Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat


metabolisme di berbagai jarinan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal.
Hormon tiroid merangsang konsumsi oksigen pada sebagian besar sel di tubuh ,
membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk
pertumbuhan dan pematangan normal.
Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya
menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya
tahan terhadap dingin, serta pada anak–anak timbul retardasi mental dan kecebolan.
Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus,
gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.
Fungsi tiroid diatur oleh hormone perangsang tiroid dari hipofisis anterior.
Sebaliknya , sekresi hormone ini sebagian diatur oleh umpan balik inhibitorik
langsung kadar hormontiroid yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan
sebagian lagi melalui hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–
perubahan pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui hipotalamus.
Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam menangani hal-
hal yang terkait dengan hipotirod misalnya saja dalam memberikan asuhan
keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang
terjadi akibat hipotiroid.
1.2. Rumusan Masalah
1.Apakah definisi dari hipotiroid?
2. Bagaimana etilogi dari hipotiroid?
3. Apakah manifestasi klinis darihipotiroid?
4. Bagaimana patofisiologi padahipotiroid?
5. Bagaimana penatalaksaan serta pencegahan pada hipotiroid?
6. Bagaimana pengkajian pada klien dengan hipotiroid?
7. Bagaimana diagnosa pada klien dengan hipotiroid?
8. Bagaimana intervensi pada klien dengan hipotiroid?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan Hipotiroid.

Tujuan Khusus
1) Mampu menjelaskan definisi Hipotiroid.
2) Mampu menjelaskan penyebab penyakit Hipotiroid.
3) Mampu menjelaskan gejala dan pengobatan penyakit Hipotiroid.
4) Mampu menjelaskan Asuhan keperawatan penyakit Hipotiroid.

1.4 Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1) Mendapatkan pengetahuan tentang definisi Hipotiroid.
2) Mendapatkan pemahaman tentang penyebab penyakit Hipotiroid.
3) Mendapatkan pemahaman tentang gejala dan pengobatan penyakit Hipotiroid.
4) Mendapatkan pemahaman tentang Asuhan keperawatan pasien pada penyakit
Hipotiroid.

BAB II

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago
krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang
18 gram.
Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan oleh
isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang 2 cm,
lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di
masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat
rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.kelenjar tiroid mendapat
sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior. Arteri tiroidea
superior merupakan percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior
merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapat
suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri. Dipersarafi oleh saraf
adrenergik dan kolinergik. saraf adrenergik berasal dari ganglia servikalis dan
kolinergik berasal dari nervus vagus.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit kalsitonin.
Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin dihasilkan oleh
parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini adalah yodium yang
diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang dikomsumsi akan diubah
menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan
dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini disebut pompa iodida, yang
dapat dihambat oleh ATP- ase, ion klorat dan ion sianat.
Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin yang
kemudian mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan Diiodotironin
(DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan DIT yang akan
membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan membentuk tetra
iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini dirangsang oleh TSH namun
dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metil kaptoimidazol. Hormon
T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma dalam bentuk PBI (protein binding
Iodine).

Fungsi hormon-hormon tiroid antara adalah:


a) Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan
metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini
pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testis
b) Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan
cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih
singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat
dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar.
c) Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan
saraf dan tulang
d) Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
e) Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi
otot dan menambah irama jantung.
f) Merangsang pembentukan sel darah merah
g) Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.
h) Bereaksi sebagai antagonis insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran
tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat
reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin
adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan
;pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan
merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan
sekresi gastrin di lambung.

Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid Ada 7 tahap, yaitu:


1. Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal
sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa
Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy
dependent dan membutuhkan ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa
ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang
menjadi perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.
2. Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus
dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase. Bentuk
aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan residu tirosin
membentuk monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul tiroglobulin
(proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam
plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula
iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat
akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan lebih banyak daripada T4.
3. Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang
terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan(coupling) sehingga akan
membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta
tirosin dan iodium ini disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul
tirosin yang terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh sel-
sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses eksositosis granula.
4. Penimbunan (storage
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan
disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan
T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.
5. Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini
kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta
iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.
6. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan
vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom
akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan
pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.
7. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)
Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan
kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah
yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) danThyroid Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya
0,35% dari T4 total dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas.
Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan
normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan kadar hormon bebas. Namun dalam
keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah. Pada seorang lansia yang
mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit kronik cenderung
mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah protein pembawa yang
meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati
yang kronik maka kadar protein binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4
bebas akan meningkat.
Efek Primer Hormon Tiroid
Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh.
Efek primer hormon tiroid adalah:
a) Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan metabolisme
protein, lemak, dan karbohidrat.
b) Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran.Kedua fungsi
bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi peningkatan laju
metabolisme basal, pembakaran kalori, dan peningkatan produksi panas oleh setiap
sel.
c) Meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran terhadap katekolamin sehingga
meningkatkan frekuensi jantung.
d) meningkatkan responsivitas emosi.
e) Meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan
kontraksi otot rangka.
f) Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal semua sel
tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.
Pengaturan Faal Tiroid
Ada 3 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid :
1. TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone)
Hormon ini merupakan tripeptida, yang telah dapat disintesis, dan dibuat di
hipotalamus. TRH menstimulasi keluarnya prolaktin, kadang-kadang juga Follicle
Stimulating Hormone (FSH) danLuteinizing Hormone (LH).
2. TSH ( Thyroid Stimulating Hormone)
TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel tiroid
(TSH-Reseptor-TSH-R) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan trapping,
peningkatan iodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi
hormon meningkat.
3. Umpan balik sekresi hormon
Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat hipofisis. T3 selain
berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan
mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.
Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon
tiroid. Hipotalamus menghasilkan Thyrotropin-Releasing Hormone, yang
menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid
untuk menghasilkan hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka
kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit, jika kadar
hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih
banyak TSH.
EVALUASI KELENJAR TIROID
Pada pasien yang mengalami pembesaran kelenjar tiroid (goiter),
pemeriksaan kelenjar sangatlah penting dan dapat ditunjang dengan memilih tes
fungsi tiroid yang optimal, seorang ahli bedah harus mengetahui metode yang
sistematis untuk melakukan pemeriksaan, yang harus diperhatikan pada
pemeriksaan adalah besar, konsistensi, penampang, perlengketan pada trakea dari
kelenjar tiroid, serta melakukan palpasi pada KGB daerah servikal.
Serum T3, T4, TSH dapat diperiksa secara akurat dengan radioimmunoassay,
T4 juga dapat diperiksa dengan metode competitive protein binding. Dengan tes
sensitive TSH dapat digunakan untuk mengetahui keadaan pasien dengan
hipertiroid atau hipotiroid, Pengukuran T3RU secara in vitro dapat secara langsung
mengetahui konsentrasi dari tiroksin binding globulin di dalam serum.
Pengukuran serum T4 dan TSH menggunakan tes sensitive tinggi TSH
merupakan cara terbaik dalam menentukan fungsi tiroid, pengukuran T3 biasanya di
barengi dengan pemeriksaan T3RU untuk mengkoreksi pertukaran ikatan protein.
Sebagai contoh pada pasien yang hamil atau sedang mengkonsumsi esterogen
yang tinggi terdapat peningkatan T4 tetapi T3Runya menurun, jadi nilai tiroid
indexnya normal (T4 x T3RU). Pengukuran kadar T3 dilakukan pada pasien dengan
kecurigaan hipertiroidism.

TINJAUAN TEORITIS HIPOTIROID

2.1 Definisi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid
yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid.
Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan
kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,
dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai
konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh.

