Anda di halaman 1dari 11

TEKNOLOGI BENIH

MACAM SUBSTRATA PERKECAMBAHAN DAN DORMANSI

Disusun Oleh :
Ika Hardiyan Suryaningsih
134150129

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan pada pertumbuhan biji dimulai
dengan perkecambahan. Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio
di dalam biji menjadi tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada di
lingkungan yang sesuai. Proses perkecambahan biji memerlukan suhu yang
cocok, banyaknya air yang memadai, persediaan oksigen yang cukup,
kelembaban, dan cahaya.
Substratum merupakan suatu bahan atau material dimana biji
ditempatkan untuk pengujian perkecambahan. Pengujian benih ditunjukan
untuk mengetahui mutu atau kualitas benih. Substratum perkecambahan
sangat menentukan keberhasilan pengujian perkecambahan benih. Pada
beberapa jenis biji memiliki sifat dorman dan tidak akan berkecambah
meskipun disesuaikan pada kondisi tempat yang menguntungkan sampai
petunjuk lingkungan tertentu menyebabkan biji mengakhiri masa dormasinya.
Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah
masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan
tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai
proses perkecambahannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa syarat dan macam substratum perkecambahan ?
2. Apa pengertian dan penyebab dormansi pada benih ?
3. Apa tipe dormansi dan cara mengatasi dormansi pada benih ?

C. Tujuan
1. Mengetahui syarat dan macam substratum perkecambahan
2. Mengetahui pengertian dan penyebab dormansi pada benih
3. Mengetahui tipe dormansi dan cara mengatasi dormansi pada benih
BAB II
PEMBAHASAN

A. Substratum Perkecambahan
Substratum perkecambahan merupakan suatu bahan atau material
dimana biji dapat ditempatkan untuk pengujian perkecambahan. Pengujian
benih ditunjukan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih. Substratum
perkecambahan sangat menentukan keberhasilan pengujian perkecambahan
benih. Benih yang masak dan normal apabila jatuh pada substratum yang
kondisi lingkungannya menguntungkan akan mengalami perkecambahan
seperti kelembaban, suhu dengan cahaya yang cukup. Untuk keperluan
pengujian dipilih substratum yang memenuhi persyaratan.
Persyaratan umum substratum perkecambahan yaitu :
1. Mempunyai daya serap dan daya ikat air yang tinggi
2. Tidak terlalu mudah kering atau terlalu mudah becek
3. Bersih dan steril (bebas dari mikroorganisme pengganggu)
4. Homogen (seragam)

Berdasarkan bahan dan cara pemakainnya, menurut ketentuan ISTA


(International Seed Testing Association) ada bebarapa macam substratum
perkecambahan antara lain :
1. Pengujian PKDP (Pada Kertas Digulung Dalam Plastik)
Menggunakan beberapa kertas substratum yang dibasahi
secukupnya (biasanya 5 lembar kertas, 3 lembar yang diisi benih).
Selanjutnya digulung beserta alas plastiknya kemudian dimasukkan dalam
bak perkecambahan.
2. Pengujian AK (Antar Kertas)
Benih ditata pada setengah bagian kertas kemudian dilipat dengan
baik. Selanjutnya dimasukkan dalam bak perkecambahan.
3. Pengujian PK (Pada Kertas)
Kertas substratum diletakkan dalam cawan petri, dibasahi
kemudian biji diletakkan pada kertas dan cawan petri ditutup.
4. Pengujian PP (Pada Pasir)
Baki kayu atau plastik diisi dengan pasir, dibasahi kemudian benih
ditanam diatas pasir.
5. Pengujian DP (Dalam Pasir)
Seperti pada PP hanya benih ditutup dengan selapis pasir

B. Pengertian Dormansi
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami
organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang
tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi
merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu
dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau
hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk
mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi
yang kondusif bagi pertumbuhan.
Ciri-ciri biji dormansi, yaitu :
1. Jika kulit dikupas, embrio tumbuh
2. Embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu
rendah
3. Embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan
biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
4. Perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai
tumbuh kerdil
5. Akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim
semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
6. Biji bersifat light sensitive
Penyebab terjadinya dormansi benih antara lain :
1. Rendahnya atau tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh
struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar
masuknya air ke dalam benih.
2. Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit
benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi
terhambat dan menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan
mobilisasi cadangan makanan dalam benih.
3. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit
biji yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada
tanaman pangan, dormansi sering dijumpai pada benih padi, sedangkan
pada sayuran dormani sering dijumpai pada benih timun putih, pare dan
semangka non biji.

C. Tipe Dormansi
Menurut Sutopo (1985), ada beberapa tipe dormansi, yaitu dormansi
Fisik dan dormansi Fisiologis.
1. Dormansi Fisik
Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas structural
terhadap perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada
berbagai jenis tanaman. Yang termasuk dormansi fisik adalah :
a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih
keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan
air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-
sel berupa palisade yang berdinding tebal, terutama dipermukaan
paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin.

b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio


Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam
keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk
menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka
embrio akan tumbuh dengan segera. Pada tipe dormansi ini juga
didapati tipe kulit biji yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi
perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji
tersebut. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat
diatasi dengan dua cara mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.
c. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji
dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih
apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya
sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini
terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur
hangat. Benih kacang adalah benih sayur yang tidak kenal masa
dormansinya.
d. Dormasi fisiologis (embrio)
Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna
pertumbuhannya atau belum matang. Benih-benih demikian
memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat berkecambah
(penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari
kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis
benih. Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur
dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio
terbentuk sempurna dan dapat berkecambah.

2. Dormansi Fisiologis
a. Immaturity Embrio
Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan
sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian
perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada temperatur dan
kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya
terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
b. After Ripening
Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan
waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dikatakan
membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan
sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama
penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah.
Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari
sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.
c. Dormansi Sekunder
Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan
normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu
keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat
menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-
kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua
kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya
kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya.
Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik
yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang
berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi
lebih terbatas.
d. Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio
Dormansi ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat
perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan
yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain : Ammonia, Abcisic
acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin)
dll. Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting
dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase.
D. Teknik Pematahan Dormansi
Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih
yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu
dipatahkan. Beberapa cara untuk mematahkan dormansi antara lain :
1. Dengan perlakuan mekanis
Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-
cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas,
melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan
perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji
yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
2. Dengan perlakuan kimia
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih
mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti
asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji
menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Sebagai
contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20
menit sebelum tanam. Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama
30 menit. Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200
PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium
hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu
dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain : Cytokinin, Gibberelin
dan iuxil (IAA).
3. Perlakuan perendaman dengan air
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan
memudahkan penyerapan air oleh benih. Caranya yaitu : dengan
memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 o C dan dibiarkan
sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel,
direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu
diangkat keluar untuk dikecambahkan.
4. Perlakuan dengan suhu
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur
rendah pada keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi
sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-
bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan
yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk
setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
5. Perlakuan dengan cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih
dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam
jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang
hari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Substratum perkecambahan merupakan suatu bahan atau material
dimana biji dapat ditempatkan untuk pengujian perkecambahan. Syarat umum
substratum yaitu mempunyai daya serap dan daya ikat air yang tinggi, tidak
terlalu mudah kering atau terlalu mudah becek, bersih dan steril, dan
homogen. Macam substratum yaitu pengujian PKDP (Pada Kertas Digulung
Dalam Plastik), pengujian AK (Antar Kertas), pengujian PK (Pada Kertas),
pengujian PP (Pada Pasir), pengujian DP (Dalam Pasir). Dormansi benih
disebabkan oleh struktur benih (kulit benih) yang keras, respirasi yang
tertukar, dan resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio.
Dormansi dibedakan menjadi ada 2 yaitu dormansi morfologis dan fisiologis.
Cara mematahkan dormansi dilakukan dengan perlakuan perusakan kulit biji,
merendam benih dalam air, perlakuan dengan menggunakan temperatur,
perlakuan dengan zat kimia tertentu, dan perlakuan dengan cahaya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Pengantar dan Petunjuk Praktikum Ilmu Dan Teknologi Benih.
Fakultas Pertanian. UPN “Veteran” Yogyakarta. Yogyakarta

Putri, Mega. 2012. Subtratum Perkecambahan Biji. http://agronomilicious.blog


spot.co.id/2012/12/subtratum-perkecambahan-biji.html?m=1. Diakses
pada 21 September 2017 pukul 19.21 WIB.

Sutopo, Lita. 1993. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNBRAW, Jakarta


Utara.

Anda mungkin juga menyukai