Oleh :
NURRAODATUL AINI
1710306042
Menyetujui
Pembimbing Lahan
Amriansyah Syetiawinanda.M.Or
i
KATA PENGANTAR
Penyusunan tugas ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan, bimbingan, arahan
dan kerja sama dari semua pihak.Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1. Amriansyah Syetiawinanada, M.Or selaku pembimbing dari Sport Injury Life
Sritex Surakarta, yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan
dalam menyusun tugas ini.
2. Warih Anjari Dyah k.Sst.Ft.,M.Or selaku pembimbing dari Sport Injury Life
Sritex Arena Surakarta, yang telah memberikan masukan, arah dan bimbingan
dalam menyusun tugas ini.
3. Mufa Wibowo, M.kes selaku pembimbingkampus dari Profesi Fisioterapi
Falkutas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
4. Para Fisioterapis Sport Injury Life Sritex Surakarta, Fajar, Novisa, fifit, Dimas
.
5. Temen-teman sejawat Profesi Fisioterapi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk lebih
menyempurnakan penyusunan tugas ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….... i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………...... ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..... iv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………... 2
1.3 Manfaat Masalah……………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………...... 3
2.1 Definisi Tendinitis Supraspinatus…………………………………….. 3
2.2 Mekanisme terjadinya Tendinitis Supraspinatus……………………… 4
2.3 Anatomi dan Biomekanika……………………………………………. 4
a. Persendian…………………………………………………………… 4
b. Otot………………………………………………………………….. 7
2.4 Etiologi Tendinitis Supraspinatus…………………………………….. 12
2.5 Patologi Tendinitis Supraspinatus…………………………………….. 12
2.6 Patofisiologi Tendinitis Supraspinatus………………………………... 13
2.7 Tanda dan Gejala……………………………………………………… 13
2.8 Diagnosa Banding……………………………………………………... 13
2.9 Penatalaksanaan Fisioterapi…………………………………………… 14
BAB III Status Klinis…………………………………………………………..... 17
3.1 Identitas Pasien………………………………………………………... 17
BAB IV Kesimpulan dan Saran………………………………………………..... 23
4.1 simpulan……………………………………………………………….. 23
4.2 Saran…………………………………………………………………... 23
Daftar Pustaka………………………………………………………………….... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti saat ini, setiap orang dituntut untuk dapat
bersaing dan memiliki produktivitas kerja yang tinggi guna bersaing untuk
tercapainya kehidupan yang layak seperti yang dicita-citakan setiap individu.
Faktor kesehatan fisik merupakan salah satu modal utama dalam upaya
pencapaian tujuan tersebut. Seseorang yang keadaan kesehatan fisiknya
terganggu, tentunya akan mengakibatkan gangguan pula terhadap
produktivitas kerjanya. Seperti seseorang yang mengalami nyeri pada
persendian bahu misalnya, dalam melakukan aktivitas kerja dan kegiatan
sehari-hari pastinya orang tersebut akan lebih sering merasakan kesakitan
ketika bahunya digerakan. Hal ini dikarenakan sendi bahu merupakan salah
satu persendian yang paling sering digunakan manusia untuk melakukan
aktivitas sehari-hari termasuk ketika melakukan sebuah pekerjaan.
Sindroma nyeri bahu hampir selalu ditandai adanya rasa nyeri pada
bahu saat melakukan aktivitas gerakan yang melibatkan sendi bahu sehingga
yang bersangkutan ketakutan menggerakan sendi bahu. Keadaan seperti ini
bila dibiarkan dalam waktu yang relatif lama menjadikan bahu menjadi kaku.
nyeri bahu dengan penyebab gerak dan fungsi yang paling sering terjadi adalah
disebabkan oleh tendinitis supraspinatus (Kuntono 2008).
Sendi bahu merupakan sendi yang komplek terdiri dari beberapa sendi
antara lain yaitu : (1) sendi glenohumeral, (2) sendi acromioclavicular, (3)
sendi sternoclavicularis, (4) sendi scapulothoracalis, dimana gerakannya saling
ketergantungan satu dengan yang lainnya (Wibowo,2009).
