Anda di halaman 1dari 9

SISTEM INFORMASI PASAR

(Tugas Responsi Mata Kuliah Manajemen Pemasaran)

Oleh

Kelompok 1
Bela Risma Aulia 1514131178
Eka Wahyu Rahmawati 1514131166
Novalia 1514131170
Utri Sukmawati 1514131168

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ISI

A. Soal

1. KFC merupakan perusahaan kuliner (fastfood)yang banyak


digemari,yang sudah eksis sejak 1982-an awal. Akan tetapi dengan
berkembangnya kuliner fastfood dewasa ini, KFC terus berusaha
memperoleh informasi produk dari pelangganya,yang dilakukan untuk
melakukan penyempurnaan produk secara terus menerus. Jelaskan
langkah-langkah apa saja yang dapat dilakukan oleh KFC untuk
memperoleh informasi yang diperlukan?Masalah konsumen apa yang
mungkin dapat ditemukan dalam riset ? Jelaskan pendapat dan
jawaban anda!
2. Jika anda sebagai produsen dan pemasar jeruk manis domestik (lokal)
Indonesia,seperti Jeruk Medan, Jeruk Pontianak dan Jeruk Banjar(Jawa
Tengah), Apa dan Bagiamana cara anda untuk menghadapi “serangan
“jeruk impor saat ini? Uraikan jawaban anda dengan menjelaskan
keterkaitan masalah konsumen dengan sistem informasi pasar dan riset
pemasaran.

B. Jawaban

1. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh KFC untuk memperoleh


informasi yang diperlukan :
a) Menguraikan struktur produk pasar
Di sini, seorang manajer pemasaran harus dapat menguraikan
struktur produk pasar dengan menganalisis sasaran produk (target
product) dan susunan produk yang tersedia cukup banya untuk
memenuhi kebutuhan para konsumen di pasaran.
b) Mendefinisikan pasar yang relevan
Di sini, seorang manajer pemasaran harus mengetahui struktur
produk pasar secara keseluruhan, kemudian manajer pemasaran
tersebut harus dapat mendefinisikan perangkat pesaing perusahaan
yang paling relevan atau potensial.
c) Menganalisis kebutuhan primer untuk pasar yang relevan
Pada langkah ini, seorang manajer pemasaran harus dapat mencoba
untuk memahami proses pembelian produk untuk semua merek.
d) Menganalisis kebutuhan selektif dalam pasar yang relevan
Dalam langkah ini, seorang manajer pemasaran harus dapat
membahas proses para pembeli di dalam pembelian produk dan
harus menentukan merek dalam batas-batas pasar yang relevan.
Untuk memeriksa perbedaan-perbedaan, kebiasaan-kebiasaan para
pembeli di dalam pola pembeliannya, maka seorang manajer
pemasaran harus menerapkan strategi segmentasi pasar.
e) Menganalisis pasar target potensial
Di dalam langkah terakhir ini, seorang manajer pemasaran harus
membahas, mencari sumber informasi dibidang pemasaran dari
langkah-langkah untuk mengenali pasar yang potensial.

Masalah konsumen yang mungkin dapat ditemukan dalam riset antara


lain:
a. Ketidakpuasaan customer terhadap pelayanan perusahaan.
Masalah konsumen yang bisa saja terjadi salah satunya adalah
ketidakpuasaan customer terhadap pelayanan perusahaan. Hal
tersebut biasanya disebabkan oleh komunikasi yang kurang baik
antar kedua belah pihak. Seorang konsumen yang diketahui
bernama Subandi melaporkan KFC kepihak berwajib karena
merasa seolah-olah dipaksa untuk membeli VCD, dan donasi
Rp1000 itu tidak dijelaskan untuk kepentingan apa. Selain itu
ketidakpuasan customer terhadap pelayanan perusahaan juga dapat
terjadi karena pelanggan kecewa terhadap habisnya stock ayam,
seharusnya hal ini tidak terjadi agar kepuasan konsumen tetap
terjaga terlebih perusahaan ini merupakan perusahaan ternama.
b. Persepektif harga yang tinggi.
KFC merupakan produsen fastfood yang umumnya memiliki
banyak pelanggan yang berasal dari golongan masyarakat ekonomi
menengah ke atas. Jika dibandingkan dengan penjual produk
serupa KFC tergolong relatif mahal, namun KFC memiliki
keunggulan yang tidak dimiliki penjual lain salah satunya
kenyamanan tempat dan fasilitas modern yang disediakan.
c. Kehalalan yang masih diragukan.
Masalah konsumen lainnya adalah keraguan terhadap kehalalan
produk KFC, dimana terdapat isu dimedia sosial yang merugikan
KFC. KFC harus menyakinkan konsumen dan menjawab isu
tersebut dengan tepat dan jelas.

2. Cara anda untuk menghadapi “serangan “jeruk impor saat ini antara
lain:
1. Meningkatkan diferensiasi seperti layanan pasca jual yang lebih
baik.
2. Menerapkan strategi positioning ada harga ada rupa.
3. Mengenali karakteristik pembeli sangat membantu dalam
penentuan strategi.
4. Menjaga kualitas produk dari proses hulu hingga hilir

Masalah konsumen terkait produk jeru di Indonesia:

1. Ketersediaan Jeruk Lokal tidak dapat Memenuhi Kebutuhan Pasar


Domestik Sepanjang Tahun.
Buah Jeruk menjadi salah satu buah yang sangat diminati oleh
masyarakat Indonesia. Diantaranya yang paling populer adalah
jeruk keprok (mandarin) yang dikonsumsi sebagai buah segar. Jeruk
Keprok rasanya manis, segar, harga relatif murah, dan mudah
didapat dimana saja, kapan saja di seluruh pelosok negeri.
Ketersediannya hampir sepanjang tahun. Berikut ditampilkan
perbandingan masa panen jeruk Indonesia (siam, keprok dan
pamelo) dan masa panen jeruk di luar negeri. (Hanif, Zainuri dan
Lizia Zamzami, 2012)

Umumnya periode panen buah jeruk di Indonesia dimulai dari bulan


Februari hingga September dengan puncaknya terjadi pada bulan
Mei, Juni, dan Juli seperti terlihat pada Tabel 1. Karena tujuan
pemasaran utama jeruk hanya ke kota-kota besar di Jawa terutama
Jakarta dan Surabaya, maka pada bulan puncak panen, harga buah
jeruk di tingkat petani sering menjadi sangat murah, bahkan bisa
mencapai di bawah Rp 1.000/kg. Di sisi lain, gudang penyimpanan
dingin yang ada belum mampu menampung kelebihan produk dari
petani (untuk buah impor tidak ada masalah), Padahal cool
strorageimportir sanggup menyimpan buah selama 6-12 bulan.
Sedangkan pabrik olahan skala rumah tangga maupun industri
belum banyak dibangun saat ini.

Pola panen tersebut memperlihatkan bahwa ketersediaan jeruk lokal


tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik sepanjang tahun,
sehingga membuka peluang masuknya jeruk-jeruk impor. Dari sisi
waktu panen, periode awal dan akhir tahun di berbagai propinsi
sentra jeruk tidak mengalami panen, namun justru di luar negeri
terjadi panen raya dan stok buah melimpah.

2. Kemungkinan Data Jeruk Nasional yang Tidak Akurat

Standar konsumsi buah yang ditetapkan Food and Agriculture


Organization of United Nation (FAO), yakni sebesar 65,75 kilogram
per kapita per tahun, sementara konsumsi buah masyarakat
Indonesia masih rendah yaitu 32,67 kg per kapita per tahun
(Kompas, 2010). Jika 10% saja dari jumlah standar FAO tersebut
adalah buah jeruk, yaitu sebanyak 6 kg per kapita per tahun, maka
dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa akan dibutuhkan 1.422.000
ton/tahun. Jika produktivitas jeruk nasional sekitar 20 ton/ha maka
dibutuhkan kebun jeruk seluas 71.110 hektar. Kebutuhan 1.422.000
ton/tahun sanggup dipenuhi 2.131.768 ton (data produksi nasional
2010). Jadi seharusnya Indonesia masih bisa melakukan ekspor
sebesar 709.768 ton. Namun pada tahun 2010 lalu Indonesia masih
impor jeruk 160 ribu ton dan terus meningkat di tahun 2012 menjadi
179 ribu ton. Apa yang salah di sini? Ada kemungkinan validitas
data yang perlu dikritisi (di Kementerian Pertanian dan BPS) atau
ada kendala teknis lainnya seperti distribusi yang terkendala
infrastruktur yang membuat data terlihat tidak masuk akal.
Ketidakakuratan data dapat menyebabkan kesalahan dalam
pengambilan kebijakan termasuk dalam mengeluarkan RIPH
(Rekomendasi Impor Produk Holtikultura).

3. Kendala Pengembangan Program Keproknisasi Nasional

“Program Keproknisasi Nasional” telah dicanangkan oleh


Direktorat Jendral Hortikultura, (Dirjen Hortikultura) Kementerian
Pertanian melalui Direktorat Budidaya Tanaman Buah. Beberapa
langkah yang menjadi langkah operasional adalah 1) Arah
pengembangan jeruk keprok melalui pemantapan areal yang sudah
ada maupun pengembangan areal baru; 2) Jenis atau varietas jeruk
keprok yang akan dijadikan unggulan nasional; 3) Kontinyuitas
pasokan buah jeruk dengan kualitas buah prima; 4) Kesiapan
pengelolaan pasca panen (sortasi, grading, pengepakan dan
pengiriman); dan 5) Kesiapan Gapoktan dan Penyuluh dalam
merealisasi program keproknisasi (Hardiyanto, 2012)

Program Keproknisasi Nasional ini perlu dikawal dan


disempurnakan agar berhasil tercapai. Serangan hama dan penyakit
yang menyebar di Karo (Sumut), Sambas (Kalbar), Lebong
(Bengkulu) dan berbagai daerah lainnya menunjukkan kawalan
teknologi yang ada tidak optimal. Apalagi saat pengembangan ini
masih dilakukan, data produksi yang dirilis resmi oleh Kementan
menunjukkan stagnan bahkan terjadi penurunan produksi pada
tahun 2004 – 2011.

Jangan malu untuk berbenah. Pemerintah harus mengakui


programnya selama ini berlum berhasil. Prospek pengembangan
agribisnis jeruk masih menjanjikan. Banyak petani yang sudah
merasakannya. Infadhil, petani jeruk Keprok Batu 55 di Dau,
kabupaten Malang salah satu contohnya. Dengan lahan ¼ ha, modal
20 juta untuk 200 tanaman usia 5 tahun, setahun bisa menghasilkan
Rp 80 juta. Segala masalah dari hulu sampai hilir, dari perbenihan
sampai pemasaran perlu diurai dan dicarikan solusinya. Indonesia
mampu untuk mengurangi bahkan mengekspor jeruk yang nyata-
nyata bisa tumbuh dan berkembang baik di tanah air. Berbeda
dengan apel, stroberi, kiwi dan buah subtropis lainnya yang optimal
di negara empat musim.

4. Teknologi Perbaikan Produktivitas dan Mutu Buah Jeruk

Karena belum optimalnya fungsi sistem diseminasi dan alih


teknologi inovatif hasil penelitian kepada pihak petani atau
pengguna lainnya, sebagian besar sentra produksi agribisnis jeruk
utama di Indonesia belum sepenuhnya menfaatkan inovasi teknologi
spesifik lokasi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian.

Akibatnya, selain produktivitasnya berfluktuasi, mutu buah yang


belum memenuhi permintaan pasar, keberlanjutan pengembangan
agribisnis jeruk sering terancam oleh adanya serangan penyakit
CVPD, Phythopthora sp, dan Diplodia, sebagai akibat pengelolaan
kebun yang tidak optimal. Kondisi ini diperparah dengan lemahnya
kelembagaan petani dalam meningkatkan posisi tawar petani dan
penangan masalah yang menuntut kebersamaan dan kekompakan
petani.

Mutu buah jeruk yang belum bisa memenuhi permintaan konsumen


menengah-atas disebabkan oleh (1). Ukuran buah yang relatif tidak
seragam, (2). Warna kuning kulit buah jeruk yang sering tidak
merata, (3). Kulit buah tidak mulus bekas serangan hama penyakit
burik kusam, dan (4) rasa terutama manis yang tidak konsisten.
Upaya peningkatan mutu buah jeruk keprok dan daya saingnya
terutama terhadap buah jeruk impor yang terus membanjiri pasar
potensial Indonesia, harus lebih diintensifkan demi keberhasilan
program substitusi buah jeruk impor dalam persaingan perdagangan
yang semakin ketat
Mutu buah jeruk sangat dipengaruhi oleh keseragaman ukuran buah,
warna buah yang merata, mulus tidak ada bekas serangan hama dan
penyakit penyebab burik kusam, dan rasa buah terutama manis yang
konsisten.

Ukuran buah yang seragam bisa diperoleh melalui penjarangan buah


pada stadia yang tepat dan grading; warna kuning-orange yang
merata bersifat hormonal, kulit mulus bisa diperoleh dengan
mengendalikan penyebab burik kusam yang ramah lingkungan, dan
rasa manis yang konsisten sebagai akibat pupuk yang diaplikasikan
berimbang dan sesuai stadia pertumbuhan tanaman.

Dengan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan


mutu buah, maka komponen teknologi mengatasi masalah mutu
buah dapat disusun, utnuk selanjutnya, diformulasikan menjadi
paket teknologi peningkatan mutu buah jeruk keprok yang berdaya
saing tinggi.

Keterkaitan masalah konsumen dengan sistem informasi pasar dan


riset pemasaran Jeruk sebagai berikut :
Sistem informasi pasar dan riset pemasaran digunakan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan untuk mencari solusi terbaik untuk
keberlajutan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim A. 2017. Langkah- Langkah dalam Analisis Pasar.


http://watasiwavinkim.blogspot.co.id/2014/01/langkah-langkah-dalam-
analisis-pasar.html. Diakses pada Rabu 2 Mei 2018.Pukul 21.00WIB.
Anonim B.2017. Mengapa Kita Masih Mengimpor
Jeruk.https://berandainovasi.com/mengapa-kita-masih-mengimpor-jeruk/
Diakses pada Rabu 2 Mei 2018. Pukul 21.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai