DAFTAR ISI
Daftar Isi.................................................................................................................... 1
Pengantar ................................................................................................................. 5
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PENGANTAR
Sebuah mall atau pusat perbelanjaan telah menjadi hal yang sangat dibutuhan
masyarakat di era modern ini. Tingkat keramaian pada pusat perbelanjaan yang
begitu tinggi harus disertai dengan fasilitas dan utilitas yang memadai sehingga
pengunjung merasa nyaman. Termasuk akses pintu masuk atau entrance yang
mudah di capai dari kedatangan pengunjung menuju kedalam mall menjadi hal yang
sangat mempengaruhi kenyamanan pengunjung.
BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang
Entrance adalah elemen penting dalam arsitektur sebuah bangunan. Sehingga main
entrance perlu didesain dengan baik agar menjadi daya Tarik tersendiri. Mengutip
dari metro.news.viva.co.id, menurut Yayat Supriatna (Planolog Universitas Trisakti)
mall yang ada di Jakarta sudah melebihi batas ideal, yaitu dengan jumlah 170 lebih
yang sukses membuat Jakarta sebagai kota dengan mall terbanyak di dunia. Untuk
itu desain Entrance yang bagus menjadi salah satu andalan untuk menghadapi
persaingan pasar yang begitu ketat.
JUMLAH MALL
200
150
100
50
0
2007-2009 2012
JUMLAH MALL
Sebuah mall yang nyaman akan membuat pengunjung ingin kembali mengunjungi
mall tersebut. Bahkan ketika orang merasa nyaman dengan suatu tempat mereka
akan menceritakan kepada orang lain dan mengajaknya mengunjunginya. Menurut
Faroga (2014) Perletakan main entrance bangunan yang tidak tepat dapat
menyulitkan pencapaian pengunjung dari luar bangunan, meratanya jarak
Mal diartikan sebagai suatu area pergerakan (linier) pada suatu pusat bisnis kota
(central city business area) yang lebih diorientasiakan bagi pejalan kaki, berbentuk
pedestrian dengan kombinasi plaza dan ruang-ruang interaksional
(Rubenstein,1978)
Persamaan hak bagi semua orang tanpa terkecuali telah diatur dalam Undang-
Undang Dasar 1945 serta menjadi kepedulian masyarakat dunia (melalui PBB
maupun deklarasi Convention of Rights for People with Disability/CRPD). Salah satu
hak yang dijamin adalah kesempatan untuk menjalankan semua kegiatannya dengan
mudah, aman, nyaman yang diwujudkan melalui ketersediaan
aksesibilitas fisik. Di Indonesia, ketersediaan aksesibilitas fisik ini diatur lebih rinci
dalam Undang-Undang No.28/2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan
Menteri PU No.30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas
pada Bangunan dan Lingkungan. Kedua peraturan tingkat nasional ini
memerintahkan setiap bangunan public untuk memenuhi standar aksesibilitas seperti
yang telah diatur oleh Pemerintah di dalam keduanya.
Akses keluar masuk mall untuk pengunjung juga menentukan terhadap keselamatan
pengunjung ketika terjadi keadaan darurat. Dalam keadaan kebakaran misalnya,
akses pintu utama dan juga pintu darurat harus tersedia cukup untuk evakuasi
tanggap darurat. Dikemukakan oleh Septaningsih dkk (2009) Sistem proteksi
kebakaran secara aktif maupun pasif juga sangat dibutuhkan untuk memungkinkan
orang keluar dari bangunan dengan selamat pada saat terjadi kebakaran atau
kondisi darurat lainnya.
1.3. Tujuan
BAB I : PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang permasalahan yang berisi tentang suatu kajian
dari masalah yang ada yaitu pengaruh signage terhadap kenyamanan pengunjung
beserta tujuan.
Berisi tentang kajian literatur yang akan digunakan dalam penelitian. Kajian oini
menjelaskan tentang Signage, Visual, dan Desain signage.
Menjelaskan tentang lokasi yang menjadi stadi kasus dalam penelitian ini, yaitu Mall
Taman Anggrek.
