Bahan:
Kulit singkong kondisi segar. Bahan kimia aquades, NaOH, H 2SO4, KH2PO4,
(NH4)2SO4, reagen. Khamir Saccharomyces cerevisiae dan Trichoderma
viride.
Alat-alat yang digunakan:
Alat fermentor, autoclave, incubator, spektrofotometer, kromatografi gas,
magnetic stirer, oven, blender, desikator, cawan, neraca teknis dan analitik,
peralatan gelas (beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur, pipet volum, cawan petri,
tabung reaksi, peralatan distilasi) selang, pemanas elektrik.
E. Distilasi Batch
Distilasi dilakukan dengan memanaskan larutan campuran air dan etanol pada suhu 78 oC
atau setara titik didih etanol. Menggunakan distilasi batch.
BIOETANOL DARI AMPAS DAN KULIT SINGKONG
1. Metodologi Penelitian
METODE PENELITIAN
Sebagaimana halnya kebutuhan pangan dan sandang, kebutuhan energi secara global
maupun nasional meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan dipacu oleh
pertumbuhan ekonomi secara global dan pengaruh perkembangan teknologi (Zen, 1988).
Pada abad ke-21, tidak hanya negara maju yang dituntut untuk mengembangkan program
penganekaragaman sumber energi. Negara berkembang termasuk Indonesia, perlu
mengembangkan energi alternatif dari sumberdaya yang ada, terutama sumberdaya
terbarukan (Mangunwidjaja, 1988). Sudah saatnya penggunaan sumber energi terbarukan
berupa bahan bakar nabati (BBN) atau bioenergi ditingkatkan, menggantikan bahan bakar
fosil yang semakin menipis, seperti dalam Inpres No 1/2006 dan Perpres No 5/2006 tentang
kebijaksanaan energi nasional. Contoh bahan bakar nabati (BBN) cair yaitu pengganti bensin
yang bernama bioetanol.
Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) menggunakan
bantuan ragi/yeast terutama jenis Saccharomyces cerevisiae. Pemisahan bioetanol
selanjutnya dilakukan dengan destilasi (Khaidir dkk, 2012). Indonesia memiliki 60 jenis
tanaman yang berpotensi menjadi sumber energi BBN. Bioetanol dapat dihasilkan dari bahan
bergula (molasses, aren dan nira lain), bahan berpati (singkong, jagung, sagu, dan jenis umbi
lainnya), dan bahan berserat (lignoselulosa). Dengan kandungan pati yang tinggi dalam
singkong maka untuk menjadikan singkong sebagai bahan utama pembuatan bioetanol akan
lebih baik. Penggunaan bioetanol menjadi bahan bakar kendaraan dapat menjadi sebuah
alternatif yang aman, karena sumbernya berasal dari tumbuhan dan dapat mengurangi
pencemaran lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari teknik produksi bioetanol dari singkong dan
menghasilkan bioetanol dengan skala laboratorium; menentukan nilai mutu bioetanol dari
singkong dengan menganalisis kadar etanol dan pH; dan mengetahui rendemen bioetanol
yang dihasilkan dari proses pembuatan bioetanol yang digunakan.
2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau untuk mengupas singkong,
pemarut singkong, wadah masak (panci), wadah fermentasi, alat destilasi, alat penyaring,
termokopel LH type 666-190, gelas ukur 1 liter, labu ukur alkohol meter, pH meter Chott
type Lab 850 dan alat tulis menulis.
Bahan utama yang digunakan adalah singkong dan bahan pembantu yaitu bakteri
Saccharomyces cerevisiae dan lain-lain.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif terhadap pembuatan
bioetanol dari singkong dengan skala laboratorium.
Prosedur Penelitian
Penyiapan Bahan Baku
Bahan baku singkong dipersiapkan sebanyak 5 kg yang telah dikupas dan dicuci bersih,
kemudian selanjutnya diadakan pemarutan hingga menghasilkan singkong yang telah halus.
