Anda di halaman 1dari 18

BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES

HIDROLISIS DAN FERMENTASI DENGAN Saccharomyces cerevisiae


cadangan energi bahan bakar yang ada saat ini tidak dapat diharapkan
untuk jangka lama Menurut Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
(2009) dalam (Nurfiana et al.2009). Hal ini semakin mendorong
dikembangkannya bahan bakar alternatif yang bersifat terbarukan dan
konservasi energi. Bioetanol salah satu bahan bakar alternatif yang mempunyai
kelebihan dibandingkan BBM. Berdasarkan siklus karbon, bioetanol dianggap
lebih ramah lingkungan karena CO2 yang dihasilkan akan diserap oleh
tanaman, selanjutnya tanaman tersebut digunakan sebagai bahan baku
pembuatan bahan bakar, dan seterusnya sehingga tidak terjadi akumulasi
karbon di atmosfer (Costello and Chun, 1988). Penelitian ini berupaya memberi
solusi dalam membantu mengatasi masalah sampah dengan mengkonversi kulit
singkong menjadi bioetanol.

Bahan:
Kulit singkong kondisi segar. Bahan kimia aquades, NaOH, H 2SO4, KH2PO4,
(NH4)2SO4, reagen. Khamir Saccharomyces cerevisiae dan Trichoderma
viride.
Alat-alat yang digunakan:
Alat fermentor, autoclave, incubator, spektrofotometer, kromatografi gas,
magnetic stirer, oven, blender, desikator, cawan, neraca teknis dan analitik,
peralatan gelas (beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur, pipet volum, cawan petri,
tabung reaksi, peralatan distilasi) selang, pemanas elektrik.

A. Tahap Persiapan Bahan Baku Kulit Singkong.


Kulit singkong segar dicuci, dikeringkan 24 jam dan dilanjutkan dengan
oven
B. Tahap Pretreatment
Tahap pretreatment serbuk kulit singkong direndam dengan NaOH 1%;
5% dan 10% selam 24 jam
C.Tahap Hidrolisis
Kulit singkong yang telah dipretreatment dihidrolisis dengan secara
kimia dan biologis, 180 grm hasil terbaik dibagi dalam 2 (dua) bagian terdiri
dari 90 gram untuk uji hidrolisis asam H2SO4 dan 90 gram yang lain untuk uji
hidrolisis biologi Trichoderma viride.

D.Fermentasi Kulit Singkong


Pastikan kadar gula larutan maksimal 17-18% (Styawan, 2009). Masukkan hasil hidrolisis ke
dalam tangki fermentasi.

E. Distilasi Batch
Distilasi dilakukan dengan memanaskan larutan campuran air dan etanol pada suhu 78 oC
atau setara titik didih etanol. Menggunakan distilasi batch.
BIOETANOL DARI AMPAS DAN KULIT SINGKONG

Perkembangan sektor industri dewasa ini semakin penting dalam


menopang kebutuhan ekonomi masyarakat. Salah satu energi alternatif yang
menjanjikan adalah bioetanol. Bioethanol adalah ethanol yang bahan
utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses fermentasi.
Ethanol atau ethyl alkohol CHOH berupa cairan bening tak berwarna,
terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak
menimbulkan polusi udara yg besar bila bocor. Ketela pohon adalah umbi-
umbian yang mempunyai kandungan gizi diantaranya, karbohidrat 36,8%,
lemak 0,3%, serat 0,9%, abu 0,5%, dan air 61,4% (Zulaikah, 2002). gas.
Proses fermentasi sangat berpengaruh dalam pembuatan bioethanol. Tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
waktu fermentasi dan penambahan fermipan terhadap kadar etanol pada
fermentasi ampas dan kulit singkong.

1. Metodologi Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dan dilakukan di


laboratorium Teknik Kimia Universitas Diponegoro, dengan tahap penelitian meliputi :
persiapan bahan, hidrolisa, fermentasi, dan analisa hasil. Bahan yang digunakan yaitu Ampas
singkong, Kulit singkong, Aquadest, Enzym α-amilase, Fermipan, Nutrient NPK, NaOH,
HCl. Adapun alat yang digunakan diantaranya labu leher tiga, pendingin leibig, statif, klem,
buret, thermometer, motor pengaduk, kompor listrik, gelas ukur, beaker glass, indicator pH,
kertas saring, toples, dan GC (Gas Chromatography). Rangkaian penelitian diawali dengan
persiapan bahan, yaitu dengan mengeringkan limbah singkong dengan cara dijemur kemudian
dikeringkan. Setelah kering kedua bahan dihaluskan kemudian disimpan dalam keadaan
kering. Setelah kedua sampel tepung singkong siap, dilakukan hidrolisa pati menjadi glukosa
dengan cara 25 gram tepung singkong dicampur dengan 250 ml aquadest, dan enzym α-
amilase. Campuran kemudian dipanaskan pada suhu 90°C sambil diaduk dengan kecepatan
tinggi selama 30 menit. lalu dilakukan fermentasi. Fermentasi dilakukan dengan sampel
dimasukkan dalam toples lalu menambahkan nutrient NPK 5 gram. Masukkan fermipan.
kemudian mengatur pH sekitar 5-6 pada suhu ± 30°C dan menutup rapat toples tanpa adanya
aerasi selama kurun waktu yang telah ditentukan untuk memastikan proses berjalan anaerob
dan mencegah kontaminasi. Setelah mencapai waktu yang telah ditentukan, maka akan
terbentuk cairan diatas permukaan bubur singkong tersebut, kemudian kemudian disaring
menggunakan kertas saring untuk memisahkan endapan proteinnya. Untuk mengetahui kadar
bioethanol yang dihasilkan maka dilakukan analisa GC (Gas Chromatography)

REKAYASA PROSES HIDROLISIS PATI DAN SERAT UBI KAYU (Manihot


utilissima) UNTUK PRODUKSI BIOETANOL
Produksi etanol yang dihasilkan oleh suatu proses ditentukan oleh beberapa faktor antara
lain: (1) bahan baku yang tersedia, (2) banyaknya gula hasil konversi bahan baku yang siap
difermentasi, dan (3) efisiensi dari proses fermentasi gula untuk menghasilkan alkohol (Smith
dkk., 2006). Ubi kayu merupakan salah satu jenis bahan yang cukup potensial dan prospektif
untuk dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol karena kandungan patinya cukup tinggi
dan adaptif untuk ditanam di lahan-lahan marginal. Produksi bioetanol dari ubi kayu pada
umumnya dilakukan dengan hidrolisis enzimatis karena enzim bersifat spesifik dan tidak
menghasilkan produk samping yang mengganggu pertumbuhan mikroorganisme. Namun,
hidrolisis enzimatis mempunyai kelemahan, yaitu proses hidrolisis berlangsung lama dan
membutuhkan 2 macam enzim (α-amilase untuk proses likuifikasi dan amiloglukosidase
untuk proses sakarifikasi). Selain itu harga enzim cukup mahal dan ketersediaannya juga
terbatas. penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi terbaik proses hidrolisis pati dan
serat ubi kayu, serta menentukan jenis substrat asam yang terbaik untuk fermentasi bioetanol
sehingga didapatkan design proses hidrolisis asam pada produksi bioetanol dari ubi kayu.

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi ubi kayu varietas Darul Hidayah yang
diperoleh dari Sukabumi dengan umur panen ± 1 tahun, Saccharomyces cerevisiae komersial
dalam bentuk dry yeast (ragi roti). Alat analisis yang digunakan adalah spektrofotometer
HACH DR 2700 dan gas kromatografi Agilent 6890N, kolom HP-5 30 m x 0,32 mm (ID) x
0,25 um (Film).
Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan karakterisasi fisik dan kimia bahan baku, dilanjutkan dengan
penyiapan bahan baku yaitu pembersihan ubi kayu segar dari kotoran dan kulit ari
(pengupasan dan pencucian), pembuatan cip, pengeringan dan penepungan (40 mesh).
Karakterisasi kimia bahan baku yang dilakukan meliputi analisis kadar air, kadar abu, kadar
pati, dan kadar serat sesuai prosedur AOAC 1984. Tahapan penelitian berikutnya adalah
proses hidrolisis asam menggunakan H2SO4 berkonsentrasi rendah (asam encer) yang
dilakukan dengan otoklaf bersuhu 121-127 oC dan tekanan 1-1.5 bar, secara dua tahap.
Hidrolisis tahap pertama bertujuan mengkonversi pati dan dilakukan dengan H2SO4
berkonsentrasi 0,1-0,5 M selama 5-15 menit, sedangkan hidrolisis tahap kedua bertujuan
mengkonversi serat dan dilakukan dengan H2SO4 berkonsentrasi 0,5-1 M selama 10-20
menit. Parameter hidrolisis meliputi total gula yang dianalisis menggunakan metode fenol
asam sulfat (Dubois, 1956), gula pereduksi dianalisis menggunakan metode DNS (Miller,
1959), dextrose equivalent (DE) yang merupakan perbandingan antara gula pereduksi dan
total gula, dan hydoxymethyl furfural (HMF) yang dianalisis berdasarkan SNI 01-3545-2004.
Kondisi terbaik proses hidrolisis diperoleh dari hasil analisis statistik metode Rancangan
Acak Lengkap (RAL) faktorial. Hidrolisat asam didetoksifikasi menggunakan NH4OH teknis
21 % sampai diperoleh pH 5,5 sebelum digunakan sebagai substrat fermentasi yang bertujuan
mengurangi senyawa inhibitor (furfural dan HMF). Proses fermentasi dilakukan dengan 4
substrat yaitu hasil hidrolisis satu tahap dengan pemisahan serat, hasil hidrolisis satu tahap
tanpa pemisahan serat, campuran hasil hidrolisis satu tahap yang dipisahkan seratnya dengan
hidrolisat tahap kedua tanpa pemisahan serat dan hasil hidrolisis enzimatis sebagai kontrol.
Setelah proses netralisasi substrat fermentasi diencerkan sehingga total gulanya 15-18 %
(sesuai dengan konsentrasi gula yang biasa dilakukan oleh masyarakat) sebelum digunakan
dalam proses fermentasi etanol. Selanjutnya substrat fermentasi dipasteurisasi pada suhu 105
oC selama 5 menit dan didinginkan hingga suhu ruang (30 oC) sebelum ditambahkan ragi
roti, urea dan NPK. Substrat fermentasi dari hidrolisat asam tidak ditambahkan urea karena
sudah banyak mengandung nitrogen dari proses netralisasi. Fermentasi dilakukan pada
erlenmeyer 1000 ml dengan volume substrat 500 ml secara batch. Proses fermentasi
dilakukan pada suhu ruang selama 96 jam pengamatan dengan 24 jam pertama diberi
perlakuan agitasi menggunakan orbital shaker (125 rpm) dalam kondisi anaerobik.
Pengamatan proses fermentasi dilakukan secara berkala tiap 12 jam dengan parameter
pengamatan total gula dan pH. Setelah proses fermentasi berlangsung selama 96 jam
dilakukan proses distilasi, kemudian pengujian kadar etanol. Hasil terbaik proses fermentasi
diperoleh dari hasil analisis statistik metode RAL.

PRODUKSI BIOETANOL DARI SINGKONG (Manihot utilissima)


DENGAN SKALA LABORATORIUM

Sebagaimana halnya kebutuhan pangan dan sandang, kebutuhan energi secara global
maupun nasional meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan dipacu oleh
pertumbuhan ekonomi secara global dan pengaruh perkembangan teknologi (Zen, 1988).
Pada abad ke-21, tidak hanya negara maju yang dituntut untuk mengembangkan program
penganekaragaman sumber energi. Negara berkembang termasuk Indonesia, perlu
mengembangkan energi alternatif dari sumberdaya yang ada, terutama sumberdaya
terbarukan (Mangunwidjaja, 1988). Sudah saatnya penggunaan sumber energi terbarukan
berupa bahan bakar nabati (BBN) atau bioenergi ditingkatkan, menggantikan bahan bakar
fosil yang semakin menipis, seperti dalam Inpres No 1/2006 dan Perpres No 5/2006 tentang
kebijaksanaan energi nasional. Contoh bahan bakar nabati (BBN) cair yaitu pengganti bensin
yang bernama bioetanol.
Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) menggunakan
bantuan ragi/yeast terutama jenis Saccharomyces cerevisiae. Pemisahan bioetanol
selanjutnya dilakukan dengan destilasi (Khaidir dkk, 2012). Indonesia memiliki 60 jenis
tanaman yang berpotensi menjadi sumber energi BBN. Bioetanol dapat dihasilkan dari bahan
bergula (molasses, aren dan nira lain), bahan berpati (singkong, jagung, sagu, dan jenis umbi
lainnya), dan bahan berserat (lignoselulosa). Dengan kandungan pati yang tinggi dalam
singkong maka untuk menjadikan singkong sebagai bahan utama pembuatan bioetanol akan
lebih baik. Penggunaan bioetanol menjadi bahan bakar kendaraan dapat menjadi sebuah
alternatif yang aman, karena sumbernya berasal dari tumbuhan dan dapat mengurangi
pencemaran lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari teknik produksi bioetanol dari singkong dan
menghasilkan bioetanol dengan skala laboratorium; menentukan nilai mutu bioetanol dari
singkong dengan menganalisis kadar etanol dan pH; dan mengetahui rendemen bioetanol
yang dihasilkan dari proses pembuatan bioetanol yang digunakan.

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Keteknikan Perbengkelan dan
Laboratorium Pasca Panen Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado.
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus - September 2012.

2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau untuk mengupas singkong,
pemarut singkong, wadah masak (panci), wadah fermentasi, alat destilasi, alat penyaring,
termokopel LH type 666-190, gelas ukur 1 liter, labu ukur alkohol meter, pH meter Chott
type Lab 850 dan alat tulis menulis.
Bahan utama yang digunakan adalah singkong dan bahan pembantu yaitu bakteri
Saccharomyces cerevisiae dan lain-lain.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif terhadap pembuatan
bioetanol dari singkong dengan skala laboratorium.

Prosedur Penelitian
Penyiapan Bahan Baku
Bahan baku singkong dipersiapkan sebanyak 5 kg yang telah dikupas dan dicuci bersih,
kemudian selanjutnya diadakan pemarutan hingga menghasilkan singkong yang telah halus.
Masukan singkong halus kedalam panci dan tambahkan air sebanyak 4 liter per 1 kg
singkong. Kemudian dipanaskan hingga suhu 100°C kurang lebih 30 menit sambil diaduk
hingga mengental menjadi bubur. Setelah campuran singkong halus dan air telah menjadi
bubur pati, dinginkan dahulu sebelum dilanjutkan untuk proses fermentasi.

Proses Fermentasi
Setelah bubur pati dingin, maka selanjutnya diadakan fermentasi yang bertujuan untuk
mengkonversi larutan yang mengandung glukosa menjadi alkohol.
Bubur pati yang dihasilkan dipindahkan ke dalam wadah fermentasi.
Tambahkan bakteri Saccharomyces cerevisiae sebanyak 10% dari total bubur pati yang
terdapat dalam wadah fermentasi sedikit demi sedikit sambil diaduk agar tercampur rata.
Tutup rapat wadah fermentasi untuk
mencegah kontaminasi dan bakteri Saccharomyces cerevisiae akan bekerja secara optimal.
Fermentasi berlangsung anaerob yaitu tak memerlukan udara dan tetap menjaga suhunya
pada 30ºC - 40ºC.
Proses fermentasi berlangsung selama 2-3 hari dan setelah itu larutan pati akan berubah
menjadi 3 lapisan yaitu lapisan
terbawah berupa endapan protein, dan diatasnya adalah air dan etanol.
Pisahkan larutan etanol dengan endapan protein dengan melakukan proses penyaringan.
Hasilnya yaitu larutan etanol yang masih mengandung air siap untuk diproses ke tahap
selanjutnya yaitu proses destilasi.

Proses Destilasi
Proses destilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari larutan hasil fermentasi
dengan cara memanaskan larutan tersebut dengan menjaga suhu pemanasan pada titik didih
etanol yaitu 78ºC, sehingga etanol lebih dahulu menguap dan penguapan tersebut dialirkan
pada pipa, terkondensasi dan kembali lagi menjadi etanol cair.
Pada wadah masak telah terhubung pada termokopel dengan cara menempelkan kawat
sensor panas termokopel ke wadah masak. Hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa
temperatur pada wadah masak sehingga memudahkan untuk pengaturan besarnya
pembakaran agar dapat mempertahankan temperatur wadah masak pada suhu 78ºC.
Alat destilasi terdiri dari kompor minyak tanah 14 sumbu untuk pembakaran, wadah
masak untuk bahan hasil fermentasi terbuat dari panci stainless steel berkapasitas 10 liter,
pipa untuk menyalurkan uap etanol dan proses kondensasi terdiri dari 2 bagian dengan
ukuran masing-masing 3 meter, dan wadah untuk menampung hasil destilasi yaitu botol kaca.
Etanol cair yang telah dihasilkan dari proses destilasi selanjutnya dilanjutkan untuk
pengukuran parameter kadar etanol dan pH (derajat keasaman).

Prosedur pengukuran parameter


Pengukuran kadar etanol dilakukan dengan menggunakan alkohol meter. Prinsip kerja
dari alkohol meter berdasarkan berat jenis campuran antara alkohol dengan air. Cara
pengukurannya yaitu memasukkan alkohol meter dalam gelas ukur yang panjangnya
melebihi alkohol meter dan dalam gelas ukur tersebut telah berisi cairan etanol yang akan
diukur. Alkohol meter akan tenggelam dan batas cairannya akan menunjukan berapa
kandungan etanol dalam larutan tersebut.
Pengukuran pH (derajat keasaman) dilakukan dengan menggunakan pH meter. pH
meter adalah alat untuk mengukur tingkat keasaman dan kebasaan suatu larutan.

3
Keasaman dalam larutan itu dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+],
atau sebagai pH yang artinya –log [H+]. Dengan kata lain pH merupakan ukuran kekuatan
suatu asam. pH suatu larutan dapat diukur dengan beberapa cara antara lain dengan jalan
menitrasi larutan dengan asam dengan indikator atau yang lebih teliti lagi dengan pH meter.
Pengukur pH tingkat asam dan basa pada larutan dalam hal ini yaitu larutan etanol bekerja
secara digital. pH larutan disebut asam bila kurang dari 7, pH larutan disebut basa bila lebih
dari 7, dan pH larutan disebut netral bila pH sama dengan 7. Cara penggunaan pH meter yaitu
mencelupkan kedalam larutan etanol yang akan diukur dan secara otomatis alat bekerja
mengukur dan nilai pH larutan akan ditampilkan dalam angka digital. Pada saat pertama kali
pH meter dicelupkan dalam larutan etanol ini, maka angka yang ditunjukkan masih berubah-
ubah, sehingga harus menunggu sampai angka digital yang ditampilkan telah stabil.
Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui persentase hasil bagi antara etanol
yang dihasilkan dengan jumlah bahan baku. Adapun rendemen yang akan diukur yaitu :
Rendemen fermentasi
Untuk mengetahui presentase hasil bagi antara larutan etanol dan air hasil fermentasi dengan
jumlah bahan baku yaitu singkong, air dan bakteri Saccharomyces cerevisiae dengan
menggunakan persamaan (1).
Rf = BpHf x 100% ……….(1)
dimana :
Rf = Rendemen fermentasi (%)
Hf = Larutan hasil fermentasi yang telah disaring dan siap untuk didestilasi (liter) Bp =
Volume bubur pati (liter)

Rendemen destilasi
Untuk mengetahui presentase hasil bagi antara bioetanol hasil destilasi dengan jumlah larutan
etanol dan air hasil fermentasi dengan menggunakan persamaan (2).
Rd = BdHf x 100% ……….(2)
dimana :
Rd = Rendemen destilasi (%)
Bd = Bioetanol hasil destilasi (liter)
Hf = Larutan hasil fermentasi (liter)

Perhitungan hasil bioetanol dari per kilogram singkong


Untuk mengetahui berapa banyak bioetanol yang akan dihasilkan dari per kilogram bahan
utama singkong dengan menggunakan teknik produksi sesuai dengan prosedur penelitian
yang dilakukan dengan menggunakan persamaan (3).
Je = Jb1 x Bd ……….(3)
dimana :
Je = Jumlah etanol per kilogram singkong (liter/kg)
Jb = Jumlah bahan baku (kg)
Bd = Bioetanol yang dihasilkan (liter) Perhitungan nilai kalori dari bioetanol yang
dihasilkan
Untuk mengetahui nilai kalori bioetanol yang dihasilkan dari masing-masing hasil destilasi
dengan menggunakan persamaan (4).
Kadar etanol yang
dihasilkan
Kadar etanol acuan × 6100 kkal/

ANALISA PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR


BIOETANOL PADA MESIN DESTILATOR MODEL REFLUX

Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi yang tidak dapat diperbaharui atau
non renewable. Keberadaannya hingga saat ini menempati urutan pertama sebagai sumber
energi. Salah satu turunan minyakbumi yang banyak digunakan pada industri kecil dan rumah
tangga adalah minyak tanah.
Saat ini pengalihan penggunaan minyak tanah ke bahan bakar gas banyak menemui
kendala antara lain banyaknya kasus kebakaran yang disebabkan oleh bahan bakar gas,
karena sifat gas yang selalu memenuhi ruangan sehingga apabila terjadi percikan api
dalam kompor akan memicu kebakaran di sekitarnya.
Oleh karena itu pengalihan atau konversi minyak tanah tidak harus ke bahan bakar
gas tetapi juga dapat etanol yang bersifat lebih ramah lingkungan dan tidak
membahayakan lingkungan. Etanol mempunyai kelebihan selain ramah lingkungan,
penggunaannya sebagai bahan bakar kompor terbukti lebih hemat dan efisien proses
pembakarannya. Selain itu, pembuatannya bisa dilakukan di rumah dengan mudah dan
lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah.
Etanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati)
menggunakan bantuan mikro organisme. Produksi etanol dari tanaman yang mengandung pati
atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa).

Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah memanfaatkan pati yang
terkandung dalam singkong karet (Manihot glaziovii). Singkong karet merupakan salah
satu jenis singkong pohon yang mengandung senyawa beracun, yaitu asam sianida
(HCN), sehingga tidak diperjualbelikan dan kurang dimanfaatkan olehmasyarakat.
Tanaman singkong karet ini dapat menghasilkan ubi dengan berat hampir empat kali
lipat dibandingkan singkong biasa sehingga apabila dijadikan bahan baku pembuatan
etanol sangat layak dari segi ketersediaannya, artinya untuk ketersediaan sebagai bahan
baku baku cukup aman [2].