Tendon ini sering mengalami cedera olahraga dimana lengan harus
digerakkan melampaui kepala secara berulang, bisa menyebabkan puncak dari
tulang lengan bergesekan dengan sebagian sendi bahu dan tendon sehingga
menyobek serat-seratnya. Tendinitis Supraspinatus adalah penyebab tersering
keluhan nyeri bahu (Hasibuan, 2007).
1
Umumnya tendinitis supraspinatus disebabkan oleh suatu trauma yang
berulang, meskipun itu berupa trauma ringan namun terjadi dalam waktu yang
relatif lama. Selain itu proses degenerasi akan mempercepat terjadinya injuri
pada tendon supraspinatus.
Permasalahan yang terjadi pada pasien sebelum dilakukan program
fisioterapi adalah adanya nyeri, spasme, penurunan kekuatan otot, menurunnya
LGS (Lingkup Gerak Sendi), dan penurunan aktivitas fungsional. Sebelumnya
pasien menjalani pemeriksaan fisioterapi diantaranya pemeriksaan nyeri
dengan VAS (Visual Analogue Scale), spasme dengan palpasi, kekuatan otot
dengan MMT, LGS dengan goniometer, dan kemempuan fungsional dengan
SPADI (Shoulder Pain and Disability Indeks).
A. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh ultrasound terhadap penurunan nyeri pada
tendinitis supraspinatus ?
2. Apakah ada pengaruh pemberian kompres es terhadap penurunan
tendinitis supraspinatus ?
3. Apakah ada pengaruh terapi latihan terhadap tendinitis supraspinatus
?
B. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui manfaat ultrasound terhadap penurunan nyeri pada
tendinitis supraspinatus
2. Untuk mengetahui manfaat pemberian kompres es terhadap penurunan
tendinitis supraspinatus
3. Untuk mengetahui manfaat terapi latihan terhadap tendinitis
supraspinatus
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian
1. Definisi tendinitis supraspinatus pada pemain basket
Permainan bola basket adalah suatu permainan yang dimainkan
oleh dua regu. Setiap regu terdiri atas lima orang pemain. Adapun
permainan ini bertujuan untuk mencetak angka sebanyak-banyaknya
dengan cara memasukkan bola ke basket lawan dan mencegah lawan untuk
mendapatkan nilai.
Permainan bola basket dimainkan di lapangan berbentuk persegi
panjang yang dilengkapi dengan ring pada kedua sisi lebar lapangan
Ukuran lapangan permainan bola basket yang standard adalah 28 m X 15
m, memiliki daerah lemparan hukuman yang berjarak 5,80 m dari sisi lebar
lapangan, dan diameter lingkaran tengah, serta lingkaran tembakan
hukuman 3,60 m. Tinggi papan pantul 2,90 m, sedangkan ring 3,05 m (0,15
m dari tinggi papan pantul). Diameter ring basket adalah 45 cm, (Sunarsih,
dkk, 2010:6). Permainan bola basket memiliki teknik dasar permainan,
yakni: (1) passing and catching (melempar bola dan menangkap bola), (2)
Dribbling (menggiring bola), (3) Shooting (menembakkan bola ke dalam
keranjang), (4) Pivot (bertumpu pada satu kaki).( Mirdayani,2012 )
Tendinitis adalah kondisi peradangan pada tendon. Tendonopati
adalah istilah generik yang digunakan untuk menggambarkan kondisi
klinis umum yang mempengaruhi tendon, yang menyebabkan nyeri,
bengkak, atau penurunan kemampuan tendon. Tempat yang paling sering
mengalami tendinitis adalah sebagai berikut; Tendon Supraspinatus,
Tendon bisipital, dan Tendon Achilles (Helmi, 2012).
Peradangan pada tendon supraspinatus akibat gesekan tendon
terhadap tulang bahu (yang dibentuk oleh caput humeri dengan bungkus
kapsul sendi glenohumeral sebagai alasnya, dan akromion serta
ligamentum coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya)
3
secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama, terutama dalam
pekejaan overhead : berenang, melukis, tennis, basket.
Pada kondisi Tendinitis supraspinatus gangguan fisik yang
dirasakan berupa nyeri pada bahu, terlebih ketika bahu digerakan ke atas
dan kesamping sedangkan gangguan fungsional yang dialami yaitu
dikarenakan adanya rasa nyeri sehingga penderitanya merasa tidak nyaman
ketika menggunakan bahunya untuk aktivitas, sehingga aktivitas
fungsionalnya terganggu.