Masukan singkong halus kedalam panci dan tambahkan air sebanyak 4 liter per 1 kg
singkong. Kemudian dipanaskan hingga suhu 100°C kurang lebih 30 menit sambil diaduk
hingga mengental menjadi bubur. Setelah campuran singkong halus dan air telah menjadi
bubur pati, dinginkan dahulu sebelum dilanjutkan untuk proses fermentasi.
Proses Fermentasi
Setelah bubur pati dingin, maka selanjutnya diadakan fermentasi yang bertujuan untuk
mengkonversi larutan yang mengandung glukosa menjadi alkohol.
Bubur pati yang dihasilkan dipindahkan ke dalam wadah fermentasi.
Tambahkan bakteri Saccharomyces cerevisiae sebanyak 10% dari total bubur pati yang
terdapat dalam wadah fermentasi sedikit demi sedikit sambil diaduk agar tercampur rata.
Tutup rapat wadah fermentasi untuk
mencegah kontaminasi dan bakteri Saccharomyces cerevisiae akan bekerja secara optimal.
Fermentasi berlangsung anaerob yaitu tak memerlukan udara dan tetap menjaga suhunya
pada 30ºC - 40ºC.
Proses fermentasi berlangsung selama 2-3 hari dan setelah itu larutan pati akan berubah
menjadi 3 lapisan yaitu lapisan
terbawah berupa endapan protein, dan diatasnya adalah air dan etanol.
Pisahkan larutan etanol dengan endapan protein dengan melakukan proses penyaringan.
Hasilnya yaitu larutan etanol yang masih mengandung air siap untuk diproses ke tahap
selanjutnya yaitu proses destilasi.
Proses Destilasi
Proses destilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari larutan hasil fermentasi
dengan cara memanaskan larutan tersebut dengan menjaga suhu pemanasan pada titik didih
etanol yaitu 78ºC, sehingga etanol lebih dahulu menguap dan penguapan tersebut dialirkan
pada pipa, terkondensasi dan kembali lagi menjadi etanol cair.
Pada wadah masak telah terhubung pada termokopel dengan cara menempelkan kawat
sensor panas termokopel ke wadah masak. Hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa
temperatur pada wadah masak sehingga memudahkan untuk pengaturan besarnya
pembakaran agar dapat mempertahankan temperatur wadah masak pada suhu 78ºC.
Alat destilasi terdiri dari kompor minyak tanah 14 sumbu untuk pembakaran, wadah
masak untuk bahan hasil fermentasi terbuat dari panci stainless steel berkapasitas 10 liter,
pipa untuk menyalurkan uap etanol dan proses kondensasi terdiri dari 2 bagian dengan
ukuran masing-masing 3 meter, dan wadah untuk menampung hasil destilasi yaitu botol kaca.
Etanol cair yang telah dihasilkan dari proses destilasi selanjutnya dilanjutkan untuk
pengukuran parameter kadar etanol dan pH (derajat keasaman).
3
Keasaman dalam larutan itu dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+],
atau sebagai pH yang artinya –log [H+]. Dengan kata lain pH merupakan ukuran kekuatan
suatu asam. pH suatu larutan dapat diukur dengan beberapa cara antara lain dengan jalan
menitrasi larutan dengan asam dengan indikator atau yang lebih teliti lagi dengan pH meter.
Pengukur pH tingkat asam dan basa pada larutan dalam hal ini yaitu larutan etanol bekerja
secara digital. pH larutan disebut asam bila kurang dari 7, pH larutan disebut basa bila lebih
dari 7, dan pH larutan disebut netral bila pH sama dengan 7. Cara penggunaan pH meter yaitu
mencelupkan kedalam larutan etanol yang akan diukur dan secara otomatis alat bekerja
mengukur dan nilai pH larutan akan ditampilkan dalam angka digital. Pada saat pertama kali
pH meter dicelupkan dalam larutan etanol ini, maka angka yang ditunjukkan masih berubah-
ubah, sehingga harus menunggu sampai angka digital yang ditampilkan telah stabil.
Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui persentase hasil bagi antara etanol
yang dihasilkan dengan jumlah bahan baku. Adapun rendemen yang akan diukur yaitu :
Rendemen fermentasi
Untuk mengetahui presentase hasil bagi antara larutan etanol dan air hasil fermentasi dengan
jumlah bahan baku yaitu singkong, air dan bakteri Saccharomyces cerevisiae dengan
menggunakan persamaan (1).
Rf = BpHf x 100% ……….(1)
dimana :
Rf = Rendemen fermentasi (%)
Hf = Larutan hasil fermentasi yang telah disaring dan siap untuk didestilasi (liter) Bp =
Volume bubur pati (liter)
Rendemen destilasi
Untuk mengetahui presentase hasil bagi antara bioetanol hasil destilasi dengan jumlah larutan
etanol dan air hasil fermentasi dengan menggunakan persamaan (2).
Rd = BdHf x 100% ……….(2)
dimana :
Rd = Rendemen destilasi (%)
Bd = Bioetanol hasil destilasi (liter)
Hf = Larutan hasil fermentasi (liter)
Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi yang tidak dapat diperbaharui atau
non renewable. Keberadaannya hingga saat ini menempati urutan pertama sebagai sumber
energi. Salah satu turunan minyakbumi yang banyak digunakan pada industri kecil dan rumah
tangga adalah minyak tanah.
Saat ini pengalihan penggunaan minyak tanah ke bahan bakar gas banyak menemui
kendala antara lain banyaknya kasus kebakaran yang disebabkan oleh bahan bakar gas,
karena sifat gas yang selalu memenuhi ruangan sehingga apabila terjadi percikan api
dalam kompor akan memicu kebakaran di sekitarnya.
Oleh karena itu pengalihan atau konversi minyak tanah tidak harus ke bahan bakar
gas tetapi juga dapat etanol yang bersifat lebih ramah lingkungan dan tidak
membahayakan lingkungan. Etanol mempunyai kelebihan selain ramah lingkungan,
penggunaannya sebagai bahan bakar kompor terbukti lebih hemat dan efisien proses
pembakarannya. Selain itu, pembuatannya bisa dilakukan di rumah dengan mudah dan
lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah.
Etanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati)
menggunakan bantuan mikro organisme. Produksi etanol dari tanaman yang mengandung pati
atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa).
Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah memanfaatkan pati yang
terkandung dalam singkong karet (Manihot glaziovii). Singkong karet merupakan salah
satu jenis singkong pohon yang mengandung senyawa beracun, yaitu asam sianida
(HCN), sehingga tidak diperjualbelikan dan kurang dimanfaatkan olehmasyarakat.
Tanaman singkong karet ini dapat menghasilkan ubi dengan berat hampir empat kali
lipat dibandingkan singkong biasa sehingga apabila dijadikan bahan baku pembuatan
etanol sangat layak dari segi ketersediaannya, artinya untuk ketersediaan sebagai bahan
baku baku cukup aman [2].
Menyiapkan ubi kayu/singkong yang sudah tua sebanyak 10 kg, usahakan pada saat
pemprosesan ubi kayu tidak lebih dari 3 hari sejak di cabut dari kebun,Mengupas
singkong dan kemudian cuci dengan air bersih,Pemarutan singkong menggunakan
parutan kelapa,Kemudian parutan singkong dicampur dengan air sebanyak 15 liter
(1,5Xberat bahan baku) dan diaduk hingga merata. Selanjutnya masukkan kedalam
coocker tank untuk segera di masak,Adonan singkong dimasak sambil terus menerus
diaduk selama satu jam menggunakan kayu pengaduk.Pengadukan dilakukan hingga
adonan mengental seperti jelly dan mulai terasa berat untuk diaduk (proses gelatinasi).
Cek suhu adonan menggunakan termometer celup. Apabila suhu telah mencapai 800-85
0
C masukkan 10 ml Enzym Alfa Amylase sambil terus diaduk sampai adonan berubah
menjadi lebih cair seperti sup dan terasa ringan ketika diaduk. Pertahankan suhu pada
900-950C selama 1 jam dengan cara mengatur besar kecilnya api. Tahapan ini disebut
Proses Likuifikasi,Mematikan kompor, biarkan adonan mendingin hingga mencapai
suhu rendah, yaitu 600c. Pada suhu itu masukkan 10 ml Enzym Gluco Amylase sambil
diaduk hingga merata. Pertahankan adonan pada suhu 600C selama 1 jam, kemudian
biarkan adonan mendingin hingga suhu sekitar 270-300C. Tahapan ini disebut Proses
Sakarifikasi. Pada kondisi ini gula komplex dipecah lagi menjadi cairan gula sederhana
dengan proses rendah (12%-14%),Setelah cairan gula sederhana mendingin (270-300C),
masukkan cairan tersebut kedalam tong fermentor. Selanjutnya masukkan 20 garm
pupuk Urea dan 5 gram NPK aduk hingga tercmpur merata pada cairan. Setelah itu
masukkan ragi roti sebanyak 15 gram dan aduk hingga merata. Kemudian tutup tabung
fermentor dengan rapat/kedap udara dan menyalurkan selang pada wadah yang sudah
diisi air (untuk mengetahui reaksi dari fermentasi/keluarnya gelembung udara). Fungsi
pupuk urea dan NPK adalah sebagai nutrisi bagi aktivitas ragi. Keseluruhan aktivitas ini
memerlukan ketelitian agar bahan baku tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya,
komposisi pada saat fermentasidengan bahan baku ubi kayu/singkong :
a. Pengujian 3 hari dengan komposisi (enzym, ragi, NPK, urea)
Air= 15 kg,Singkong = 10 kg,Enzym Alfa Amylase = 10 ml.Enzym Gluco
Amylase = 10 ml,Ragi = 15 gram,NPK = 5 gram,Urea = 20 gram.
b. Pengujian 5 hari (Fermentasi dengan waktu 120), dengan komposisi (enzym,
ragi, NPK, urea). Air = 15 kg,Singkong = 10 kg,Enzym Alfa Amylase = 10
ml,Enzym Gluco Amylase = 10 ml,Ragi = 15 gram,NPK = 5 gram,Urea = 20
gram.
c. Pengujian 7 hari (Fermentasi dengan waktu 168), dengan komposisi (enzym,
ragi, NPK, urea). Air = 15 kg,Singkong = 10 kg,Enzym Alfa Amylase = 10
ml,Enzym Gluco Amylase= 10 ml,Ragi = 15 gram,NPK = 5 gram,Urea = 20
gram.
Setelah tepat pada waktu yang telah ditentukan keluarkan cairan fermentasi dari
fermentor kemudian saring untuk memisahkan limbah padat (sludge) dan cairan yang
sudah mengandung etanol berkadar rendah (2-5%). Cairan hasil fermentasi ini disebut
cairan Bir.
Destilasi atau dikenal penyulingan dilakukan untuk memisahkan alkohol dari cairan
beer hasil fermentasi. Dalam proses destilasi, pada suhu 780C (setara titik didih alkohol)
etanol akan menguap terlebih dahulu dibandingkan dengan titik didih air yang
mempunyai titik didih 1000C. Uap etanol didalam distilator akan dialirkan kedalam
kondensor sehingga terkondensasi menjadi cairan etanol. Penyulingan etanol dapat
dilakukan dengan cara :
a. Penyulingan menggunakan teknik dan destilator (konvensional) dengan cara
tersebut hanya dapat menghasilkan etanol berkadar rendah antara 20-30%
b. Penyulingan menggunakan teknik dan destilator model reflux (model kolom).
Dengan cara ini dapat menghasilkan etanol dengan kadar 60-95% melalui
proses berulang.
2. METODOLOGI PENELITIAN
1. Rangka bawah
2. Rangka atas
3. Ketel penyulingan
4. Menara pendingin
5. Reflux
6. Kondensor
7. Pompa air
8. Tangki air
9. Kompor
1. Rangka bawah Berfungsi untuk penguat rangka atas dan untuk dudukan ketel
penyulingan serta tangki air.