Berisi tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian. Meliputi metode
pengambilan data, pengolahan data, hasil, dan kesimpulan peneliatian.
Latar Belakang :
Sebagai salah satu objek yang di gandrungi masyarakat, mall harus memiliki
akses pintu masuk yang memadai dan nyaman bagi pengunjungnya.
Pernyataan masalah :
Apakah pengaruh letak pintu masuk terhadap kenyamanan dan keselamatan
pengunjung mall Teraskota
Tujuan :
- Mencari factor kenyamanan pengunjung mall Teraskota
- Mencari pengaruh letak pintu masuk terhadap kenyamanan dan keamanan
pengunjung mall Teraskota
Elemen Sirkulasi
2.2. Desain
Dikutip dari Wikipedia.org Desain secara etimologi, istilah Desain berasal "dari tadi"
beberapa serapan bahasa, yaitu kata "designo" (Itali) yang secara gramatikal berarti
gambar dan kata "designare" (Latin) yang bermakna rencana, skema.
Dipaparkan oleh Sachari (2005) Bahwa desain pada hakikatnya merupakan upaya
manusia memberdayakan diri melalui benda ciptaannya untuk menjalani kehidupan
yang lebih aman dan sejahtera.Sedangkan menurut Archer (1976) Desain adalah
salah satu bentuk kebutuhan badani dan rohani yang dijabarkan melalui berbagai
bidang pengalaman, keahlian, dan pengetahuannya yang mencerminkan perhatian
pada apresiasi dan adaptasi terhadap sekelilingnya, terutama yang berhubungan
dengan bentuk, komposisi, arti, nilai, dan berbagai tujuan benda buatan.
Logi Tofani (2011) dalam laporan tugas akhirnya, menyebutkan pada dasarnya
sirkulasi dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan fungsinya, yaitu:
1. Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang
positif.
2. Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat
lingkungan menjadi jelas terbaca.
3. Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama.
Pola sirkulasi dapat dibagi menjadi empat, yakni sebagai berkut (Sofyan, 2010 ;
Tofani, 2011):
1. Linier: Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama deretan ruang.
Jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain,
bercabang-cabang, atau membentuk putaran (loop). Ciri-ciri pola sirkulasi linier,
antara lain (Sofyan, 2010 ; Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):
Sirkulasi pergerakan padat bila panjang jalan tak terbatas dan hubungan
aktifitas kurang efisien.
Gerakan hanya 2 arah dan memiliki arah yang jelas.
Cocok untuk sirkulasi terbatas.
Perkembangan pembangunan sepanjang jalan.
engarahkan sirkulasi pada titik pusat.
2. Radial: Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari sebuah
pusat bersama. Ciri-ciri dari pola sirkulasi radial adalah sebagai beriku (Sofyan,
2010 ; Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):
Orientasi jelas.
Masalah yang ditimbulkan merupakan masalah yang sulit di tanggulangi
Kurang mengindahkan kondisi alam.
Sulit dikombinasikan dengan pola yang lain.
Menghasilkan bentuk yang ganjil.
Menunjang keberadaan monumen penting.
Pergerakan resmi.
Mengarahkan sirkulasi pada titik pusat.
3. Pola Grid: Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling
berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau
kawasan ruang segi empat. Ciri-ciri pola sirkulasi grid adalah sebagai berikut
(Sofyan, 2010 ; Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):
4. Pola Organik: Konfigurasi yang terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-
titik tertentu dalam ruang. Ciri-ciri pola sirkulasi organik adalah sebagai berikut
(Sofyan, 2010 ; Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):
2.4. Efisiensi
Menurut Hasibuan (1984) Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input
(masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang
dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan
sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah
diselesaikan.
2.5. Aksesibilitas
Wojowasito (1991) mengatakan bahwa accessibility adalah hal yang mudah dicapai.
Artinya aksesibilitas tidak hanya sekedar kesediaan segala sesuatu, namun juga
kesediaan yang mudah dicapai.
Blunden dan Black (1984) seperti dikutip Tamin (1997: 52) menyatakan bahwa
“Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna
lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau
kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan
‘mudah’ atau ‘susah’ nya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi.”
Dari berbagai pengertian diatas kita ketahui bahwa aksesibilitas berhubungan erat
dengan kemudahan dan ketersediaan sarana untuk mencapai suatu tempat. Maka
dalam hal pintu masuk mall aksesibilitas merupakan kemudahan pengunjung dalam
mencapai ruang dalam mall.
Pola pergerakan pengunjung dalam sebuah mall akan berkaitan dengan pola
sirkulasi yang dirancang dalam sebuah mall. Bila sirkulasinya benar maka tidak akan
terjadi penumpukan sirkulasi dalam satu tempat. Pusat perbelanjaan yang menjadi
obyek penelitian adalah pusat perbelanjaan dengan kriteria Shopping mall.
Shopping mall seperti diuraikan diatas adalah pusat perbelanjaan yang terdiri
atas beberapa toko yang tersusun sejajar dengan jalur pedestrian dan memiliki
anchor magnet. Pengertian lain dari shoping mall adalah tempat atau wadah
yang menyediakan kebutuhan deng-an mengutamakan kenyamanan pengunjung
karena memiliki criteria desain berdasarkan desain perilaku dan efisiensi (ASRI
1992)
Konsep shopping mall sudah ada sejak 40 tahu yang lalu dimulai di Eropa
kemudian berkembang di Amerika. Konsep kemudian berkembang tidak hanya
sebagai tempat jual beli tetapi sebagai tempat rekreasi dan bersosialisasi warga
dengan masyarakat. Shopping mall yang baik memiliki kaidah-kaidah atau aturan
aturan yang sesuai dengan maksud mall itu sendiri. Prinsip Shopping mal tidak
hanya berfungsi sebagai steet shop tetapi juga sebagai penhubung, pengontrol
dan pengorganisasian unit–unit retail serta mengidentifikasi area (memiliki
kejelasan orientasi). Prinsip desain shoping mall secara umum adalah mall
dengan unit retail merupakan elemen beridentitas dan ber-hubungan membentuk
wadah pemusatan pembelanjaan. Penekanan pada prinsip hubungan tersebut
adalah :
Berbentuk linier, satu jalur yang dimaksudkan agar semua retail toko
mendapatkan tempat yang strategis dan orientasi sirkulasi menjadi
jelas
b) Magnet Ancho
Unit sebagai obyek penarik pengun-jung yang merupakan
transformasi dari node, dan berfungsi sebagai landmark. Ancor
magnet ini dapat be-rupa supermarket, department store, theatre,
dan lainnya, meru-pakan tempat yang paling diminati atau diinginkan
oleh pengunjung sehingga flow pengunjung meng-alir dari ujung ke
ujung. Jumlah anchr magnet bisa lebih dari satu.
c) Pembatas Panjang dan Lebar Mall
Pembatas mempertimbangkan ke-nyamanan pejalan kaki dan
komuni-kasi antar tenant sesuai dengan standard tertentu.
d) Pembatas Tinggi Bangunan
Bertujuan agar oerientasi bangunan secara horizontal tercapai.
2. Tenant Mall
Pengelompokan magnet dan unit retail berdasarkan jenis barang dagangan
untuk menghindari terjadinya persaing-an
3. Desain Kriteria
Mengutamakan kesatuan dengan cara menentuan desain atau
menyeragamkan desain retail seperti warna, desain interior dan lainnya.
Approach terbagi atas sirkulasi frontal, oblique dan spriral. Sirkulasi berbentuk
frontal memiliki gambaran yang langsung menuju titik point utama dalam sebuah
bangunan atau obyek tertentu yang akan dituju. Sirkulasi dengan konsep frontal
dapat memiliki tujuan untuk efisiensi sirkulasi.
Entrance merupakan penghubung antar zona luar ke zona dalam, “from outside
to inside”. Sebuah entrance harus dilihat dan mudah diketahui oleh pengunjung
agar pengunjung tidak mengalami kebigungan saat memasuk sebuah
lingkungan.