2. Mekanisme terjadinya tendinitis supraspinatus
Tendinitis supraspinatus disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
intrinsic berupa osteofit pada acromion, calcific deposit pada area
subacromial dan faktor eksrtinsic berupa pembebanan yang berlebihan
pada subacromial, pembebanan yang berlebihan pada otot-otot rotator cuff
dan ketidakseimbangan pembagian beban kerja otot karena nyeri bahu
muncul pada saat melakukan aktifitas gerakan yang melibatkan sendi bahu,
maka menimbulkan ketakutan untuk menggerakkan sendi pada
bahu,dengan keadaan seperti ini apabila dibiarkan dalam jangka waktu
yang relatif lama akan menjadikan bahu kaku sehingga nyeri bahu akan
berdampak pada penurunan produktivitas kerja.(Kuntono 2008).
4
arthrokinematicnya berupa spin. Gerak fisiologi abduksi dalam
bidang frontal dengan ROM 900 dan elastic harder end feel,gerak
arthrokinematicnya berupa caudal translasi. Gerak fisiologi internal
rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 1000 dan elastic end
feel, gerak arthrokinematicnya berupa dorsal translasi. Gerak
fisiologi eksternal rotasi dalam bidang transversal dengan ROM
800 dan elastic end feel, gerak arthrokinematicnya berupa ventral
translasi. Gerak fisiologi horizontal abduksi dan adduksi dalam
bidang transversal ROM 1100 dan 300 dengan elastic end feel, gerak
arthrokinematicnya berupa ventral translasi dan dorsal translasi.
Seluruh komponen diatas memiliki gerak arthrokinematic
traksi dengan arah lateral sedikit serong ventrocranial.Capsular
pattern adalah keterbatasan gerak sendi sebagai pemendekan
seluruh capsule ligamen, dengan pola ROM eksternal rotasi <
abduksi < internal rotasi.
2. Suprahumeral (joint)
Bukan merupakan sendi sebenarnya tetapi merupakan celah
antara acromion pada bagian atas dan head of humerus bagian
bawah. Terdapat bursa subdeltoidea dan rotator cuff muscle yang
terdiri dari m. Subscapular, m. Supraspinatus, m. Infraspinatus dan
tendon biceps caput longum.
Pada saat abduksi-elevasi terjadi benturan anatara head of
humerus dengan acromion, kemudian diantisipasi dengan eksternal
rotasi humerus dan atau scapular abduksi.
3. Acromioclavicular joint.
5
Demikian pula saat protaksi terjadi translasi acromion ke
ventral dan saat retraksi terjadi translasi acromion ke dorsal.Gerak
arthrokinematic traksi selalu kearah lateral searah acromion ditarik.
4. Sternoclavicular Joint
5. Scapulothoracal (joint)
Bukan merupakan sendi sebenarnya, tetapi merupakan
pertemuan antara scapula dengan dinding thorak yang dibatasi oleh
scapular dengan otot serratus anterior dan dipertahankan oleh otot
middle dan lower trapezius dan rhomboideus major-minor.
Otot serratus anterior dan levator scapula serta bersama AC
joint merupakan tempat bertumpunya ekstremitas atas terhadap
tubuh
Gerakan yang terjadi apada scapulothoracal adalah elevasi-
depresi sesuai dengan translasinya dan abdusi-adduksi sesuai
dengan translasinya. Gerak arthrokinematic traksinya adalah gerak
scapula menjayh terhadap dinding thorak
6. Intervertebral Joint
Sendi intervertebral yang ikut terlibat dalam cervikal bawah
(C6-7-Th1) dan thoracal atas (Th1-2-3-4) dimana saat gerak bahu
fleksi atau abduksi penuh terjadi rotasi kearah ipsilateral dal lateral
fleksi jug kontralateral.
6
Costa 1 – 2 -3 secara bertahap mengikuti gerak lengan
seperti pada intervertebral joint dengan winging dan rotasi.
