekerjaan dalam organisasi para manajer harus
mempertimbangkan masalah mutu kehidupan kerja. Masalah tersebut