2.9. Visual
Visual berkaitan erat dengan mata atau pengelihatan. Segala bentuk yang terlihat
oleh mata dan dapat dikomunikasikan adalah visual. Dikutip dari carapedia.com,
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, visual adalah dapat dilihat dengan indra
pengihatan (mata). Sedangkan menurut Femi Olivia, visual merupakan salah satu
cara mengorganisasikan pemikiran dan meningkatkan kemampuan berfikir. Arti
visual juga disampaikan Purwodaminto (1972) dalam Sudarwani (2014), yaitu
berdasarkan pada penglihatan, dapat dilihat, kelihatan.
Menurut Sims (dalam Mirsa, 2012), masalah menemukan arah bagi seseorang dapat
dipecahkan dengan menempatkan tanda-tanda atau penanda yang bertujuan untuk
menyampaikan informasi kepada orang lewat, pejalan kaki, maupun pengendara.
Tujuan adanya tanda-tanda (elemen street furniture) di ruang jalan antara lain adalah
orientasional, informasional, direksional, identifikasional, regulatorial, dan
ornamental.
Main entrance sebagai penanda atau elemen street furniture menurut fungsinya
termasuk kedalam kategori public environmental information, yaitu semua jenis
informasi yang terkait dengan keadaan dan menggambarkan suatu lingkungan untuk
masyarakat, dan semua peraturan yang dibutuhkan, seperti peraturan lalu lintas,
papan nama jalan, petunjuk rute angkutan, papan pengumuman, dan informasi
lokasi (Carr, 1973)
Menurut Babin dan Grifin (Barnes, 2000 : 61) kepuasan pelanggan merupakan
perasaan emosional sebagai hasil dari penilaiannya terhadap suatu pelayanan.
Penilaian tersebut berisi berbagai kategorisasi yang memacu respon afektif atau
yang bersifat emosional. Hal ini berpengaruh terhadap pilihan pelanggan untuk tetap
melanjutkan hubungan dengan pemberi jasa atau tidak.
Definisi Kepuasan
Menurut Kotler (1999 ; 52) kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dengan harapannya.
Menurut Richard Oliver (Barnes, 2000 : 52) satisfaction is the consumer’s fulfillment
response. It is a judgement that a product or service feature, or the product or service
itself, provided (or is providing) a pleasureable level of consumption-related
fulfillment, including levels of under or over fulfillment. Kepuasan merupakan fungsi
dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Pelanggan biasanya
dapat mengalami salah satu dari beberapa tingkatan kepuasan, seperti kalau kinerja
dibawah harapan, pelanggan kecewa. Kalau kinerja sesuai harapan, pelanggan puas
dan kalau kinerja melebihi harapan, pelanggan sangat puas atau gembira. Kepuasan
dari para pelanggan memiliki harapan – harapan tertentu dari suatu jasa. Hal ini
dapat menentukan apakah jasa yang dipakai atau digunakan dinilai memuaskan
pelanggan. Kepuasan pelanggan terjadi setelah seseorang yang menggunakan jasa
merasakan bahwa kebutuhannya telah terpenuhi dan merasa sesuai dengan apa
yang diinginkannya. Apabila pelanggan merasa cocok maka pelanggan akan merasa
puas dan kemungkinan akan menggunakan jasa itu kembali, sebaliknya apabila
pelanggan merasa tidak cocok maka pelanggan merasa tidak puas dan
kemungkinan tidak akan kembali menggunakan jasa tersebut. Tetapi dalam
penelitian ini apabila pelanggan merasa tidak puas maka perusahaan akan
mengganti layanan yang diberikan sesuai dengan keinginan pelanggan.
Dimensi Kepuasan
Sedangkan menurut Barnes (2000 : 67 – 73) ada lima dimensi kepuasan yaitu
sebagai berikut :
Kepuasan terhadap wujud pelayanan itu sendiri sebagai elemen yang paling
mendasar.
Kepuasan terhadap layanan pendukung atas jasa yang ditawarkan.
Kepuasan terhadap konsistensi pelayanan, antara janji – janji perusahaan
dengan faktanya.