(Wibowo, 2009).
b. Otot
Terdapat 15 buah otot yang menggerakkan sendi bahu yaitu :
(1) penggerak sendi glenohumeral antara lain m. deltoideus, m.
supraspinatus, m. infraspinatus, m. subscapularis, m. teres minor, m.
latisimus dorsi, m. teres mayor, m. coracobracialis dan pectoralis
mayor, m. trapezius, m. seratus anterior, m. rhomboideus mayor, m.
rhomboideus minor, m. Levatir scapula dan m. pectoralis mayor.
7
sendi, menegangkan capsula articularis dan abduksi lengan dipersarafi
oleh n. Suprascapularis C4-C6.
8
M. latisimus dorsi merupakan otot yang paling lebar yang
berorigo pada processus spinosus sacrum, lumbal dan thorakal bawah
(dibawah thorakal 6) dan pada ligamen supraspinal melalui fascia
thoracolumbalis, crista iliaca dan bagian bawah costae ke 3 atau 4 dan
berinsertio disulcus intertubercularis humeri. Persarafan oleh n.
Thoracodorsalis C6-C8.
9
Ditinjau dari aspek gerak maka sendi bahu dapat dibagi menjadi dua,
yaitu gerak secara osteokinematika dan arthrokinmeatika.
a. Gerakan osteokinematika
Gerakan fleksiYaitu gerakan lengan ke depan, ke arah atas
mendekati kepala, bergerak pada bidang sagital dan axisnya
melalui pusat caput humeri dan tegak lurus bidangsagital. Otot
penggerak utamanya adalah otot deltoid anterior dan
ototsupraspinatus dari 0 ± 90 derajat, sedangkan untuk 90 ± 180
derajat di bantu olehotot pectoralis mayor, otot coracobrachialis,
dan otot bicep brachii.
b. Gerakan ekstensi
Yaitu gerakan lengan ke belakang yang menjauhi dari posisi
anatomis, bergerak pada bidang sagital. Otot penggerak utamanya
adalah latissimus dorsi dan terasmayor. Sedankan pada gerakan
hiper ekstensi teres mayor tidak berfungsi lagi,hanya sampai 90
derajat dan digantikan fungsinya oleh deltoid posterior.
c. Gerakan abduksi
Yaitu gerakan pada bidang frontal dengan axisnya
horisontal. Otot penggerak utamanya adalah otot deltoid midle dan
supraspinatur. Abduksi sendi bahumeliputi tiga fase, yaitu: abduksi
0o ± 90o akan diikuti gerakan eksternal rotasi.Otot-otot yang
berkerja pada fase ini adalah deltoid, seratus anterior, dan
trapeziusascenden desenden. Gerakan ini dihambat oleh adanya
tahanan peregangan darilatisimus dorsi dan pektoralis mayor.
Abduksi 120o ± 180o melibatkan ototdeltoid, trapezius dan
erector spine. Gerakan ini dikombinasikan abduksi, fleksidan
vertebra.
d. Gerakan adduksi
Yaitu suatu gerakan yang merupakan kebalikan dari
gerakan abduksi. Otot penggerak utamanya adalah pectoralis
mayor dibantu oleh otot latisimus dorsi,teres mayor serta otot sub
scapulari. Luas gerak sendinya pada bidang frontal.
10
e. Gerakan abduksi horizontal
Yaitu gerakan lengan yang mendekati tubuh dalam posisi
abduksi lengan 90o dan mencapai jarak gerak sendi 45o yang
dimulai posisi anatomis.
f. Gerakan adduksi horizontal
Yaitu gerakan lengan yang menjauhi tubuh dalam posisi abduksi
lengan 90o dan mencapai jarak gerak sendi 145o yang dimulai
posisi anatomis.
g. Gerakan eksorotasi
Yaitu gerakan sepanjang axis longitudinal yang melalui caput
humeri. Gerakan inidilakukan oleh otot infraspinatus, teres mayor
dan deltoid posterior.
h. Gerakan endorotasi
Yaitu suatu gerakan yang merupakan kebalikan dari gerakan
eksorotasi. Gerakanini dilakukan oleh otot sub scapularis,
pectoralis mayor, latisimus dorsi dan teresmayor
i. Gerakan sirkumduksi
Yaitu gerakan yang merupakan kombinasi dari semua gerakan di
atas.
j. Gerakan arthrokinematika
11
3) Pada gerakan eksorotasi caput humeris roll searah gerak
eksorotasi dan slide ventralagak medial.
