Anda di halaman 1dari 10

Istilah gratifikasi tidak dikenal dalam lingkup hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerjanya.

Di samping itu, pemberian bonus pun tidak dapat disamaartikan dengan “gratifikasi” karena
prinsipnya bonus itu diberikan kepada pekerja karena hasil keuntungan perusahaan atau karena
pekerja menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target produksi yang normal atau karena
peningkatan produktivitas, yang mana besarnya pembagian bonus diatur berdasarkan kesepakatan.

Sebelum membahas tentang bonus, terlebih dahulu kami ingin menjelaskan soal gratifikasi. Perlu
Anda ketahui, gratifikasi dapat kita temukan pengaturannya dalam Pasal 12B Undang-Undang No.
20 Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (“UU 20/2001”). Yang mana mengenai pengertian gratifikasi dapat dilihat
dalam Penjelasan Pasal 12B UU 20/2001 sebagai berikut:

“Yang dimaksud dengan "gratifikasi" dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti luas, yakni
meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan
yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik”
Adapun contoh-contoh pemberian yang dapat dikategorikan sebagai gratifikasi yang sering terjadi
antara lain, yaitu:
1. Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan atau
bawahannya;
2. Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari pejabat oleh rekanan kantor pejabat
tersebut;
3. Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganya untuk keperluan pribadi secara
cuma-cuma.

Contoh lainnya dari gratifikasi dapat Anda simak dalam artikel Ancaman Pidana bagi Pemberi dan
Penerima Gratifikasi.Dari contoh-contoh di atas dapat kita ketahui bahwa gratifikasi itu terjadi di
lingkungan pejabat pemerintahan. Sedangkan, dalam lingkungan antara pengusaha dengan
pekerjanya (hubungan kerja) tidak dikenal istilah gratifikasi.

PENCARIAN

CARI
Login | Sign Up
HUKUMONLINE ENGLISH

Bau mulut dipicu parasit perut! Ini musnahkannya!Bau mulut


dipicu parasit perut! Ini musnahkannya!

Dokter telah menemukan penyebab bau busuk dari mulut!


Baca disiniDokter telah menemukan penyebab bau busuk dari mulut! Baca disini

🔥🔥🔥😍Rasa sakit di sendi akan hilang sekali dan untuk selamanya!


 BERITA
 PUSAT DATA
 KLINIK
 EVENTS & TRAINING
 PRODUK & JASA
Berlangganan Sekarang

KLINIK
Kamis, 18 December 2014




 inShare

Titan GelSebuah cara yang murah untuk meningkatkan penis



Pertanyaan :
Apakah Memberikan Bonus Kepada Karyawan Termasuk
Gratifikasi?
Apakah pemberian bonus bagi karyawan perusahaan merupakan gratifikasi? Sedangkan bonus
bagi karyawan adalah untuk memberikan motivasi guna peningkatan kinerja.
Jawaban :
Terima kasih untuk pertanyaan Anda.

Intisari:

Istilah gratifikasi tidak dikenal dalam lingkup hubungan kerja antara pengusaha dengan
pekerjanya. Di samping itu, pemberian bonus pun tidak dapat disamaartikan dengan “gratifikasi”
karena prinsipnya bonus itu diberikan kepada pekerja karena hasil keuntungan perusahaan atau
karena pekerja menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target produksi yang normal atau
karena peningkatan produktivitas, yang mana besarnya pembagian bonus diatur berdasarkan
kesepakatan.

Penjelasan selengkapnya dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.

Penghancur lemak yang ampuh!turun 30 kg hanya dalam 2 minggu

Penghancur lemak yang ampuh!turun 30 kg hanya dalam 2 minggu

😏Artritis akan hilang dalam 1 bulan dengan obat rumahan ini


😰lagi radang sendi?

