PDT Hemato
PDT Hemato
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 2
III. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50%
penderita ini adalah ADB dan terutama mengenai bayi,anak sekolah, ibu hamil
dan menyusui. Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain
kekurangaan kalori protein, vitamin A dan yodium. Penelitian di Indonesia
mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekita 30-40%, pada anak
sekolah 25-35% sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita sebesar
55,5%.
IV. DIAGNOSIS
Anamnesis
1. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :
Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis
o masa pertumbuhan yang cepat
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 3
o menstruasi
o infeksi kronis
Kurangnya besi yang diserap
o masukan besi dari makanan yang tidak adekuat
o malabsorpsi besi
Perdarahan
o perdarahan saluran cerna (tukak lambung,penyakit crohn, colitis
ulserativa)
2. Pucat, lemah, lesu, gejala pika
Pemeriksaan Fisis
anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan
limphadenopati
stomatitis angularis, atrofi papil lidah
ditemukan takikardi, murmur sistolik dengan atau tanpa
pembesaran jantung
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Dasar
o Hemoglobin, Hct dan jumlah eritrosit menurun
o Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
Pemeriksaan lanjutan
o Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat, Saturasi menurun
o Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP)
meningkat
o Sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat
V. PENYULIT
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 4
Bila Hb sangat rendah dan keadaan ini berlangsung lama dapat terjadi payah
jantung.
VI. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi
elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan diantara waktu makan.
Preparat besi ini diberikan 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi
besi).
Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah
seperti perdarahan karena diverticulum Meckel.
Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang
bersumber dari hewani (limfa,hati,daging) dan nabati (bayam,kacang-
kacangan)
Lain-lain
Ke bagian terkait dengan etiologi dan komplikasi (Gizi,Infeksi,Pulmonologi,
Gastro Hepatologi,Kardiologi).
VII. PEMANTAUAN
2. ANEMIA APLASTIK
I. BATASAN
Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada
darah tepi dan penurunan selularitas sumsum tulang.
3. Proses imunologi
Kurang lebih 70% penderita anemia aplastik mempunyai penyebab yang tidak
jelas, dinamakan idiopatik. Defek sel induk yang didapat (acquired) diduga
disebabkan oleh obat-obat: busulfan, kloramfenikol, asetaminofen,
klorpromazina, benzenebenzol, metildopa, penisilin, streptomisin, sulfonamid
dan lain-lain.
Pengaruh obat-obat pada sumsum tulang diduga sebagai berikut :
Penekanan bergantung dosis obat, reversible dan dapat diduga sebelumnya
(obat-obat anti tumor)
Penekanan bergantung dosis, reversible, tetapi tidak dapat diduga
sebelumnya.
Penekanan tidak bergantung dosis obat (idiosinkrasi)
Microenvironment :
Kelainan ini memegang peranan terjadinya anemia aplastik. Akibat radiasi,
pemakaian kemoterapi yang lama atau dosis tinggi, dapat menyebabkan
microarchitecture mengalami sembab yang fibrinus dan infiltrasi sel. Faktor
humoral misalnya eritropoitin, ternyata tidak mengalami penurunan.
Cell Inhibitors :
Pada beberapa penderita anemia aplastik, dapat dibuktikan adanya T-limfosit
yang menghambat pertumbuhan sel-sel sumsum tulang pada biakan.
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 6
1. Leukemia akut
2. Sindroma Fanconi : anemia aplastik konstitusional dengan anomali
kongenitalAnemia
3. Ekstren-Damashek : anemia aplastik konstitusional tanpa anomali
kongenital
4. Anemia aplastik konstitusional tipe II
5. Diskeratosis kongenital
V. PENATALAKSANAAN
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 7
VI. KOMPLIKASI
VII. PROGNOSIS
3. THALASEMIA
I. BATASAN
II. PATOFISIOLOGI
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 8
Anamnesis
Keluhan timbul karena adanya anemia : pucat, gangguan nafsu makan,
gangguan tumbuh kembang dan perut memebesar karena pembesaran lien
dan hati.