Kepuasan terhadap elemen – elemen yang berperan dalam interaksi dengan
pelanggan.
Kepuasan terhadap seluruh dimensi pelayanan akan menciptakan kepuasan
emosional, yaitu tingkat kepuasan pelanggan yang sesungguhnya.
Teraskota BSD City Berlokasi di sebrang BSD Square ( klik disini untuk
mengetahui BSD Square ), Teraskota BSD City memilliki Lokasi yang strategis
karena berada di dekat Eka Hospital BSD City, Ocean Park, Giant BSD, dan
beberapa Apartemen ( Roseville Soho & Suite BSD, TreeparkBSD, Akasa
Kirana & Akasa Kalyana, Urban Heights dll), serta beberapa gedung perkantoran (
BNI, BRI, BFI, MPM dll)
Dengan lokasi yang strategis Maka Teraskota BSD City akan sangat mudah
dijangkau baik menggunakan kendaraan pribadi ataupun menggunakan kendaraan
umum.
Ada apa sih di Teraskota BSD City , Walaupun dari segi ukuran Teraskota BSD
City memang tidak terlalu besar, tetapi Teraskota BSD City sudah cukup mumpuni
untuk memenuhi berbagai kebutuhan anda.
Karena di Teraskota BSD City terdapat tenant-tenant cukup besar yang sudah cukup
familiar misalkan resto ( solaria, wendy's, es teler 77 dll, starbucks), di Teraskota
BSD City juga terdapat Toko buku Gramedia yang cukup besar & kumplit, bahkan
Blitzmegaplex tidak ketinggalan hadir disana untuk memenuhi kebutuhan anda akan
hiburan.
sumber :http://bambangpropertindo.blogspot.co.id/2015/02/teraskota-bsd-city.html#sthash.iyIwGs5d.dpuf
Yang menjadi objek penelitian ini yaitu pintu masuk atau entrance Mall Teraskota
yang hanya ada satu di bagian depan. Untuk ukuran mall yang lumayan ramai
dikunjungi masyarakat BSD, terutama di hari-hari libur Mall teraskota kurang
memenuhi kebutuhan pintu masuk menuju kedalam Mall Teraskota.
4.1. Pendekatan
Untuk mengumpulkan data penelitian ada berbagai cara yang dapat kita lakukan.
Bisa dengan survey dan melakukan observasi langsung dilapangan. Atau bisa juga
kita mewawancarai responden dan memberikan kuisioner. Survey dapat diartikan
melakukan kunjungan kelokasi yang dimaksud untuk mencari informasi yang
dibutuhkan. Sedangkan Observasi adalah kegiatan mencari data dengan berinteraksi
langsung pada sumber informasi itu.
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan
bercakap-cakap secara tatap muka.Hapsari (2014) dalam mengumpulkan data
mennggunakan tehnik survey baik dengan mengambil gambar dokumentasi maupun
wawancara kepada pengunjung. Sedangkan Ningsih dkk (2014) mengumpulkan data
dengan observasi dan melakukan studi dokumen. Keduanya sama-sama
menggunakan metode penelitian deskriptif analitis.
Metode 1 2 3 4 5
Observasi v v v v
Survey v v
Sudi Dokumen v v
Deskriptif v v
Analitis v v
Kuantitatif v
Kualitatif v
Table 1 Pendekatan Metode
Dari pendiskripsian di atas metode yang cocok untuk penelitian ini adalah survey dan
wawancara dengan memberi kuisioner kepada responden seperti yang dilakukan
Hapsari (2014). Selain dengan wawancara akan dilakukan juga pengambilan gambar
dokumentasi di mall Teraskota.
DAFTAR PUSTAKA
Dinamik Ericson, “ Pengertian Efisiensi, Apa itu Efisiensi Menurut Para Ahli, Maret
2013, http://ariplie.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-efisiensi-apa-itu-efisiensi.html
Pynkyawati dkk 2014, Kajian Efisiensi Desain Sirkulasi pada Fungsi Bangunan Mall
Dan Hotel BTC, Jurnal Reka Karsa, Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, No.1 |
Vol. 2 April 2014