Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kanker ovarium adalah tumor ganas ginekologi yang tidak mempunyai gejala
klinis yang patognomonis dan akan berkembang secara diam-diam didalam tubuh
wanita hingga pada suatu waktu menimbulkan keluhan. Keluhan dapat berupa
gangguan akibat desakan massa tumor pada organ-organ pelvis, atau akibat
penyebaran kanker ke daerah rongga perut, hepar, usus, ginjal, omentum dan
diafragma. Perkembangan secara diam-diam ini menyebabkan angka harapan hidup 5
tahun penderita kanker ovarium cukup rendah dibandingkan kanker ginekologik
lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi angka harapan hidup 5 tahun penderita
kanker ovarium adalah stadium penyakit, jenis histopatologi, terapi yang diberikan,
residu tumor dan usia. Angka harapan hidup 5 tahun untuk kanker stadium I dan II
adalah 95% dan untuk stadium III dan IV adalah 31%. Secara keseluruhan, angka
harapan hidup 5 tahun penderita kanker ovarium adalah 53%. Angka harapan hidup ini
berbeda jika dilihat menurut umur penderita. Penderita dengan usia kurang dari 50
tahun adalah sekitar 40% (secara keseluruhan), sedangkan untuk penderita dengan usia
lebih dari 50 tahun adalah 15%. The National Cancer Institutes, menyebutkan bahwa
angka harapan hidup 5 tahun penderita kanker ovarium juga tergantung dari derajat
diferensiasi sel tumor serta jenis histopatologinya.
Penatalaksanaan pertama dari kanker ovarium adalah pembedahan.
Pembedahan dianggap optimal bila prosedur operasi dilakukan dengan residu tumor
kurang dari 1 cm. Bila prosedur operasi tidak seluruhnya dilakukan maka operasi
belum lengkap (uncompleted staging). Pada kanker ovarium stadium I C atau lebih
diberikan kemoterapi ajuvan dalam bentuk kombinasi dengan maksud agar respon
terapi lebih baik dan resistensi obat kecil tetapi efek samping lebih ringan.
Kemoterapi kombinasi sebaiknya tidak bekerja pada siklus sel yang sama dan tidak
mempunyai efek samping pada organ yang sama pula. Terapi ajuvan radiasi hanya
diberikan pada kanker ovarium jenis disgerminoma dan pada wanita yang sudah tidak
menginginkan anak. Sedangkan pada penderita yang masih menginginkan anak maka
terapi ajuvan yang diberikan adalah kemoterapi.

1
Beberapa usaha lain dalam pengelolaan kanker ovarium telah dilakukan, tetapi hingga
dekade terakhir ini masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Salah satu
diantara penelitian yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan CA-125 sebagai
prediktor prognosis kanker ovarium.
Perubahan kadar CA-125 dapat digunakan sebagai indikator yang dapat
dipercaya untuk menilai respon atau progresi kanker ovarium berdasar berbagai
kriteria, akan tetapi CA-125 belum jelas diketahui perannya untuk diagnosis dan
prognosis. Peran CA-125 sebagai metode skrining dan follow up rutin masih
merupakan topik yang terus diteliti.
CA-125 adalah protein yang didapat dalam darah pada berbagai keadaan
termasuk pada kanker ovarium. Tes ini tidak cukup sensitif mendiagnosis stadium
awal penyakit. Walaupun lebih dari 85% penderita kanker ovarium stadium lanjut
terjadi kenaikan kadar CA-125 ( >35 U/ml), ternyata hanya 50% yang mengalami
kenaikan pada stadium awal penyakit. Selain itu peningkatan kadar CA-125 lebih dari
35 U/ml didapati pada 6% populasi tanpa menderita kanker ovarium. Meskipun
pemeriksaan CA-125 tidak spesifik untuk mendiagnosis kanker ovarium namun
potensial digunakan untuk menilai, memonitor, dan mengevaluasi respon terapi pada
kanker ovarium.

1.2. Tujuan Pembahasan


a. Tujuan Umum
Untuk melengkapi persyaratan tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan
Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tentang
Ca Ovarium.

b. Tujuan Khusus
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menguraikan hal-hal yang
berkenaan dengan Ca Ovarium serta penanggulangan dan komplikasinya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI OVARIUM


Ovarium merupakan salah satu organ sistem reproduksi wanita, yang berlokasi
pada pelvis yang menyokong uterus menutupi dinding lateral pelvis, di belakang
ligament dan bagian anterior dari rektum. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus
dalam rongga pelvis. Selama masa reproduksi ovarium mempunyai ukuran 4 x 2,5 x
1,5 cm. Ovarium dilapisi oleh satu lapisan yang merupakan modifikasi macam-
macam mesotelium yang dikenal sebagai epitel permukaan dan germinal. Stroma
ovarium dibagi dalam region kortikal dan medullari, tapi batas keduanya tidak jelas.
Stroma terdiri dari sel-sel spindel menyerupai fibroblast, biasanya tersusun berupa
whorls atau storiform pattern. Sel-sel terdiri atas cytoplasmic lipid dan dikelilingi
oleh suatu serat retikulin. Beberapa sel menyerupai gambaran seperti miofibroblastik
dan immunoreaktif dengan smooth muscle actin (SMA) dan desmin.