2.2 Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3%
sampai 5% dari populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih
umum terjadi pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai
dengan umur.
Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid
pada orang-orang dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.
a) Hashimoto's thyroiditis
b) Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
c) Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
d) Penyakit pituitari atau hipotalamus
e) Obat-obatan
f) Kekurangan yodium yang berat

2.3 Jenis-jenis Hipotiroid


Lebih dari 95% penderita hipotiroid mengalami hipotiroid primer atau tiroidal yang
mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid
disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya hipotiroid
sentral (hipotiroid sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh
hipofisis hipotiroid tersier.
a. Primer
1) Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium
2) Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif
atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
b. Sekunder :
kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan
pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas)

2.4 Gejala- gejala hipotiroid


Gejala-gejala hipotiroid adalah seringkali tidak kelihatan. Mereka tidak spesifik
(yang berarti mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain)
dan adalah seringkali dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid
ringan mungkin tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala
umumnya menjadi lebih nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari
keluhan-keluhan ini berhubungan dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala umum sebagai berikut:
a) Kelelahan
b) Depresi
c) Kenaikkan berat badan
d) Ketidaktoleranan dingin
e) Ngantuk yang berlebihan
f) Rambut yang kering dan kasar
g) Sembelit
h) Kulit kering
i) Kejang-kejang otot
j) Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat
k) Konsentrasi menurun
l) Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar
m) Kaki-kaki yang bengkak

Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-bengkak disekeliling


mata, suatu denyut jantung yang melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan
gagal jantung. Dalam bentuknya yang amat besar, hipotiroid yang berat mungkin
menjurus pada suatu koma yang mengancam nyawa (miksedema koma). Pada
seorang yang mempunyai hipotiroid yang berat, suatu miksedema koma cenderung
dipicu oleh penyakit-penyakit berat, operasi, stres, atau luka trauma.
Kondisi ini memerlukan opname (masuk rumah sakit) dan perawatan segera
dengan hormon-hormon tiroid yang diberikan melalui suntikan di diagnosis secara
benar, hipotiroid dapat dengan mudah dan sepenuhnya dirawat dengan penggantian
hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang tidak dirawat dapat menjurus pada
suatu pembesaran jantung (cardiomyopathy), gagal jantung yang memburuk, dan
suatu akumulasi cairan sekitar paru-paru (pleural effusion).

2.5 Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan
pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai
berikut :
1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang
hipofisis anterior.
2. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang
merangsang kelenjar tiroid.
3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3
danTetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang
meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme
protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-
hormon lain.

Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau


hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang
rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya
umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak
adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan
oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan
TRH.

Defisiensi iodium, disfungsi hipofisis, disfungsi TRH hipotalamus


Penekanan produksi H. Tiroid (Hipotiroidisme)
TSH merangsang kelenjar tiroid untum mensekresi
Kelenjar tiroid akan membesar
Menekan struktur di leher dan dada
Disfagia, gangguan respirasi
Depresi ventilasi
Pola Napas Tidak Efektif
Laju BMR lambat
Gangguan Nutrisi Kurang dari Keb. Tubuh
Penurunan produksi panas
Perubahan suhu tubuh:
hypotermi
Kekurangan Vit. B 12 dan As. Folat
Pembentukan eritrosit tidak optimal
Produksi SDM menurun
achlorhydria
Penurunan mortalitas usus
Penurunan fungsi GI
Konstipasi
Peningkatan kolesterol & trigliserida
Peningkatan arteriosklerosis
Oklusi pembuluh darah
Suplai darah ke jaringan otak menurun
Hipoksia
Perubahan pola berfikir
Anemia
Kelemahan
Intoleransi aktivitas

2.6 Gambaran Klinis


a) Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
b) Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema),
dan penurunan curah jantung.
c) Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
d) Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu
makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema
e) Konstipasi
f) Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
g) Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a) Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur
jumlah TSH (Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.
b) Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid
yg adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).
c) Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn
hanya mengukur level TSH.
d) Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih
disuspek), sbb:
1. free triiodothyronine (fT3)
2. free levothyroxine (fT4)
3. total T3
4. total T4
5. 24 hour urine free T3

2.8 Penatalaksanaan Medis dan Komplikasi


Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga
koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua
gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa
diberikan secara intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu
dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah
hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh
dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang
serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti
hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan
saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Ny. N dengan Hypothyroid
Kasus
Ny. N 45 tahun dirawat dengan keluhan tidak ada nafsu makan sudah seminggu ini,
suka sesak, rambutnya rontok sangat banyak setiap kali menyisir, suaranya sudah
seminggu ini parau, kuku juga mudah rapuh, dia tidak mngerti kenapa ini terjadi?
Keluhan lainnya suka merasa dingin walaupun udara dilingkungan sangat panas.
Ners Jimmy melakukan pemeriksaan fisik didapat TD : 90/60 mmHg , Nadi : 64
x/menit , Suhu : 37,3oC. Miksedema ; hasil rontgen thorax : efusi pleura.
1. PENGKAJIAN
1) Data Pasien :
Nama : Ny. N
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1968
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Status pendidikan : SLTA
Diagnosa medis : Hypothyroid

