Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN

(SUPLEMENT FEED) DARI KOMBINASI TEPUNG CACING


TANAH (Lumbricus rubellus) DAN TEPUNG Spirulina platensis
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN RETENSI PROTEIN
BENIH IKAN BANDENG (Chanos chanos)

Disusun oleh :
KELOMPOK 12 / Perikanan A 2015

Susilawati NPM.230110150011
Zaza Zakiyyah Toha NPM.230110150012
Dea Nazihah NPM.230110150045
Fauzan Shodiq NPM.230110150047
Muhammad Firman NPM.230110150067
Indah A. Lestari NPM.230110150069

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ridho
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan lancar.
Maksud dan tujuan pembuatan makalah dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah nutrisi pada semester genap dengan judul “Pengaruh Pemberian
Pakan Tambahan (Suplement Feed) Dari Kombinasi Tepung Cacing Tanah
(Lumbricus Rubellus) Dan Tepung Spirulina Platensis Terhadap Pertumbuhan dan
Retensi Protein Benih Ikan Bandeng (Chanos Chanos)”.
Penyusun merasa bahwa dalam menyusun makalah masih menemui
beberapa kesulitan dan hambatan, maka dari itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak.
Pada kesempatan, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penyusunan makalah ini terutama
kepada dosen mata kuliah Nutrisi.
Akhirnya, tiada kata yang dapat penyusun sampaikan selain mengharapkan
agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan
khususnya kepada penyusun, maupun umumnya untuk pembaca.

Jatinangor, April 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ........................................................................................ 2
1.3 Manfaat ...................................................................................... 2

II PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Bandeng ..................................... 3
2.2 Morfologi Ikan Bandeng ............................................................ 3
2.3 Pakan Ikan .................................................................................. 4
2.4 Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan ....................................... 4

III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

ii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Ikan Bandeng ....................................................................................... 3


2. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Bandeng ............................................. 6
3. Retensi Protein Rata-rata Ikan Bandeng .............................................. 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan bandeng merupakan komoditas budidaya yang banyak diproduksi dan
dikonsumsi di Indonesia. Di Jakarta dan sekitarnya, mungkin sebagian
masyarakatnya pernah mencicipi kelezatan daging bandeng. Selain presto, ada
pindang bandeng, sop, tim, digoreng, dibakar, atau dipepes. Selain duri dan rasa
khasnya, ternyata ikan ini memiliki kandungan gizi yang baik bagi kesehatan
manusia. Berdasarkan informasi dari situs Infopeternakan.com edisi 10 April 2015,
Deniarko menuliskan, ikan bandeng kaya gizi. Menurut pengujian yang telah
dilakukan, seperti ditulis Deniarko, ikan bandeng memiliki kandungan omega 3
lebih banyak dibandingkan dengan jenis ikan lain. Pada ikan bandeng, kandungan
omega 3 sebesar 14,2 persen, sementara ikan lainnya seperti sardin mengandung
3,9 persen, salmon (2,6 persen), dan tuna (0,2 persen). Asam lemak omega terdiri
dari omega 3, 6, dan 9. Omega 3 merupakan jenis lemak tak jenuh ganda yang tidak
bisa diproduksi tubuh manusia. Omega 3 penting sebagai asam lemak esensial yang
terbentuk dari asam lemak seperti EPA (eicosapentaenoic acid), DHA
(docosahexaenoic acid), dan ALA (A-linolenat).
Produksi ikan bandeng dalam berbagai ukuran tersebut belum mampu
memenuhi kebutuhan pasar (Tim Karya Tani Mandiri, 2011). Target produk
bandeng konsumsi ukuran 300-500 g/ekor membutuhkan 6.000.000 ekor dari
permintaan, namun terdapat kekurangan sebanyak 639.000 ton/tahun. Target
produk induk bandeng ukuran ˃ 4.000 g/ekor dari permintaan memiliki kekurangan
sebanyak 13.200 ekor/tahun (kordi, 2010). Produksi bandeng dapat ditingkatkan
bila teknik budidaya dikembangkan secara intensif (Ahmad dkk 1999).
Penambahan input berupa pakan untuk mempercepat laju pertumbuhan ikan (Kordi
2010).

