Rangkuman Sesi XI
Tax Planning dan Pengendalian atas Pajak Pertambahan Nilai
Disusun oleh :
B. Pengendalian atas Faktur Pajak Keluaran Maupun Faktur Pajak Masukan agar
Memenuhi Syarat Formal dan Material
Faktur pajak adalah bukti pemungutan pajak. Agar faktur pajak dapat berfungsi
sebagai bagian dari mekanisme pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran,
faktur pajak harus memenuhi dua persyaratan yaitu persyaratan formal dan persyaratan
material sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 13 ayat
(9) UU PPN yang berbunyi: ”Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal dan
material”.
1. Persyaratan Formal
Berdasarkan penjelasan Pasal 13 ayat (9), faktur pajak dikatakan telah
memenuhi persyaratan formal apabila diisi lengkap, jelas, dan benar sesuai dengan
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 13 ayat (5) yaitu faktur pajak
harus mencantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:
a. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak;
b. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak;
c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
Persyaratan formal dari faktur pajak diatas wajib dipenuhi oleh Pengusaha
Kena Pajak yang menjual BKP/JKP karena apabila tidak dipenuhi, Faktur Pajak yang
diterbitkan dianggap cacat sehingga tidak dapat dijadikan Pajak Masukan oleh
Pengusaha Kena Pajak yang menjadi lawan transaksinya (oleh PKP pembeli).
2. Persyaratan Material
Persyaratan material dari faktur pajak telah terpenuhi apabila keterangan yang
tercantum dalam faktur pajak jelas dan sesuai dengan kejadian transaksi yang
sebenarnya dari BKP atau JKP yang diperjualbelikan.
Faktur pajak atau dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan
faktur pajak memenuhi persyaratan material apabila berisi keterangan yang sebenarnya
atau sesungguhnya mengenai:
a. Penyerahan BKP dan/atau JKP
b. Ekspor BKP Berwujud
c. Ekspor BKP Tidak Berwujud
d. Ekspor JKP
e. Impor BKP
f. Pemanfaatan JKP dan pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean
Berdasarkan Pasal 9 ayat (8) UU PPN pengkreditan Pajak Masukan
sebagaimana tidak dapat diberlakukan bagi pengeluaran untuk:
a. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usaha;
c. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon,
kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak;
e. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9)
atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli
Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
f. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);
g. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya
ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak;
h. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang
ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan; dan
i. Perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum
Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a).
Jangka Waktu pengkreditan Pajak Masukan berdasarkan Pasal 9 ayat (9)
adalah ”Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak
Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya
paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan
sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.”
E. Rekonsiliasi DPP PPN dengan peredaran usaha dalam SPT PPh Badan
Rekonsiliasi atau ekualisasi PPN adalah proses pencocokan antara data di SPM
PPN dengan SPT Tahunan Perusahaan. Idealnya rekonsiliasi atas PPN dilakukan setiap
bulan, tetapi rekonsiliasi di akhir tahun juga menjadi sesuatu yang penting karena terkait
dengan pengakuan pendapatan di SPT Badan 1771. Kondisi yang menimbulkan
perbedaan antara pengakuan pendapatan perusahaan menurut SPT Tahunan PPh Badan
dengan nilai penyerahan menurut SPM PPN antara lain:
1. Karakteristik transaksi
2. Peraturan yang berlaku memang mengakibatkan timbulnya perbedaan.
Perbedaan-perbedaan nilai peredaran usaha menurut SPT Tahunan PPh Badan
dan SPT Masa PPN yang mungkin timbul disebabkan oleh:
1. Terdapat Objek PPN yang tidak tercatat dalam akun penjualan
Tidak semua transaksi penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh PKP
dapat dicatat dalam akun penjualan seperti penjualan aktiva tetap bekas (Pasal 16D),
pemakaian sendiri, pemberian cuma-cuma, dan lain-lain.
2. Terdapat perbedaan kurs yang dipakai dalam mencatat penjualan di laporan keuangan
dengan pembuatan faktur pajak.
Kurs valuta asing yang digunakan untuk mengakui penjualan disesuaikan
dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia (PSAK). Berdasarkan
PSAK Nomor 10 diatur bahwa setiap transaksi dalam mata uang asing dibukukan
dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. Namun, dalam praktek di
lapangan kurs yang dipakai tidak selalu menggunakan kurs transaksi. Kadangkala
Wajib Pajak menggunakan kurs rata-rata dalam seminggu atau sebulan, menggunakan
kurs tengah Bank Indonesia, dan lain-lain. Sedangkan dalam membuat faktur pajak,
penyerahan BKP atau JKP yang menggunakan mata uang asing, harus menggunakan
kurs Menteri Keuangan yang berlaku pada saat pembuatan Faktur Pajak.
3. Pemberian cash discount
Pada umumnya PKP penjual sering memberikan diskon tambahan apabila
pembeli dapat membayar lebih cepat dari tanggal jatuh tempo atau syarat pembayaran
yang telah disepakati sebelumnya. Diskon tambahan ini disebut dengan cash discount.
Cash discount tidak mengurangi Dasar Pengenaan Pajak yang tercantum dalam faktur
pajak, sehingga dapat dipastikan ketika pembeli memanfaatkan cash discount tersebut
maka omset yang tercantum di SPT Masa PPN akan lebih besar daripada omset yang
dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Badan.
4. Adanya kesalahan tulis atau hitung
Perbedaan omset menurut PPh dan PPN juga dapat timbul atas kesalahan tulis
atau kesalahan hitungdalam pembuatan faktur pajak atau pengisian SPT Masa PPN.
Ada baiknya pekerjaan rekonsiliasi atau ekualisasi PPN ini dilakukan secara rutin tiap
bulannya, karena apabila timbul perbedaan akan jauh lebih mudah ditelusuri. Apabila
ternyata perbedaan timbul karena salah hitung, maka dapat langsung diambil tindakan
antisipasi untuk memperbaiki kesalahan tersebut.
Untuk melakukan rekonsiliasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) caranya sangat
mudah dan sederhana, yaitu dengan mengambil angka penjualan kemudian dikalikan
10%. Apabila sudah didapat nilai penjualan dan PPN keluarannya serta nilai pembelian
dan PPN masukannya, maka tinggal cross check dengan yang sudah dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan Masa (SPM) PPN setiap bulannya. Apabila masih ada yang
tertinggal belum dilaporkan, kalau itu ada pada sisi PPN keluaran maka harus segera
dilakukan pembetulan SPM dan dibayar kekurangan pajaknya. Meskipun hal ini tetap
menjadi exposure (potensi kena denda). Namun apabila ditemukan faktur pajak masukan
yang belum dilaporkan sebagai PPN masukan, maka pilihannya adalah melakukan
pembetulan SPM atau membiarkannya dengan tidak mengkreditkan dalam SPM dan
pembukuan accounting akan mencatat sebagai beban tambahan.
Sumber:
UU Nomor 42 Tahun 2009
http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13964
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/#/home
https://dahusna.wordpress.com/2010/05/10/syarat-formal-dan-material-faktur-pajak-ppn/
https://www.e-akuntansi.com/2015/11/pengendalian-atas-faktur-pajak-keluaran.html
https://www.e-akuntansi.com/2015/11/rekonsiliasi-dpp-ppn-dengan-peredaran.html
https://taxq.wordpress.com/2018/01/15/rekonsilasi-peredaran-usaha-menurut-laporan-
keuangan-spt-pph-badan-vs-spt-masa-ppn/