Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

PIELONEFRITIS

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. TRIE EDNI MAILISA


2. BULAN RAHMATIKA
3. LUSIANA ARMAN

DOSEN PEMBIMBING :

Ns, DEDI ADHA,M.Kep

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan keperawatan medikal bedah ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu
memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah
Keparawatan medikal bedah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Ns. Dedi
Adha.M.Kep yang telah membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih
mudah menulis makalah ini. Atas bimbingan yang telah di berikan, kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih
kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan
tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.

Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik
itu bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Padang, 27 April 2015

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula dan
jaringan interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit (paling
umum adalah Escherichia Coli) yang telah menyebar dari kandung kemih ke ureter
dan ginjal akibat refluks vesikouretral. Penyebab lain pielonefritis mencakup
obstruksi urine atau infeksi, trauma, infeksi yang berasal dari darah, penyakit ginjal
lainnya, kehamilan, atau gangguan metabolik (Sandra M. Nettina, 2001).
Penyebab pielonefritis yang paling sering adalah Escherichia Coli. Tanda dan
gejalanya adalah demam timbul mendadak, menggigil, malaise, nyeri tekan daerah
kostovertebral, leukositosis, dan bakteriuria (Sylvia A. Price dan M. Willson, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian glomerulonefritis dan pielonefritis lebih sering
terjadi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Karena bentuk
uretranya yang lebih pendek dan letaknya berdekatan dengan anus. Studi
epidemiologi menunjukkan adanya bakteriuria yang bermakna pada 1% sampai 4%
gadis pelajar. 5%-10% pada perempuan usia subur, dan sekitar 10% perempuan yang
usianya telah melebihi 60 tahun. Pada hampir 90% kasus, pasien adalah perempuan.
Perbandingannya penyakit ini pada perempuan dan laki-laki adalah 2 : 1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tubulus, dan jaringan
interstinal dari salah satu atau kedua ginjal. ( Brunner & Suddarth, 2002).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara
hematogen atau retrograd aliran ureterik (J.C.E. Underwood, 2007).
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula dan
jaringan interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit (paling
umum adalah Escherichia Coli) yang telah menyebar dari kandung kemih ke ureter
dan ginjal akibat refluks vesikouretral. Penyebab lain pielonefritis mencakup
obstruksi urine atau infeksi, trauma, infeksi yang berasal dari darah, penyakit ginjal
lainnya, kehamilan, atau gangguan metabolik (Sandra M. Nettina, 2001).

B. ETIOLOGI
Penyebab pielonfritis secara umum menurut Smeltzer. S C & Bare. B G, 2002 dan
menurut Price. S A, 2006 adalah
1. Infeksi bakteri, 80% oleh Escherichia coli dan organisme lain seperti
golongan Proteus, Klebsiella, Enterobacter dan Pseudomonas.
2. Refluks uretrovesikal, dimana katup uretrovesikal yang tidak kompeten
menyebabkan urine mengalir balik ke dalam ureter
3. Obstruksi traktus urinarius yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi
4. Tumor kandung kemih
5. Striktur
6. Hiperplasia prostatik benigna
7. Batu urinarius
Faktor predisposisi menurut Price. S A, 2006
1. Jenis kelamin perempuan
2. Umur yang lebih tua
3. Kehamilan
4. Peralatan kedokteran terutama kateter menetap
5. Penyalahgunaan analgesik secara kronik
6. Penyakit ginjal
7. Penyakit metabolik seperti diabetes
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Pyelonefritis akut ditandai dengan demam menggigil, nyeri panggul, nyeri tekan
pada sudut kostovetebral (CVA), leukositosis dan adanya bakteri dan sel darah
putih dalam urine. Selain itu, gejala saluran urinarius bawah seperti disuria dan
sering kencing umumnya terjadi. Ginjal biasanya membesar, disertai infiltrasi
interstitial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortikomedularis.
2. Pielinefritis kronis biasanya tanpa gejala infeksi kecuali terjadi eksaserbasi.
Tanda-tanda umum mencakup keletihan, sakit kepala, napsu makan rendah,
poliuriia, haus yang berlebihan dan kehilangan berat badan. Infeksi yang menetap
atau kambuh dapat menyebabkan jaringan parut progresif di ginjal disertai gagal
ginjal.
Sumber Smeltzer. S C & Bare. B G, 2002

D. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Ginjal
Fungsi vital ginjal adalah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh
manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme
terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-
zattoksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan air. Mempertahankan
keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan
garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.
2. Ureter
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinaria (kandung kemih)
melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis
(tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung
kemih.
3. Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung
seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga
panggul. Bila terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari
rongga panggul.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan
semen.
Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian
melewati tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada
laki-laki, uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars
membranosa, dan pars kamvernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut
meatus. Pada perempuan, uretra terletak di belakang simfisis pubis,
berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra
pada perempuan terletak di sebelah atas vagina, antara klitoris dan vagina.
Uretra perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretori.

E. KLASIFIKASI
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Pielonefritis akut
Pielonefritis akut adalah infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan
morbiditas tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal progresif. Pada hampir 90%
kasus adalah perempuan
(Price. S A, 2006).
2. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis adalah cedera ginjal progresif yang menunjukkan
pembentukan jaringan parut parenkimal pada pemeriksaan IVP disebabkan oleh
infeksi berulang atau infeksi yang menetap pada ginjal
(Price. S A, 2006).
F. PATOFISIOLOGI
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas
aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh
yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung
kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan kandung
kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan dapat
membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga
dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih
mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang
mempersulit pengeluaran urin seperti adanya batu atau tumor.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak
lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Resolusi dari inflamasi
menghasilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul setelah periode
berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi
kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal
ginjal.
G. WOC
Penyebab ( bakteri)

Masuk saluran kemih masuk saluran darah

Adanya obstruksi ginjal

Aliran balik ginjal


Oleh bakteri

Peradangan / infeksi ginjal

Nyeri akut Hematuria Demam

Perubahan kenyamanan kurang Hipertermi


pengetahuan

Gangguan
pola tidur Ansietas

penguapan berlebihan Mukosa kering

Nafsu makan
Resiko
kekurangan Berkurang
cairan

Gangguan
nutrisi

Intoleransi
Aktivitas
kelemahan
H. PENATALAKSANAAN
Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh
tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh kembali
terutama pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah seperti penderita diabetes
atau adanya sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu, tumor dan sebagainya.
1. Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun
2007:
a) Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti
trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan
atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari
b) Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa
nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat
farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin
(Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)
c) Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal
secara progresif.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E.Smith
tahun 2007:
a) Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
b) Monitor Vital Sign
c) Melakukan pemeriksaan fisik
d) Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
e) Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.
f) Memantau input dan output cairan.
g) Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)
h) Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur
pengobatan. Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan
memakan banyak biaya yang dapat membuat pasien berkecil hati.
I. KOMPLIKASI
1. Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi
Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669):
a) Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada
area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama
pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
b) Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat
sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks
mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
c) Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke
dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
2. Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai
dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut),
hipertensi dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme
pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu).
(Smeltzer. S C & Bare. B G, 2002)

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pielonefritis akut
Suatu urogram intravena dan ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui lokasi
obstruksi di traktus urinarius. Kultur urine dan uji sensitivitas dilakukan untuk
menentukan organisme penyebab sehingga agens antimikrobial yang tepat dapat
diresepkan.
2. Pielonefritis kronik
Luasnya penyakit dikaji melalui urogram intravena dan pengukuran BUN, kadar
kreatinin dan klirens kreatinin.
Sumber Smeltzer. S C & Bare. B G, 2002
BAB III
ASKEP TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Berisikan nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, agama, tanggal
masuk, no. MR, diagnosa medic dll.