2) Riwayat penyakit :
Keluhan Utama :
Klien datang ke Rumah Sakit hari Senin, 11 Maret 2013 dengan keluhan keluhan
tidak ada nafsu makan sudah seminggu ini, suka sesak, rambutnya rontok sangat
banyak setiap kali menyisir, suaranya sudah seminggu ini parau, kuku juga mudah
rapuh.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengalami hypothyroid
Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit terdahulu
Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit hypothyroid
3) Pemeriksaan fisik
a. Pola Istirahat dan Tidur
Sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari
b. Sistem pencernaan
Lidah tampak menebal, nafsu makan berkurang, anoreksia, peningkatan berat
badan, konstipasi, distensi abdomen.
c. Sistem kardiovaskuler
Perbesaran jantung, disritmia, hipotensi, nadi lambat, penurunan frekuensi denyut
jantung, penurunan curah jantung
d. Sistem musculoskeletal
Parastesia dan reflek tendon menurun, gerak-gerik klien sangat lamban, lemah,
cepat lelah, sakit pada sendi dan otot, gerakan yang canggung lamban
e. Sistem neurologic
Berbicara lambat, kelopak mata turun, wajah bengkak, pusing, pucat, perlambatan
daya pikir, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang,
letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran.
f. Sistem reproduksi
Pada wanita : terjadi perubahan menstruasi seperti amenore,atau masa menstruasi
yang memanjang. Pria : penurunan libido, impoten.
g. Sistem Integumen
Kulit kasar, tebal dan bersisik, dingin dan pucat, tidak tahan terhadap dingin,
Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki,
pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut kering, kasar; rambut rontik dan
pertumbuhannya buruk.
h. Emosi/psikologis
Klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri,
depresi, apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri.

2. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien mengeluh tidak ada nafsu Tanda-tanda vital :
makan sudah seminggu ini TD : 90/60 mmHg
2. Klien mengeluh suka sesak Nadi : 64 x/menit
3. Klien mengeluh rambutnya rontok Suhu : 37,3oC ,
sangat banyak setiap kali menyisir RR : 25 x/menit kedalaman nafas
4. Klien mengatakan suaranya sudah dangkal, suara tambahan wheezing
seminggu ini parau T3 :
5. Klien mengatakan kuku juga mudah T4 :
rapuh Miksedema
6. Klien tidak mengerti kenapa ini Hasil rontgen thorax : efusi pleura.
terjadi Kemungkinan klien terlihat malas
7. Klien mengeluh suka merasa dingin beraktivitas
walaupun udara dilingkungan sangat Kemungkinan lidah klientampak menebal
panas. Kemungkinan klien terlihat
8. Kemungkinan klien mengeluhmalas penurunan reflek tendon
beraktivitas Kemungkinan klien terlihatgerak-gerik
9. Kemungkinan klien ingin tidur sangat lamban,
sepanjang hari Kemungkinan klien terlihat lemah, cepat
10. Kemungkinan lelah,
klien mengeluhkonstipasi, Kemungkinan klien terlihat gerakan yang
11. Kemungkinan klien mengatakan canggung lamban
mengalamipenurunan berat badan 10. Kemungkinan klien terlihat berbicara
12. Kemungkinan klien mengeluhsakit lambat dan terbata-bata
pada sendi dan otot 11. Kemungkinan klien terlihat kelopak mata
13. Kemungkinan klien mengeluh pusing turun dan wajah bengkak,
14. Kemungkinan klien
12. Kemungkinan klien terlihat mengalami
mengatakan perubahan perlambatan daya pikir
menstruasi, masa menstruasi yang 13. Kemungkinan klien terlihat
memanjang mengalami gangguan memori
15. Kemungkinan klien mengatakan 14. Kemungkinan klien terlihatperhatian
tidak tahan terhadap dingin, kurang, letargi atau somnolen, bingung
15. Kemungkinan kulit klien teraba kasar,
tebal, bersisik, dingin dan pucat
16. Kemungkinan klien terlihat adanya
pembengkakkan dan edema kulit,
terutama di bawah mata dan di
pergelangan kaki
17. Kemungkinan klien terlihatpertumbuhan
kuku buruk, kuku menebal
18. Kemungkinan terlihat rambutklien kering,
kasar; dan pertumbuhannya buruk

