Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KEPEKAAN BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK

Oleh :

Kelompok A4

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2018
Anggota Kelompok A4 :

1. Rahmi Muhsina
2. Ghina Farhah
3. Tesha Az Zaura
4. Siti Maghfirah Rizal
5. Fara Fichria
6. Elsa Ismiranda
7. Nabila Yussam Vira
8. Zalfiana Syania
9. Nurul Izzah
10. Rika Faranita
11. Ullya Humaira
12. Aulia Nisfayanti
13. Silventus Hendrikus Karabui
14. Aloysia Valentina Mekiuw
15. Ria pertiwi
16. Rahmi Yuliza
Hari / Tanggal : Kamis, 2 Mei 2018

Judul Praktikum : Uji kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik

I. Latar Belakang

Antibiotik maupun jenis-jenis antimikroba lainnya telah umum dikenal


dikalangan masyarakat kita. Penggunaan dari antibiotik dan antimikroba inipun
telah meningkat, seiring dengan bermunculannya berbagai jenis infeksi yang
kemungkinan ditimbulkan oleh jenis bakteri baru ataupun virus baru.
Kenyataannya adalah bahwa penggunaanya dikalangan awam seringkali disalah
artikan atau disalah gunakan, dalam artian seringkali penatalaksanaan dalam
menangani suatu jenis infeksi yang tidak tepat, yang berupa pemakaian antibiotik
dengan dosis dan lama terapi atau penggunaan yang tidak tepat, karena kurangnya
pemahaman mengenai antibiotik ini sendiri. Hal ini pulalah yang kemudian hari
merupakan penyebab utama dari timbulnya resistensi dari obat-obat antibiotik
maupun antimikroba terhadap jenis bakteri tertentu. Obat-obat antimikroba efektif
dalam pengobatan infeksi karena kemampuan obat tersebut membunuh
mikroorganisme yang menginvasi penjamu tanpa merusak sel.
Dalam percobaan ini akan dilakukan uji sensitifitas, yang merupakan suatu
teknik untuk menetapkan sensitifitas suatu antibiotika dengan mengukur efek
senyawa tersebut pada pertumbuhan suatu mikroorganisme, yaitu seberapa besar
hambatan pertumbuhan yang dapat dilakukan oleh antibiotik dan untuk
mengetahui apakah suatu antibiotik dapat membunuh jenis mikroba berspektrum
luas atau hanya dapat membunuh satu jenis mikroba yang disebut spektrum
sempit, karena hanya beberapa penyakit yang tidak cocok dengan antibiotik dan
terhadap penyakit yang fatal, serta berhubungan dengan waktu inkubasi untuk
melihat antibiotik mana yang kerjanya lebih cepat menghambat atau membunuh
mikroba lain. Alasan penggunaan beberapa macam antibiotik yaitu untuk melihat
antibiotik mana yang kerjanya lebih cepat menghambat atau membunuh mikroba,
antibiotic mana yang telahresistendan antibiotic mana yang betul-betul cocok
untuk suatu jenis mikroba.

II. Tinjauan Pustaka

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab Infeksi


tersering di dunia. Tingkat keparahan infeksinya pun bervariasi, mulai dari infeksi
minor di kulit (furunkulosis dan impetigo), infeksi traktus urinarius, infeksi
trakrus respiratorius, sampai infeksi pada mata dan Central Nervous system
(CNS). Staphylococcus berasal dari kata staphyle berarti kelompok buah anggur,
coccus berarti bulat dan aureus berarti keemasan. Kuman ini sering ditemukan
berkolonisasi sebagai flora normal pada kulit rongga hidung manusia.
Diperkirakan 50% individu dewasa merupakan carrier Staphylococcus aureus,
akan tetapi keberadaan Staphylococcus aureus pada saluran pernapasan atas dan
kulit pada individu sehat jarang menyebabkan penyakit. Infeksi serius dari
Staphylococcus aureus dapat terjadi ketika sistem imun melemah yang disebabkan
oleh perubahan hormon, penyakit, luka, penggunaan steroid atau obat lain yang
mempengaruhi imunitas.

Saat ini, Staphylococcus aureus menjadi masalah yang sangat serius


karena peningkatan resistensi bakteri ini terhadap berbagai jenis antibiotik (Multi
Drug Resistance). Staphylococcus aureus memiliki kemampuan adaptasi yang
luar biasa sehingga bisa resisten pada banyak antibiotik. Pandemik dari antibiotic
resistant Staphylococcus aureus pertama kali muncul 60 tahun yang lalu.
Antibiotik yang menjadi korban dari Staphylococcus aureus saat itu adalah
Penicillin. Penicillin pertama muncul pada tahun 1940 dan dalam waktu 10 tahun,
Penicillin sudah tidak efektif untuk tatalaksana Staphylococcus aureus. Hingga
akhirnya Penicillin resistant Staphylococcus aureus menjadi pandemik sepanjang
akhir tahun 1950an hingga awal tahun 1960an.