C. Etiologi.
D. Patologi
Patologi Tendinitis supraspinatus disebabkan oleh tendon otot
supraspinatus yang saling bertumpang tindih dengan tendon dari kaput longus
biseps. Adanya gesekan dan penekanan yang berulang-ulang serta jangka
waktu yang lama oleh tendon biseps ini akan mengakibatkan kerusakan tendon
otot supraspinatus dan berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus (Hasibuan,
2007).
Penyebab tendinitis supraspinatus berupa cidera langsung yang
mengenai bahu ataupun juga karena cidera atau trauma yang disebabkan
oleh kerja m. supraspinatus yang berlebihan.
Tendon otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberkulum majus
humeri, akan melewati terowongan pada daerah bahu yang dibentuk oleh kaput
humeri (dengan bungkus kapsul sendi glenohumerale) sebagai alasnya, dan
akromion serta ligamentum coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya.
Disini tendon tersebut akan saling bertumpang tindih dengan tendon
dari kaput longus biseps. Adanya gesekan dan penekanan yang berulang-ulang
serta dalam jangka waktu yang lama oleh tendon biseps ini akan
mengakibatkan kerusakan tendon otot supraspinatus dan berlanjut sebagai
tendinitis supraspinatus.( Astriyana 2014 )
E. Patofisiologi
12
Tendinitis supraspinatus disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
intrinsic berupa osteofit pada acromion, calcific deposit pada area subacromial
dan faktor eksrtinsic berupa pembebanan yang berlebihan pada subacromial,
pembebanan yang berlebihan pada otot-otot rotator cuff dan
ketidakseimbangan pembagian beban kerja otot. karena nyeri bahu muncul
pada saat melakukan aktifitas gerakan yang melibatkan sendi bahu, maka
menimbulkan ketakutan untuk menggerakkan sendi pada bahu,dengan
keadaan seperti ini apabila dibiarkan dalam jangka waktu yang relatif lama
akan menjadikan bahu kaku sehingga nyeri bahu akan berdampak pada
penurunan produktivitas kerja. (yunida,2015).
G. Diagnose banding
1. Tendinitis bicipitalis adalah tendon otot biceps yang mengalami
kerusakan secara tersendiri karena adanya trauma akibat jatuh dengan
lengan posisi adduksi serta lengan bawah supinasi (Kuntono, 2004).
2. Bursitis subacromialis adalah peradangan pada bursa karena degenerasi
rotator cuff (Kuntono, 2008).
3. Ruptur rotator cuff adalah otot rotator cuff robek karena trauma hebat
akibat kecelakaan dan langsung merasakan nyeri pada daerah
persendian bahu bagian atas (Kuntono, 2008).
4. Capsulitis adhesiva adalah keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral
yang nyata baik aktif dan pasif. Penyebab karena tendinitis,
immobilisasi dan trauma (Kuntono, 2008).
H. Pentalaksanaan Fisioterapi
13
1. Pemberian US
Ultrasound adalah suatu alat yang mengeluarkan gelombang
suara frekuensi tinggi yang menimbulkan vibrasi sehingga
menghasilkan efek fisiologis thermal dan non thermal Ultrasound
secara umum diberikan untuk mengurangi nyeri, melancarkan
peredaran darah dan meningkatkan elastisitas jaringan ikat, yang
diantaranya adalah kapsul sendi.
Terapi Ultrasound merupakan jenis thermotherapy (terapi
panas) yang dapat mengurangi nyeri akut maupun kronis. Terapi ini
menggunakan arus listrik yang dialirkan lewat tranduser yang
mengandung kristal kuarsa yang dapat mengembang dan kontraksi
serta memproduksi gelombang suara yang dapat ditransmisikan pada
kulit serta kedalam tubuh
Terapi ultrasound dilakukan pada rentang frekuensi 0,8 sampai
dengan 3 MHz atau 800 sampai dengan 3,000 khz. Frekuensi yang lebih
rendah dapat menimbulkan penetrasi yang lebih dalam sampai dengan
5 cm. Frekuensi yang umumnya dipakai adalah 1000 khz memiliki
sasaran pemanasan pada kedalaman 3 sampai 5 cm dibawah kulit.(
Pretince,2005).