3
Bagian korteks dilapisi suatu lapisan biasanya ditutupi oleh jaringan ikat
kolagen yang aseluler. Folikel mempunyai tingkatan maturasi yang bervariasi di luar
korteks. Setiap siklus menstruasi, satu folikel akan berkembang menjadi suatu folikel
grafian, yang mana akan berubah menjadi korpus luteum selama ovulasi. Medula
ovarium disusun oleh jaringan mesenkim yang longgar dan terdiri dari kedua duktus
(rete ovarii) dan small clusters yang bulat, sel epiteloid yang mengelilingi pembuluh
darah dan pembuluh saraf. Ovarium mempunyai dua fungsi yaitu :
1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan.
2. Memproduksi hormon estrogen dan progesterone.
Pembuluh darah limfe ovarium mengalir ke saluran yang lebih besar
membentuk pleksus pada hilus, dimana akan mengalir melewati mesovarium ke nodus
para aortik, aliran lain ke iliaka interna, iliaka eksterna, interaorta, iliaka pada
umumnya dan nodus inguinal.

2.1. KANKER OVARIUM

2.1.1 Definisi
Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak lazim (kanker)
pada satu atau dua bagian indung telur. Kanker ovarium adalah tumor ganas pada
ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70
tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui
sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-
paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini
merupakan awal dari banyak kanker primer.

2.1.2. Epidemiologi
Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker ovarium sekitar
4% dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab
kematian akibat kanker, diperkirakan pada tahun 2003 ditemukan 25.400 kasus baru
dan menyebabkan kematian sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak
berubah sejak 50 tahun yang lalu. Tingginya angka kematian oleh karena kanker
ovarium disebabkan oleh karena tidak timbulnya gejala pada stadium awal sehingga
seringkali terdeteksi setelah stadium lanjut. Karsinoma ovarium sering mengenai
wanita usia di atas 40 tahun, rata-rata terdiagnosa usia 58 tahun. Angka kelangsungan
hidup 5 tahun sekitar 40% dan tergantung pada stadium.

4
Bervariasinya epidemiologi akan meningkatkan faktor resiko obstetrik,
endokrin, dan ginekologi menimbulkan kesulitan, dan tidak menghasilkan
kesimpulan.

2.1.3.Etiologi
Penyebab kanker ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Akan
tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
a. Hipotesis incessant ovulation
Teori Incessant ovulation ini beranggapan bahwa adanya trauma berulang pada
ovarium selama proses ovulasi, mengakibatkan epitel ovarium mudah terpajan atau
terpapar oleh berbagai faktor risiko sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kelainan
atau abnormalitas genetik. Semakin dini usia wanita mengalami menstruasi, semakin
terlambat mencapai menopause, tidak pernah hamil atau memiliki keturunan
merupakan berbagai kondisi yang dapat meningkatkan frekuensi ovulasi. Berbagai
kondisi yang menekan frekuensi ovulasi, seperti kehamilan dan menyusui justru
menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium.
Adanya ovulasi dan semakin bertambahnya umur seorang wanita meyebabkan
terperangkapnya fragmen epitel permukaan ovarium pada cleft atau invaginasi pada
permukaan dan badan inklusi pada kortek ovarium. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi metaplasia dan neoplasma
pada daerah-daerah ovarium yang mengalamai invaginasi dan terbentuknya badan
inklusi
b. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal
ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal dan sel – sel kanker ovarium.

c. Hipotesis gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan data
epidemiologi. Hormon hipofisis diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium
pada beberapa percoban pada rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika
kadar hormone esterogten rendah di sirkulasi perifer, kadar gonadotropin juga
meningkat. Peningkatan kadar hormone gonadotropin ini ternyata berhubungan
dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.

5
Kelenjar ovarium yang telah terpapar zat karsinogenik dimetilbenzatrene
(DMBA) akan menjadi tumor ovarium jika ditransplantasikan pada
tikus yang telah diooforektomi, tetapi tidak menjadi tumor jika tikus tersebut
telah di hipofisektomi.Berkurangnya resiko kanker ovarium pada wanita multipara
dan wanita pemakai pil kontrasepsi dapat diterangkan dengan rendahnya kadar
gonadotrofin.

2.1.4. Faktor Resiko

1. Faktor Genetik
Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah
seorang wanita memiliki risiko terkena kanker ovarium. Pada umumnya kanker
ovarium epitel bersifat sporadis, 5-10 % adalah pola herediter atau familial. Risiko
seorang wanita untuk mengidap kanker ovarium adalah sebesar 1,6 %. Angka risiko
pada penderita yang memiliki satu saudara sebesar 5 % dan akan meningkat menjadi 7
% bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium.
Menurut American Cancer Society (ACS), sekitar 10 % penderita kanker
ovarium ternyata memiliki anggota keluarga yang terkena penyakit yang sama.
Umumnya, pasien yang memiliki sejarah keluarga yang menderita kanker akibat gen
mutasi BRCA1 dan BRCA2 memiliki risiko sangat tinggi menderita kanker ovarium
dan diperkirakan mencapai 50-70 % pasien kanker ovarium meningkat sesuai dengan
pertambahan usia.

2. Usia
Risiko kejadian kanker ovarium pada umumnya ditemukan pada usia di atas 40
tahun. Angka kejadian akan meningkat semakin bertambahnya usia. Angka kejadian
kanker ovarium pada wanita usia di atas 40 tahun sekitar 60% penderita, sedangkan
pada wanita usia lebih muda sekitar 40%. Mayoritas kanker ovarium muncul setelah
seorang perempuan melewati masa menopause. Di Amerika Serikat, insiden usia rata-
rata kanker ovarium frekuensi tertinggi berada pada rentang umur 40-44 tahun,
dimana dari 15-16 per 100.000 wanita berusia tersebut merupakan penderita kanker
ovarium.

6
3. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita.
Ada beberapa Klasifikasi Paritas, diantaranya:
1. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali.
2. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar
untuk hidup di dunia luar.
3. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali.
4.Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan
biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan.
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas yang tinggi memiliki
risiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah daripada nulipara, yaitu dengan
risiko relatif 0,7.

4. Faktor Hormonal
Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala yang berhubungan dengan
menopause berhubungan dengan peningkatan risiko kanker ovarium baik dari insiden
maupun tingkat mortalitasnya. Peningkatan risiko secara spesifik terlihat pada wanita
dengan penggunaaan hormon estrogen tanpa disertai progesteron karena peran
progesteron yaitu menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium. Pada kehamilan,
tingginya kadar progesteron akan membantu menurunkan risiko tumor ganas ovarium.
Hormon lain yang juga mempengaruhi tingginya angka kejadian kanker
ovarium yaitu hormon gonadotropin di mana fungsinya untuk pertumbuhan. Menurut
teori yang melakukan percobaan kepada binatang di mana pada percobaan ini
ditemukan bahwa jika kadar estrogen rendah di sirkulasi perifer maka kadar hormon
gonadotropin meningkat.
Peningkatan kadar hormon gonadotropin ini ternyata berhubungan dengan
semakin besarnya tumor ovarium pada binatang percobaan tersebut. Penekanan kadar
androgen juga dapat mempengaruhi kejadian kanker ovarium. Hal ini berkaitan dengan
teori yang pertama kali dikemukakan oleh Risch pada tahun 1998 yang mengatakan
bahwa androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium karena
didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen dan dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal serta sel-sel kanker ovarium epitel
dalam kultur sel. Epitel ovarium yang selalu terpapar pada androgenik steroid yang
berasal dari ovarium itu sendiri dan kelenjar adrenal, seperti androstenedion,
dehidropiandrosteron dan testosterone.

7
5. Faktor Reproduksi
Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki
dampak terbesar pada penyakit ini. Infertilitas, menarche dini (sebelum usia 12 tahun),
memiliki anak setelah usia 30 tahun dan menopause yang terlambat dapat juga
meningkatkan risiko untuk berkembang menjadi kanker ovarium.
Pada kanker ovarium, terdapat hubungan jumlah siklus menstruasi yang
dialami seorang perempuan sepanjang hidupnya, di mana semakin banyak jumlah siklus
menstruasi yang dilewatinya maka semakin tinggi pula risiko perempuan terkena kanker
ovarium.
6. Pil Kontrasepsi
Kontrasepsi berarti mengurangi kemungkinan atau mencegah konsepsi.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang
cukup penting pada wanita saat ini. Pada tahun 2005, megacu kepada United Nation di
mana lebih dari 660 juta wanita yang menikah atau hidup bersama pada usia produktif
(15-49 tahun) menggunakan beberapa metode kontrasepsi dan 450 juta orang
menggunakan kontrasepsi oral dan Intrauterina Devices (IUD).
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko
terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai
pil kontrasepsi, yaitu dengan risiko relatif 0,6 . Penelitian ini juga melaporkan bahwa
pemakaian pil kontrasepsi selama satu tahun menurunkan risiko sampai 11%,
sedangkan pemakaian pil kontrasepsi sampai lima tahun menurunkan risiko sampai
50%. Penurunan risiko semakin nyata dengan semakin lama pemakaiannya.

7. Obat-Obat yang Meningkatkan Kesuburan (Fertility Drugs )


Obat-obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang diberikan
secara oral, dan obat-obat gonadotropin yang diberikan dengan suntikan seperti follicle
stimulating hormone (FSH), kombinasi FSH dengan Luteinizing hormone (LH), akan
menginduksi terjadinya ovulasi atau multiple ovulasi. Menurut hipotesis incessant
ovulation dan hipotesis gonadotropin, pemakaian obat penyubur ini jelas akan
meningkatkan risiko relatife terjadinya kanker ovarium.

8. Terapi Hormon Pengganti pada Masa Menopause


Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause (menopausal hormon
therapy = MHT) dengan estrogen saja selama 10 tahun meningkatkan risiko relative
2,2.

8
Sementara itu, jika masa pemakaian MHT selama 20 tahun atau lebih, risiko
relatif meningkat menjadi 3,2. Pemakaian MHT dengan estrogen yang kemudian
diikuti dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan meningkatnya risiko
relatife menjadi 1,5. Oleh karena itu, MHT, khususnya dengan estrogen saja, secara
nyata meningkatkan risiko relatif terkena kanker ovarium.

9. Penggunaan Bedak Tabur


Penggunaan bedak tabur langsung pada organ genital atau tissue pembersih
bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) terhadap ovarium. Selain itu, bedak tabur
juga mengandung asbes yaitu bahan mineral penyebab kanker.

2.1.5. Patofisiologi

Berbagai kelainan genetik diduga berperan dalam menentukan terjadinya


kanker ovarium. Beberapa gen dan ekspresi protein gen yang mengalami kelainan dan
terlibat dalam karsinogenesis terjadinya kanker ovarium telah diketahui. Kelainan
pada gen dan ekspresi protein gen tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu onkogen
yang memicu pertumbuhan, inaktivasi gen supresor tumor dan perubahan gen
apoptosis.
1. Onkogen yang memicu pertumbuhan
Beberapa gen yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah gen
HER2-neu, RAS, MYC, dan CDK1. Onkogen merupakan suatu kelainan pada gen
yang mengakibatkan terjadinya peningkatan aktivasi pertumbuhan dan atau
pembelahan seluler, sehingga akan mengarahkan sel pada pertumbuhan yang tidak
terkendali.
2. Inaktivasi gen supresor tumor
Gen-gen yang termasuk dalam kelompok ini meliputi BRCA1, BRCA2 dan
P53. Adanya inaktivasi pada BRCA1 dan BRCA2 mengakibatkan terjadinya
gangguan penyembuhan kerusakan sel atau DNA. P53 yang mengalami inaktivasi,
misalnya pada sel yang mengalami mutasi atau kehilangan gen P53, maka
ekspresi p53 tidak terjadi atau terjadi ekspresi p53 namun tidak dapat
mengaktivasi proses transkripsi pada beberapa gen target seperti gen inhibitor
kinase dipendent-cyclin CDKN1A (P21) dan GADD45. Kegagalan ekspresi p21
mengakibatkan siklus sel tidak dapat berhenti pada akhir fase G1 dan ekspresi
GADD45 mengakibatkan tidak terjadinya perbaikan DNA.

9
Keberadaan onkogen dan inaktivasi gen supresor tumor selanjutnya akan
mengakibatkan proliferasi sel menjadi tidak terkontol.

3. Perubahan pada gen pengatur apoptosis


Gen pengatur apoptosis terutama diperankan oleh BAX dan BCL2. Pada
perubahan fungsi proapoptosis dari gen BAX, di mana tidak terjadi aktivasi BAX
akan mengakibatkan sel tidak mampu mengalami proses apoptosis. Perubahan
fungsi anti apoptosis gen BCL2, justru akan memperberat ketidakmampuan sel
untuk mengalami proses apoptosis.
Pada akhirnya, proliferasi sel yang tidak terkendali dan kegagalan proses
apoptosis akan berdampak pada terfiksasinya mutasi pada sel yang membelah,
khususnya DNA sehingga mengarahkan sel menuju proses transformasi ganas,
salah satunya adalah kanker ovarium.

2.1.6. Gejala Klinis

Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10% dari kanker ovarium yang
terdeteksi pada stadium awal. Umumnya lebih dari 60% penderita setelah berada pada
stadium lanjut. Pada stadium lanjut biasanya dijumpai gejala-gejala :
1. Penekanan pada rongga abdomen berupa rasa mual, muntah, hilang nafsu makan,
dan gangguan motilitas usus
2. Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen
3. Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
4. Menstruasi tidak teratur
5. Perasaan lelah
6. Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge)
7. Nyeri saat berhubungan seksual
8. Penurunan berat badan

Sudaryanto(1989) mengemukakan penggunaan suatu indeks untuk melakukan


diagnosis keganasan ovarium prabedah, dengan 8 variabel yang masing-masing diberi
bobot dengan skor dan nilai pisah untuk indeks ini adalah 3. Skor 3-5 menunjukkan
kecurigaan keganasan, sedangkan skor 6 atau lebih dapat dikatakan ganas.

10
Indeks keganasan ovarium (Sudaryanto, 1989)
No. Petunjuk Diagnosis Variabel Skor
1 Lamanya pembesaran a. Lambat (lebih dari 16 bulan atau tak ada 0
perut atau tumor pembesaran)
b. Cepat (16 bulan atau kurang) 1
2 Keadaan umum a. Baik 0
b. Kurang/tidak baik 1
3 Tingkat kekurusan a. Normal/gemuk 0
b. Kurus 1
4 Konsistensi tumor a. Kistik homogen 0
b. Solid homogen 1
c. Macam-macam 2
5 Permukaan tumor a. Rata/licin 0
b. Berbenjol/tidak teratur 1
6 Gerakan tumor a. Bebas 0
b. Tak bebas 1
7 Ascites a. Tak ada 0
b. Ada 1
8 LED 1 jam a. Rendah (60 mm atau kurang) 0
b. Tinggi (lebih dari 60 mm) 1

Disaia (1989) mengamati perbedaan-perbedaan antara tumor jinak dan ganas ovarium,
baik pada pemeriksaan panggul maupun pada saat pembedahan; sehingga kewaspadaan
terhadap adanya keganasan tersebut dapat lebih terarah lagi,
Penemuan pada pemeriksaan panggul (Disaia, 1989)
Jinak Ganas
Sifat unilateral bilateral
Konsistensi kistik padat
Gerakan bebas terbatas
Permukaan licin tidak licin
Asites sedikit/tidak ada banyak
Benjolan di daerah cul de tidak ada ada
sac
Pertumbuhan lambat cepat

11
Penemuan pada saat pembedahan (Disaia,1989)
Jinak Ganas
Permukaan papiler jarang sangat sering
Intrakistik papiler jarang sangat sering
Konsistensi padat jarang sangat sering
Bilateral jarang sering
Perlengketan jarang sering
Asites jarang sering
Nekrosis jarang serng
Implantasi pada peritoneum jarang sering
Kapsel utuh sering jarang
Konsistensi kistik sering jarang

2.1.7. Klasifikasi

Kanker ovarium berasal dari sel-sel yang menyusun, yaitu sel epithelial,sel
germinal, dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasaldari metastesis
organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon, tapi tidak dapat
dikatakan sebagai kanker ovarium. Kanker ovarium dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu :
1. Tumor Epithelial
Tumor epithelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium,umumnya
jenis tumor yang berasal dari epithelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas
dari epithelial ovarium (EOC’s : Epithelial Ovarium Carcinomas) merupakan jenis
tumor yang paling sering (85-90%) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker
ovarium. Gambaran tumor epithelial yang secara mikroskopis tidak jelas
teridentifikasi sebagai kanker dinamakan sebagai tumor Borderline atau tumor yang
berpotensi ganas.
2. Tumor Germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau sel telur,
umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas. Bentuk
keganasan sel germinal terutama adalah teratoma,dysgerminoma dan tumor sinus
endodermal. Insiden keganasan tumor germinal terjadi pada usia muda kadang di
bawah usia 20 tahun. Sebelumera kombinasi kemoterapi, harapan hidup satu tahun
kanker ovarium germinal stadium dini hanya mencapai 10-19% sekarang ini 90%

12
pasien kanker ovarium germinal dapat disembuhkan dengan fertilitas dapat
dipertahankan.
3. Tumor Stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon esterogen dan progesteron. Jenis tumor ini jarang ditemukan,
bentuk yang didapati berupa tumor techa dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker
dengan derajat keganasan yang rendah.

13
2.1.8. Stadium

14
2.1.9. Penyebaran

Kanker ovarium dapat menyebar sebagai berikut :

1. Penyebaran Transcoelomic
Penyebaran dimulai apabila tumor telah menginvasi kapsul. Selanjutnya sel – sel
tumor yang mengalami eksfoliasi akan menyebar sepanjang permukaan
peritoneum kavum abdomen (transcoelomic) mengikuti aliran cairan peritoneum.
Aliran cairan peritoneum itu karena pengaruh gerakan pernapasan akan mengalir
dari pelvis ke fossa paracolica, terutama yang kanan, ke mesenterium dan ke
hemidiafragma kanan. Oleh karena itu metastasis yang sering ditemukan di kavum
douglass, fossa paracolica, hemidiafragma kanan, kasus hepar, peritoneum usus
dan mesenterium, dan omentum. Proses metastasis ini jarang menginvasi lumen
usus, tetapi secara cepat akan menyebabkan usus-usus saling melekat sehingga
dapat menimbulkan ileus obstruktif. Hal ini disebut juga carsinomateus ileus.
2. Penyebaran Limfatik
Penyebaran kanker ovarium dapat juga melalui pembuluh getah bening yang
berasal dari ovarium.
- Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah di ligamentum
infundibulo pelvikum, sel – sel kanker dapat menyebar mencapai kelenjar getah
bening di sepanjang aorta dan kelenjar getah bening interkavoaortika sampai
setinggi a/v.renalis.
- Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah di ligamentum
latum dan parametrium, sel – sel kanker dapat mencapai kelenjar getah bening di
dinding panggul seperti kgb iliaka eksterna, kgb obturatoria, dan kgb di sekitar
pembuluh darah hipogastrika.
- Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah di ligamentum
rotundum, sel – sel kanker dapat mencapai kelenjar getah bening di daerah
inguinalis.
Metastasis ke kelenjar getah bening ini sangat bergantung pada stadium penyakit,
dan pada stadium lanjut metastasis ke kelenjar getah bening retroperitoneal ini
sangat tinggi.
3. Penyebaran Hematogen
Penyebaran hematogen dari kanker ovarium jarang sekali terjadi. Bila terjadi,
penyebaran tersebut dapat ditemukan di parenkim paru dan hepar pada 2 – 3%
kasus.

15
Penyebaran jauh biasanya terjadi pada penderita dengan asites yang banyak,
karsinomatosis peritoneal, telah ada metastasis intraabdomen dan kgb
retroperitoneal.
4. Transdiafragma
Cairan asites yang mengandung sel – sel tumor ganas dapat menembus diafragma
sebelah kanan sehingga mencapai rongga pleura. Implantasi sel – sel tumor ganas
di rongga pleura akan menimbulkan efusi pleura. Penemuan sel tumor ganas pada
cairan efusi pleura merupakan salah satu kriteria untuk menetapkan penderita
kanker ovarium berada di stadium IV.

2.1.10. Diagnosis

1. Anamnesis

Keluhan utama yang sering timbul pada stadium awal dari keganasan ovarium
adalah perasaan berat dan tidak enak pada perut bagian bawah, disertai nyeri, keluhan
– keluhan ini dirasakan semakin berat, sesuai dengan perkembangan penyakit, dapat
juga mengeluh sering kencing dan konstipasi apabila massa menekan kandung
kencing dan rektum.
Pada stadium lanjut, pasien sering kali mempunyai gejala akibat desakan /
penyebaran tumor meliputi : pembesaran perut, kembung, konstipasi, nausea,
anoreksia, atau cepat kenyang, serta dapat berupa efek endokrin yang bermanifestasi
sebagai defeminisasi, maskulinisasi, atau hiperestrogenisme.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Palpasi abdomen dan pemeriksaan ginekologi akan mendapatkan tumor atau


massa di dalam panggul dengan bermacam - macam konsistensi mulai dari
yang kistik sampai yang solid ( padat )
b. Bila didapatkan massa tumor padat di perut bagian bawah, dilanjutkan
pemeriksaan intensif sebelum membuat diagnosis bahwa massa tumor tersebut
bukan suatu neoplasma. Perlu dicurigai adanya keganasan pada massa tumor di
ovarium atau daerah adneksa bila dijumpai hal - hal sebagai berikut 1 :
- Konsistensi tumor yang bervariasi ( padat, kistik, lunak, atau kenyal ).
Bentuk atau pernukaan tumor tidak beraturan atau berbenjol - benjol.
- Pergerakan tumor terbatas.

16
c. Pemeriksaan rektovaginal adalah bagian terpenting dari pemeriksaan fisik
pasien dengan kecurigaan keganasan ovarium. Tumor adneksa yang padat,
penonjolan cavum Dauglas karena asites, nodul - nodul pada cavum Douglas,
terfiksir, merupakan tanda-tanda keganasan. Sebaliknya, tumor adneksa yang
rata l halus, mudah digerakkan, kistik, lebih mendekati tumor jinak atau
borderline.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. USG Ginekologi
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang dalam diagnosis
suatu tumor ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran
dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites.
Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT-Scan, MRI,
dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan,
namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas
yang lebih baik dari ultrasonografi.
b. CT-Scan (Computed Tomography Scanning) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging).
c. Laparoskopi
d. Parasentesis cairan asites
Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada
penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan
pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang
memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila
penderita mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma. Bila terdapat cairan
ascites yang tidak dapat diterangkan asalnya atau sebabnya (misalnya akibat
Cirrhosis hepatis), laparatomi eksploratif harus dijalankan.
e. Tumor marker
Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering
digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering
disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda
tumor untuk jenis sel germinal, antara lain Alpha-fetoprotein (AFP), Lactic
acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like
alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin(hCG).

17
2.1.11. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kanker ovarium sangat ditentukan oleh stadium, derajat


