Anda di halaman 1dari 3

RESUME PARASITOLOGI Nama : Awalia Siska Puji Lestari

NIM/Offering : 150342605762 / GHI-K

LANJUTAN ARTHROPODA PARASIT (SEBAGAI AGEN DAN VEKTOR)

Pertanyaan dan Jawaban

1. Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang berperan dalam masalah
kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit. Apakah banyaknya
populasi lalat di suatu tempat dapat dikatakan berbanding lurus dengan banyaknya
kejadian penyakit pencernaan misalnya diare?
Jawab : Ya. Hal tersebut dikarenakan lalat dapat memindahkan kuman/patogen penyakit
dari tempat yang lembab dan kotor, misalnya sampah dan tinja, kemudian hinggap pada
makanan dan minuman manusia yang akhirnya akan dapat menyebabkan penyakit diare.
Banyaknya populasi lalat pada suatu daerah dapat dikarenakan sanitasi yang buruk, karena
habitat llat yakni pada kondisi yang seperti itu, sehingga mengundang lalat untuk datang.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Manalu dkk. (2012) yang berjudul “Hubungan
Tingkat Kepadatan Lalat (Musca Domestica) dengan Kejadian Diare Pada Seseorang Balita
di Pemukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Namo Bintang Kecamatan
Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”, diperoleh proporsi angka kepadatan lalat yang tinggi
lebih banyak menimbulkan balita sakit diare dibandingkan angka kepadatan lalat rendah. Hal
tersebut bisa terjadi karena kemungkinan keadaan higiene dan sanitasi rumah balita yang
kotor sehingga tingkat kepadatan lalat tinggi dan menjadi perantara pembawa perpindahan
kuman atau mikroorganisme baik bakteri atau virus terhadap makanan balita, sehingga
seseorang balita di sekitar pemukiman TPA Sampah Namo Bintang banyak mengalami
kejadian diare, apalagi melalui wawancara responden bahwa kejadian diare pada balita sudah
terjadi dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. Kemudian penetapan kasus diare tanpa disertai
pemeriksaan klinis langsung pada saat wawancara.
2. Dampak apa sajakah yang dapat ditimbulkan bila seseorang mengalami infestasi
pedikulosis kapitis (terserang kutu rambut)?
Jawab : Banyak sekali dampak yang dapat ditimbulkan oleh infestasi pedikulosis kapitis ini,
baik dampak kesehatan dan juga psikososial yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
seseorang yang terinfestasi. Selain mengakibatkan efek pada kulit, menurut penelitian yang
dilakukan oleh Speare (2006), menyebutkan bahwa penderita pedikulosis kapitis bila ditinjau
dari sisi kesehatan dapat mengalami anemia, rata-rata seseorang dengan pedikulosis aktif
akan kehilangan 0.008 ml darah per hari atau 20,8ml/bulan, gejalanya mungkin tidak terlalu
terlihat pada seseorang dengan asupan gizi yang baik, namun secara siginifikan terlihat pada
seseorang yang kurang asupan gizi atau zat besi, frekuensi pola makan kutu pun
mempengaruhi potensi anemia yang dialami oleh penderita pedikulosis capitis. Infestasi berat
pedikulosis kapitis yang menyebabkan anemia akan membuat seseorang- seseorang lesu,
mengantuk, serta mempengaruhi kinerja belajar dan fungsi kognitif. Dari sisi psikologis,
infestasi Pediculus capitis membuat seseorang merasa malu karena diisolasi dari seseorang
lain akibat seseorang – seseorang lain yang takut tertular parasit ini. Seseorang-seseorang
yang menderita penyakit ini cenderung mengalami masalah psikis yaitu merasa malu, rendah
diri, terisolasi, rasa takut, bahkan frustasi akibat stigma masyarakat yang menganggap
pedikulosis kapitis identik dengan higienitas yang buruk, kemiskinan, dan kurangnya
perhatian dari orangtua penderita. Dampak psiskis yang diakibatkan oleh penyakit ini dapat
mempengaruhi kualitas diri baik kinerja atau prestasi belajar siswa yang terinfestasi (Sari &
Fitriyadi, 2016).
3. Bagaimanakah reaksi yang terjadi ketika kutu rambut menggigit permukaan kulit
kepala sehingga menimbulkan rasa gatal?
Jawab : Rasa gatal tersebut disebabkan injeksi saliva kutu ke dalam kulit kepala dan
menyebabkan reaksi alergi. Saliva Pediculus Capitis mengandung enzim hyaluronidase yaitu
enzim pendegradasi hyaluronan (HA) dan bahan-bahan glikosaminoglikan lain dari matriks
ekstraseluler, enzim ini bekerja untuk memperluas lesi gigitan agar mempermudah kutu untuk
menghisap darah, komponen lain yang terdapat dalam saliva parasit ini antara lain
antitromboksan, antiserotonin, antitrombin, penghambat faktor Xa, enzim aphyrase, dan
prostaglandin yang bekerja dalam menghambat vasokonstriksi pembuluh darah serta
mencegah agregasi platelet dan sebagai antikoagulan, komponen-komponen ini
mengakibatkan koagulasi darah terhambat sehingga memudahkan Pediculus Capitis
menghisap darah, reaksi dari berbagai enzim tersebut menyebabkan hipersensitivitas tipe
lambat dan menyebabkan reaksi gatal pada kulit kepala (Sari & Fitriyadi, 2016).
4. Mengapa Pediculus humanus capitis (kutu rambut) lebih banyak menginfestasi anak
dan remaja?
Jawab : Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan anak-anak kurang dapat menjaga kebersihan
kulit kepala, karena kelompok ini adalah kelompok usia sekolah dimana aktifitasnya lebih
banyak bersama dengan kelompok sebaya (peer group), penularan lebih mudah terjadi dari
interaksi mereka. Aktifitas anak di luar rumah/panti asuhan juga lebih lama sehingga
perhatian terhadap kebersihan diri (personal hygiene) terabaikan yang memungkinkan kutu
kepala berkembang dengan baik di rambut kepala (Rumampuk, 2014).
Daftar Rujukan
Manalu, M., Marsaulina, I., & Ashar, T. 2012. Hubungan Tingkat Kepadatan Lalat (Musca
Domestica) dengan Kejadian Diare Pada Seseorang Balita di Pemukiman Sekitar
Tempat Pembuangan Akhir Sampah Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Sumatera Utara: Program Sarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Rumampuk, M.V. 2014. Peranan Kebersihan Kulit Kepala Dan Rambut Dalam Penanggulangan
Epidemiologi Pediculus Humanus Capitis. Jurnal Ners,Vol. 9 No. 1 Hal. 35–42.
Sari, D. & Fitriyadi, J. 2016. Dampak Infestasasi Pedikulosis Kapitis Terhadap Anak Usia
Sekolah. Majority, Vol. 5 No. 5.
Speare, Canyon DV, & Melrose W. 2006. Quantification of blood intake of the head louse:
Pediculus humanus capitis. BMC Dermatolog, 80(6) 6-15.

Anda mungkin juga menyukai