3. ANALISA DATA
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS : Pola napas tidak Depresi ventilasi
 Klien mengeluh suka sesak efektif
 Klien mengatakan suaranya sudah
seminggu ini parau
 Kemungkinan klien mengatakan
kesulitan saat bernapas
DO:
 Tanda-tanda vital :
RR : 25 x/menit kedalaman nafas
dangkal, suara tambahan
wheezing
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC
 Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen thorax : efusi
pleura
 Klien terlihat sesak napas
 Kemungkinan klien terlihat
menggunakan otot bantu
pernapasan
 Kemungkinan klien terlihat
memegangi dada
 Kemungkinan klien terlihat cemas
dan gelisah
DS : Penurunan curah Degenerasi otot
 Klien mengeluh suka sesak jantung jantung (miokarditis)
 Klien mengatakan suaranya sudah
seminggu ini parau
 Kemungkinan klien mengeluh
pusing
DO:
 Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC
T3 :
T4 :
 Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen thorax : efusi pleura
 Klien terlihat pucat
 Kemungkinan klien terlihat lemah,
cepat lelah,
 Kemungkinan klien mengalami
perbesaran jantung
 Kemungkinan klien terlihat
memegangi dada
DS : Perubahan nutrisi Peningkatan
 Klien mengeluh tidak ada nafsu kurang dari metabolisme
makan sudah seminggu ini kebutuhan
 Klien mengeluh suka sesak
 Klien mengeluh rambutnya rontok
sangat banyak setiap kali menyisir
 Klien mengatakan kuku juga
mudah rapuh
 Kemungkinan klien
mengeluh malas beraktivitas
 Kemungkinan klien mengeluh
pusing
DO :
 Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC
 Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen thorax : efusi pleura
 Kemungkinan klien terlihat malas
beraktivitas
 Kemungkinan lidah klientampak
menebal
 Kemungkinan klien terlihat lemah,
cepat lelah,
 Kemungkinan kulit klien
teraba kasar, tebal, bersisik, dingin
dan pucat
DS : Perubahan proses Perubahan
 Klien mengatakan tidak mengerti berpikir fisiologis : penurunan
kenapa ini terjadi stimulasi SSP
 Kemungkinan klien mengeluh
pusing
 Kemungkinan klien mengeluh
tentang sakit dan gejala yang
dialami
 Kemungkinan klien mengatakan hal
yang sama berulang
DO:
 Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC ,
 Miksedema
 Hasil rontgen thorax : efusi pleura.
 Kemungkinan klien terlihat
mengalami perlambatan daya pikir
 Kemungkinan klien terlihat
mengalami gangguan memori
 Kemungkinan klien terlihat kurang
perhatian, letargi atau somnolen,
bingung

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TANGGAL DITEMUKAN TANGGAL TERATASI
KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif 11 – 03 – 2013 14 – 03 – 2013
b.d depresi ventilasi

2. Penurunan curah jantung


b.d miokarditis, 11 – 03 – 2013 14 – 03 – 2013
pembesaran jantung

3. Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan b.d
peningkatan 11 – 03 – 2013 14 – 03 – 2013
metabolisme

4. Perubahan proses
berpikir b.d perubahan
fisiologis : penurunan
stimulasi SSP 11 – 03 – 2013 14 – 03 – 2013

5. INTERVENSI
NO TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
DX HASIL
1 Setelah dilakukan tindakanMandiri :
keperawatan selama 3 x 24Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan
jam diharapkan masalahekspansi dada. Catat upaya pernapasan,
keperawatan pola napastermasuk penggunaan otot bantu / pelebaran
tidak efektif dapat teratasinasal.
dengan kriteria hasil : Rasional : kecepatan biasanya meningkat.
Menunjukkan pola napas Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas.
efetif Kedalam pernapasan bervariasi tergantng
Frekuensi dan kedalaman derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas
dalam keadaan normal yang berhubungan dengan atelektasis atau
Paru-paru jelas/bersih nyeri dada pleuritik.
Berpartisipasi dalam Auskultasi bunyi napas dan catat adanya
aktivitas meningkatkan bunyi napas adventisius, seperti krekels,
fungsi paru mengi, gesekan pleural.
Rasional : bunyi napas menurun ada bila jalan
napas obstruksi sekunder terhadap
perdarahan, bekuan atau kolaps jalan napas
kecil (atelektasis). Ronki dan mengi menyertai
obstruksi jalan napas / kegagalan pernapasan
Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Bangunkan pasien turun tempat tidur dan
ambulasi sesegara mungkin
Rasional : duduk tinggi memungkinkan
ekspansi paru dan memudahkan pernapasan.
Pengubahan posisi dan ambulasi
meningkatkan pengisisan udara segmen paru
berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
Dorong / bantu pasien dalam napas dalam dan
latihan batuk.
Rasional : dapat meningkatkan/ banyaknya
sputum dimana gangguan ventilasi dan
ditambah ketidaknyamanan upaya bernapas.
Kolaborasi
Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : menurunkan hipoksia yang dapat
menyebabkan vasodilatasi serebral dan
tekanan meningkat/terbentuknya edema
Berikan humidifikasi tambahan misalnya :
nebuliser ultrasonik
Rasional : memberikan kelembaban pada
membra mukosa
2 Setelah dilakukan tindakanMandiri
keperawatan selama 3 x 24Pantau frekuensi / irama jantung
jam diharapkan masalahRasional : takikardi atau disritmia dapat terjadi
keperawatan penurunansaat jantung berupaya untuk menigkatkan
curah jantung dapat teratasicurahnya berespons pada demam, hipoksia
dengan kriteria hasil : dan asiodosis karena iskemia
Penurunan episode Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak
dispnea, angina dan tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4
disritmia Rasional : memeberikan deteksi dini dan
Mengidentifikasi perilaku terjadinya komplikasi misalnya gagal jantung,
untuk menurunkan beban tamponade jantung
kerja jantung Dorong tirah baring dalam posisi semi-fowler
Rasional : menurunkan beban kerja jantung,
memaksimalkan curah jantung
Berikan tindakan kenyamanan misalnya
gosokan punggung dan perubahan posisi dan
kativitas hiburan dalm toleransi jantung
Rasional : meningkatkan relaksasi dan
mengarahkan kembali perhatian
Dorong penggunaan teknik manajemen stres
misalnya bimbingan imajinasi, latihan
pernapsan.
Rasional : perilaku yang bermanfaat
mengontrol ansietas, meningkatkan relaksasi,
menurunkan beban kerja jantung
Selidiki nadi cepat, hipotensi, penyempitan
tekanan nadi, peningkatan CVP, perubahan
tonus jantung, penurunan tingkat kesadaran.
Rasional : manifestasi klinis dari tamponade
jantung yang dapat terjadi pada perikarditis
bila akumulasi cairan dalam kantung
perikardia membatasi pengisian curah jantung
Evaluasi keluhan lelah, dispnea, palpitasi,
nyeri dada kontinu
Rasional : manifestasi klinis dari GJK yang
dapat menyertai endokarditis atau miokarditis
Kolaborasi :
Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan kesediaan oksigen
untuk fungsi miokard dan menurunakn efek
metabolisme anaerob yang terjadi sebagai
akibat dari hipoksia dan asiodosis
Berikan obat-obatan sesuai indikasi misalnya
digitalis atau diuretik
Rasional : dapat diberikan untuk
meningkatkan kontraktilitas miokard dan
menurunkan beban kerja jantung pada adanya
miokarditis
3 Setelah dilakukan tindakanMandiri
keperawatan selama 3 x 24Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada
jam diharapkan masalahnyeri perut, mual atau muntah
keperawatan perubahanRasional : kekuarangan kortisol dapat
nutrisi kurang dari kebutuhanmenyebabkan gejala gastrointestinal berat
dapat teratasi dengan kriteria yang mempengaruhi pencernaan dan absorpsi
hasil : dari makanan
Menunjukkan berat badan Catat adanya kulit yang dingin atau basah,
stabil atau meningkat perubahan tingkat kesadaran, nadi yang
Peningkatan kekuatan otot cepat, peka rangsang, nyeri kepala,
sempoyongan
Rasional : gejala hipoglikemia dengan
timbulnya tanda tersebut mungkin perlu
pemberian glukosa dan mengidentifikasikan
pemberian tambahan glukokortikoid
Pantau pemasukan maknaan dan timbang