diferensiasi, fertilitas, dan keadaan umum penderita. Pengobatan utama adalah operasi
pengangkatan tumor primer dan metastasisnya, dan bila perlu diberikan terapi
adjuvant seperti kemoterapi, radioterapi (intraperitoneal radiocolloid atau whole
abdominal radiation),
A. Penatalaksanaan operatif kanker ovarium stadium 1
Pengobatan utama untuk kanker ovarium stadium I adalah operasi yang terdiri
atas :
1. histerektomi totalis perabdominalis
Merupakan tipe histerektomi yang sangat sering dilakukan. Tindakan ini
meliputi mengangkat uterus bersama servik sekaligus.
2. Salpingooforektomi bilateralis
Merupakan tindakan operatif mengangkat kedua ovarium dan kedua tuba fallopi.
3. Surgical staging.
Surgical staging adalah suatu tindakan bedah laparotomi eksplorasi yang
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perluasan suatu kanker ovarium
dengan melakukan evaluasi daerah-daerah yang potensial akan dikenai
perluasaan atau penyebaran kanker ovarium. Temuan pada surgical staging akan
menentukan stadium penyakit dan pengobatan adjuvant yang perlu diberikan.
4. Sitologi
Jika pada surgical staging ditemukan cairan peritoneum atau asites, cairan
tersebut harus diambil untuk pemeriksaan sitologi. Sebaliknya, jika cairan
peritoneum atau asites tidak ada, harus dilakukan pembilasan kavum abdomen
dan cairan bilasan tersebut diambil sebagian untuk pemeriksaan sitologi.
Penelitian pada kasus-kasus kanker ovarium stadium IA ditemukan hasil sitologi
positif pada 36% kasus, sedangkan pada kasus-kasus stadium lanjut, sitologi
positif ditemukan pada 45% kasus.
5. Apendektomi
Tindakan apendektomi yang rutin masih controversial. Metastasis ke apendiks
jarang terjadi pada kasus kanker ovarium stadium awal (<4%). Pada kanker
ovarium epithelial jenis musinosum, ditemukan metastasis pada 8% kasus. Oleh
karena itu, apendektomi harus dilakukan secara rutin pada kasus kanker ovarium
epithelial jenis musinosum.

18
6. Limfadenektomi
Limfadenektomi merupakan suatu tindakan dalam surgical staging. Ada dua
jenis tindakan limfadenektomi, yaitu:
a.Limfadenektomi selektif (sampling lymphadenectomy/selective
lymphadenectomy) yaitu tindakan yang hanya mengangkat kelenjar getah bening
yang membesar saja.
b.Limfadenektomi sistematis (systematic lymphadenectomy) yaitu mengangkat
semua kelenjar getah bening pelvis dan para-aorta.

B. Penatalaksanaan kanker ovarium stadium lanjut (II, III, IV)


Pendekatan terapi pada stadium lanjut ini mirip dengan penatalaksanaan kasus
stadium I dengan sedikit modifikasi bergantung pada penyebaran metastasis dan
keadaan umum penderita. Tindakan operasi pengangkatan tumor primer dan
metastasisnya di omentum, usus, dan peritoneum disebut operasi “debulking” atau
operasi sitoreduksi. Tindakan operasi ini tidak kuratif sehingga diperlukan terapi
adjuvant untuk mencapai kesembuhan.
1. Operasi sitoreduksi
Ada dua teknik operasi sitoreduksi, yaitu :
a. Sitoreduksi konvensional
Sitoreduksi konvensional ini adalah sitoreduksi yang biasa dilakukan,
yaitu operasi yang bertujuan membuang massa tumor sebanyak mungkin
dengan menggunakan alat-alat operasi yang lazim seperti pisau, gunting, dan
jarum jahit.
b. Sitoreduksi teknik baru
Sitoreduksi teknik baru sangat berbeda dengan sitoreduksi
konvensional yang memakai pisau, gunting, dan jarum jahit. Dengan teknik
baru tersebut dapat dilakukan sitoreduksi dari massa tumor yang berukuran
beberapa milimeter sampai hilang sama sekali.
Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Argon beam coagulator
Dimana alat electrosurgical ini mengalirkan arus listrik ke jaringan dengan
menggunakan berkas gas argon. Keuntungan penggunaan alat ini adalah
distribusi energi yang dihasilkan merata terhadap jaringan dan lebih sedikit
mengakibatkan trauma panas dan nekrosis jaringan.

19
- Cavitron ultrasonic surgical aspirator (CUSA)
Dimana alat ini menggabungkan tiga mekanisme kerja dalam satu hand-
set, yaitu: alat fragmentasi jaringan (vibrating tip), alat irrigator untuk daerah
yang difragmentasi dan alat aspirator jaringan yang difragmentasi. CUSA
bekerja sebagai akustik fibrator dengan frekuensi 23.000 HZ, yang mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik.
- Teknik laser.

2. Kemoterapi
Keganasan ovarium tidak dapat disembuhkan tuntas hanya dengan operasi, kemoterapi
anti kanker merupakan tindakan penting yang tidak boleh absent dalam prinsip terapi
gabungan terhadap kanker ovarium, lebih efektif untuk pasien yang sudah berhasil
menjalani operasi sitoreduksi.

3. Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan
T2 (FIGO: tingkat I dan II), yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga
perut. Juga radioterapi dapat diberikan kepada penyakit yang tingkatnya agak lanjut,
tetapi akhir-akhir ini banyak diberikan bersama khemoterapi, baik sebelum atau
sesudahnya sebagai adjuvans, radio-sensitizer maupun radio-enhancer. Di banyak
senter, radioterapi dianggap tidak lagi mempunyai tempat dalam penanganan tumor
ganas ovarium. Pada tingkat klinik T3 dan T4 (FIGO: tingkat III dan IV) dilakukan
debulking dilanjutkan dengan khemoterapi. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor
yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif)
seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.

20
2.1.12. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu upaya mempertahankan orang yang sehat agar tetap
sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Upaya pencegahan primer dapat
dilakukan dengan pemberian informasi mengenai kanker ovarium, upaya pencegahan
seperti :
1. Pemakaian pil pengontrol kehamilan
Menurut ACS, perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi secara oral (pil KB)
untuk tiga sampai lima tahun diperkirakan mengurangi risiko terkena kanker indung
telur hingga 30 sampai 50 persen lebih rendah.
2. Operasi sterilisasi atau hysterectomy (pengangkatan rahim)
Dari penelitian ACS, operasi sterilisasi, berupa pengikatan saluran indung telur untuk
mencegah kehamilan, mengurangi 67 persen risiko terkena kanker indung telur.
Sementara untuk pengangkatan rahim, memang terbukti efektif untuk mencegah
kanker rahim.
3. Diet
Gaya diet yang memperbanyak makan sayuran, terbukti mengurangi risiko terkena
telur. Apalagi, jika anda membatasi konsumsi daging dan makanan yang mengandung
lemak jenuh.
4. Olahraga
Para penelitian, membuktikan olahraga ringan hingga sedang, namun dilakukan rutin
(minimal 3 kali dalam seminggu dengan waktu olahraga minimal 15 menit) dapat
meningkatkan kekebalan tubuh, memperbanyak antioksidan dan mengurangi risiko
kegemukan. Semua akibat baik dari olahraga itu penting untuk menjaga kesehatan,
termasuk mencegah terkena kanker.

b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghambat progresifitas penyakit,
pencegahan ini dapat dilakukan dengan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.

21
BAB III

PENUTUP

3.1.1. Kesimpulan
Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak lazim (kanker) pada
satu atau dua bagian indung telur. Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker
ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening
dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Penyebab kanker ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Akan
tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya,
Hipotesis incessant ovulation menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel
ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Selain itu, teori lain yaitu
teori hipotesis androgen. Hal ini didasarkan pada percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Hal ini dapatkan dari percobaan invitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan sel – sel ovarium normal dan sel – sel kanker ovarium.
Banyak faktor pencetus terjadinya kanker ovarium seperti faktor genetik, riwayat
keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah seorang wanita memiliki
resiko terkena kanker ovarium. Usia, risiko kejadian kanker ovarium pada umumnya
ditemukan pada usia di atas 40 tahun. Faktor paritas, faktor hormonal, faktor reproduksi,
pemakaian pil kontrasepsi, pemakaian bedak tabur juga berperan sebagai faktor pencetus.
Anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik yang lengkap sangat penting. Rasa
tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering berhubungan
dengan kanker ovarium. Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan.
Keluhan yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor
pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Gejala lain yang sering timbul adalah
mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan
asites yang masif.
Penatalaksanaan kanker ovarium sangat ditentukan oleh stadium, derajat
diferensiasi, fertilitas, dan keadaan umum penderita. Pengobatan utama adalah operasi
pengangkatan tumor primer dan metastasisnya, dan bila perlu diberikan terapi adjuvant
seperti kemoterapi, radioterapi (intraperitoneal radiocolloid atau whole abdominal
radiation).

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Farid Aziz, Andrijono, Bari Abdul. 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi dan
Ginekologi Edisi Pertama. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Iqbal,Rahmad. 2009. Evaluasi Penatalaksanaan Kanker Ovarium RSUP H.Adam
Malik. Universitas Sumatera Utara.
https://id.scribd.com/doc/281144014/CA-Ovarium. Diakses pada tanggal 6 Agustus
2016
3. I gede sastra winata. 2013 .Tesis Ekspresi Protein 53 (P53) pada Kanker
Ovarium.Universitas Udayana Denpasar.
www.pps.unud.ac.id/thesis/.../unud-951-1718273374-gabungan%20tesis%20stw.pdf.
Diakses pada tanggal 6 Agustus 2016
4. Universitas Sumatera Utara. 2011. Gambaran Kepadatan Infiltrasi Limfosit Pada
Karsinoma Ovarium. https://www.scribd.com/doc/139514564/CA-Ovarium. Diakses
pada tanggal 6 Agustus 2016 Universitas Sumatera Utara. 2011. Gambaran
Kepadatan Infiltrasi Limfosit Pada Karsinoma Ovarium.
https://www.scribd.com/doc/139514564/CA-Ovarium. Diakses pada tanggal 6
Agustus 2016
5. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23265/5/Chapter%20I.pdf. Diakses pada
tanggal 7 Agustus 2016
6. etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77142/.../S2-2014-303038-chapter1.pdf.
Diakses pada tanggal 14 Agustus 2016
7. https://www.scribd.com/doc/49318486/kanker-ovarium. Diakses pada tanggal 8
Agustus 2016
8. https://es.scribd.com/document/252718492/CA-Ovarium. Diakses pada tanggal 8
Agustus 2016
9. https://pt.scribd.com/doc/277888988/ca-ovarium. Diakses pada tanggal 8 Agustus
2016

23

Anda mungkin juga menyukai