Uji kepekaan terhadap antimikroba dimulai ketika pertemuan yang


diprakarsai WHO di Genewa (1977), kepedulian terhadap semakin luasnya
resistensi antimikroba baik yang berhubungan dengan infeksi manusia atau
hewan. Hal ini mencetuskan program surveilance untuk memonitor resistensi
antimikroba menggunakan metode yang sesuai. Dengan tes kepekaan terhadap
antimikroba akan membantu klinisi untuk menentukan antimikroba yang sesuai
untuk mengobati infeksi. Untuk mendapatkan hasil yang valid, tes kepekaan harus
dilakukan dengan metode yang akurat dan presisi yang baik, dimana metode
tersebut langsung dapat digunakan dalam menunjang upaya pengobatan.
Kriteria yang penting dalam metode tes kepekaan adalah hubungannya dengan
respon pasien terhadap terapi antimikroba.

Pada prinsipnya tes kepekaan terhadap antimikroba adalah penentuan


terhadap bakteri penyebab penyakit yang kemungkinan menunjukkan resistensi
terhadap suatu antimikroba atau kemampuan suatu antimikroba untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang tumbuh in vitro, sehingga dapat dipilih
sebagai antimikroba yang berpotensi untuk pengobatan.

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tes kepekaan


Penentuan tes laboratorium terhadap mikroorganisme, untuk hasil yang
lebih akurat harus memperhatikan faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi
baik terhadap mikroorganisme ataupun pengaruh terhadap daya kerja antimikroba,
sehingga harus dihindari faktor-faktor lingkungan yang kemungkinan
mempengaruhi.
Faktor lingkungan tersebut diantaranya:
1. pH. Beberapa antimikroba dipengaruhi oleh pH lingkungan,
contohnya aktifitas antibakteri eritromisin dan aminoglikosida berkurang
apabila terjadi penurunan pH, sedangkan aktifitas tetrasiklin akan menurun
bila terjadi peningkatan pH. Aktifitas aminoglikosida yang daya kerjanya
menghambat sintesis protein bakteri melalui membran sel dengan proses
oksidasi, sehingga apabila tidak terdapat oksigen akan mengurangi aktifitas
antimikroba tersebut.
2. Kation. Aktifitas aminoglikosida juga dipengaruhi oleh konsentrasi kation
Ca++ dan Mg++. Tahapan aktifitas antimikroba yang penting adalah absorpsi
antimikroba ke permukaan sel bakteri. Aminoglikosida bermuatan positif dan
bekerja terutama untuk bakteri gram negatif, misalnya membran
luar Pseudomomonas aeruginosa yang bermuatan negatif.
3. Tersedianya bahan gizi tertentu. Bahan gizi tertentu dapat mempengaruhi
aktifitas antimikroba, misalnya bakteri enterococcus mampu menggunakan
timin dan asam folat hasil metabolisme untuk menghindari pengaruh
aktifitas sulfoamida dan trimetroprim, yang dihambat oleh jalur metabolik
asam folat.
Informasi mengenai resistensi yang kemungkinan berasal dari
lingkungan digunakan untuk membuat metoda standar yang dapat mengurangi
pengaruh faktor lingkungan terhadap bakteri uji, sehingga pemeriksaan lebih
akurat.

Tujuan pengendalian faktor lingkungan


1. Hambatan pertumbuhan berkaitan dengan aktifitas antimikroba melawan
bakteri uji dan tidak dibatasi oleh bahan gizi, suhu dan kondisi lingkungan
lainnya yang dapat menghalangi pertumbuhan, sehingga dapat dipastikan
hambatan pertumbuhan hanya disebabkan oleh antimikroba yang digunakan.
2. Mengoptimalkan kondisi untuk pemeliharaan keutuhan dan aktifitas
antimikroba sehingga dapat dipastikan kegagalan menghambat pertumbuhan
bakteri disebabkan oleh keresistenan bakteri itu sendiri tapi bukan dari
pengaruh lingkungan yang membuat antimikroba inaktif.
3. Untuk mempertahankan hasil konsisten yang berulang
(reproducibility dan consistency) sehingga organisme yang sama akan
memperlihatkan hasil kepekaan yang sama, terhadap metode uji laboratorium
yang digunakan.
Dasar pemeriksaan uji kepekaan
1. Merupakan metode yang langsung mengukur aktifitas satu atau lebih
antimikroba terhadap inokulum bakteri.
2. Merupakan metode yang secara langsung mendeteksi keberadaan mekanisme
resitensi spesifik pada inokulum bakteri.
3. Merupakan metode khusus untuk mengukur interaksi antara mikroba dan
antimikroba.

Metode-metode pengukuran aktifitas antimikroba


Kemampuan antimikroba dalam melawan bakteri dapat diukur menggunakan
metode yang biasa dilakukan yaitu :
a. Metode konvensional : dilusi (agar atau kaldu), difusi dan Etest
b. Uji kepekaan komersial

III. Alat dan Bahan :

Alat Bahan

1. Cawan petri dan media agar 1. Alkohol pad


(MHA)
2. Bakteri Staphylococcus aureus
2. Cotton swab
3. Kertas cakram (dist antibiotik)
3. Bunsen

4. Korek api

5. Pinset

IV. Cara kerja :

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Nyalakan bunsen dengan korek api.


3. Ambil tabung reaksi yang bersuspensi bakteri.

4. Panaskan mulut tabung reaksi.

5. Masukkan cotton swab ke dalam tabung reaksi sampai basah dan merata.

6. Panaskan kembali mulut tabung reaksi, lalu tutup.

7. Oleskan cotton swab pada media MHA secara zig-zag sampai merata dan
rapat, kemudian putar cawan petri dengan putaran 60ᵒ. Lakukan hal yang
sama sebanyak 3 kali.

8. Ambil pinset dan bersihkan ujungnya menggunakan alkohol pad.

9. Tempelkan kertas cakram menggunakan pinset pada media MHA yang


telah ditandai.

10. Bersihkan kembali pinset yang sudah digunakan.

11. Kemudian tutup cawan petri menggunakan plastik dengan cara dibalik.

12. Masukkan cawan petri ke dalam incubator selama 18-24 jam.

13. Setelah 24 jam, ukur zona hambat yang ada pada media MHA
menggunakan jangka sorong dan catat hasilnya.

14. Cocokkan hasil pengukuran dengan tabel CLSI.


V. Hasil dan Pembahasan

Antibiotik Diameter Gambar Keterangan


33 mm Sensitive

Penicilin
(P 10 µ𝑔)

15 mm Intermediet
Clindamycin
(DA 2 µ𝑔)

Cetadizime 10 mm Resisten
( CAZ 30 µ𝑔)
Vancomycin 17 mm Sensitive
( VA 30 µ𝑔)

Erythromycin 24 mm Sensitive
( E 15 µg )

Pembahasan

 Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotik penicilyn


dengan menggunakan bakteri Staphylococus Aureus, dipeoleh zona
hambat 33 mm dengan keterangan sensitive terhadap antibiotik penicilyn
 Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotik Clindamycin
dengan menggunakan bakteri Staphylococus Aureus, dipeoleh zona
hambat 15 mm dengan keterangan intermediet terhadap antibiotik
Clindamycin
 Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotik Cetadizime
dengan menggunakan bakteri Staphylococus Aureus, dipeoleh zona
hambat 10 mm dengan keterangan resisten terhadap antibiotik Cetadizime
 Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotik Vancomycin
dengan menggunakan bakteri Staphylococus Aureus, dipeoleh zona
hambat 17 mm dengan keterangan Sensitive terhadap antibiotik
Vancomycin
 Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotik Erythromycin
dengan menggunakan bakteri Staphylococus Aureus, dipeoleh zona
hambat 24 mm dengan keterangan sensitive terhadap antibiotik
Erythromycin

VI. Kesimpulan

Antibiotik adalah Segolongan molekul baik alami maupun sintetik, yang


mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Antibiotik maupun jenis-
jenis antimikroba lainnya telah umum dikenal dikalangan masyarakat kita. Dalam
percobaan ini akan dilakukan uji sensitifitas, yang merupakan suatu teknik untuk
menetapkan sensitifitas suatu antibiotika dengan mengukur efek senyawa tersebut
pada pertumbuhan suatu mikroorganisme. Berdasarkan praktikum uji sensitifitas
antibiotik yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

 Bakteri S. Aureus sensitive terhadap antibiotik Penicilyn (P 10 µ), dengan


zona hambat 33 mm.
 Bakteri S. Aureus intermediet terhadap antibiotik Clindamycin (DA 2 µ),
dengan zona hambat 15 mm.
 Bakteri S. Aureus resisten terhadap antibiotik Cetadizime (CAZ 30 µ),
dengan zona hambat 10 mm.
 Bakteri S. Aureus sensitive terhadap antibiotik Vancomycin (VA 30 µ),
dengan zona hambat 17 mm.
 Bakteri S. Aureus sensitive terhadap antibiotik Erythromycin (E 15 µ),
dengan zona hambat 24 mm.
DAFTAR PUSTAKA

Afifurrahman, K. Husni Samadin, Syahril Aziz. (2014). Pola Kepekaan Bakteri


Staphylococcus aureus terhadap Antibiotik Vancomycin di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Journal of MKS, Th. 46, No. 4, Oktober 2014.

Soleha, T, U. (2015). Uji Kepekaan Terhadap Antibiotik. Jurnal of Juke Unila


Volume 5 Nomor 9.

Anda mungkin juga menyukai