Pada umumnya keluh kesah ini mulai timbul pada usia 6 bulan
Pemeriksaan Fisis
Pucat
Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)
Dapat ditemukan ikterus
Gangguan pertumbuhan
Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar
1. Pemeriksaan dasar
Darah tepi :
Hb rendah sampai 2 - 3 g%
Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target,
anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi,
basophilic stippling, benda Howell - Jolly, poikilositosis dan sel target.
Gambaran ini lebih kurang khas.
Retikulosit meninggi.
Pemeriksaan lain :
Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks
menipis, diploe melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan
sumsum tulang sehingga trabekula tampak jelas.
2. Pemeriksaan lanjutan
Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :
Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis
asidofil.
Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
Pemeriksaan khusus :
Hb F meningkat : 20% - 90% Hb total
Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
Pemeriksaan pedigree : kedua orangtua pasien thalassemia mayor
merupakan trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb
total).
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 9
VI. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Asam folat 2 - 5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat
Vitamin E 200 - 400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat
memperpanjang umur sel darah merah.
Bedah
Splenektomi, dengan indikasi :
Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita,
menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya
ruptur
Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah
atau kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan
dalam suatu tahun.
Suportif
Transfusi darah : Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl.
Dengan keadaan ini akan memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat,
menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan
dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red
cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
VII. PEMANTAUAN
Terapi
Adanya kecenderungan kelebihan besi sebagai akibat absorbsi besi yang
meningkat dan transfusi darah yang berulang-ulang, efek samping yang
dipantau : demam, sakit perut, sakit kepala, gatan, sukar bernapas.
Tumbuh Kembang
Pengaruh anemia yang kronis memberikan dampak pada proses tumbuh
kembang. Karenanya diperlukan perhatian dan pemantauan tumbuh kembang
penderita.
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 10
4.
HEMOFILIA
I. BATASAN
II. DIAGNOSIS
Anamnesis
Keluhan penyakit ini dapat timbul saat :
Lahir : perdarahan lewat tali pusat.
Anak yang lebih besar : perdarahan sendi sebagai akibat jatuh pada saat
belajar berjalan.
Ada riwayat timbulnya “biru-biru” bila terbentur (perdarahan abnormal)
Pemeriksaan fisis
Adanya perdarahan yang dapat berupa :
hematom di kepala atau tungkai atas/bawah
hemarthrosis
sering dijumpai perdarahan interstitial yang akan menyebabkan atrofi dari
otot, pergerakan akan terganggu dan terjadi kontraktur sendi. Sendi yang
paling terkena adalah siku, lutut, pergelangan kaki, paha dan sendi bahu
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lanjutan
APTT / masa pembekuan memanjang
PPT (Plasma Prothrombin Time) normal
SPT (Serum Prothrombin Time) pendek
Kadar fibrinogen normal
Retraksi bekuan baik
Von Willebrand’s
Defisiensi vitamin K
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 11
IV. PENATALAKSANAAN
Hemofilia A
1. Transfusi faktor VIII : preparat berupa fresh pooled plasma, fresh frozen
plasma, cryoprecipitate atau AHF concentrate.
Hematuria 40 - 50 20 – 25 Prednison
(sampai gross hematuri 2 mg/kg bb/hari (1x
mengilang) 1 mg/kg bb/hari (x2
(EACA kontraindikas
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 12
Hemofilia B
Transfusi preparat PPSB (mengandung protombin/F.II, proconvertin/F.VIII,
Stuart faktor/F.X dan antihemofilia B/F.IX)
Dosis : patokan dosis untuk faktor VIII dapat digunakan untuk hemofilia B
Dosis profilaksis 10 unit/kg BB (2 kali seminggu).
V. PEMANTUAN
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 13
I. BATASAN
Merupakan kelainan perdarahan pada anak usia 2-4 tahun. Insiden 4-8 kasus
per 100.000 anak per tahun. Terjadi akut, biasanya sembuh sendiri dalam 6
bulan dan jika ITP terjadi pada usia < 1 tahun atau > 10 tahun biasanya kronik
dan dihubungkan kelainan immun yang umum
III. DIAGNOSIS
Anamnesis
Trombositopenia terjadi 1-3 minggu setelah infeksi bakteri atau virus
(infeksi saluran nafas atas atau saluran cerna), misalnya Rubella, Rubeola,
Chicken Pox atau vaksinasi dengan virus hidup.
Riwayat perdarahan, gejala dan tipe perdarahan, lama perdarahan, riwayat
sebelum perdarahan.
Riwayat pemberian obat-obatan, misalnya heparin, sulfonamid,
quinidine/quinine, aspirin.
Riwayat ibu menderita HIV, riwayat keluarga yang menderita
trombositopenia atau kelainan hematologi.
Pemeriksaan Fisis
Perhatikan manifestasi perdarahan (Tabel 1). Tipe
perdarahan termasuk perdarahan retina, beratnya perdarahan.
Perabaan hati, limpa, kelenjar getah bening.
Adanya infeksi
Adanya gambaran dismorfik yang disangkakan adanya
kelainan kongential termasuk kelainan tulang, kehilangan pendengaran.
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 14
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan dasar
Morfologi eritrosit, leukosit dan retikulosit biasanya normal. Hemoglobin dan
jumlah leukosit normal.
Trombositopenia, besar trombosit normal atau lebih besar (giant platelets),
masa perdarahan (BT) memanjang.
Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang tidak perlu bila gambaran klinis dan
laboratorium klasik, tapi bila ditemukan limfadenopati, organomegali,
anemia atau kelainan jumlah leukosit perlu dilakukan.
AKUT KRONIK
- Umur 2 - 6 tahun Dewasa
- Jenis kelamin Laki : wanita = 1 : 1 Laki : wanita = 1 : 3
- Ada infeksi yang ± 80% Jarang
mendahului
- Permulaan Akut Perlahan-lahan
- Jumlah trombosit < 20.000/mm3 40.000 - 80.000/mm3
- Eosinofili dan Sering Jarang
limfositosis
- Kadar IgA Normal Lebih rendah
- Lama penyakit Biasanya 2-6 minggu Berbulan-bulan sampai bertahun-t
Anemia aplastik dan leukemia akut : gambaran darah tepi dan sumsum
tulang biasanya cukup khas.
Septikemia pada stasiun permulaan : penderita tampak sakit.
Penyakit imunologik seperti Systemic Lupus Erythematosus (SLE) : tes sel
LE, tes ANA (Antinuclear antibody).
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 15
V. PENATALAKSANAAN
Beberapa kemungkinan pengobatan ITP pada anak dapat dilihat pada tabel 3.
Intravenous Dosis inisial 0,8 g/kg BB, 1 kali pemberian. Diulang dengan dosis yang sa
immunoglobullin jika jumlah trombosit < 30 x 109 /l pada hari ke-3 (72 jam setelah in
(IVIG) pertama).
Pada perdarahan emergensi : 0,8 g/kg BB, 1- 2 kali pemberian, bersama-sa
dengan kortikosteroid dan transfusi trombosit.
Pada ITP kronis : 0,4 g/kg BB/x, setiap 2- 8 minggu.
Kortikosteroid 4 mg prednisone/kg BB/hari/po atau iv selama 7 hari, kemudian tappering
dalam periode 7 hari.
Pada perdarahan emergensi : 8 -12 mg metilprednisolon/kg BB/iv atau
-1,0 mg deksametason/kg BB/iv atau po, bersama-sama dengan IVIG a
transfusi trombosit.
Anti-R(D) antibody 10-25 g /kg BB/hari selama 2-5 hari, intravena dalam 50 cc NaCI 0,9%
habis dalam 30 menit.
- interferon 3 x 106 unit subkutan, 3 kali per minggu selama 4 minggu
- Siklosporin 3 - 8 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2-3 dosis
- Azatioprin 50 - 300 mg/m2 per os/hari selama ≥ 4 bulan
Catatan :
Transfusi trombosit pada umumnya tidak diberikan berhubung adanya zat
anti terhadap trombosit.