Pada frekuensi yang lebih tinggi misalkan 3000 khz energi
diserap pada kedalaman yang lebih dangkal yaitu sekitar 1 sampai 2
cm. Gelombang suara dapat mengakibtkan molekul-molekul pada
jaringan bergetar sehingga menimbulkan energi mekanis dan panas
(Arofah, 2010).
Pengaruh Ultrasound untuk menurunkan nyeri menyebutkan
efek thermal ultrasound (US) menyebabkan terjadinya pengurangan
nyeri. Adanya stimulus thermal merangsang serabut saraf offeren
berdiameter besar yang akan memberikan efek analgesic melalui
mekanisme gate control (Biasa disebut dengan peran counter-
irritation).
Mekanisme gate control terjadi karena terangsangnya serabut
saraf offeren berdiameter besar akan mengaktifkan substansia
gelatinosa. Apabila substansia gelatinosa aktif, gerbang menutup
sehingga rangsang nyeri terhenti atau tidak diteruskan ke pusat.Terapi
14
Ultrasound merupakan jenis thermotherapy (terapi panas) yang dapat
mengurangi nyeri akut maupun kronis. (Arofah, 2010).
Pemberian US (Ultra Sound) diharapkan efek micromassage
dan heating dapat mengurangi nyeri, dimana panas yang dihasilkan
dapat membantu vasodilatasi pembuluh darah dan menghasilkan
peningkatan sirkulasi darah ke daerah tersebut sehingga zat-zat iritan
penyebab nyeri dapat terangkat dengan baik dan masuk kedalam aliran
darah sehingga nyeri akan berkurang. (Arofah, 2010).
US dilakukan di otot supraspinatus
2. Kompres es
Tujuan dari pemberian suhu dingin secara lokal akan menekan
aktivitas metabolik jaringan-jaringan sekitar area yang cedera, dengan
begitu rangsangan yang dapat merusak jaringan (rangsangan timbul
pasca terjadinya cedera) akan berkurang. Suhu dingin pada kompres
dingin ini menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah,
sehingga mengurangi aliran darah penyebab bengkak, iritasi lokal,
sampainya zat kimiawi penyebab nyeri, dan mengurangi
pembengkakan. Di samping itu, kompres dingin juga dapat mengurangi
nyeri karena menyebabkan penghantaran saraf berkurang. Kompres
dingin diyakini paling efektif dan bermanfaat bila diberikan secepatnya
setelah kejadian cedera berlangsung.
Durasi : 15 menit
3. Aktif exercise
Aktif exercise adalah gerak aktif dimana pasien diminta untuk
menggerakkan secara aktif bahunya kearah fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi, endorotasi, eksorotasi, elevasi, depresi, protraksi, retraksi dan
sirkumduksi.
4. Pasif exercise
Pasif exercise adalah gerakan pada sendi bahu yang dilakukan
oleh fisioterapis kearah fleksi, ekstensi, eksorotasi, endorotasi,
sementara pasien dalam keadaan pasif dan rileks abduksi dan adduksi
horizontal
5. Isometric melawan tahanan
15
Isometric yang dilakukan aktif oleh pasien sementara terapis
memberikan tahanan dan dilakukan untuk setiap bidang gerak.
6. Massage dengan tehnik transverse friction
Massage dengan metode friction tujuannya diberi massage ini
untuk mengurangi nyeri , merelaksasikan otot.
Pemberian deep transverse friction di harapkan
dapatmempercepat berakhirnya gangguan saraf perifer melalui efek
anestesi yang didapatkan dari teknik ini termasuk alodynia yang terjadi
pada tendinitis supraspinatus.
Dengan adanya vasodilatasi akibat aplikasi transverse friction
maka akan meningkatkan aliran darah ke area tendon supraspinatus
yang mengalami kerusakan sehingga membersihkan area ini dari iritan
kimia yang dihasilkan dari proses radang dan vasodilatasi juga akan
meningkatkan transportasi endogenous opiate sehingga proses ini akan
menghasilkan penurunan nyeri. Dengan aplikasi transverse friction ,
akan membantu menyesuaikan serabut kolagen ke arah linear dan akan
membebaskan serabut afferent Aδ dan C yang terjebak akibat tekanan
jaringan fibrous sehingga nyeri berkurang. (Arofah, 2010).