berat badan setiap hari
Rasional : anoreksia, kelemahan dan
kehilangan pengaturan metabolisme oleh
kortisol terhadap maknana dapat
megakibatkan penurunan berat badan dan
terjadinya malnutrisi
Catat muntah mengenai jumlah kejadian atau
karakteristik lainnya
Rasional : ini dapat membantu untuk
menentukan derajat kemampuan
pencernaaan atau absorpsi makanan.
Berikan atau bantu perawatan mulut
Rasional : mulut yang bersih dapat
meningkatkan napsu makan
Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan
contoh bebas dari bau tidak sedap, tidak
terlalu ramai, udara yang tidak nyaman
Rasional : dapat meningkatkan napsu makan
dan memperbaiki pemasukan makanan.
Berikan informasi tentang menu pilihan
Rasional : perencanaan menu yang disukai
pasien dapat menstimulasi napsu makan dan
meningkatkan pemasukan makanan.
Kolaborasi
Berikan cairan IV
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan/nutrisi
sampai masukan oral dapat dimulai.
Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya
Hb/Ht dan elektrolit
Rasional : indikator kebutuha cairan / nutrisi
dan keefktifan terapi dan terjadinya komplikasi
10.Berikan obat sesuai indikasi
Antikolinergik : atropin, propantelin bromida
Vitamin larut dalam lemak : B12, Kalsium
Rasional : mengontorl dan meningkatkan
pencernaan dan absorpsi nutrien.
4 Setelah dilakukan tindakan 1. Orienteasikan pasien terhadap waktu, tempat,
keperawatan selama 3 x 24tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
jam diharapkan masalahRasional :meningkatkan pola pikir dan daya
keperawatan perubahaningat klien tentang sesuatu
proses berpikir mengenai 2. Berikan stimulasi lewat percakapan dan
kondisi dan pengobatanaktivitas yang tidak bersifat mengancam
dapat teratasi dengan kriteria Rasional : memudahkan stimulasi dalam
hasil : batas-batas toleransi pasien terhadap stres
Berpartisipasi dalam proses
3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa
belajar perubahan pada fungsi kognitif dan mental
Mengungkapkan merupakan akibat dan proses penyakit
pemahaman tentang Rasional : meyakinkan pasien dan keluarga
kondisi / prognosis dan tentang penyebab perubahan kognitif dan
aturan terapeutik mental merupakan akibat dan proses penyakit
Memulai perubahan gaya Kolaborasi :
hidup yang diperlukan 4. Konsultasikan dengan ahli Psikologi tentang
therapy yang cocok untuk masalah klien
Rasional : memperbaiki proses berpikir
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal No.DX Implementasi dan Hasil Paraf
1 Mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan
dan ekspansi dada. Catat upaya
pernapasan, termasuk penggunaan otot
bantu / pelebaran nasal.
Mengauskultasi bunyi napas dan catat
adanya bunyi napas adventisius, seperti
krekels, mengi, gesekan pleural.
Meninggikan kepala dan bantu mengubah
posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur
dan ambulasi sesegara mungkin
Mendorong atau membantu pasien dalam
napas dalam dan latihan batuk.
Memberikan oksigen sesuai indikasi
Memberikan humidifikasi tambahan misalnya
: nebuliser ultrasonik
2 Memantau frekuensi / irama jantung
Mengauskultasi bunyi jantung. Perhatikan
jarak tonus jantung, murmur, gallop S3 dan
S4
Mendorong tirah baring dalam posisi semi-
fowler
Memberikan tindakan kenyamanan misalnya
gosokan punggung dan perubahan posisi
dan kativitas hiburan dalm toleransi jantung
Mendorong penggunaan teknik manajemen
stres misalnya bimbingan imajinasi, latihan
pernapsan.
Menyelidiki nadi cepat, hipotensi,
penyempitan tekanan nadi, peningkatan
CVP, perubahan tonus jantung, penurunan
tingkat kesadaran.
Mengevaluasi keluhan lelah, dispnea,
palpitasi, nyeri dada kontinu
Memberikan oksigen sesuai indikasi
Berikan obat-obatan sesuai indikasi
misalnya digitalis atau diuretik
3 Mengauskultasi bising usus dan kaji apakah
ada nyeri perut, mual atau muntah
Mencatat adanya kulit yang dingin atau
basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi
yang cepat, peka rangsang, nyeri kepala,
sempoyongan
Memantau pemasukan maknaan dan
timbang berat badan setiap hari
Mencatat muntah mengenai jumlah kejadian
atau karakteristik lainnya
Memberikan atau membantu perawatan
mulut
Memberikan lingkungan yang nyaman untuk
makan contoh bebas dari bau tidak sedap,
tidak terlalu ramai, udara yang tidak nyaman
Memberikan informasi tentang menu pilihan
Memberikan cairan IV
Mengawasi pemeriksaan laboratorium,
misalnya Hb/Ht dan elektrolit
10. Memberikan obat sesuai indikasi
Antikolinergik : atropin, propantelin bromida
4 Orienteasikan pasien terhadap waktu,
tempat, tanggal dan kejadian disekitar
dirinya.
Berikan stimulasi lewat percakapan dan
aktivitas yang tidak bersifat mengancam
Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa
perubahan pada fungsi kognitif dan mental
merupakan akibat dan proses penyakit
Konsultasikan dengan ahli Psikologi tentang
therapy yang cocok untuk masalah klien.

