PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Bahan makanan merupakan salah satu faktor penting dalam
menunjang kehidupan manusia. Semakin berkembangnya industri pangan
menyebabkan banyak produksi makanan yang serba praktis, ekonomis, menarik
serta tahan lama misalnya makanan yang dikemas dalam kaleng, hal ini
menyebabkan banyak konsumen tertarik untuk mengkonsumsinya
sehingga produksi makanan kaleng semakin meningkat. Bahan pangan yang
dikemas dalam kalengan misalnya buah kaleng, cornet kaleng dan sosis kaleng
dan ikan. Ikan merupakan salah satu komoditi hasil perairan yang paling banyak
dimanfaatkan oleh manusia karena beberapa kelebihannya. Ikan merupakan
salah satu sumber protein hewani yang sangat potensial dan biasanya
kandungan protein 15-24% tergantung dari jenis ikannya. Protein ikan memiliki
daya cena yang tinggi yaitu sekitar 95%.
Ikan merupakan salah satu komoditi yang mudah mengalami kerusakan
(high perishable food). Kerusakan ini dapat disebabkan oleh proses biokimiawi
maupun oleh aktivitas mikribiologi. Kandungan air hasil perikanan pada
umumnya tinggi mencapai 56,79% sehingga sangat memungkinkan terjadinya
reaksi-reaksi biokimiawi oleh enzim yang berlangsung pada tubuh ikan. Teknik
pengawetan pangan yang dapat diterapkan dan banyak digunakan adalah
pengawetan dengan suhu tinggi, contohnya adalah pengalengan ikan sardine.
Pengalengan merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan bahan makanan,
terutama ikan dan hasil perikanan lainnya, dari pembusukan. Dalam
pengalengan ini daya awet ikan yang diawetkan jauh lebih bagus dibandingkan
pengawetan cara lain. Namun dalam hal ini dibutuhkan penanganan yang lebih
intensif serta ditunjang dengan peralatan yang serba otomatis. Oleh karena itu
untuk menunjang penanganan pengolahan sarden selain peralatan yang
otomatis, juga perlu adanya perancangan pabrik yang baik sehingga dapat
mengendalikan seluruh aktifitas produksi sarden dengan baik.
1.2 Tujuan
1. Identifikasi sistem perencanaan dan perancangan pabrik
2. Identifikasi neraca masa dan neraca energi pada pengolahan sarden
3. Identifikasi lokasi dan tata letak pabrik
4. Identifikasi evaluasi ekonomi dan organisasi pabrik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Ikan
Ikan adalah anggota vertebrata yang hidup di air dan bernapas dengan
insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam
dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Pemanfaatan ikan
hingga saat ini pada umumnya dikonsumsi langsung. Ikan dapat diolah menjadi
berbagai produk seperti ikan kering, dendeng ikan, abon ikan, kerupuk ikan, ikan
asin, kemplang, bakso ikan dan tepung darah ikan sebagai pupuk tanaman dan
pakan ikan (Nuril, 2009).
Menurut Winarno dalam jurnal Wulandari dkk (2009) Ikan segar
merupakan salah satu komoditi yang mudah mengalami kerusakan (high
perishable food). Kerusakan ini dapat disebabkan oleh proses biokimiawi
maupun oleh aktivitas mikribiologi. Kandungan air hasil perikanan pada
umumnya tinggi mencapai 56,79% sehingga sangat memungkinkan
terjadinya reaksi-reaksi biokimiawi oleh enzim yang berlangsung pada tubuh
ikan segar. Sementara itu, kerusakan secara mikrobiologis disebabkan
karena aktivitas mikroorganisme terutama bakteri. Kandungan protein yang
cukup tinggi pada ikan menyebabkan ikan mudah rusak bila tidak segera
dilakukan pengolahan dan pengawetan. Pengawetan bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut. Salah satu usaha
untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet pada produk ikan adalah
dengan pengalengan ikan.
Gambar 2.2 Persyaratan Standar Mutu Ikan Sarden Kalengan Berdasarkan SNI
Pendinginan cepat dilakukan agar spora bakteri termofilik yang hidup pada
suhu 550 C tidak sempat tumbuh, berkembang, dan menimbulkan kerusakan
pada produk. Pendinginan cepat dilakukan dengan merendam botol berisi produk
yang telah dipasteurisasi dalam air dingin. Perendaman dilakukan sampai botol
kemasan menjadi hangat (Suprapti, 2005). Air yang digunakan untuk
pendinginan harus bebas dari korosi, kerak, scale, fouling, dan biological
contamination. Jika air pendingin tidak terkontrol dengan baik, akan
menimbulkan efek negatif pada operasinya diantaranya meningkatkan biaya
perawatan, perbaikan alat, mengurangi efisiensi transfer panas, dan lain-lain.
Terdapat beberapa metode yang dapat mengendalikan permasalahan pada air
pendingin diantaranya penambahan asam H2SO4 untuk pengendalian kerak,
sterilisasi untuk pengendalian mikroorganisme, dan penambahan polofosfat,
kromat, dikromat, silikat untuk pengendalian korosi, penggunaan klorin,
klorofenol, garam organometal untuk pengendalian pembentukan fouling. Klorin
merupakan chemical yang banyak dipakai dan dosis pemakaian klorin yang
efektif adalah sebesar 0,3 – 1 ppm (Gumilar, 2011).
13. Pengeringan dan expired date
Kaleng yang telah direndam lalu diangkat dan dan dikeringkan dengan
menggunakan mesin can dryer yang dijalankan dengan conveyor. Mesin ini
secara otomatis mengeringkan kaleng dari sisa air setelah perendaman dengan
cara menyemprotkan tekanan udara sehingga kaleng menjadi kering. Pelabelan
dilakukan secara otomatis menggunakan mesin inkjet printer setelah proses
pengeringan karena kedua mesin ini ada pada satu rangkaian.
14. Pengemasan Dalam Kardus
Pengemasan dilakukan secara manual dengan menyusun kaleng-kaleng
tersebut menjadi dua bagian, yaitu bagian susunan bawah dan atas dimana
ditengah-tengahnya disekat dengan menggunakan lapisan kardus. Kardus
sebelumnya telah dideri kode produksi dan tanggal produksi menggunakan tinta
dan stempel. 1 kardus berisi 50 buah kaleng kecil dan untuk isi kaleng besar
sebanyak 24 buah per kardus.Tahap awal kardus ditutup secara manual saja
tanpa menggunakan perekat, hal ini karena kardus yang berisi kaleng terlebih
dahulu di inkubasi dan diperiksa kembali setelah waktu inkubasi selesai.
Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi dan mengawetkan
produk makanan. Selain itu, pengemasan juga merupakan penunjang bagi
transportasi dan distribusi (Kuswanto, 2003).
15. Inkubasi dan Penyimpanan
Kaleng yang telah dipack dalam kardus kemudian disimpan dalam gudang
dengan cara ditumpuk diatas palet-palet kayu berbentuk persegi yang digunakan
sebagai alas penyimpanan agar kardus pengemas tidak kontak langsung dengan
lantai yang dapat menyebabkan kemasan menjadi lembab dan mudah rusak.
Maksimal tumpukan kardus dalam satu palet adalah 8 kardus. Produk tidak
langsung dikirim menuju distributor, tetapi dilakukan terlebih dahulu proses
inkubasi selama 5 - 7 hari. Proses ini untuk melihat adanya produk yang cacat
dengan cara membuka satu persatu kardus bagian bawah dan bagian atas dan
mengamati apakah ada kecacatan atau tidak. Produk yang telah dinyatakan
bebas dari kerusakan, kardus ditutup dengan perekat yang kemudian disimpan di
warehouse kondisi suhu kamar (± 25-27 oC) untuk siap dikirim kepada distributor.