1
2

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian pakan tambahan (supplement feed) dari kombinasi tepung cacing tanah
(L.rubellus) dan tepung Spirulina platensis terhadap pertumbuhan dan retensi
protein benih ikan bandeng (C.chanos).

1.3 Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi terhadap
mahasiswa, pembudidaya ikan, dan masyarakat pada umumnya tentang pengaruh
pemberian pakan tambahan (supplement feed) tepung cacing tanah (Lumbricus
rubellus) dan tepung S. platensis dapat meningkatkan pertumbuhan benih ikan
Bandeng (C. chanos). Selain itu, untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan
tambahan (supplement feed) tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) dan tepung
S. platensis dapat meningkatkan retensi protein benih ikan bandeng (C. chanos).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Bandeng


Ikan bandeng merupakan salah satu ikan yang dikenal dengan sebutan
milkfish. Ikan ini memiliki karakteristik tubuh berbentuk langsing, seperti torpedo
dan memiliki sirip bercabang. Namun, ikan bandeng yang dibudidaya di tambak
hanya dapat dicapai ukuran panjang tubuh maksimal 0,50 m. Klasifikasi ikan
bandeng menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animali
Pilum : Chordata
Subpilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Gonorynchiformes
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos

2.2 Morfologi Ikan Bandeng


Ikan bandeng mempunyai ciri-ciri morfologi badan memanjang, agak pipih
(Gambar 1). Ikan ini memiliki mata diselaputi lender, mempunyai sisik besar pada
sirip dada dan sirip perut, sirip ekor panjang dan bercagak, sisik kecil dengan tipe
cycloid, tidak bergigi, sirip dubur jauh di belakang sirip punggung. Selain itu, ikan
bandeng ini memiliki kepala depan yang mendekati mulut dan sedikit meruncing
(Saanin 1984).

Gambar 1. Ikan Bandeng


Sumber : id.wikipedia.org

3
4

Ikan bandeng memiliki warna keputihan, abu-abu dan silver. Ikan bandeng
memiliki sisik kecil yang berdiameter 0,01 -0,005 bahkan lebih. Sisik tersebut memiliki
warna yang sama dan juga tidak mengkilap. Sirip badan ikan bandengan ini memiliki
beberapa lapisan seperti lilin, memiliki bentuk segitiga dan terletak di insang di bawah
perut.
Sirip bagian punggung ikan bandeng ini memiliki tulang yang tersusun 14
batang. Salah satunya sirip yang terletak di bagian atas punggung memiliki fungis
untuk mengontrol berenag ikan. Selain itu, sirip di bagian perut ikan bandengn ini
terdapat di dekat bagian anus, yang memiliki fungi untuk mengatur keseimbangan
berenang. Sedangkan sirip lainnya pada ikan bandeng ini terletak di bagian
belakang sangat besar, berwarna kehitaman atau kecoklatan dan juga runcing di
bagian ujung. Sirip ini berfungsi untuk mengemudi kecepatan berang pada ikan
bandeng.

2.3 Pakan Ikan


Setiap makhluk hidup, membutuhkan energi untuk mempertahankan
kelangasungan hidup dan kelestarian keturunannya. Sumber utama energi bagi
ikan berasal dari makanan sebab ikan tidak mampu memanfaatkan energi matahari
secara langsung sepeti dilakukan oleh tanaman. Energi pkan dapat dimanfaatkan
setelah pakan tersebut dirombak menjadi komponen yang lebih sederhana
(Afrianto dan Liviawaty 2005). Pakan tidak hanya berfungsi sebagai energi dan
pertumbuhan. Fungsi pakan lainnya yaitu sebagai berikut.
a. Pengobatan
b. Pembentukan warna tubuh
c. Peningkatan cita rasa