Splenektomi kadang-kadang dilakukan pada ITP akut dengan dugaan
perdarahan otak. Biasanya dilakukan bersama dengan transfusi trombosit
dalam jumlah yang besar.
VI. KOMPLIKASI
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 16
III. DIAGNOSIS
Anamnesis
Anemia, sering demam, perdarahan, berat badan turun, anoreksia,
kelemahan umum.
Keluhan pembesaran kelenjar getah bening dan perut.
Pemeriksaan Fisis
Anemis dan tanda perdarahan : mukosa anemis, perdarahan, ulsera, angina
Ludwig
Pembesaran lymphonodi general
Splenomegali, kadang hepatomegali.
Pada jantung terjadi gejala akibat anemia
Infeksi pada kulit,paru,tulang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Dasar
Anemia normositik normokromik,kadang-kadang ada normoblas
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 17
Pada hitung jenis ada limfoblas. Jumlah limfoblas dapat sampai 100%
Trombositopeni,uji tourniquet positif dan waktu perdarahan memanjang.
Retikulositopenia
Pemeriksaan lanjutan
Kepastian diagnostik dari pungsi sumsum tulang : terdapat pendesakan
eritropoiesis, trombopoesis, dan granulopoesis. Sumsum tulang di dominasi
oleh limfoblas
Rontgen foto toraks AP dan lateral : melihat infiltrasi mediastinal.
Lumbal pungsi : untuk mengetahui ada infiltrasi ke cairan serebrospinal
IV. PENATALAKSANAAN
1. Protokol pengobatan
Protokol pengobatan menurut IDAI ada 2 macam yaitu :
a. Protokol half dose metothrexate (Jakarta 1994) lihat lampiran
b. Protokol Wijaya Kusuma (WK-ALL 2000) lihat lampiran
2. Pengobatan suportif
Terapi suportif misalnya transusi komponen darah, pemberian antibiotika,
nutrisi, dan psikososial.
V. PEMANTUAN
Terapi
Komplikasi terapi adalah alopesia, depresi sumsum tulang, agranulositosis.
Sepsis merupakan komplikasi selama pengobatan sitostatika.
Pemberian kortikosteroid akan terjadi perubahan perilaku, misalnya marah, dan
nafsu makan yang berlebihan.
Tumbuh Kembang
Pasien secepatnya masuk sekolah. Dalam jangka lama perlu diobservasi fungsi
hormonal dan tumbuh kembang anak.
VI. PROGNOSIS
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 18
I. BATASAN
II. PATOFISIOLOGI
III. DIAGNOSIS
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 19
Anamnesis
onset perdarahan
lokasi perdarahan
pola pemberian makanan
riwayat pemberian obat-obatan pada ibu selama kehamilan
Pemeriksaan fisik
Adanya perdarahan di saluran cerna, umbilikus, hidung, bekas sirkumsisi
dan lain sebagainya
Pemeriksaan penunjang
Waktu pembekuan memanjang
PPT (Plasma Prothrombin Time) memanjang
Partial Thromboplastin Time (PTT) memanjang
Thrombin Time normal
USG, CT Scan atau MRI untuk melihat lokasi perdarahan
V. PENATALAKSANAAN
Pencegahan VKDB
Dapat dilakukan dengan pemberian vitamin K Profilaksis
Vitamin K1 pada bayi baru lahir 1 mg im (dosis tunggal) atau per oral 3 kali
@ 2 mg pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari dan umur 1-2 tahun
Ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan mendapat profilaksis
vitamin K1 5 mg/hari selama trimester ketiga atau 10 mg im pada 24 jam
sebelum melahirkan. Selanjutnya bayinya diberi vitamin K1 1 mg im dan
diulang 24 jam kemudian
Pengobatan VKDB
Vitamin K1 dosis 1-2 mg/hari selama 1-3 hari
Divisi Hematologi-Onkologi
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUD Jayapura 20
Divisi Hematologi-Onkologi