BAB III
16
STATUS KLINIS
I. Identitas pasien
No. Reg :
Nama : Tn. yulianto
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat :-
Pekerjaan : Atlet Basket
Diagnosa Medis : Tendinitis Supraspinatus
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih 1,5 bulan yang lalu saat latihan pasien mengangkat
medicine ball 4 kg, bahu sebelah kanan terasa sakit kemudian pasien dating ke
fisioterapi untuk di lakukan pemeriksaan
• Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada riwayat penyakit dahulu
Vital Sign
TD = 90/70
RR = 20x/menit
HR = 80x/menit
TB = 168 cm
BB = 72 kg
II. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Stastis :
Pasien datang dengan menggunakan kruk, tidak ada bengkak
Dinamis :
palpasi
tidak ada bengkak
17
tidak ada perbedaan suhu antara bahu kanan dan kiri
MMT : 4
Impairment
Adanya nyeri tekan pada otot supraspinatus
Adanya spasme pada upper trapezius
Penurunan kekuatan otot
Penurunan ruang lingkup gerak sendi
Functional Limitation
Pasien terganggu pada saat bermain basket
Untuk shooting bola basket
Participation restriction
Pasien belum mampu bermain basket lagi
Pasien tidak mampu latihan secara maksimal
V. Rencana Tindakan Fisioterapi
Jangka pendek :
Mengurangi nyeri
Mengurangi spasme
Mengurangi kekuatan otot
Meningkatkan LGS
Tujuan jangka panjang :
Meningkatkan fungsional ADL
18
Mempersiapkan kembali bermain basket lagi
VI. Intervensi Fisioterapi
19
F : 2x sehari
I : Sebelum dan
sesudah latihan
T : 15 menit
Aktif 3 set 10 repatisi 1. Posisi terapis :
samping pasien
2. Posisi pasien :
duduk di bad
3. Pelaksanaan :
intruksikan
kepada pasien
untuk
menggerakan
tangannya
kesegala arah
4. Durasi : 3 set 10
repatisi
Pasif 2 set 10 repatisi 1. Posisi terapis :
samping pasien
2. Posisi pasien :
duduk di bad
3. Pelaksanaan :
intruksikan terapis
menggerakan
tangan pasien ke
segala arah
4. Durasi : 3 set 10
repatisi
Isometric 3 set 10 repatisi 1. Posisi pasien :
berada disamping
pasien
2. Posisi pasien :
duduk di bad
20
3. Pelaksanaan :
intruksikan
kepada pasien
untuk
menggerakan
tangannya
sementara terapis
memberikan
tahanan untuk
setiap bidang
4. Durasi : 3 set 10
repatisi
Massage friction 3 set 10 repatisi Persiapan alat : siapkan
baby oil , bebaskan dari
pakaian
Pelaksanaan : terapis
memberikan baby oil
kemudian massage
dengan tehnik friction
Dosis :
I : 3 set 10 repatisi
T : Sampai permukaan
kulit terasa hangat
UNDERLYING PROCCES
21
Overhead Traumatic Degenasi
Tendinitis supraspinatus
Anatomi
Kesulitan untuk ADL
Sirkulasi bermain basket
Pain Odema
Scapula
thoracal Vasodilatasi
Stretched
pain muscle
weakness
Sport treatment
Muscle imbalance
Nyeri
hypormobility
Nyeri Spasme Lgs
Mmt
Back to sport
22
BAB IV
B. Saran
Berikut saran yang dapat dipergunakan agar dapat mencegah
terjadinya cedera pada saat melakukan aktivitas olahraga, khususnya atlet
basket
1. Sebelum melakukan olahraga harus pemanasan terlebih dahulu
2. Sebelum memulai latihan kompres es terlebih dahulu
3. Jangan melakukan/memasakan latihan melebihan kemampuan
4. Melakukan latihan dan istirahat yang cukup.
5. Sesudah latihan kompres es kembali
23
Daftar Pustaka
24