2.4 Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan


Pakan berpengaruh untuk proses pertumbuhan. Salah satu penelitian
mengenai pakan yaitu dilakukan oleh Spikadhara et al (2012). Spikadhara et al
(2012) melakukan penelitian dengan judul pengaruh pemberian pakan tambahan
(suplement feed) dari kombinasi tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) dan
5

tepung Spirulina platensis terhadap pertumbuhan dan retensi protein benih ikan
bandeng (Chanos chanos).
Metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan
tambahan (supplement feed) dari kombinasi tepung cacing tanah (L.rubellus) dan
tepung Spirulina platensis terhadap pertumbuhan dan retensi protein benih ikan
bandeng (C.chanos) adalah eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang digunakan
adalah :
1. Pemberian pelet 100%
2. Pemberian pelet + cacing tanah 100%
3. Pemberian pelet + S. platensis 100%
4. Pemberian pelet + supplement feed (tepung cacing tanah 25% + tepung S.
platensis 75%)
5. Pemberian pelet + supplement feed (tepung cacing tanah 50% + tepung S.
platensis 50%)
6. Pemberian pelet + suplement feed (tepung cacing tanah 75% + tepung S.
platensis 25 %).
Parameter utama yang diamati adalah pertumbuhan dan retensi protein.
Parameter penunjang yang diamati adalah kualitas air. Analisis data menggunakan
analisis of varian (ANOVA) dan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan
dilakukan uji Jarak Berganda Duncan.
Dari 6 perlakuan yang diberikan ada 3 hal yang diteliti yaitu laju
pertumbuhan harian (%), rata-rata pertumbuhan panjang mutlak ikan, dan retensi
protein rata-ratanya (%). Laju pertumbuhan harian (%) yang diamati selama 28
hari mendapatkan hasil bahwa perlakuan B (1,36%) dengan pemberian pakan
pelet dan supplement feed berupa cacing tanah mendapatkan hasil tertinggi
sebesar 1,36 % ± 0,24 SD, dan laju pertumbuhan paling rendah adalah pada
perlakuan D (0,67%) dengan pemberian pelet dengan supplement feed (tepung
cacing tanah 25% + tepung S. Plantensis (75%) sebesar 0,67 % ± 0,20 SD, berikut
tabel pengamatannya.
6

Gambar 2. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Bandeng

Hal kedua yang diamati adalah pertumbuhan panjang mutlak dari ikan
bandeng. Hasil pengamatan yang dilakukan selama 21 hari menyimpulkan bahwa
ikan dengan perlakuan E (1,02%) dengan pemberian pelet dan supplement feed
(kombinasi cacing tanah 50% dan S.platensis 50%) memiliki nilai pertambahan
panjang mutlak tertinggi , dan pertambahan panjang mutlak terendah pada
perlakuan A(0,62%) dengan pemberian pakan pelethal.
Bedasarkan pengamatan visual ikan bandeng kurang merespon terhadap
pakan pelet, hal tersebut beruhubungan karena presentase protein pada pelet lebih
sedikit dibandingkan dengan perlakuan yang lain, sehingga protein tidak dapat
dimanfaatkan secara maksimal yang menyebabkan pertumbuhan panjang mutlak
relatif rendah, hal ini juga didukung oleh Buwono (2000) yang menyatakan bahwa
retensi protein merupakan banyaknya protein yang diberikan dan dapat diserap
serta dapat dimanfaatkan tubuh ikan untuk menyusun ataupun memperbaiki sel-
sel tubuh yang rusak serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi metabolisme sehari hari.
Berikut tabel hasil pengamatannta.
7

Gambar 3. Retensi Protein Rata-rata Ikan Bandeng

Hal ketiga yang diamati adalah retensi protein rata-rata (%) pada ikan
bandeng yang dilakukan penelitiannya selama 21 hari. Hasil penelitian
membuktikan bahwa perlakuan pemberian protein lebih banyak tidak akan
memberikan hasil retensi protein yang lebih tinggi, dan juga sebaliknya perlakuan
pemberian protein lebih sedikitpun tidak akan memberikan retensi protein yang
lebih tinggi. Pengamatan ini menghasilkan bahwa perlakuan dengan kadar protein
sebanyak 49,00 % yaitu pada perlakuan B dengan pemberian pelet dan supplement
feed (cacing tanah 100%) memberikan nila retensi protein paling tinggi yaitu
sebesar 68,66%.
Kekurangan atau kelebihan protein pakan yang diberikan tidak semuanya
digunakan dalam sintesis protein akan tetapi kelebihan kadar protein ini
dikatabolisme yang akhirnya diekskresikan menjadi amonia.. Ming (1985),
Beamish dan Thomas (1984) menyatakan bahwa laju ekskresi ammonia
meningkat dengan cepat sebagai respon terhadap penambahan protein pakan.
Kualitas air pada penelitian ini untuk nilai ammonia masih memenuhi
𝑚𝑔
persyaratan dikarenakan selama penelitian berada pada angka 0 ⁄𝑙 , karena
menurut Ahmad dkk (1999) nilai maksimal ammonia adalah 0,1 𝑚𝑔⁄𝑙. Suhu selama
penelitan berkisar antara 26-29℃ yang dikategorikan masih layak dikarenakan
menurut Ahmad dkk (1999) suhu optimum berkisar 26-32℃. Hasil pengukuran
pH selama penelitian berkisar 7-8 yang dianggap masih memenuhi persyaratan
karena Nilai pH untuk pemeliharaan ikan bandeng adalah 7-8,5 (Ahmad dkk,
1999). Oksigen terlarut selama penelitian berada dalam kisaran 5-8 mg/l yang
8

dinilai masih layak dikarenakan menurut SNI : 01- 6150 – 1999 oksigen minimal
yang dibutuhkan sebesar ≥ 5 mg/l. Salinitas media yang digunakan selama
penelitian 18 ppt yang masih memenuhi persyaratan karena menurut SNI : 01-
6150 – 1999 salinitas optimal untuk budidaya bandeng sekitar 5-35 ppt.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk menggunakan supplement feed
berupa tepung cacing tanah 100% untuk menghasilkan laju pertumbuhan dan
retensi protein yang tinggi pada ikan bandeng (C.chanos).
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pemberian pakan tambahan
(supplement feed) dari kombinasi tepung cacing tanah (L.rubellus) dan tepung
S.platensis dengan persentase yang berbeda terhadap pertumbuhan dan retensi
protein pada ikan bandeng (C.chanos), dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian pakan tambahan (supplement feed) dari kombinasi tepung cacing
tanah (L.rubellus) dan tepung S.platensis yang memberikan pengaruh yang
nyata terhadap laju pertumbuhan ikan bandeng (C.chanos). Laju
pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan B (pemberian supplement
feed berupa tepung cacing tanah 100%) dengan nilai 1,36%.
2. Pemberian pakan tambahan (supplement feed) dari kombinasi tepung cacing
tanah (L.rubellus) dan tepung S.platensis yang memberikan pengaruh yang
nyata terhadap retensi protein ikan bandeng (C.chanos). Rtensi protein
tetinggi terdapat pada perlakuan B (pemberian supplement feed berupa
tepung cacing tanah 100%) dengan nilai 68,66%.

9
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Liviawaty 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.


Murtidjo. 2002. Budidaya dan Pembenihan Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.
Spikadhara E Dwi, Sri Subekti dan Moch. Amin Alamsjah. 2012. Pengaruh
pemberian pakan tambahan (Suplement feed) dari kombinasi tepung cacing
tanah (Lumbricus rubellus) dan tepung spirulina platensis terhadap
pertumbuhan dan retensi protein benih ikan bandeng (Chanos chanos).
Journal of Marine and Coastal Science.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta, Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai