Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No.

2 September 2012 ISSN 1412-4645 


 

CADANGAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN TANAH PADA


BERBAGAI SISTEM PENUTUPAN LAHAN
DI SUB-SUB DAS AMANDIT
Above Ground Carbon Stocks On Various Landcover Systems In Amandit
Sub Sub Watershed
Syam’ani, Arfa Agustina R, Susilawati, Yusanto Nugroho
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru.
ABSTRACT. The aim of this research was to determine the carbon stocks in various
landcover systems primarily on the existing system of landuse on site. Measurement of
carbon stocks performed on each character of landuse. Based on the results obtained by
the identification of 15 classes of landuse. Furthermore, carbon stocks was measured at
15 points each landuse, those are, primary upland forest, secondary upland forest,
bareland, residential, mining, farming, mixed farming upland shrub, bush, swamp shrub.
The results showed that store carbon stock (C) of the primary forest 214.234558 Mg/ha,
Swamp Forest 109.5401358 Mg/ha, secondary forest 76.398847 Mg/ha, plantation forest
52.24720899 Mg/ha , mixed garden 75.91800164 Mg/ha, palm oil 37.09233138 Mg/ha,
settlement 39.759732 Mg/ha, wetlands store carbon stock by 2.75091684 Mg/ha, rice
field 1.539459 Mg/ha, bush shrub 4.352907065 Mg/ha, bush shrub swamps 9.147026299
Mg/ha, and dry field 1.15919241 Mg/ha. Thus, there is the greatest total carbon storage
on primary forest, continued with swamp forest and secondary forest. While the smallest
total carbon stock storage found on the moor landuse.
Keywords: Carbon stocks, carbon emissions, biomass, landuse, amandit
ABSTRAK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cadangan karbon pada
berbagai sistem penutupan lahan terutama pada sistem penggunaan lahan yang ada di
lokasi. Pengukuran cadangan karbon dilakukan pada setiap karakter penggunaan lahan.
Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh 15 kelas penggunaan lahan. Selanjutnya,
cadangan karbon diukur pada masing-masing 15 titik penggunaan lahan tersebut, yang
meliputi hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, lahan terbuka,
pemukiman, pertambangan, pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur
semak, semak belukar, semak belukar rawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
cadangan karbon pada Hutan Primer sebesar 214.234558 Mg/ha, Hutan Rawa sebesar
109.5401358 Mg/ha, Hutan Sekunder sebesar 76.398847 Mg/ha, Hutan Tanaman
sebesar 52.24720899 Mg/ha, Kebun Campuran sebesar 75.91800164 Mg/ha, Kebun
Sawit sebesar 37.09233138 Mg/ha, Permukiman sebesar 39.759732 Mg/ha, Rawa
sebesar 2.75091684 Mg/ha, Sawah sebesar 1.539459 Mg/ha, Semak Belukar sebesar
4.352907065 Mg/ha, Semak Belukar Rawa sebesar 9.147026299 Mg/ha, dan Tegalan
sebesar 1.15919241 Mg/ha. Dengan demikian, total penyimpanan karbon terbesar
terdapat pada penggunaan lahan Hutan Primer, dilanjutkan penggunaan lahan Hutan
Rawa dan Hutan Sekunder. Sementara total penyimpanan C terkecil terdapat pada
penggunaan lahan Tegalan.
Kata Kunci: Cadangan karbon, emisi karbon, biomassa, penggunaan lahan, amandit
Penulis untuk korespondensi: e-mail aang_abdi@yahoo.co.id

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki berbagai memiliki tingkat keanekaragaman hayati


macam penggunaan lahan, mulai dari yang yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan
paling ekstensif misalnya agroforestri negara mega biodiversitas di dunia, baik
kompleks yang menyerupai hutan, hingga flora maupun fauna yang penyebarannya
paling intensif seperti sistem pertanian sangat luas (Heriyanto dan Garsetiasih,
semusim monokultur.Indonesia juga 2004). Peraturan Pemerintah Republik
merupakan salah satu negara tropis yang Indonesia No. 18 Tahun 1994 menyatakan

148
 
Syam’ani,dkk:Cadangan Karbon Di ....................(2):148-158

bahwa potensi sumber daya alam hayati melestarikan komunitas hayati secara utuh.
dan ekosistemnya tersebut perlu Bahkan para Ahli Biologi Konservasi
dikembangkan dan dimanfaatkan bagi mengatakan konservasi pada tingkat
sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat komunitas merupakan satu- satunya cara
melalui upaya konservasi sumberdaya alam yang efektif untuk melestarikan spesies.
hayati dan ekosistemnya, sehingga tercapai Hal ini terutama mengingat dalam situasi
keseimbangan antara perlindungan, penangkaran, dan sumber pengetahuan
pengawetan dan pemanfaatan secara yang kita miliki hanya dapat
lestari. menyelamatkan sebagian kecil saja spesies
yang ada di bumi (Widhiastuti, 2008).
Keanekaragaman spesies,
ekosistem dan sumberdaya genetik Untuk mengurangi dampak
semakin menurun pada tingkat yang perubahan iklim, upaya yang dapat
membahayakan akibat kerusakan dilakukan saat ini adalah meningkatkan
lingkungan.Perkiraan tingkat kepunahan penyerapan karbon (Sedjo and Salomon,
spesies di seluruh dunia berkisar antara 1988) dan/atau menurunkan emisi karbon
100.000 setiap tahun, atau beberapa ratus (Lasco, 2004). Penurunan emisi karbon
setiap hari.Kepunahan akibat beberapa dapat dilakukan dengan: (a)
jenis tekanan dan kegiatan, terutama mempertahankan cadangan karbon yang
kerusakan habitat pada lingkungan alam telah ada dengan: mengelola hutan lindung,
yang kaya dengan keanekaragam hayati, mengendalikan deforestasi, menerapkan
seperti hutan hujan tropik dataran rendah. praktek silvikultur yang baik, mencegah
Bahkan dalam kurun waktu dua setengah degradasi lahan gambut dan memperbaiki
abad yang akan datang diperkirakan pengelolaan cadangan bahan organik
sebanyak 25% kehidupan akan hilang dari tanah, (b) meningkatkan cadangan karbon
permukaan bumi. Hal tersebut disebabkan melalui penanaman tanaman berkayu dan
oleh aktivitas manusia yang mengarah (c) mengganti bahan bakar fosil dengan
pada kerusakan habitat maupun pengalihan bahan bakar yang dapat diperbarui secara
fungsi lahan. Kondisi tersebut sangat langsung maupun tidak langsung (angin,
mengkhawatirkan karena kita ketahui biomasa, aliran air), radiasi matahari, atau
keanekaragaman hayati mempunyai aktivitas panas bumi (Lasco et al., 2004).
peranan penting sebagai penyedia bahan
Peningkatan penyerapan cadangan
makanan, obat-obatan dan berbagai
karbon dapat dilakukan dengan (a)
komoditi lain penghasil devisa negara, juga
meningkatkan pertumbuhan biomasa hutan
berperan dalam melindungi sumber air,
secara alami, (b) menambah cadangan
tanah serta berperan sebagai paru-paru
kayu pada hutan yang ada dengan
dunia dan menjaga kestabilan lingkungan
penanaman pohon atau mengurangi
(Budiman, 2004).
pemanenan kayu, dan (c) mengembangkan
Kepunahan keanekaragaman hutan dengan jenis pohon yang cepat
hayati sebagian besar karena ulah tumbuh (Sedjo and Salomon, 1988).
manusia.Kepunahan oleh alam,
Karbon yang diserap oleh tanaman
berdasarkan catatan para ahli hanya sekitar
disimpan dalam bentuk biomasa kayu,
9% dari seluruh keanekaragaman hayati
sehingga cara yang paling mudah untuk
yang ada dalam kurun waktu sejuta
meningkatkan cadangan karbon adalah
tahun.Saat ini, kepunahan
dengan menanam dan memelihara pohon
keanekaragaman hayati di daerah tropis
(Lasco et al., 2004).
akibat ulah manusia mencapai 1.000
sampai 10.000 kali laju kepunahan yang Canadell (2002), mengatakan
terjadi secara alami (Alikodra dan bahwa untuk memperoleh potensial
Syaukani, 2004 dalam Widhiastuti, penyerapan karbon yang maksimum perlu
2008).Perubahan iklim global yang terjadi ditekankan pada kegiatan peningkatan
akhir-akhir ini disebabkan karena biomasa di atas permukaan tanah bukan
terganggunya keseimbangan energi antara karbon yang ada dalam tanah, karena
bumi dan atmosfir. Keseimbangan tersebut jumlah bahan organik tanah yang relatif
dipengaruhi antara lain oleh peningkatan lebih kecil dan masa keberadaannya
gas-gas asam arang atau karbondioksida singkat.Hal ini tidak berlaku pada tanah
(CO2). gambut (van Noordwijk et al., 1997;
Paustian et al., 1997).
Untuk melestarikan
keanekaragaman hayati di suatu ekosistem Tulisan ini memaparkan studi yang
cara yang paling efektif adalah dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai

149
 
Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 2, Edisi September 2012 
 

Selatan, Kalimantan Selatan untuk karbon pada berbagai sistem penutupan


mengukur cadangan karbon pada berbagai lahan terutama pada sistem penggunaan
sistem penggunaan lahan. Penelitian ini lahan yang ada di Sub sub DAS Amandit.
bertujuan untuk mengetahui cadangan

METODE PENELITIAN

Skala Plot Nekromas

Sebelum melakukan pengukuran Pengukuran nekromasa berkayu yang


dilakukan survei terlebih dahulu di Daerah bercabang dengan menggunakan rumus
Sub Das Amandit Kabupaten Hulu Sungai allometrik seperti pohon hidup (lihat Tabel
Selatan untuk mengidentifikasi sistem 1.1), sedangkan untuk pohon yang tidak
penggunaan lahan yang ada. Pengukuran bercabang dihitung berdasarkan volume
dilakukan pada 15 titik penggunaan lahan silinder sebagai berikut: Dimana, H =
meliputi hutan lahan kering primer, hutan panjang/tinggi nekromasa (cm), D =
lahan kering sekunder, lahan terbuka, diameter nekromas (cm), = BJ kayu (g cm-
pemukiman, pertambangan, pertanian 3). Biasanya BJ kayu mati sekitar 0.4 g cm-
lahan kering, pertanian lahan kering 3, namun dapat juga bervariasi tergantung
campur semak, semak belukar, semak pada kondisi pelapukannya.Semakin lanjut
belukar rawa. Pada survei ini pengukuran tingkat pelapukan kayu, maka BJ nya
cadangan karbon hanya dilakukan di atas semakin rendah. . pengolahan data
permukaan tanah. nekromasa berkayu sama caranya dengan
pengolahan biomasa pohon, yaitu bedakan
Di tiap-tiap titik pengamatan
antara jenis nekromasa besar (berdiameter
dilakukan pengukuran diameter dan tinggi
> 30 cm) dan nekromasa sedang
untuk penghitungan biomassa pohon dan
(berdiameter antara 5-30 cm), karena luas
nekromas. Biomassa pohon dengan ukuran
plot pengumpulan datanya berbeda.
plot 5 m x 40 m untuk diameter 5 – 30 cm
dan ukuran plot 20 m x 100 m untuk
Tumbuhan Bawah
diameter > 30 cm. Sedangkan
penghitungan biomassa nekromas dengan
Pengambilan contoh biomasa tumbuhan
ukuran plot 20 m x 100 m untuk diameter 5
- 30 cm ataupun diameter > 30 cm.Metode bawah harusdilakukan denganmetode
pengumpulan dilakukan untuk tumbuhan 'destructive' (merusak
bawah dan serasah dengan dengan bagiantanaman).Tumbuhan bawah yang
kuadran berukuran 2 x 0.5 m x 0.5 m yang diambil sebagai contohadalah semua
tumbuhan hidup berupa pohon
ditempatkan di dalam plot berukuran 5 m x
40 m. yangberdiameter < 5 cm, herba dan
rumput-rumputan.
Pohon
Serasah
Pengukuran biomasa pohon
dilakukan dengan cara 'non destructive' Pengambilan contoh biomasa
(tidak merusak bagian tanaman). Biomasa serasah harusdilakukan dengan metode
'destructive' (merusak bagian tanaman).
pohon (dalam berat kering) dihitung
menggunakan "allometric equation" Serasah yang diambil sebagai contoh
berdasarkan pada diameter batang setinggi adalah semua serasah yang ada di lantai
hutan. Dari berat kering komponen
1,3 m di atas permukaan tanah (dalam cm).
Tabel 1 berisi daftar allometric equation penyimpan karbon dalam suatu luasan
yang digunakan dalam mengestimasi tertentu kemudian dikonversi ke nilai
karbonnya dengan perhitungan sebagai
biomasa pada berbagai jenis
vegetasi.Sedangkan nilai kerapatan kayu berikut:
dipeloreh dari referensi yang telah dikemas Karbon biomasa = Total berat kering * 0.46
dalam database.  

150 
 
Syam’ani,dkk:Cadangan Karbon Di ....................(2):148-158

Gambar 1. Peta titik sampel penelitian biomassa di Sub-Sub DAS Amandit


Figure 1. Map of sampling point of biomass research on Amandit Sub sub Watershed

Tabel 1. Estimasi Biomassa Pohon Menggunakan Persamaan Allometrik


Table 1. . Biomass of trees Estimation with allometric Equation
Jenis Pohon Estimasi Biomassa Pohon Sumber
Pohon Bercabang BK = 0.11 ρ D2.62 Ketterings, 2001
Pohon Tidak Bercabang BK = ρ H D2/40 Hairiah et al, 1999
Pisang BK = 0.030 D2.13 Arifin , 2001
Bambu BK = 0.131 D2.28 Priyadarsini, 2000
Keterangan ;
BK = berat kering; D = diameter pohon, cm;
H = tinggi pohon, cm; ρ = BJ kayu, g cm-3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman Spesies tiap tutupan lahan kasturi.Sedangkan pada kebun campuran


didominasi oleh pohon buah- buahan
Pada Hutan Primer, jenis-jenis seperti cempedak, durian, kuini, mangga,
vegetasi didominasi oleh pohon seperti rambutan. Diantara lain terdapat juga
belaran tapah, jambu burung, perupuk/ pohon karet dan sungkai.
bambu, bintangur, putat, jingah, keruing,
Berdasarkan jumlah jenis pohon
dan bayuan.Sedangkan pada Hutan
yang ditemukan pada berbagai sistem
sekunder ditemukan pohon karet, kayu
penggunaan/ tutupan lahan. Jumlah jenis
putih, tarap, bayuan, habang pucuk dan
tertinggi terdapat pada Hutan Primer (17
pohon buah- buahan seperti cempedak,
jenis) dan Hutan Sekunder (14 jenis)
jeruk, langsat, mangga, pisang dan
dilanjutkan Kebun Campuran (10 jenis),
rambutan.
kemudian Hutan Rawa (5 jenis) seperti
Pada Hutan Rawa ditemukan terlihat pada Gambar 2.
pohon gmelina, karet, kelapa, sungkai, dan

151
 
Ju
JuurnalHutan
urnal HutanTrropis
T Volume
Tropis Volum
me 13 No.
1 No.
13 2 si September
2, Edis Septembber
2 2012
2012 ISSN 14
412-4645 
 

20 17
1
14
15
10
10
5
5
1 1
0 0 0 0 0 0 0 0
0

Ga ambar 2. Juumlah jenis pohon


p pada berbagai sistem penggun naan lahan d
di Sub-
sub DAS Ama andit
Fiigure 2. Num
mber of tree species
s in diffferent land use
u system on
o Amandit SSub sub Wate
ershed