Ulasan:

Sebelum membahas tentang bonus, terlebih dahulu kami ingin menjelaskan soal gratifikasi. Perlu
Anda ketahui, gratifikasi dapat kita temukan pengaturannya dalam Pasal 12B Undang-Undang No.
20 Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (“UU 20/2001”). Yang mana mengenai pengertian gratifikasi dapat dilihat
dalam Penjelasan Pasal 12B UU 20/2001 sebagai berikut:

“Yang dimaksud dengan "gratifikasi" dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti luas, yakni
meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan
yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik”

Sebagaimana yang dijelaskan dalam artikel Perbedaan Antara Suap dengan Gratifikasi dapat
dianggap sebagai suap apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya.

Bau mulut dipicu parasit perut! Ini musnahkannya!

Adapun contoh-contoh pemberian yang dapat dikategorikan sebagai gratifikasi yang sering terjadi
antara lain, yaitu:
1. Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan
atau bawahannya;
2. Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari pejabat oleh rekanan kantor pejabat
tersebut;
3. Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat atau keluarganya untuk keperluan pribadi secara
cuma-cuma.

Contoh lainnya dari gratifikasi dapat Anda simak dalam artikel Ancaman Pidana bagi Pemberi dan
Penerima Gratifikasi.Dari contoh-contoh di atas dapat kita ketahui bahwa gratifikasi itu terjadi di
lingkungan pejabat pemerintahan. Sedangkan, dalam lingkungan antara pengusaha dengan
pekerjanya (hubungan kerja) tidak dikenal istilah gratifikasi.

Masih bersumber dari artikel yang sama, sanksi bagi pelaku baik pemberi maupun penerima
gratifikasi terdapat dalam Pasal 5 jo. Pasal 12 huruf a dan huruf b UU 20/2001, yang diperuntukkan
bagipegawai negeri atau penyelenggara negara. Ini artinya, memang gratifikasi pada prinsipnya
dikenal dalam lingkup pemerintahan, bukan hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja
sebagaimana yang dimaksud dalam pertanyaan Anda.

Selanjutnya kami akan jelaskan soal bonus. Bonus adalah bukan merupakan bagian dari upah,
melainkan pembayaran yang diterima pekerja dari hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja
menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target produksi yang normal atau karena peningkatan
produktivitas; besarnya pembagian bonus diatur berdasarkan kesepakatan. Demikian yang disebut
dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. SE-07/MEN/1990 Tahun 1990
tentang Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah (“SE Menaker 7/1990”).

Sebagaimana pernah dijelaskan dalam artikel Bolehkah Tunjangan Jabatan Mengurangi Bonus
Tahunan? dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU
Ketenagakerjaan”) dan peraturan pelaksananya, tidak ada kewajiban bagi pengusaha untuk
memberikan bonus bagi pekerjanya. Maka mengenai bonus pekerja harus melihat kepada ketentuan
yang ada dalam perjanjian kerja atau perjanjian kerja bersama dan peraturan perusahaan.
Penjelasan selengkapnya mengenai bonus dapat Anda simak pula dalam artikel Pengaturan
Mengenai Gaji Ke-14.

Dokter telah menemukan penyebab bau busuk dari mulut! Baca disini

Jadi, bonus bukanlah gratifikasi, karena bonus adalah pembayaran yang diterima pekerja dari hasil
keuntungan perusahaan atau karena pekerja menghasilkan hasil kerja lebih besar dari target
produksi yang normal atau karena peningkatan produktivitas.

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar hukum:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
3. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. SE-07/MEN/1990 Tahun 1990
tentang Pengelompokan Komponen Upah Dan Pendapatan Non Upah

KLINIK TERKAIT
 Bolehkah Tunjangan Jabatan Mengurangi Bonus Tahunan?
 Gaji Terakhir dan Bonus Tahunan Tidak Dibayar
 Pengaturan Mengenai Gaji Ke-14
 Tentang Gaji, Tunjangan, dan Bonus Pengurus Koperasi
 Gaji Salah Transfer, Haruskah Dikembalikan?
BERITA TERKAIT
 MK Diminta Putuskan Peradi sebagai Wadah Tunggal
 Pemerintah: UU Perseroan Terbatas Jamin Keberadaan Profesi Likuidator
 Peluncuran Hasil Survei Kampus Hukum Terfavorit 2018
 Formula Tepat Melakukan PHK Secara Hukum
 Kampus Hukum Baru Juga Bisa Hasilkan Lawyer Berkualitas
Berita lainnya ++
Setiap artikel jawaban Klinik Hukum dapat Anda simak juga melalui twitter
@klinikhukum, atau facebook Klinik Hukumonline.

MESIN PENCARIAN
Cari Jawaban

---Semua Kategori---

Rubrik ini disediakan bagi anda untuk mengajukan persoalan hukum yang anda hadapi.
Rubrik ini diperuntukkan hanya kepada member hukumonline.com
Jika anda member Hukumonline,
silakan Login, atau Daftar ID anda.
Pria manapun dapat bertahan 2,5 jam dengan menggunakan
ini
Pria manapun dapat bertahan 2,5 jam dengan menggunakan ini

Kategori Buruh & Tenaga Kerja


 Langkah Hukum Jika Pengusaha Tidak Membayar Upah Pekerja Selama Skorsing
 Bolehkah Perusahaan Tidak Memberikan Tunjangan Melahirkan?
 Apakah Berhak Terima Gaji Padahal Belum Teken Perjanjian Kerja?
 Dasar Hukum Pemberian Kredit Pemilikan Rumah oleh BPJS Ketenagakerjaan
 Perbedaan Pemborongan Pekerjaan dengan Pengadaan Barang dan Jasa
KLINIK Lainnya ++

KLINIK POPULER
 Konsep Akad Menurut Hukum Islam dan Perjanjian Menurut KUH Perdata
 Larangan Pidana yang Dijatuhkan dalam Putusan PK Melebihi Putusan Semula
 Ketentuan Iklan dan Promosi Susu Formula Bayi
 Haruskah Membayar Denda Terlebih Dahulu Jika Ingin Mendapatkan Remisi?
 Arti Peristiwa Hukum dan Hubungan Hukum
 Arti Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis
 Larangan PNS/CPNS Ikut Serta dalam Partai Politik
 Hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
 Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum oleh Bank kepada Nasabah
 Frasa “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” dalam Hak
Tanggungan
PENJAWAB : Tri Jata Ayu Pramesti, S.H.
MITRA : Bung Pokrol

Tri Jata Ayu Pramesti mendapatkan gelar sarjana hukum dari Universitas Indonesia pada 2011
dengan mengambil Program Kekhususan IV (Hukum tentang Kegiatan Ekonomi).
DARI PENJAWAB :
 Haruskah Membayar Denda Terlebih Dahulu Jika Ingin Mendapatkan Remisi?
 Hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
 Siapa yang Berhak dan Tidak Berhak Mendapat Remisi?
 Kedudukan Peraturan Mahkamah Konstitusi
 Kapan Remisi dan Pembebasan Bersyarat Bisa Didapatkan Narapidana?
Jawaban lainnya ++

MITRA PROSOLUTION
 Assegaf Hamzah & Partners
 BP Lawyers Counselors at Law
 Easybiz
 NAYARA Advocacy
Mitra lainnya ++

Grafis dan Video Klinik


Legalitas Bitcoin Menurut Hukum Indonesia



Ini Jabatan yang Dilarang Diduduki Oleh TKA di Indonesia

Bisakah Dipidana Karena Tidak Mampu Bayar Utang?



Perbedaan Perpanjangan dan Pembaharuan PKWT Bagi Karyawan Kontrak
Video lainnya ++ | Grafis lainnya ++

AD Premier 9th Floor Jl.TB Simatupang No.5 Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta

 Telp : 62-21 2270 8910


 Fax : 62-21 2270 8909
 marketing@hukumonline.com
 redaksi@hukumonline.com
 layanan@hukumonline.com
Perusahaan
 Tentang Kami
 Mengapa Kami?
 Pedoman Media Siber
 Kode Etik
 Kebijakan Privasi
 Bantuan dan FAQ
 Karir

 Berita
 Pusat Data
 Klinik
 Events & Training
 Produk & Jasa
Group
 Easybiz.id
 Justika.com
Social Media

© Copyright 2000 - 2018 PT. Justika Siar Publika. All rights reserved.

Anda mungkin juga menyukai