Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Didalam dunia kerja tidak dapat terlepas dari adanya koordinasi dan

evaluasi. Berkoordinasi dan melaksanakan evaluasi menjadi cara untuk dapat

mengembangkan ataupun mencapai suatu tujuan di instansi manapun, baik swasta

maupun pemerintahan. Di dalam suatu manajemen, kedua aktivitas ini sangat

diperlukan guna menunjang apa yang sedang dikerjakan demi tujuan bersama.

Berbagai cara pun dilakukan agar tetap bisa melaksanakan kedua agenda ini.

Mulai dari cara yang dirasa cukup hemat, cara yang paling efektif, hingga cara

yang mampu mempertemukan seluruh pihak yang terlibat agar apa yang

dikerjakan menjadi sebuah keberhasilan. Instansi di mana pun tentu akan memiliki

cara tersendiri agar sesuai dengan kebutuhannya, namun tetap bisa

mengakomodasi berbagai hal yang menjadi kepentingan bersama.

Koordinasi yang dilakukan antar instansi terkadang mengharuskan

bertemunya secara langsung dalam satu tempat yang sama. Bagi sebuah instansi

baik swasta maupun pemerintahan, hal ini akan membutuhkan anggaran yang

menunjang bagi terlaksananya koordinasi di satu tempat tersebut. Secara khusus

pada instansi pemerintahan, anggaran yang dimaksud pada hal ini disebut dengan

uang belanja perjalanan dinas.

Menurut Trisulo dalam Wulandari (2015), yang merupakan seorang

pegawai di Widyaiswara Madya Balai Diklat Keuangan Denpadan sar


menyebutkan bahwa perjalanan dinas merupakan sebuah keharusan dan sering

melekat pada pelaksanaan tugas dan fungsi pada satuan kerja. Oleh karena itu,

disediakan dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk keperluan

belanja perjalanan dinas. Perjalanan dinas yang dimaksud memang merupakan

sebuah perjalanan guna menunjang suatu kepentingan publik dan tujuan bersama,

yang dilaksanakan oleh pejabat, pegawai negeri, maupun pegawai tidak tetap

untuk menuju ke satu tempat dimana dilaksanakannya agenda penting. Di dalam

perjalanan dinas terdapat kebutuhan penting di dalamnya sehingga didanai oleh

instansi yang terkait untuk menunjang kinerja pihak yang berkepentingan tersebut

Tak hanya instansi di tingkat nasional seperti kementerian, namun juga

seperti dinas-dinas di pemerintahan daerah, mereka memiliki anggaran perjalanan

dinas, misalnya pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Provinsi Sulawesi Selatan juga mempunyai anggaran belanja perjalanan dinas,

pelaksanaan perjalanan dinas pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu dalam rangka mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh

DPMPTSP Pusat ataupun dari Kementerian yang terkait dengan DPMPTSP Prov.

Sulsel, juga dalam rangka melakukan koordinasi dan konsultasi perencanaan

kegiatan, pelatihan, singkronisasi, pameran bersama dan konsolidasi perencanaan

pengembangan penanaman modal nasional.

Perjalanan dinas Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah

Perjalanan Dinas (SPPD) pada masing-masing Bidang atau Sub bagian. Setelah
SPPD dikeluarkan maka bagian keuangan dapat mengeluarkan biaya perjalanan

dinas, dan pegawai yang bersangkutan diberi kewajiban untuk dapat

mempertanggung jawabkan biaya tersebut dan harus disertai bukti-bukti

pengeluaran yang sah. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik

mengambil judul “Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah Provinsi Sulawesi

Selatan”

1.2 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui bagaimana prosedur dalam pembayaran biaya perjalanan

dinas yang dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

1.3 Manfaat Penulian

Bagi mahasiswa(i)

a) Mengembangkan, memperluas dan menetapkan keterampilan serta

kreatifitas yang dapat membentuk kemampuan mahasiswa(i) sebagai

bekal memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.

b) Meningkatkan dan menetapkan sikap professional para mahasiswa(i)

untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan bidang keahlian.

c) Menyebarkan dan membandingkan pelajaran teori yang diperoleh dari

universitas ketika berada dalam dunia kerja.


d) Melatih mahasiswa(i) agar memiliki tanggung jawab dan disiplin yang

tinggi.

Bagi pihak kampus

a) Untuk mengetahui efektifitas dari hasil praktik yang dilakukan dalam

dunia usaha/instansi.

b) Sebagai bahan referensi perpustakaan kampus untuk mahasiswa(i) yang

baru akan melaksanakan KKLP.

c) Memberikan kesempatan serta membina mahasiswa(i) menjadi tenaga

kerja profesioanal, dengan belajar sambil mengimplementasi pengetahuan

yang diperoleh dari universitas ke dalam dunia kerja yang sesungguhnya.

Bagi pihak instansi atau perusahan

a) Meringankan pelaksanaan pekerjaan, dengan memberikan tugas bagi

mahasiswa(i) KKLP untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaan yang

harus dilakukan secara berulang.

b) Pemberian alternative pemecahan masalah berdasarkan permasalahan

yang dihadapi pihak instansi.

Anda mungkin juga menyukai