Nekro omas didefiinisikan se ebagai Da


ari data diatas dapa at dilihat
koomponen da ari vegetasi yang telah mati bahwa biomassa
b pohon me erupakan
daan mengalami proses pelapukan. Pada komponen terb
besar jumlah
lokasi penelittian ditemukkan tunggakk dan biomassa/ccadangan carbon pa ada tiap
baatang pohon n sisa pembbalakan, seh hingga masing- masing p
penggunaan lahan
koomponen ini merupakan n juga salahh satu dibandingkkan dengan nekromas, tu umbuhan
koomponen pe enyimpan karbon
k di dalam
d bawah ata aupun serasa ah.Terbesar terdapat
peenggunaan lahan.Dalam m penelitian ini pada peng ggunaan laha an hutan priimer (titik
jumlah bioma assa nekrommas terbesarr ada 5C) sebessar 457.4097 Mg/ha dilanjutkan
paada penggun naan lahan hutan
h lahan kering
k pada peng ggunaan lah han hutan ra awa (titik
prrimer (titik 6B
B) sebesar 14
4.2569 Mg/ha. 10C) sebesar 239.511 Mg/ha. Hal ini
disebabkan n jumlah biomassa berka aitan erat
Tumbuhan bawwah meruppakan
dengan proses
p foto
osintesis, biomassa
b
tumbuhan bukan pohon yang tumbuh di
bertambah h karena tu umbuhan menyerap
m
lantai hutan.JJumlah biom
massa tumb buhan
CO2 dari udara
u dan mmengubahnya a menjadi
baawah terbessar ada pa ada penggu unaan
senyawa organik
o dari proses foto osintesis,
lahan semak belukar
b rawaa (titik 4B) sebesar
hasil fotosiintesis digun
nakan oleh tu umbuhan
7.5817 Mg/ha.
untuk melakukan pertumbuhan ke arah
Serasah juga merupakan
m salah horisontal dan vertikkal ditandai dengan
saatu kompon nen di dala am hutan yang bertambah hnya diamete er dan tingggi. Hal ini
menyimpan ka arbon. Sera asah didefinisikan menunjukkkan bahwwa pertu
umbuhan
seebagai daun atau ranting g kecil yang telah diameter berhubbungan dengan
ai hutan. Serasah
jattuh dan berrada di lanta pertambah han biomassa pohon n serta
diddefinisikan sebagaibaha an organik mati berhubung gan pula dengan jumlah h karbon
ya
ang berada di d atas tanaah mineral. Hanya
H yang tersimpan di vvegetasi.Keb banyakan
kaayu mati yanng ukuran diaameternya kurang biomasa in ni terdapat d dalam batan ng-batang
daari 10 cm dikategorikan sebagai serrasah. pohon.Kom mponen p
pohon meempunyai
Seerasah umum mnya diestim
masi biomasssanya persentase e terbesar ka arena adany ya batang
deengan metode pemanenan/ yang merrupakan ba agian berka ayu dan
peengumpulan..Jumlah bio omassa serasah tempat penyimpanan
p n cadanga an hasil
terbesar ada a pada penggunaan lahan fotosintesiss terbesar untuk pertu umbuhan.
peertanian lahaan kering (titik 5C) sebesar Jumlah bio omassa poho on terbesar dari data
7.3649 Mg/ha. diatas bila diurutkan p pada masing g- masing
penggunaa an lahan yan ng ada terdaapat pada

1552
 
Syam’ani,dkk:Cadangan Karbon Di ....................(2):148-158

penggunaan lahan hutan primer sebesar penyerapan carbon dalam rangka


kemudian hutan rawa, hutan sekunder, mengurangi gas efek rumah kaca.
kebun campuran, hutan tanaman, Penebangan hutan akan menyebabkan
permukiman, kebun sawit, semak belukar terbukanya permukaan tanah terhadap
rawa, semak belukar, rawa, sawah, radiasi dan cahaya matahari. Dampak
selanjutnya tegalan . Begitu juga dengan langsungnya adalah meningkatnya suhu
jumlah total penyimpanan biomassa dan tanah dan turunnya kadar air tanah.
total penyimpanan C. Dampak langsung lainnya dari kegiatan
penebangan hutan adalah menurunnya
Total biomassa terbesar terdapat
cadangan karbon atas-permukaan (above-
pada penggunaan lahan hutan primer (titik
ground carbon stocks) dan selanjutnya
5C) sebesar 465.0646 Mg/ha dilanjutkan
akan mempengaruhi penyusutan cadangan
penggunaan lahan hutan rawa (titik 3A)
karbon bawah permukaan (below-ground
sebesar 239.511 Mg/ha kemudian
carbon stocks) (Murdiyarso et al, 2004).
penggunaan lahan hutan sekunder (titik 6C)
sebesar 158.913 Mg/ha. Sedangkan total Biomasa Karbon pada sistem
penyimpanan C terbesar terdapat pada
pengelolaan lahan tradisional
penggunaan lahan hutan primer (titik 5C)
sebesar 213.9214 Mg/ha dilanjutkan Perhitungan karbon pada beberapa
penggunaan lahan hutan rawa (titik 3A) sistem pengelolaan lahan secara tradisional
sebesar 111.7614 Mg/ha kemudian pada dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
penggunaan lahan hutan sekunder (titik 6C) jumlah karbon pada system yang berbeda
sebesar 80.9806 Mg/ha . Hal ini berkaitan dan pada wilayah desa yang menunjukkan
dengan keragaman jenis vegetasi yang ada perkembangan dari hulu ke hilir. Dalam
pada masing- masing penggunaan lahan kehidupan masyarakat asli suku Dayak,
yang ada.(Dapat dilihat pada blangko pengelolaan lahan dikenal dengan sebutan
pengukuran biomassa). Lebih lanjut Hairiah gilir balik, dimana dalam system ini ada
dan Rahayu (2007) mengatakan, tanaman masa bera suatu lahan itu ditinggalkan
atau pohon berumur panjang yang tumbuh setelah dipergunakan sebagai huma atau
di hutan maupun di kebun campuran lading. Pola gilir balik ini dimaksudkan agar
(agroforestri) merupakan tempat lahan yang telah dipergunakan dapat pulih
penimbunan atau penyimpanan C (rosot C kondisinya seperti semula atau bahkan bisa
=C sink) yang jauh lebih besar daripada berubah fungsi menjadi hutan
tanaman semusim. Oleh karena itu, hutan sekunder.Pola gilir balik ini dapat di lihat
alami dengan keragaman jenis pepohonan seperti pada Gambar 3.
berumur panjang dan seresah yang banyak Berdasarkan hasil perhitungan
merupakan gudang penyimpanan C karbon pada tiga pengelolaan lahan
tertinggi (baik di atas maupun di dalam tradisional, maka dapat dikatakan bahwa
tanah). Jumlah C tersimpan antar lahan jumlah karbon ton/ha dari daerah hulu
berbeda-beda, tergantung pada keragaman semakin menurun ke daerah hilir, dimana
dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis daerah hulu adalah desa Haratai yang
tanahnya serta cara pengelolaannya. jumlah penduduknya relatif sedikit dan
Semakin beragam tumbuhan yang ada akses transportasi yang sedikit sukar.
semakin besar pula tempat penimbunan Selain itu banyaknya jumlah karbon di desa
atau cadangan carbon yang ada.Cadangan Haratai menunjukkan bahwa masih
karbon pada suatu sistem penggunaan diterapkannya kearifan lokal masyarakat
lahan dipengaruhi oleh jenis vegetasinya. Dayak Bukit Meratus dalam hal
Suatu sistem penggunaan lahan yang pengelolaan lingkungan. Untuk desa
terdiri dari pohon dengan spesies yang Loklahung dan desa Hulu Banyu
mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, merupakan desa yang sudah terbuka dan
biomasanya akan lebih tinggi bila akses menuju desa tersebut mudah
dibandingkan dengan lahan yang dijangkau.
mempunyai spesies dengan nilai kerapatan Jumlah karbon yang terdapat pada
kayu rendah. (Rahayu, S et al, 2007). tingkat pohon untuk desa Haratai adalah
135,74 ton/ha, tingkat pohon di desa
Dari data diatas sebenarnya
Loklahung sebesar 83,20 ton/ha dan jumlah
tampak bahwa penggunaan lahan terbuka
karbon tingkat pohon di desa Haratai
dan tubuh air (titik 7 dan 8) tidak ditemukan
sebesar 37,95 ton/ha. Sedangkan jumlah
sama sekali biomassa. Hal ini jelas sekali
karbon tingkat tiang dapat dibedakan atas 3
bahwa penggunaan lahan terbuka dan
pola pengelolaan lahan yaitu belukar anum,
tubuh air sangat buruk dalam hal
jurungan dan kebun campuran. Belukar

153
 
Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 2, Edisi September 2012 
 

anum di desa Haratai memiliki jumlah karet untuk ladang yang telah ditinggalkan.
karbon yang paling tinggi jika dibandingkan Sedangkan untuk tingkat kebun campuran,
dengan desa Loklahung dan desa Haratai jumlah karbon di desa Hulu Banyu memiliki
yaitu sebesar 10, 49 ton/ha. Untuk jumlah nilai yang sangat rendah. Ini menunjukkan
karbon pada pengelolaan lahan secara bahwa telah banyaknya kebun campuran
jurungan atau bekas ladang yang telah beralih fungsi menjadi peruntukan lain
berumur 7 – 12 tahun relatif sama pada apalagi dengan ditunjang kebijaksanaan
ketiga desa. Hal ini dikarenakan jenis dari pemerintah daerah yang mengijinkan
tumbuhan yang menyusun pada lahan adanya program kebun sawit di wilayah
jurungan relatif sama seperti kayu manis tersebut. Untuk lebih jelasnya tingkat
dan karet. Masyarakat di ketiga desa jumlah karbon pada tingkat pohon dan tiang
tersebut memiliki kebiasaan untuk dapat di lihat pada Gambar 4 dan 5.
menanam jenis pohon kayu manis dan