Proses inkubasi merupakan proses penyimpanan sementara untuk mengetahui
perubahan-perubahan pada kaleng agar dapat mengetahui adanya kerusakan
pada produk. Penyimpanan merupakan masa tunggu sejak produk selesai
dikemas sampai didistribusikan ke konsumen. Produk yang belum disalurkan
tersebut disimpan dalam gudang (Kuswanto, 2003).
3.2 Kebutuhan Alat dan Mesin (Spesifikasi)
1. Gunting
Gunting adalah alat yang biasa digunakan untuk memotong suatu benda,
contohnya kertas, plastik, botol, rambut, kain dan lain sebagainya. Gunting lebih
baik daripada pisau untuk beberapa penggunaan, seperti memotong
artikel koran maupun gambar. Gunting juga biasa digunakan untuk
memotong rambut. Gunting memiliki 2 sisi yang tajam. Selain itu, terdapat pula
gunting untuk ikan yaitu gunting yang bermanfaat untuk memisahkan badan ikan
dari kepala, ekor dan isi perut yang dilakukan secara manual. Gunting ini biasa
digunakan pada industri pengalengan ikan seperti sarden yang dapat membantu
proses produksi lebih cepat dan praktis. Gunting ini dijalankan secara manual
yaitu dengan bantuan tangan manusia.
4. Exhaust Box
Semua konstruksi mesin ini adalah baja stainless. Cara kerjanya adalah
kaleng yang sudah terisi ikan masuk kedalam exhaust box yang panjangnya +12
m, di dalam exhaust box ikan dimasak dengan menggunakan uap panas yang
dihasilkan oleh boiler. Suhu yang digunakan + 800C, proses pree cooking ini
berlangsung selama + 10 menit. Kemudian terjadi proses penghampaan, yaitu
dilakukan dengan menambahkan medium pengalengan berupa saos cabai atau
saos tomat dan minyak sayur (vegetable oil). Suhu saos dan minyak sayur yang
digunakan adalah + 80oC. Pengisian saos dilakukan secara mekanis dengan
menggunakan filler. Pada prinsipnya proses penghampaan ini dapat dilakukan
melalui 2 macam cara, biasanya pabrik berskala kecil exhausting dilakukan
dengan cara melakukan pemanasan pendahuluan terhadap produk, kemudian
produk tersebut diisikan kedalam kaleng dalam keadaan panas dan wadah
ditutup, juga dalam keadaan masih panas. Sedangkan, pabrik
pengalengan berskala besar melakukan exhausting dengan cara mekanis, dan
dinamakan pengepakan vakum (vacuum packed). Cara kerjanya adalah menarik
oksigen dan gas-gas lain dari dalam kaleng dan kemudian segera dilakukan
penutupan wadah. Kapasitas produksi alat ini berkisar 2.500 – 3.000 kg/jam.
W E
S
3.4 Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Berikut merupakan tata letak pabrik ikan sarden :
1
3
2
3
4
5
7 7c
6
7b
7a
8 8
9
11
19
12 10
13
20
Lt .2
25
14
21
22
23
15
24
16 17 18
3
1: 750
Keterangan :
2. Tenaga kerja
Faktor tenaga kerja dalam pemilihan lokasi perusahaan PT Sarden
Nusantara merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan karena tenaga kerja
yang dibutuhkan tidak hanya tenaga kerja unskill akan tetapi membutuhkan
tenaga kerja yang berskill. Lokasi yang dipilih merupakan lokasi dengan
ketersediaan tenaga kerja yang dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam
perusahaan, sehingga jika kebutuhan tenaga kerja terpenuhi maka dapat
menunjang keberlangsungan segala aktivitas maupun kegiatan yang ada di
perusahaan.
3. Utilitas
Faktor utilitas seperti ketersediaan air, listrik, dan energi lainnya adalah
faktor yang cukup penting karena dalam proses produksi membutuhkan banyak
persediaan air, listrik, dan juga energi lainnya. Lokasi PT Sarden Nusantara
berada di daerah dengan utilitas yang memadai baik air, listrik, dan sebagainya.
Utilitas yang mendukung dapat memperlancar keberlangsungan kegiatan-
kegiatan dalam perusahaan.
4. Lingkungan
Faktor lingkungan yang dipertimbangkan adalah masyarakat yang berada
didaerah tersebut, apakah menerima atau tidak dengan adanya perusahaan.
Lokasi PT Sarden Nusantara terdapat di lingkungan masyarakat yang dapat
menerima adanya perusahaan sehingga dengan keterbukaan masyarakat dapat
mempermudah izin pendirian perusahaan.
Penentuan lokasi yang tepat akan meminimumkan biaya investasi dan
operasional jangka pendek maupun jangka panjang sehingga akan
meningkatkan daya saing perusahaan. Dalam penentuan lokasi, perlu dilakukan
analisis mengenai kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi.
Kriteria-kriteria tersebut terkait dengan faktor-faktor yang mendukung kelancaran
dan kemajuan usaha. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan lokasi
adalah sumberdaya bahan baku, sumberdaya tenaga kerja, pasar, transportasi,
lingkungan, dan iklim. Setiap perusahaan memiliki pertimbangan kepentingan
yang berbeda sesuai dengan apa yang dibutuhkan perusahaan (Onggo, 2013).
Gambar 3.16 Peta Lokasi Target Lokasi PT. Sarden Nusantara
PEMBAHASAN
Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan
akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Berinvestasi merupakan suatu proses menabung yang berorientasi pada tujuan
tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut. Dalam ilmu ekonomi, investasi merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat. Istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Mankiw, 2007).
Sama halnya dengan saat memulai perancangan pabrik. Saat memulai membuka pabrik,Investasi dilakukan sebagai pengeluaran
penanam-penanam modal untuk membeli barang-barang yang akan menunjang kegiatan proses produksi atau perlengkapan-
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi produk. Dalam merancang pabrik, besarnya dana yang
diinvestasikan bergantung kepada fasilitas dan mesin/peralatan yang akan digunakan untuk menunjang proses usaha. Dalam hal ini,
dana yang diinvestasikan sebesar Rp. 7.307.000.000. Besarnya biaya ini digunakan antara lain untuk keperluan pemasangan instalasi
yang terdiri dari pemasangan alat komunikasi (telepon), air dan pemasangan listrik. Sementara itu peralatan yang merupakan mesin dan
fasilitas yang digunakan dalam proses produksi langsung dan juga perlengkapan yang digunakan untuk menunjang proses produksi
seperti Alat Tulis Kantor (ATK), computer dan lainnya termasuk kedalam biaya reinvesatsi, Besarnya biaya investasi dan reinvesatsi ini
tidak dipengaruhi oleh volume produksi.
Biayatetap
Penyusutan 288261000
Investasi 7307000000
Biayavariabel 190240800000
Biayaoperasi 127458528000
Pemasaran 15000000
Perizinan 10000000
Transporatsi 10000000
2. Proses Trimming
3. Proses pencucian
4. Proses Filling
5. Proses Precooking
Asumsi : kadar air ikan berkurang, sehingga berat ikan berkurang sebesar 5%
Masuk dari filling Berat (kg) Keluar ke decunting Berat (kg)
Ikan dalam kaleng 1924,62 Ikan matang 1828,38
Limbah Berat (Kg)
Air + minyak hasil precooking 96,23
Total 1924,62 Total 1924,62
6. Proses Decunting
8. Proses Seaming
Panas Masuk
Q Air = m.c. ∆ T
= m 4,2 KJ/Kg oC (117-30)oC
= 365,4 KJ/Kg m
Q Kaleng + ikan = m.c. ∆ T
= 21194 Kg 0,5 KJ/Kg oC (117-30)oC
= 921939 KJ
Panas Keluar
Q Air = m.c. ∆ T
= m 4,2 KJ/Kg oC (117-117)oC
=0
Q Kaleng + ikan = m.c. ∆ T
= 21194 Kg 0,5 KJ/Kg oC (117-117)oC
=0
Q Panas Masuk = Q Panas Keluar
365,4 KJ/Kg m + 921939 KJ = 0
365,4 KJ/Kg m = - 921939 KJ
m = (- 921939 KJ)/(365,4 KJ/Kg oC)
m = 2523,1 Kg
3. Cooling
Panas Masuk
Q Air = m.c. ∆ T
= m 4,2 KJ/Kg oC (30-40)oC
= - 42 KJ/Kg oC m
Q Kaleng+Ikan = m.c. ∆ T
= 21194 KJ/Kg oC (30-40)oC
= - 42 Kg 0,5 KJ/Kg oC - 10oC
= - 105970 KJ
Panas Keluar
Q Air = m.c. ∆ T
= m 4,2 KJ/Kg oC (35-40)oC
= - 21 KJ/Kg oC m
Q Kaleng+Ikan = m.c. ∆ T
= 21194 KJ/Kg oC (40-40)oC
=0
Q Panas Masuk = Q Panas Keluar
- 42 KJ/Kg oC m - 105970 KJ = - 21 KJ/Kg oC m
- 21 KJ/Kg oC m = 105970 KJ
m = (105970 KJ)/(- 21 KJ/Kg oC)
m = 5046,19 Kg
ANALISA KELAYAKAN
5.1 Analisa Kelayakan Ekonomi
Satu kaleng sarden mempunyai berat 50 gram. Harga jual dari satu
kaleng ikan sarden yakni Rp 3.057,- untuk tahun pertama, Rp 3.257,- untuk
tahun kedua, Rp 3.457,- untuk tahun ketiga, Rp 3.657,- untuk tahun keempat dan
Rp 3.857,- untuk tahun kelima. Perencanaan harga jual yang dilakukan
menggunakan prinsip Forecasting selama lima tahun kedepan dengan tingkat
kenaikan harga sebesar Rp 200,- per tahunnya. Hal ini dilakukan untuk
menghindari adanya lonjakan harga bahan baku ditahun yang akan datang.
Sedangkan untuk HPP (Harga Pokok Produksi) untuk satu kaleng ikan sarden
ditetapkan sebesar Rp 1.730,-. Adapun rincian untuk pembuatan ikan sarden
adalah harga ikan yakni Rp 5.000,-/kg, saus sarden Rp 2.000,- / kg, dan harga 1
kaleng yakni Rp 800,-.
=
(187798941000/460542813000) x 100%
= 16.73 %
Untuk mengetahui apakah suatu pabrik sudah berjalan dengan bisa
dilihat dari besar Rate of return (ROR), yang dihasilkan dan membandingkan
dengan bunga bank, yang besarnya bisa melebihi atau dibaah bunga bank.
Berdasrkan besranya bunga salah satu bank, maka bias dikatakan usaha dalam
mendirikan pabrik sarden ini dikatakan berjalan lancar karena suku bunga bank
saat ini adalah 10.5% sedangkan pabrik sarden ini memiliki tingkat pengembalian
sebesar 16.73%. Sehingga pabrik ini Layak untuk dikembangkan
460542813000
=
187798941000+288261000
= 2.448
Penyusutan dimasukkan dalam perhitungan karena dianggap modal
sudah berkurang atau sudah sebagaian dikembalikan. Untuk modal asing
biasanya mengharapkan pengembalian modal secepat mungkin,tetapi untuk
Negara yang sudah stabil minimum pay-out period tidak terlalu cepat. Untuk
pabrik sarden ini, modal akan kembali setelah pabrik beroperasi selama 2.448
tahun.