2. Rangka atas berfungsi untuk dudukan menara pendingin, kondensor dan reflux.
3. Ketel Penyulingan berfungsi untuk memisahkan kadar air dengan etanol.
4. Menara pendingin berfungsi sebagai penyetabil suhu pada reflux (780C)
5. Reflux berfungsi untuk menurunkan suhu.
6. Kondensor berfungsi untuk merubah uap menjadi air.
7. Pompa air berfungsi untuk memindahkan air kedalam tangki
8. Tangki air berfungsi sebagai penampung air.
9. Kompor berfungsi sebagai sumber energi panas.
Alat yang digunakan adalah ember berukuran 15 liter 2 buah,Panci drum ukuran 50
liter 1buah.Kompor gas 1 buah,Saringan 2 buah,Tong plastik ukuran 25 liter : 6
buah,Botol aqua bekas ukuran 1,5 liter 12 buah,Mesin destilator 1 buah,Selang panjang
50 cm 6 buah,Karet ban / tali rafia12
buah,Plastik12 buah,Mesin pemarut singkong1 buah, Pisau : 2 buah,Timbangan digital 1
buah,Kain 1 buah. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Ketela 60 Kg, Air 90 Kg.Ragi
roti 90 gram,Enzym Alfa Amylase 60 gram,Enzym Gluko Amylase 60 gram.Urea 120
gram,NPK 30 gram.
PRODUKSI BIOETANOL DARI SINGKONG (Manihot utilissima)
DENGAN SKALA LABORATORIUM
PENDAHULUAN
Sebagaimana halnya kebutuhan pangan dan sandang, kebutuhan energi secara global
maupun nasional meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan dipacu oleh
pertumbuhan ekonomi secara global dan pengaruh perkembangan teknologi (Zen, 1988).
Pada abad ke-21, tidak hanya negara maju yang dituntut untuk mengembangkan program
penganekaragaman sumber energi. Negara berkembang termasuk Indonesia, perlu
mengembangkan energi alternatif dari sumberdaya yang ada, terutama sumberdaya
terbarukan (Mangunwidjaja, 1988). Sudah saatnya penggunaan sumber energi terbarukan
berupa bahan bakar nabati (BBN) atau bioenergi ditingkatkan, menggantikan bahan bakar
fosil yang semakin menipis, seperti dalam Inpres No 1/2006 dan Perpres No 5/2006 tentang
kebijaksanaan energi nasional. Contoh bahan bakar nabati (BBN) cair yaitu pengganti bensin
yang bernama bioetanol.
Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) menggunakan
bantuan ragi/yeast terutama jenis Saccharomyces cerevisiae. Pemisahan bioetanol
selanjutnya dilakukan dengan destilasi (Khaidir dkk, 2012). Indonesia memiliki 60 jenis
tanaman yang berpotensi menjadi sumber energi BBN. Bioetanol dapat dihasilkan dari bahan
bergula (molasses, aren dan nira lain), bahan berpati (singkong, jagung, sagu, dan jenis umbi
lainnya), dan bahan berserat (lignoselulosa). Dengan kandungan pati yang tinggi dalam
singkong maka untuk menjadikan singkong sebagai bahan utama pembuatan bioetanol akan
lebih baik. Penggunaan bioetanol menjadi bahan bakar kendaraan dapat menjadi sebuah
alternatif yang aman, karena sumbernya berasal dari tumbuhan dan dapat mengurangi
pencemaran lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari teknik produksi bioetanol dari singkong dan
menghasilkan bioetanol dengan skala laboratorium; menentukan nilai mutu bioetanol dari
singkong dengan menganalisis kadar etanol dan pH; dan mengetahui rendemen bioetanol
yang dihasilkan dari proses pembuatan bioetanol yang digunakan.
Prosedur Penelitian
Proses Fermentasi
Setelah bubur pati dingin, maka selanjutnya diadakan fermentasi yang bertujuan untuk
mengkonversi larutan yang mengandung glukosa menjadi alkohol. Tambahkan bakteri
Saccharomyces cerevisiae sebanyak 10% dari total bubur pati yang terdapat dalam wadah
fermentasi sedikit demi sedikit sambil diaduk agar tercampur rata.
Tutup rapat wadah fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan bakteri
Saccharomyces cerevisiae akan bekerja secara optimal. Fermentasi berlangsung anaerob yaitu
tak memerlukan udara dan tetap menjaga suhunya pada 30ºC - 40ºC.
Proses Destilasi
Proses destilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari larutan hasil fermentasi dengan cara
memanaskan larutan tersebut dengan menjaga suhu pemanasan pada titik didih etanol yaitu
78ºC, sehingga etanol lebih dahulu menguap dan penguapan tersebut dialirkan pada pipa,
terkondensasi dan kembali lagi menjadi etanol cair
Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi yang tidak dapat diperbaharui
atau non renewable. Keberadaannya hingga saat ini menempati urutan pertama sebagai
sumber energi. Salah satu turunan minyakbumi yang banyak digunakan pada industri
kecil dan rumah tangga adalah minyak tanah. pengalihan atau konversi minyak tanah
tidak harus ke bahan bakar gas tetapi juga dapat etanol yang bersifat lebih ramah
lingkungan dan tidak membahayakan lingkungan. Etanol mempunyai kelebihan selain
ramah lingkungan, penggunaannya sebagai bahan bakar kompor terbukti lebih hemat
dan efisien proses pembakarannya. Selain itu, pembuatannya bisa dilakukan di rumah
dengan mudah dan lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah.
Etanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati)
menggunakan bantuan mikro organisme. Produksi etanol dari tanaman yang mengandung pati
atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa).
Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah memanfaatkan pati yang
terkandung dalam singkong karet (Manihot glaziovii). Singkong karet merupakan salah
satu jenis singkong pohon yang mengandung senyawa beracun, yaitu asam sianida
(HCN), sehingga tidak diperjualbelikan dan kurang dimanfaatkan olehmasyarakat.
Tanaman singkong karet ini dapat menghasilkan ubi dengan berat hampir empat kali
lipat dibandingkan singkong biasa sehingga apabila dijadikan bahan baku pembuatan
etanol sangat layak dari segi ketersediaannya, artinya untuk ketersediaan sebagai bahan
baku baku cukup aman
Menyiapkan ubi kayu/singkong ,Mengupas singkong dan kemudian cuci dengan air
bersih,Pemarutan singkong menggunakan parutan kelapa,Kemudian parutan singkong
dicampur dengan air sebanyak 15 liter (1,5Xberat bahan baku) dan diaduk hingga
merata. Selanjutnya masukkan kedalam coocker tank Pengadukan dilakukan hingga
adonan mengental seperti jelly dan mulai terasa berat untuk diaduk (proses gelatinasi).
Cek suhu adonan menggunakan termometer celup. Apabila suhu telah mencapai 800-85
0
C masukkan 10 ml Enzym Alfa Amylase sambil terus diaduk sampai adonan berubah
menjadi lebih cair seperti sup dan terasa ringan ketika diaduk. Pertahankan suhu pada
900-950C selama 1 jam dengan cara mengatur besar kecilnya api. Tahapan ini disebut
Proses Likuifikasi,Mematikan kompor, biarkan adonan mendingin hingga mencapai
suhu rendah, yaitu 600c. Pada suhu itu masukkan 10 ml Enzym Gluco Amylase sambil
diaduk hingga merata. Pertahankan adonan pada suhu 600C selama 1 jam, kemudian
biarkan adonan mendingin hingga suhu sekitar 270-300C. Tahapan ini disebut Proses
Sakarifikasi. Pada kondisi ini gula komplex dipecah lagi menjadi cairan gula sederhana
dengan proses rendah (12%-14%),Setelah cairan gula sederhana mendingin (270-300C),
masukkan cairan tersebut kedalam tong fermentor. Selanjutnya masukkan 20 garm
pupuk Urea dan 5 gram NPK aduk hingga tercmpur merata pada cairan. Setelah itu
masukkan ragi roti sebanyak 15 gram dan aduk hingga merata. Kemudian tutup tabung
fermentor dengan rapat/kedap udara dan menyalurkan selang pada wadah yang sudah
diisi air (untuk mengetahui reaksi dari fermentasi/keluarnya gelembung udara kemudian
dilakukan Destilasi atau dikenal penyulingan dilakukan untuk memisahkan alkohol dari
cairan beer hasil fermentasi. Dalam proses destilasi, pada suhu 780C (setara titik didih
alkohol)