Hutan  Kabun 
Campuran 
> 12 tahun 

Pahumaan 
Jurungan 
1 – 2 tahun 
7 – 12 tahun 

Balukar Anum

‐ 7 tahun 

Gambar 3. Pola Perladangan Gilir Balik Masyarakat Dayak Bukit Loksado


Figure 3. Pattern of Shifting Cultivation “Gilir Balik” by Dayak Bukit Loksado Society

160

140

120
Total Karbon (ton/ha)

100

80 Belukar anum

60 Jurungan
Kebun campuran
40

20

0
Desa Haratai Desa  Desa Hulu 
Loklahung Banyu

Gambar 4. Jumlah karbon (ton/ha) tingkat pohon


Figure 4. The amount of Carbon (ton/ha) in the tree level

154 
 
Syam’ani,dkk:Cadangan Karbon Di ....................(2):148-158

Tabel 2. Hasil Pengukuran Karbon Tersimpan Pada Berbagai Penggunaan Lahan


Table 2. The results of measurements of carbon stored in various land use
Penutupan/ Luas Tumbuhan Jumlah Cadangan C Total
Titik Pohon Nekromass Serasah
Penggunaan Lahan (ha) Bawah Biomassa (Mg/ha) Cadangan C
5A 450.158 0 3.4741 6.6756 460.5735 211.8638
5B Hutan Primer 2524.56 457.92 0 5.5962 6.9414 470.8811 216.6053 540584.4875

5C 457.410 0 3.8059 7.3649 465.0466 213.9214


3A 239.511 0.4547 0.0221 3.8309 242.9654 111.7641
Hutan Rawa 544.74 60003.4847
3B 229.46 0.0000 0.0052 2.9776 235.9507 108.5373
6A 141.479 0 0.8705 6.4855 146.7909 67.5238
6B Hutan Sekunder 13496.59 148.799 0.2057 14.2569 4.4414 169.0775 77.7757 1018003.251

6C 158.913 4.8658 10.2611 5.8159 176.0449 80.9806


10A 139.563 0.2054 0.4146 2.00495 142.9900 65.7754
Hutan Tanaman 8599.92 450873.4769
10B 81.8614 0 0.3054 2.80703 84.9562 39.0799
12A 155.421 3.1452 14.9234 2.7894 175.3436 80.6581
Kebun Campuran 18824.11 1422045.756
12B 146.175 2.5328 3.2374 1.8541 153.1079 70.4296
2A 78.1471 0.6933 0 1.1627 80.2760 36.9270
Kebun Sawit 6139.7 226093.9404
2B 79.1057 0.7266 0 1.4356 79.8323 36.7229
7A 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
7B Lahan Terbuka 16170.65 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0

7C 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0


11A 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Permukiman 1418.34 0
11B 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
1A Rawa 32901.36 0 0.1986 3.816643 2.2846 7.9784 3.6700 73220.95542

155
 
Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 2, Edisi September 2012 
 

1B 0 1.372 0.3256 3.9631 1.6976 0.7809


13A 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
13B Sawah 28110.22 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0

13C 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0


14A 0 3.3457 8.9636 1.1839 13.7258 6.3139
Semak Belukar 71819.63 384541.0644
14B 0 3.9109 0.1051 1.4166 9.5536 4.3946
4A 0.0000 7.2716 10.2503 5.5376 23.2353 10.6883
Semak Belukar Rawa 34841.18 274317.9428
4B 0.0000 7.5817 3.4151 5.7134 10.9968 5.0585
9A 0 2.4627 0.0000 0.0000 2.4627 1.1328
Tegalan 14689.56 17028.02646
9B 0 2.5773 0.0000 0.0000 2.5773 1.1856
8A 0 0 0 0 0 0
Tubuh Air 389.49 0
8B 0 0 0 0 0 0

Keterangan ;
Mg = MegaGram, ha = hektar

156 
 
Syam’ani,dkk:Cadanga
an Karbon Di .....................(2
2):148-158

30

25
Total Karbon (Ton/Ha)

20
Belukar anum
15
Jurungan
10 Kebun camp
puran
5

0
D
Desa Haratai Desa  Desa Hu
ulu 
Loklahungg Banyuu

Gambar 5. Ju umlah karbon


n dalam plot (ton/ha) tingkat tiang
Fiigure 5. The amount of Carbon
C (ton/h
ha) in the polle level

Gaambar 6. Pemmanfaatan lahann di desa Huluu Banyu, Lok


klahung dan Haratai
H
Fiigure 6. The Utilization
U of Land
L in Hulu Banyu,
B Lok La
ahung dan Haaratai Village

157
 
Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 2, Edisi September 2012 
 

KESIMPULAN

Komponen pohon merupakan cadangan karbon yang terbesar untuk tipe


biomassa terbesar pada jumlah biomassa pengelolaan lahan secara tradisional
penggunaan lahan yang terdapat di terdapat pada pola kebun campuran tingkat
penggunaan lahan hutan primer (titik 5C) pohon di desa Haratai yaitu sebesar 135.74
sebesar 457,410 Mg/ha. Jumlah biomassa ton/ha.
terbesar pada masing- masing penggunaan
Adanya penambahan jumlah
lahan terdapat pada penggunaan lahan
karbon mulai tingkat belukar anum –
hutan primer sebesar 455,1626 Mg/ha.
jurungan - kebun campuran yang
Jumlah cadangan karbon terbesar menunjukkan semakin kompleknya
pada masing- masing penggunaan lahan vegetasi penyusun pada ketiga pola
terdapat pada penggunaan lahan hutan tersebut.
primer sebesar 214,1302 Mg/ha. Jumlah

DAFTAR FUSTAKA

Arifin, J., 2001. Estimasi Penyimpanan C clean development activities. ASB


Pada Berbagai Sistem Penggunaan Lecture Note 4A. ICRAF, Bogor, 49
Lahan di Kecamatan Ngantang, pp.
Malang, Jurusan Tanah, Fakultas
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah.
Pertanian, Universitas rawijaya,
Malang, 61pp. Penerbit PT Mediyatama Sarana

Barchia, M.F. 2006. Gambut Agroekosistem Perkasa. Jakarta


dan Transformasi Karbon. Gadjah
Mada University Press. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah
Yogyakarta. dan Pedogenesa. Penerbit
akademika Pressindo Jakarta
Ciais P, Peylin P and Bousquet P. 2000.
Regional biospheric carbon fluxes Heriansyah I. 2005. Potensi Hutan
asinferred from atmospheric CO2 Tanaman Industri dalam
measurements. Ecological Menseguester Karbon: Studi kasus
Applications 10: 1574-1589. di Hutan Tanaman Akasia dan
Pinus. Inovasi Vol. 3/XVII/Maret
CIFOR. 2003. Perdagangan Karbon. Warta 2005.
Kebijakan No. 8 Februari 2003. Karyadi, B. 1997. Kimia 2. Untuk SMU
Center for International Forestry kelas 2. Departemen Pendidikan
Research (CIFOR). Bogor dan Kebudayaan, Jakarta.
Hairiah K, S. Rahayu. 2007. Pengukuran Lusiana B, M van Noordwijk, S Rahayu.
“Karbon Tersimpan” di Berbagai 2005. Karbon tersimpan di
Macam Penggunaan Lahan. Bogor. Kabupaten Nunukan, Kalimantan
World Agroforestry Centre – Timur : Monitoring Secara Spatial
ICRAF, SEA Regional Office, dan Permodelan. Laporan Tim
University of Brawijaya, Unibraw, Proyek Pengelolaan Sumber Daya
Indonesia. 77 p. Alam Untuk Penyimpanan Karbon
Hairiah K, SM Sitompul, M van Noordwijk (Formacs). World Agroforestry
and C Palm. 2001. Karbon stocks Centre.
of tropical land use sistems as part
of the global C balance: effects of Nazir, 1988. Metode Penelitian. Ghalia
forest conversion and potion for Indonesia. Jakarta

158 
 

Anda mungkin juga menyukai