“DIABETES MELITUS”
Oleh :
Widiyawati, S. Kep
( ) ( )
1
KONSEP DASAR DIABETES MELLITUS
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskular, dan makrovaskular, dan neuropati. (Yuliana,
2009)
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
2
2. Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari
pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 – 3 % dari
berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar
masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil
adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m, terbanyak adalah yang
besarnya 100 – 225 m. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas
diperkirakan antara 1 – 2 juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu:
a. Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi glikagon
yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti
insulin like activity “.
b. Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.
c. Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat somatostatin.
Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan
sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak
berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada
penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang
normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin
sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin
manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama,
yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan
( perangkai ), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino
dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4 – 7
dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus
berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam
butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi
insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila
kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin
3
meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin
akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak,
dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-
beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan
transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot,
fibroblas dan sel lemak.
C. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
D. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans
dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
4
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
E. Patofisiologi
1. Patofisiologi Diabetes Melitus tipe I (IDDM)
Pada DM tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
Insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi karena akibat produksi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi dan
melampaui batas ambang ginjal (Normal 180-200 mg/dl) sehingga ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar:
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria)
Ketika glukosa yang berlebihan disekskresikan kedalam urin,
ekskresi ini disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan,
keadaan ini dinamakan Diuresis osmotik yang merupakan efek osmotik dari
glukosa dalam tubulus ginjal yang sangat mengurangi reabsorbsi cairan
tubulus. Sebagai akibat kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuri).
Adanya gangguan metabolisme lemak dan protein akan
menyebabkan penurunan berat badan, sehingga pasien dapat mengalami
peningkatan nafsu makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan
Pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak badan
keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak badan keton
merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam-basa tubuh bila
5
jumlahnya berlebihan. Sehingga dapat menyebabkan timbulnya ketoasidosis
Diabetik.
F. WOC
Terlampir
6
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan
sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke
dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang
luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus
tersebut diatas, mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes
melitus akan terjadi keluhan khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia),
tetapi berat badan menurun, sering buang air kecil (poliuria), haus dan
banyak minum (polidipsia). Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat
bervariasi, dari tanpa keluhan sama sekali, sampai keluhan khas diabetes
melitusseperti tersebut diatas. Penyandang diabetes melitus sering pula
datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat
komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada
kulit dan daerah khusus, serta ada pula yang datang akibat luka yang
lama sembuh tidak sembuh.
7
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler < 100 100-200 >200
Kadar glukosa darah puasa <80 80-200 >200
- Plasma vena
- Darah kapiler
<110 110-120 >126
<90 90-110 >110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl
Pada hasil laboratorium didapatkan
8
a. Glukosa darah : meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
b. Aseton plasma : Positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat
e. Elektrolit :
f. Natrium : mungkin normal meningkat/menurun
g. Kalium : Normal, peningkatan semu selanjutnya akan menurun
h. Fosfor : lebih sering menurun
i. ureum/ kreatinin : mungkin meningkat/normal
j. Insulin darah : mungkin menurun
k. Urine : gula dan aseton positif
l. Kultur dan sensivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih
H. KOMPLIKASI
Lama-lama peningkatan kadar gula darah bisa merusak pembuluh darah,
saraf dan struktur internal lainnya. Terbentuk zat kompleks yang terdiri dari
gula di dalam dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menebal
dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan
berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf.
Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan
kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya
aterosklerosis (penimbunan plak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis
ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes. Sirkulasi yang jelek
melalui pembuluh darah besar dan kecil bisa melukai jantung, otak, tungkai,
mata, ginjal, saraf dan kulit dan memperlambat penyembuhan luka.
Karena hal tersebut diatas, maka penderita diabetes bisa mengalami
berbagai komplikasi jangka panjang yang serius. yang lebih sering terjadi
adalah serangan jantung dan stroke. Kerusakan pembuluh darah mata bisa
menyebabkan gangguan penglihatan (retinopatidiabetikum. Kelainan fungsi
ginjal menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani dialisa.
9
Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika
satu saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka sebuah lengan
atau tungkai biasa secara tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke
tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum),
maka pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau nyeri seperti
terbakar dan kelemahan. Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih
sering mengalami cedera karena penderita tidak dapat meradakan perubahan
tekanan maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa
menyebabkan ulkus (borok) dan semua penyembuhan luka berjalan lambat.
Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan mengalami infeksi serta masa
penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus diamputasi.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah,
ditunda atau diperlambat dengan mengontrol kadar gula darah.
10
2. Komplikasi vaskular jangka panjang
- Retinopai diabetik
Berupa mikroaneurisma ( pelebaran sakular yang kecil ) dari arteriola
retina sehingga terjadi perdarahan, neovaskularisasi dan jaringan parut
retina yang menyebabkan kebutaan.
- Nefropati
Manifestasi klinis berupa proteinuria dan hipertensi. Pasien juga
dapatmenderita insufisiensi ginjal dan uremia jika kehilangan fungsi
nefron terus menerus.
- Neuropati dan katarak
Timbul akibat gangguan jalur poliol ( glukosa sorbitol fruktosa )
akibat kekurangan insulin. Kemudain timbul nyeri, parestesia,
berkurangnya sensasi getar dan proprioseptik, kelemahan otot dan atrofi.