2.1 Prosedur Penelitian

2.1.1 Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat pengujian dilakukan di workshop (laboratorium UMK), Waktu penelitian


dengan bahan baku ketela pada tanggal 29, 31, Agustus, dan 2 September 2014
Berdasarkan penelitian dan teori yang sudah ada dan saya mencoba untuk
mempraktekannya, dan melakukan perbandingan dari hasil yang sudah ada pada
sebelumnya, sehingga dapat melakukan proses destilasi pada saat melakukan fermentasi
pada perbandingan atau pencampuran bahan-bahan yang dicampurkan pada saat ferme
ntasi (komposisi), dan dengan suhu yang tepat saat melakukan pemasakan. Sekaligus
untuk mencari lama waktu proses fermentasi yang tepat untuk menghasilkan bioetanol
dengan kadar yang maksimal

2.1.2 Langkah Proses Penelitian

Menyiapkan ubi kayu/singkong yang sudah tua sebanyak 10 kg, usahakan pada saat
pemprosesan ubi kayu tidak lebih dari 3 hari sejak di cabut dari kebun,Mengupas
singkong dan kemudian cuci dengan air bersih,Pemarutan singkong menggunakan
parutan kelapa,Kemudian parutan singkong dicampur dengan air sebanyak 15 liter
(1,5Xberat bahan baku) dan diaduk hingga merata. Selanjutnya masukkan kedalam
coocker tank untuk segera di masak,Adonan singkong dimasak sambil terus menerus
diaduk selama satu jam menggunakan kayu pengaduk.Pengadukan dilakukan hingga
adonan mengental seperti jelly dan mulai terasa berat untuk diaduk (proses gelatinasi).
Cek suhu adonan menggunakan termometer celup. Apabila suhu telah mencapai 800-85
0
C masukkan 10 ml Enzym Alfa Amylase sambil terus diaduk sampai adonan berubah
menjadi lebih cair seperti sup dan terasa ringan ketika diaduk. Pertahankan suhu pada
900-950C selama 1 jam dengan cara mengatur besar kecilnya api. Tahapan ini disebut
Proses Likuifikasi,Mematikan kompor, biarkan adonan mendingin hingga mencapai
suhu rendah, yaitu 600c. Pada suhu itu masukkan 10 ml Enzym Gluco Amylase sambil
diaduk hingga merata. Pertahankan adonan pada suhu 600C selama 1 jam, kemudian
biarkan adonan mendingin hingga suhu sekitar 270-300C. Tahapan ini disebut Proses
Sakarifikasi. Pada kondisi ini gula komplex dipecah lagi menjadi cairan gula sederhana
dengan proses rendah (12%-14%),Setelah cairan gula sederhana mendingin (270-300C),
masukkan cairan tersebut kedalam tong fermentor. Selanjutnya masukkan 20 garm
pupuk Urea dan 5 gram NPK aduk hingga tercmpur merata pada cairan. Setelah itu
masukkan ragi roti sebanyak 15 gram dan aduk hingga merata. Kemudian tutup tabung
fermentor dengan rapat/kedap udara dan menyalurkan selang pada wadah yang sudah
diisi air (untuk mengetahui reaksi dari fermentasi/keluarnya gelembung udara). Fungsi
pupuk urea dan NPK adalah sebagai nutrisi bagi aktivitas ragi. Keseluruhan aktivitas ini
memerlukan ketelitian agar bahan baku tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya,
komposisi pada saat fermentasidengan bahan baku ubi kayu/singkong :
a. Pengujian 3 hari dengan komposisi (enzym, ragi, NPK, urea)
Air= 15 kg,Singkong = 10 kg,Enzym Alfa Amylase = 10 ml.Enzym Gluco
Amylase = 10 ml,Ragi = 15 gram,NPK = 5 gram,Urea = 20 gram.
b. Pengujian 5 hari (Fermentasi dengan waktu 120), dengan komposisi (enzym,
ragi, NPK, urea). Air = 15 kg,Singkong = 10 kg,Enzym Alfa Amylase = 10
ml,Enzym Gluco Amylase = 10 ml,Ragi = 15 gram,NPK = 5 gram,Urea = 20
gram.
c. Pengujian 7 hari (Fermentasi dengan waktu 168), dengan komposisi (enzym,
ragi, NPK, urea). Air = 15 kg,Singkong = 10 kg,Enzym Alfa Amylase = 10
ml,Enzym Gluco Amylase= 10 ml,Ragi = 15 gram,NPK = 5 gram,Urea = 20
gram.
Setelah tepat pada waktu yang telah ditentukan keluarkan cairan fermentasi dari
fermentor kemudian saring untuk memisahkan limbah padat (sludge) dan cairan yang
sudah mengandung etanol berkadar rendah (2-5%). Cairan hasil fermentasi ini disebut
cairan Bir.
Destilasi atau dikenal penyulingan dilakukan untuk memisahkan alkohol dari cairan
beer hasil fermentasi. Dalam proses destilasi, pada suhu 780C (setara titik didih alkohol)
etanol akan menguap terlebih dahulu dibandingkan dengan titik didih air yang
mempunyai titik didih 1000C. Uap etanol didalam distilator akan dialirkan kedalam
kondensor sehingga terkondensasi menjadi cairan etanol. Penyulingan etanol dapat
dilakukan dengan cara :
a. Penyulingan menggunakan teknik dan destilator (konvensional) dengan cara
tersebut hanya dapat menghasilkan etanol berkadar rendah antara 20-30%
b. Penyulingan menggunakan teknik dan destilator model reflux (model kolom).
Dengan cara ini dapat menghasilkan etanol dengan kadar 60-95% melalui
proses berulang.

2. METODOLOGI PENELITIAN

1. Rangka bawah
2. Rangka atas
3. Ketel penyulingan
4. Menara pendingin
5. Reflux
6. Kondensor
7. Pompa air
8. Tangki air
9. Kompor

Gambar 1. Mesin Destilator Etanol Model Reflux

1. Rangka bawah Berfungsi untuk penguat rangka atas dan untuk dudukan ketel
penyulingan serta tangki air.
2. Rangka atas berfungsi untuk dudukan menara pendingin, kondensor dan reflux.
3. Ketel Penyulingan berfungsi untuk memisahkan kadar air dengan etanol.
4. Menara pendingin berfungsi sebagai penyetabil suhu pada reflux (780C)
5. Reflux berfungsi untuk menurunkan suhu.
6. Kondensor berfungsi untuk merubah uap menjadi air.
7. Pompa air berfungsi untuk memindahkan air kedalam tangki
8. Tangki air berfungsi sebagai penampung air.
9. Kompor berfungsi sebagai sumber energi panas.

Alat yang digunakan adalah ember berukuran 15 liter 2 buah,Panci drum ukuran 50
liter 1buah.Kompor gas 1 buah,Saringan 2 buah,Tong plastik ukuran 25 liter : 6
buah,Botol aqua bekas ukuran 1,5 liter 12 buah,Mesin destilator 1 buah,Selang panjang
50 cm 6 buah,Karet ban / tali rafia12
buah,Plastik12 buah,Mesin pemarut singkong1 buah, Pisau : 2 buah,Timbangan digital 1
buah,Kain 1 buah. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Ketela 60 Kg, Air 90 Kg.Ragi
roti 90 gram,Enzym Alfa Amylase 60 gram,Enzym Gluko Amylase 60 gram.Urea 120
gram,NPK 30 gram.
PRODUKSI BIOETANOL DARI SINGKONG (Manihot utilissima)
DENGAN SKALA LABORATORIUM

PENDAHULUAN

Sebagaimana halnya kebutuhan pangan dan sandang, kebutuhan energi secara global
maupun nasional meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan dipacu oleh
pertumbuhan ekonomi secara global dan pengaruh perkembangan teknologi (Zen, 1988).
Pada abad ke-21, tidak hanya negara maju yang dituntut untuk mengembangkan program
penganekaragaman sumber energi. Negara berkembang termasuk Indonesia, perlu
mengembangkan energi alternatif dari sumberdaya yang ada, terutama sumberdaya
terbarukan (Mangunwidjaja, 1988). Sudah saatnya penggunaan sumber energi terbarukan
berupa bahan bakar nabati (BBN) atau bioenergi ditingkatkan, menggantikan bahan bakar
fosil yang semakin menipis, seperti dalam Inpres No 1/2006 dan Perpres No 5/2006 tentang
kebijaksanaan energi nasional. Contoh bahan bakar nabati (BBN) cair yaitu pengganti bensin
yang bernama bioetanol.
Bioetanol adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) menggunakan
bantuan ragi/yeast terutama jenis Saccharomyces cerevisiae. Pemisahan bioetanol
selanjutnya dilakukan dengan destilasi (Khaidir dkk, 2012). Indonesia memiliki 60 jenis
tanaman yang berpotensi menjadi sumber energi BBN. Bioetanol dapat dihasilkan dari bahan
bergula (molasses, aren dan nira lain), bahan berpati (singkong, jagung, sagu, dan jenis umbi
lainnya), dan bahan berserat (lignoselulosa). Dengan kandungan pati yang tinggi dalam
singkong maka untuk menjadikan singkong sebagai bahan utama pembuatan bioetanol akan
lebih baik. Penggunaan bioetanol menjadi bahan bakar kendaraan dapat menjadi sebuah
alternatif yang aman, karena sumbernya berasal dari tumbuhan dan dapat mengurangi
pencemaran lingkungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari teknik produksi bioetanol dari singkong dan
menghasilkan bioetanol dengan skala laboratorium; menentukan nilai mutu bioetanol dari
singkong dengan menganalisis kadar etanol dan pH; dan mengetahui rendemen bioetanol
yang dihasilkan dari proses pembuatan bioetanol yang digunakan.

Prosedur Penelitian

Penyiapan Bahan Baku


Bahan baku singkong dipersiapkan telah dikupas dan dicuci bersih, kemudian selanjutnya
diadakan pemarutan hingga menghasilkan singkong yang telah halus.

Proses Fermentasi
Setelah bubur pati dingin, maka selanjutnya diadakan fermentasi yang bertujuan untuk
mengkonversi larutan yang mengandung glukosa menjadi alkohol. Tambahkan bakteri
Saccharomyces cerevisiae sebanyak 10% dari total bubur pati yang terdapat dalam wadah
fermentasi sedikit demi sedikit sambil diaduk agar tercampur rata.
Tutup rapat wadah fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan bakteri
Saccharomyces cerevisiae akan bekerja secara optimal. Fermentasi berlangsung anaerob yaitu
tak memerlukan udara dan tetap menjaga suhunya pada 30ºC - 40ºC.

Proses Destilasi
Proses destilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari larutan hasil fermentasi dengan cara
memanaskan larutan tersebut dengan menjaga suhu pemanasan pada titik didih etanol yaitu
78ºC, sehingga etanol lebih dahulu menguap dan penguapan tersebut dialirkan pada pipa,
terkondensasi dan kembali lagi menjadi etanol cair

ANALISA PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR


BIOETANOL PADA MESIN DESTILATOR MODEL REFLUX

Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi yang tidak dapat diperbaharui
atau non renewable. Keberadaannya hingga saat ini menempati urutan pertama sebagai
sumber energi. Salah satu turunan minyakbumi yang banyak digunakan pada industri
kecil dan rumah tangga adalah minyak tanah. pengalihan atau konversi minyak tanah
tidak harus ke bahan bakar gas tetapi juga dapat etanol yang bersifat lebih ramah
lingkungan dan tidak membahayakan lingkungan. Etanol mempunyai kelebihan selain
ramah lingkungan, penggunaannya sebagai bahan bakar kompor terbukti lebih hemat
dan efisien proses pembakarannya. Selain itu, pembuatannya bisa dilakukan di rumah
dengan mudah dan lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah.
Etanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati)
menggunakan bantuan mikro organisme. Produksi etanol dari tanaman yang mengandung pati
atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa).

Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah memanfaatkan pati yang
terkandung dalam singkong karet (Manihot glaziovii). Singkong karet merupakan salah
satu jenis singkong pohon yang mengandung senyawa beracun, yaitu asam sianida
(HCN), sehingga tidak diperjualbelikan dan kurang dimanfaatkan olehmasyarakat.
Tanaman singkong karet ini dapat menghasilkan ubi dengan berat hampir empat kali
lipat dibandingkan singkong biasa sehingga apabila dijadikan bahan baku pembuatan
etanol sangat layak dari segi ketersediaannya, artinya untuk ketersediaan sebagai bahan
baku baku cukup aman

.1.2 Langkah Proses Penelitian

Menyiapkan ubi kayu/singkong ,Mengupas singkong dan kemudian cuci dengan air
bersih,Pemarutan singkong menggunakan parutan kelapa,Kemudian parutan singkong
dicampur dengan air sebanyak 15 liter (1,5Xberat bahan baku) dan diaduk hingga
merata. Selanjutnya masukkan kedalam coocker tank Pengadukan dilakukan hingga
adonan mengental seperti jelly dan mulai terasa berat untuk diaduk (proses gelatinasi).
Cek suhu adonan menggunakan termometer celup. Apabila suhu telah mencapai 800-85
0
C masukkan 10 ml Enzym Alfa Amylase sambil terus diaduk sampai adonan berubah
menjadi lebih cair seperti sup dan terasa ringan ketika diaduk. Pertahankan suhu pada
900-950C selama 1 jam dengan cara mengatur besar kecilnya api. Tahapan ini disebut
Proses Likuifikasi,Mematikan kompor, biarkan adonan mendingin hingga mencapai
suhu rendah, yaitu 600c. Pada suhu itu masukkan 10 ml Enzym Gluco Amylase sambil
diaduk hingga merata. Pertahankan adonan pada suhu 600C selama 1 jam, kemudian
biarkan adonan mendingin hingga suhu sekitar 270-300C. Tahapan ini disebut Proses
Sakarifikasi. Pada kondisi ini gula komplex dipecah lagi menjadi cairan gula sederhana
dengan proses rendah (12%-14%),Setelah cairan gula sederhana mendingin (270-300C),
masukkan cairan tersebut kedalam tong fermentor. Selanjutnya masukkan 20 garm
pupuk Urea dan 5 gram NPK aduk hingga tercmpur merata pada cairan. Setelah itu
masukkan ragi roti sebanyak 15 gram dan aduk hingga merata. Kemudian tutup tabung
fermentor dengan rapat/kedap udara dan menyalurkan selang pada wadah yang sudah
diisi air (untuk mengetahui reaksi dari fermentasi/keluarnya gelembung udara kemudian
dilakukan Destilasi atau dikenal penyulingan dilakukan untuk memisahkan alkohol dari
cairan beer hasil fermentasi. Dalam proses destilasi, pada suhu 780C (setara titik didih
alkohol)

Anda mungkin juga menyukai