1. EVALUASI
Hari / Tanggal No. DX Evaluasi Paraf
1 S : Klien mengatakan sudah tidak sesak
O : Tanda-tanda vital dalam keadaan
normal
Klien tidak terlihat memegangi dada
Klien terlihat napas tanpa bantuan otot
tambahan
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 S : Klien tidak mengeluh sesak
Klien mengatakan tidak pusing
Klien mengatakan tidak cepat lelah
O : Klien terlihat tidak sesak
Klien terlihat mukosa dan membran
lembab
Klien terlihat tidak pucat dan tonus otot
baik
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 S : Klien mengatakan sudah napsu makan
kembali
O : Klien terlihat menghabiskan porsi
makan
Klien terlihat tobus otot membaik
Klien terlihat rambut rontok berkurang
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
4 S : Klien memahami tentang kondisi
penyakit klien, proses pengobatan
O : Klien terlihat tidak apatis
Klien terlihat tidak letargi
Klien dan keluarga mampu menersukan
program dari pendidikan kesehatan yang
di ajarkan di rumah
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang di karakteristikan oleh produksi hormon tiroid
yang abnormal rendahnya.Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berkaitan
padaHipotiroid.Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung
melibatkan kelenjar tiroid.Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan.
Hormon-hormon tiroid di produsikan oleh kelenjar tiroid.Kelenjar tiroid bertempat
pada bagian bawah leher,Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara(Trakea)dan
mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang di bentuk oleh dua
sayap dan di lekatkan oleh suatu bagian tengah.
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah ( yang kebanyakan datang dari
makanan-makanan seperti seafood,roti,dan garam) dan menggunakannya untuk
memproduksi hormon-hormon tiroid.Dua hormon yang paling penting adalah
thyroxine(T4 ) dan triiodothyronine(T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-
masing gormon-hormon tiroid.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin J. Elisabet.2004.patofisiologi untuk perawat.EGC,Jakarta.


NANDA. 2012-2014. EGC.

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8),
EGC, Jakarta
Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC,
Jakarta
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan.
(Edisi III).EGC.Jakarta.
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

Anda mungkin juga menyukai