- Arterosklerosis
Merupakan gabungan dari gangguan biokimia brupa penimbunan sorbitol
dalam intima vaskular, hiperlipoproteinemia dan kelainan pembekuan
darah. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh arterosklerosis adalah
arteri koroner, serebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer.
- Gangguan kehamilan
Berupa terjadinya abortus spontan, kematian janin intrauterin, ukuran janin
besar, bayi prematur dengan sindrom distres pernafasan yang tinggi serta
malformasi janin.
Organ/jaringan
Yg terjadi Komplikasi
yg terkena
11
otak, tungkai & penis.
Dinding pembuluh darah
kecil mengalami
kerusakan sehingga
impoten & infeksi
pembuluh tidak dapat
mentransfer oksigen
secara normal &
mengalami kebocoran
Penebalan pembuluh
darah ginjal
Protein bocor ke Fungsi ginjal yg buruk
Ginjal
dalam air kemih Gagal ginjal
Darah tidak disaring
secara normal
12
berulang
I. PENGOBATAN
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan
kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar
normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal,
maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang
adalah semakin berkurang.
Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan
diet. Seseorang yang obesitas yang menderita diabetes tipe II tidak akan
memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah
raga secara teratur. Tetapi kebanyakan penderita merasa kesulitan menurunkan
berat badan dan melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan
terapi sulih insulin atau obat hipoglikemik per-oral.
Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu
banyak makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur.
Penderita diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu
dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya. Tetapi cara
terbaik untuk menurunkan kadar kolesterol adalah mengontrol kadar gula darah
dan berat badan.
Semua penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan
olah raga untuk mengontrol penyakitnya. Mereka harus memahami bagaimana
cara menghindari terjadinya komplikasi. Mereka juga harus memberikan perhatian
khusus terhadap infeksi kaki dan kukunya harus dipotong secara teratur.
Penting untuk memeriksakan matanya supaya bisa diketahui perubahan yang
terjadi pada pembuluh darah di mata.
13
TERAPI SULIH INSULIN
14
A. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
15
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
DIABETES MELLITUS
I. Pengkajian
Data yang dikumpulkan meliputi :
1. Identitas
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register,
diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut
untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
16
Integritas Ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak)
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
17
Tanyakan bagaimana kebiasaan defekasi dan berkemih pasien, dan tanyakan
apakah pasien memakai alat bantu saat memenuhi pola eliminasi pasien.
d. Pola aktivitas/olahraga
Tanyakan bagaimana kemampuan pasien dalam beraktifitas dan keluhan apa
yang dirasakan saat beraktifitas .
e. Pola istirahat/tidur
Tanyakan bagaimana kebiasaan tidur pasien ( berapa lama, adakah kebiasaan
sebelum tidur, apakah terasa efektif).
f. Pola Kognitif/Persepsi
Tanyakan kemampuan membaca dan menulis, ketajaman pandangan,
pendengaran penggunaan alat bantu pendengaran?
g. Pola konsep diri
Tanyakan apakah hal yang menjadi pikiran, apakah ada kejadian yang
akhirnya mengubah gambaran terhadap diri.
h. Pola Hubungan Peran
Keluarga berperan dalam membantu klien dalam pemenuhan kebutuhannya
dan bagaimana aktivitas sosial antara klien dengan keluarga.
i. Pola seksualitas/reproduksi
Tanyakan apakah pasien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks.
j. Pola koping/penanganan stres
Tanyakan apakah perubahan pasien dalam beberapa tahun terakhir.
Bagaimana pasien dalam menghadapi masalah dan adakah pasien
menggunakan obat-obat tertentu
k. Pola Nilai/Agama
Bagaimana pengaruh agama dalam kehidupan sehari-hari
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Glukosa darah : meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
b. Aseton plasma : Positif secara mencolok
18
c. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat
e. Elektrolit
f. Natrium : mungkin normal meningkat/menurun
g. Kalium : Normal, peningkatan semu selanjutnya akan menurun
h. Fosfor : lebih sering menurun
i. ureum/ kreatinin : mungkin meningkat/normal
j. Insulin darah : mungkin menurun
k. Urine : gula dan aseton positif
l. Kultur dan sensivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih
J. Masalah Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakseimbangan Status nutrisi Tahap-tahap makan
Nutrisi Kurang Dari Status nutrisi: intake Mengontrol
19
basa Monitoring cairan
Hidrasi
Pengaturan hemodinamik
Tindakan pencegahan
pembedahan
Persiapan pembedahan
Identifikasi resiko
Perawatan selang : GIT
Monitoring tanda-tanda
vital
Balutan
Penurunan perdarahan :
GIT
Penurunan perdarahan
pada luka
20
Kontrol Risiko : Pemberian Makan
Pelemahan Pendidikan Kesehatan
Penglihatan Kewaspadaan terhadap
Deteksi Risiko Lateks
Perilaku Keamanan Pencegahan terhadap
: Pencegahan Jatuh Hipertermia Maligna
Perilaku Keamanan Fototerapi : Neonatus
: Lingkungan Fisik Peningkatan Keamanan
Rumah
Perilaku Keamanan
: Pribadi
Status Kemanan :
Kejadian Jatuh
Status Keamanan :
Cedera Fisik
Kontrol Gejala
21
REFERENSI :
22