2. TTV
Nadi : biasanya tachikardi
Suhu : biasanyasuhu tubuh mengalami peningkatan
TD : biasanya tekanan darah meningkat
Pernafasan : biasanya pernafasan meningkat

3. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya klien pernah mengalami riwayat penyakit yang berhubungan
dengan ginjalnya, infeksi pada saluran kemih, pemakaian obat obat dalam
jangka panjang serta alergi terhadap obat obatan,dan mempunyai riwayat
penyakit DM.

b) Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien mengalamidemam menggigil, nyeri panggul, nyeri tekan
pada sudut kostovetebral (CVA),keletihan, sakit kepala, anoreksia, poliuriia,
haus yang berlebihan dan kehilangan berat badan.

c) Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya perlu ditanyakan kepada keluarga apakah ada keluarga yang
pernah mengalami penyakit yang sama yang diderita oleh klien. Dan juga
perlu ditanyakan kebiasaan klien sehari-sehari.
4. Riwayat psikososial
Biasanya terdapat perubahan kondisi psikologis (respon emosi) terjadinya
kelemahan fisik.

5. Pola kebiasaan sehari hari


a) Aktifitas / istirahat
Biasanya keterbatasan aktifitas karena keletihan,kelemahan
b) Makanan dan cairan
Sehat : biasanya 3-4/hari porsi makan di habiskan dan 1-1,5liter/hari
Sakit : biasanya 3/hari 1/4 porsidihabiskan dan 2-2,5 liter/hari
c) Istirahat dan tidur
Sehat :biasanya 6-8 jam/hari
Sakit : biasanya 5-6 jam/hari sering terbangun saat malam hari
d) BAB/BAK
a. BAB
Sehat : biasanya 1 kali sehari
Sakit : biasanya tidak menentu

b. BAK
Sehat : biasanya 3-4 kali sehari
Sakit : biasanya 6-7 kali sehari (saat BAK intake dan input cairan tidak
seimbang )

6. Pemeriksaan fisik
a. Rambut kepala : biasanya kulit kepala bersih, tidak ada ketombe
b. Mata : biasanya simetris kiri dan kanan,konjungtiva anemis dan sklera tidak
ikterik
c. Wajah : biasanya kulit wajah kering
d. Hidung : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada polip
e. Telingga : biasanya simetri kiri dan kanan dan fungsi pendengaran baik
f. Leher : biasanya tidak terdapat pembesaran KGB dan tonsil
g. Dada/thoraks
I : biasanya bentuk dada simetris kiri dan kanan
P : biasanya vocal premitus teraba
P : biasanya terdapat bunyi sonor
A : biasanya vesikuler

h. Jantung
I : biasanya ictus cordis terlihat
P : biasanya ictus teraba
P : biasanya terdapat bunyi pekak
A : biasanya bj 1 bj 2 teratur

i. Abdomen
I : biasanya tidak simetris kiri dan kanan
A : biasanya peningkatan bising usus
P : biasanya terdapat nyeri tekan pada sudut kostovetebral
P : biasanya abnormal

j. Genita urinaria
Biasanya terdapat gangguan eliminasi, peningkatan volume urine,terdapat
pembesaran ginjal akibat infeksi dan peradangan pada ureter.

k. Ekstremitas
Biasanya terjadi kelemahan, keletihan pada saat beraktifitas.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi, perubahan
membran mukosa, kurang nafsu makan
b) Nyeri akut b.d proses peradangan / infeksi.
c) Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi
d) Ansietas b.d hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit dan
tujuan pengobatan
e) Gangguan pola tidur b.d hipertermi, nyeri
f) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
g) Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat

C. INTERVENSI

No Diagnosa NOC NIC


1. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan Kriteria hasil : Nutrition management
tubuh 1. adanya peningkatan BB 1. kaji adanya alergi makanan
Batasan karakteristik : 2. BB ideal 2. kolaaborai dengan ahli gizi
a. kram dan nyeri abdomen 3. mengidentifikassi 3. anjurkan meningkatkan
b. menghindari makanan kebutuhan nutrisi intake FE., protein dan vit C
c. berat badan 20% / lebih 4. tidak ada tanda – tanda 4. berikan subtansi gula
dibawah berat badan ideal malnutrisi 5. diet mengandung tinggi
d. diare 5. menunjukkan peningkatan serat mencegah konstipasi
e.kehilangan rambut fungsi pengecapan dari 6. ajarkan pasien membuat
berlebihan menelan catatan harian
f. bisisng usus hiperaktif 7. monitor jumlah nutrisi dan
g. kurangnya makanan kandungan kalori
h. kurang minat pada 8. berikan informasi tentang
makanan kebutuhan nutrisi
i. membrane mjkosa pucat Nutrition monitoring
j. tonus otot menurun 1. BB dalam batas yang nrmal
k. cepat kenyang setelah 2. monitor adanya penurunan
makan BB
l. kelemehan otot 3. monitor tipe dan jumlah
mengunyah aktifitas yang bisa dilakukan
m. kelemahan otot untuk 4. monitor lingkungan
menelan 5. monitor kulit kering
faktor2 yang 6. monitor kulit kering
berhubungan : 7. monitor turgr kulit
a. Factor biologis 8. monitor mual muntah
b. Faktor ekonomi 9. monitor kadar albumin ,
c. Ketidakmampuan total protein, hb, dan kadr ht
menelan makanan 10. monitor pucat, kemerhan
d. Ketidakmampuan pada jaringan konjungtifiti
mengabsorbsi
nutrisi

2 Nyeri akut b.d proses NOC NIC


peradangan / infeksi. Kriteria hasil : 1. Lakukan pengkajian nyeri
Batasan karakteristik : 1. Mampu mengontrol nyeri secara komprehensif
1. Perubahan selera ( tahu penyebab nyeri, termasuk lokasi
makan mampu menggunakan karakteristik, durasi,
2. Perubahan tekanan teknik nonfarmakologi frekuensi, kualitas dan
darah untuk mengurangi nyeri, faktor presipitasi.
3. Perubahan frekuensi mencari bantuan) 2. Observasi reasi non verbal
pernafasan 2. Melaporkan bahwa nyeri dari ketidak nyamanan
4. Diaforesis berkurang dengan 3. Gunakan teknik
5. Sikap melindungi area menggunakan manajemen komunikasi teraupetik
nyeri nyeri untuk mengetahui
6. Indikasi nyeri yang 3. Mampu mengenali nyeri pengalaman nyeri pasien
dapat diamati (skala, intensitas, 4. Evaluasi pengalaman nyeri
7. Perubahan posisi untuk frekuensi dan tanda nyeri) masa lampau
menghindari nyeri 4. Menyatakan rasa nyaman 5. Evaluasi bersama pasien
8. Melaporkan nyeri setelah nyeri berkurang dan tim kesehatan lain
secara verbal tentang ketidakefektifan
9. Gangguan tidur kontrol nyeri masa
Faktor yang berhubungan lampau.
: 6. Bantu pasien dan keluarga
Agen cidera (mis. untuk mencari dan
Biologis, zat kimia, fisik, menemukan dukungan
psikologi) 7. Kontrol lingkungan yang
a. dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan
pencahayaan dan
kebisingan.
8. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
9. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
10. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
11. Berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
12. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
13. Tingkatkan istirahat
14. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
15. Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri
Analgesic administration :
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek intruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
6. Tentukan nalgesik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur.
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali.
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.
3 Hipertermia b.d demam, NOC NIC
peradangan / infeksi Kriteria hasil : Fever treatment
Batasan karakteristik : 1. Suhu tubuh dalam rentan 1. Monitor suhu sesering
1. Konvulsi normal mungkin
2. Peningkatan suhu 2. Nadi dan RR dalam 2. Monitor warna dan suhu
tubuh diatas suhu rentang normal kulit
normal 3. Tidak ada perubahan 3. Monitor tekana darah, nadi
3. Takikardi warna kulit dan tidak ada dan RR
4. Takipnea pusing 4. Monitor intake dan output
5. Kulit terasa hangat 5. Berikan nati piretik
6. Kejang 6. Berikan pengobatan untuk
Faktor yang berhubungan : mengatasi penyebab
1. Penurunan respirasi demam
2. Dehidrasi 7. Selimuti pasien
3. Pemajanan 8. Kolaborasi pemberian
lingkungan yang cairan intravena
panas 9. Kompres pasien pada lipat
4. Pemakaian pakaian paha dan aksila
yng tidak sesuai 10. Tingkatkan sirkulasi
dengan suhu udara
lingkungan 11. Berikan pengobatan
5. Peningkatan laju untuk mencegah terjadinya
metabolisme menggigil
12. Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
13. Rencanakan
monitoring suhu secara
kontinyu
14. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
15. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi

4 Resiko kekurangan volume NOC NIC


cairan b.d intake tidak Kriteria hasil : Fluid management
adekuat 1. Mempertahankan 1. Pertahankan catatan
Faktor resiko : urine output sesuai intake dan output yang
1. Kehilangan volume dengan usia dan BB, akurat
cairan aktif BJ urine normal, HT 2. Monitor status hidrasi /
2. Kuang pengetahuan normal kelembapan membran
3. Penyimpangan 2. Tekanan darah, nadi, mukosa, nadi adekuat,
yang suhu tubuh dalam 3. Monitor vital sign
mempengaruhi batas normal 4. Monitor msukan
akses cairan 3. Tidak ada tanda-tanda makanan/ cairan dan
4. Kehilangan dehidrasi, elastisitas hitung intake kalori
berlebihan melalui turgor kulit baik, harian
rute normal membran mukosa 5. Kolaborasikan pemberian
5. Usia lanjut lembab, tidak ada rasa cairan IV
6. Berat badan haus yang berlebihan 6. Monitor status nutrisi
ekstrem 7. Berikan cairan IV pada
7. Faktor yang suhu ruangan
mempengaruhi 8. Dorong keluarga untuk
kebutuhan cairan membantu pasien makan
(mis. Status 9. Kolaborasi dengan dokter
hipermetabolik) 10. Monitor tanda vital
8. Kegagalan fungsi 11. Monitor berat badan
regulator 12. Monitor respon pasien
9. Kehilangan cairan terhadap penambahan
melalui rute cairan
abnormal
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula dan jaringan
interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit (paling umum adalah
Escherichia Coli) yang telah menyebar dari kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat refluks
vesikouretral. Penyebab lain pielonefritis mencakup obstruksi urine atau infeksi, trauma,
infeksi yang berasal dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan, atau gangguan metabolik
(Sandra M. Nettina, 2001).
Penyebab pielonefritis yang paling sering adalah Escherichia Coli. Tanda dan
gejalanya adalah demam timbul mendadak, menggigil, malaise, nyeri tekan daerah
kostovertebral, leukositosis, dan bakteriuria (Sylvia A. Price dan M. Willson, 2005).

Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra.
Flora normal fekal seperti E. Coli, Streptococcus Fecali, Pseudomonas Aeruginosa, dan
Staphilococcus Aureus adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut, E.
Coli menyebabkan sekitar 85% infeksi. Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan
pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses.
Kulit dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghasilkan fibrosis
dan scarring pielonefritis kronik muncul setelah periode berulang dari pielonefritis akut.
Ginjal mengalami perubahan degeneratik dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi
nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal (Barbara Engram, 1988).

B. Saran
Untuk perawat diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien
denganpielonefritis.

Untuk klien dan keluarga diharapkan dapat melakukan pengobatan secara optimal untuk
kesembuhan penyakitnya.

Untuk mahasiswa diharapkan lebih memahami tentang pielonefritis agar dapat melakukan
asuhan keperawatan pada klien dengan pielonefritis secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan

International. NANDA, 2013, Diagnosis Keperawatan 2013, Jakarta: EGC

Price. S A & Wilson. L M, 2006, Buku Patofisiologi Edisi 6 Volume 2, Jakarta: EGC

Smeltzer. S C & Bare, 2002, B G, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 Volume 2,
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai